(Laporan Kasus)
Disusun oleh :
Dr. Sri Puspita Dewi
Laporan Kasus
Vertigo Perifer
Disusun Oleh :
dr. Sri Puspita Dewi
Pendamping
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan case report yang berjudul vertigo perifer . Case Report ini disusun
dalam rangka memenuhi syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Program
Internsip Dokter Indonesia di RSUD Prembun .
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dr. Diah Ayu Putriyanti dan
dr. Yulinda Dwi Agarini yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing
dalam menyelesaikan case report ini. Penulis menyadari kekurangan dalam
penulisan case report ini, oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala
kekurangan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan. Semoga case report ini
dapat bermanfaat untuk kita semua.
Wassalamualaikum wr.wb.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar isi ........................................................................................................... iv
I. LAPORAN KASUS ................................................................................... 5
II. ANALISA KASUS .................................................................................... 12
III. KESIMPULAN .......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tuan. Manijo
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 51 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : buruh kayu
Status : Menikah
Alamat : mirit 01/03
No. Rekam Medik : Tanggal Masuk RS : 24 januari 2019
ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh secara autoanamnesis pada:
Tanggal : 24 januari 2019
Tempat : IGD Prembun
A. Keluhan Utama
Pusing berputar yang bertambah parah sejak 2 hari SMRS
D. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki riwayat penyakit
serupa, darah tinggi ataupun kencing manis.
E. Riwayat Kebiasaan
Pasien mempunyai kebiasaan merokok, tetapi pasien tidak konsumsi alkohol
ataupun NAPZA lainnya.
- Tonus
normotonus normotonus
normotonus normotonus
Saraf otonom
- Miksi : Normal
- Defekasi : Normal
- Sekresi keringat : Normal
Hematokrit 39 37-54%
IV. RESUME
Tuan. W, 39 tahun, datang dengan keluhan pusing berputar yang bertambah
parah sejak 2 hari SMRS. Gejala muncul pertama kali 2 minggu yang lalu,
muncul secara tiba-tiba, terutama pada pagi dan malam hari saat bangun dari
tempat tidur, serangan hilang sendiri setelah 10-15 detik, bertambah parah
dengan perubahan posisi terutama saat bangun dari tidur, tidur menyamping,
dan saat membungkuk pada waktu shalat. Mual (+), muntah (+) 4 kali, Nyeri
kepala (-), diplopia (-),Pasien tidak memiliki Gangguan pendengaran lain (-
).
V. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Vertigo Perifer
VI. DIAGNOSIS KERJA
1. Vertigo perifer
Keluhan pusing berputar yang muncul secara tiba-tiba, dipengaruhi oleh
posisi, terdapat mual muntah yang cukup hebat, terdapat tinitus, pasien
masih dapat jalan dan beraktivitas. Lingkungan berputar. Serangan 10-
15 detik, saat bangun tidur. Gejala sentral (-).
Nonmedikamentosa
IX. FOLLOW UP
1. Tanggal : 24 Januari 2019
a. Subjektif : pusing berputar (+), mual (+), muntah (-)
b. Objektif : Keadaan umum lemah
: Kesadaran compos mentis
: GCS E4M6V5
: Tanda vital (TD 130/80, Nadi 79x/menit, Laju
napas 24x/menit, Suhu 36oC)
c. Assessment : Vertigo Perifer
d. Planning : lanjutkan terapi
2. Tanggal : 25 Januari 2019
a. Subjektif : pusing berputar (+) berkurang, mual (+), muntah (-
)
b. Objektif : Keadaan umum cukup
: Kesadaran compos mentis
: GCS E4M6V5
: Tanda vital (TD 130/80, Nadi 79x/menit, Laju
napas 24x/menit, Suhu 36oC)
c. Assessment : Vertigo Perifer
d. Planning : lanjutkan terapi
3. Tanggal : 26 januari 2019
a. Subjektif : pusing berputar (-), mual (-), muntah (-)
b. Objektif : Keadaan umum baik
: Kesadaran compos mentis
: GCS E4M6V5
: Tanda vital (TD 120/80, Nadi 80x/menit, Laju
napas 20x/menit, Suhu 36oC)
c. Assessment : Vertigo Perifer
d. Planning : Boleh Pulang
: rawat jalan (pasien dipulangkan dengan terapi
betahistin tab 3x1, flinarizin tab 1x1, dan Neurodex
tab 2x1)
X. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar,
merujuk pada sensasi berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness)
atau rasa pusing (dizziness) sehingga mengganggu rasa keseimbangan
seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan.
Berbagai macam defenisi vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi
yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah yang
dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa
(berputar) tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang
bersangkutan dengan kelainan keseimbangan.1
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan
perifer yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang
datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala. Vertigo pada BPPV termasuk
vertigo perifer karena kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada
sistem vestibularis. BPPV pertama kali dikemukakan oleh Barany pada tahun
1921. Karakteristik nistagmus dan vertigo berhubungan dengan posisi dan
menduga bahwa kondisi ini terjadi akibat gangguan otolit.2,3
II. EPIDEMIOLOGI
Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) disebut sebagai
gangguan vestibular yang umum dikenal; dalam suatu kelompok pasien, onset
umur rata-ratanya adalah 54 tahun, dengan range 11 sampai 84 tahun.
Froehling et al. mengestimasikan bahwa insidennya sebanyak 107 kasus per
100.000 populasi per tahun. Sebuah penelitian di Jepang pada pasien dengan
BPPV saja jika mereka memiliki nistagmus pada tes Dix-Hallpike ditemukan
insidensnya sebanyak 10,7 kasus per 100000 per tahun. Pada pengalaman
sebelumnya, didapatkan adanya hubungan antara BPPV dengan vestibular
neuritis pada 10% pasien dan trauma kepala pada 20% pasien. Sama halnya,
Baloh et al. melaporkan bahwa 15% kasus-kasus BPPV diikuti oleh
neurolabirintitis dan 18% oleh trauma kepala. Namun, pada kebanyakan
pasien BPPV, tidak temukan adanya hubungan tersebut.4
IV. ETIOLOGI
BPPV merupakan penyakit degenerative yang idiopatik yang sering
ditemukan, kebanyakan diderita pada usia dewasa muda dan usia lanjut.
Penyebab utama BPPV pada orang di bawah umur 50 tahun adalah cedera
kepala. Pada orang yang lebih tua, penyebab utamanya adalah degenerasi
sistem vestibuler pada telinga tengah. BPPV meningkat dengan semakin
meningkatnya usia. 2,10
Penyebab lain yang jarang ditemukan adalah labirintitis virus, neuritis
vestibularis, pasca stapedektomi, fistula perlimfa, dan penyakit meniere.
BPPV merupakan penyakit pada semua usia dewasa. Pada anak belum pernah
dilaporkan. 2,10
V. PATOFISIOLOGI
Patomekanisme BPPV dapat dibagi menjadi dua, antara lain :
• Teori Cupulolithiasis
Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk
menerangkan BPPV. Dia menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi
kalsiurn karbonat dari fragmen otokonia (otolith) yang terlepas dari macula
utriculus yang sudah berdegenerasi, menernpel pada permukaan kupula. Dia
menerangkan bahwa kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif akan
gravitasi akibat partikel yang melekat pada kupula. Hal ini analog dengan
keadaan benda berat diletakkan di puncak tiang, bobot ekstra ini
menyebabkan tiang sulit untuk tetap stabil, malah cenderung miring. Pada
saat miring partikel tadi mencegah tiang ke posisi netral. Ini digambarkan
oleh nistagmus dan rasa pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke
belakang posisi tergantung (seperti pada tes Dix-Hallpike). KSS posterior
berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal,
dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing (vertigo).
Perpindahan partikel otolith tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang
menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya pusing dannistagmus. 3,11
• Teori Canalithiasis
Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith
bergerak bebas di dalam KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan
partikel ini berada pada posisi yang sesuai dengan gaya gravitasi yang
paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang partikel ini berotasi ke
atas sarnpai ± 900 di sepanjang lengkung KSS. Hal ini menyebabkan cairan
endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok
(deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan rotasi
waktu kepala ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula,
muncul pusing dan nistagmus yang bergerak ke arah berlawanan. Model
gerakan partikel begini seolah-olah seperti kerikil yang berada dalam ban,
ketika ban bergulir, kerikil terangkat sebentar lalu jatuh kembali karena
gaya gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut memicu organ saraf dan
menimbulkan pusing. Dibanding dengan teori cupulolithiasis teori ini lebih
dapat menerangkan keterlambatan "delay" (latency) nistagmus transient,
karena partikel butuh waktu untuk mulai bergerak. Ketika mengulangi
manuver kepala, otolith menjadi tersebar dan semakin kurang efektif dalam
menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal inilah yag dapat menerangkan
konsep kelelahan "fatigability" dari gejala pusing.3,11
VI. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20
detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik
di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke
atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual. 10
B. Pemeriksaan fisis
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan,
dan pada evaluasi neurologis normal. 6 Pemeriksaan fisis standar untuk
BPPV adalah Dix-Hallpike. Cara melakukannya sebagai berikut :2,4
- Pertama-tama jelaskan pada penderita mengenai prosedur pemeriksaan,
dan vertigo mungkin akan timbul namun menghilang setelah beberapa
detik.
- Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga
ketika posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o – 40o, penderita
diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.
- Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau KSS posterior yang
terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk
bergerak, kalau ia memang sedang berada di KSS posterior.
- Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita
direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa.
- Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut
dipertahankan selama 10-15 detik.
- Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet” (ke arah dahi) dan
ipsilateral.
- Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang
yang berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke arah
berlawanan.
- Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi
kiri 45o dan seterusnya
VIII. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan utama pada BPPV adalah manuver untuk mereposisi
debris yang terdapat pada utrikulus. Yang paling banyak digunakan adalah
manuver seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah. Manuver
mungkin diulangi jika pasien masih menunjukkan gejala-gejala. Bone
vibrator bisa ditempatkan pada tulang mastoid selama manuver dilakukan
untuk menghilangkan debris. 14
Gambar. Maneuver Epley
(dikutip dari kepustakaan 14 )
IX. PROGNOSIS
Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning procedure)
biasanya bagus. Remisi dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun
beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali pengobatan tingkat rekurensi
sekitar 10-25%. 2
BAB III
KESIMPULAN