HAMIL
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan,
Disusun oleh :
ARUM MUTIASARI
NIM. P17324118048
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., karena atas nikmat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas Sejarah Asuhan Kehamilan, Parentcraft Education
dan Kelas Ibu untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Dalam penulisan tugas ini tentunya ada pihak-pihak yang turut serta mendukung
kelancarannya, maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Yulinda, SST., M.PH selaku ketua jurusan Kebidanan Bandung Poltekkes
Kemenkes Bandung.
2. Ibu Wiwin Widayani, SST., M.Keb selaku Koordinator mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan
arahan, dorongan, dan bimbingan dalam penyusunan tugas ini.
3. Orang tua kami tercinta yang senantiasa memberikan semangat, doa dan
dukungan baik moril maupun materil.
5. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Saya menyadari dalam pembuatan dan penyusunan tugas ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk hasil penyusunan tugas yang lebih baik.
Demikian tugas ini, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
KAJIAN PUSTAKA
4
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata
dan dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden
secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya
mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.
Dalam pidato pembukaan “World Congress On Human
Reproduction, di Nusa Dua Bali, 4- 9 April 1994. Bapak Presiden
Soeharto menyampaikan akan menyebarkan sebanyak 50.000 bidan di
desa. Dapat dibayangkan bahwa keberadaan bidan di desa diharapkan
dapat menggantikan peran dukun untuk menolong persalinan serta
melakukan penapisan bagi kelompok kehamilan dengan resiko tinggi.
Dengan meningkatkan pelayanan dan pengayoman medis yang lebih
bermutu dan menyeluruh diharapkan angka kematian ibu dan anak dapat
diturunkan. Oleh Pemerintah adanya program KIA dan BKIA menjadi
prioritas tinggi keberadaannya ke pelosok daerah sehingga
meningkatkan asuhan pada ibu hamil.
Pada tahun 1995 adanya program bidan desa juga dalam rangka
meningkatkan asuhan. Dalam pelaksanaannya asuhan kehamilan selalu
mengikuti perubahan zaman dan tuntunan masyarakat.
Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana
kesehatan KIA khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil,
bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir termasuk
pembinaan dukun bayi. Pelayanan yang diberikan berorientasi pada
kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja
dirumah sakit dimana pelayanan yang diberiklan berorientasi pada
individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal.
Sebelum dikenal asuhan berdasarkan evidence based, asuhan
diberikan berdasarkan tradisional. Asuhan yang banyak berkembang
saat ini dari model yang dikembangkan Eropa awal abad ini. Lebih
mengarah ke ritual dari pada rasional, lebih mengarah ke frekwensi dan
jumlah dari pada tujuan yang esensial.Dengan demikian asuhan
antenatal menjadi hal yang sangat penting dalam meningkatkan status
kesehatan nasional.
b. Sejarah Asuhan Kehamilan di Yunani
Sejarah asuhan kehamilan erat kaitannya dengan sejarah
kebidanan. Bidan berasal dari kata latin yaitu “OBSTO” artinya
mendampingi, dalam bahasa Perancis dikenal dengan kata
“OBSTETRICUS”, dalam bahasa Belanda dikenal dengan sebutan
“OBSTETRIE”
5
Dalam sejarah manusia terdapat peradaban-peradaban
diantaranya di Yunani, Romawi, Tiongkok dan India yang praktik
kedokterannya sudah mencapai tingkat tinggi. Pada tahun 460 sampai
377 sebelum Masehi. Hippocrates dianggap sebagai Bapak Ilmu
Kedokteran.
Pada masa itu pertolongan pada wanita hamil dan melahirkan
sepenuhnya diserahkan kepada wanita-wanita penolong persalinan yang
umumnya tidak mempunyai pengetahuan tentang kebidanan kecuali
yang hidup pada zaman Romawi dan Yunani. Pertolongan berdasar
pada pengalaman kepercayaan yang diperoleh dari penolong-penolong
terdahulu.
Kemudian lahirlah para dokter pria yang walaupun tidak
melakukan praktik kebidanan tetpai menaruh perhatian besar terhadap
fisiologi dan patologi kehamilan dan persalinan. Termasuk diantaranya
Hipocrates, Soranus, Rufus, Galenus dan Celsus (Wiknjosastro
2002,hal.5). Selanjutnya Wiknjosastro (2002,hal.5-7) menjelaskan bahwa
pada tahun 1513 Eucharius Roeslin menerbitkan buku pelajaran untuk
penolong persalinan yang berjudul “Der Schwangern Frauen Und
Hebammen Rosengarten”.
c. Sejarah Asuhan Kehamilan di Amerika Serikat
Di Amerika Serikat (BOSTON) dilangsungkan usaha baru,
dimana anggota-anggota Intructive Nursing Association mengadakan
kunjungan rumah secara rutin pada wanita-wanita hamil. Akhirnya pada
tahun 1911 didirikan klinik antenatal di Boston Lying-in Hospital untuk
pemeriksaan dan penanggulangan wanita hamil. Prakarsa ini dicontoh
oleh negara-negara lain, dan kini klinik antenatal sudah tersebar di
seluruh dunia. Salah satunya adalah Negara Belanda.
d. Sejarah Asuhan Kehamilan di Belanda
Setelah klinik antenatal mulai berkembang di Belanda maka dibuat
beberapa pelayanan. Adapun Pelayanan - Pelayanan yang Dilaksanakan
oleh Belanda, yaitu :
1) Pelayanan Antenatal
Bidan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada
perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan
menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko rendah,
meliputi antenatal, intrapartum dan postnatal. Untuk memperbaiki
pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk
meningkatakan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan
6
dibentuklah dafatar indikasi oleh kelompok kecil yang
berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.
2) Pelayanan Intrapartum
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan
dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan
membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk melakukan
episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan alat kedokteran.
Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk
luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan.
3) Pelayanan Postpartum
Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai
setelah tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah
ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan
kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah
mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan
anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni
melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan
wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan
pertolongan dokter yang tidak penting.
e. Sejarah Asuhan Kehamilan di Perancis
Pada tahun 1598 dibuka sekolah bidan pertama di Munchener
Gebaranstalt, kemudian diikuti sekolah di hotel Dieu di Paris
dan Gebaranstalt des Burgerspitals di Strassburg.
Pada tahun 1837 Thomas Bull membuat buku pertama yang
khusus membahas penanganan wanita hamil. Pada tahun 1878
Pinard menulis tentang bahaya kelainan letak janin dan menganjurkan
pemeriksaan wanita hamil untuk mengetahui letak janin dalam uterus.
Selanjutnya pada tahun 1895 beliau memberitahukan adanya
rumah di Paris untuk merawat wanita hamil yang terlantar , dan
menerangkan bahwa bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita-wanita
ini umumnya lebih besar dari bayi wanita-wanita yang bekerja terus
sampai persalinan mulai. Jean Lubumen dari Perancis menemukan
stetoskop pada tahun 1819, dan pertama mendengar DJJ tahun 1920.
f. Sejarah Asuhan Kehamilan di Inggris
John Braxton Hicks dari Inggris tahun 1872 menggambarkan kontraksi
uterus selama kehamilan yang dikenal dengan kontrksi Braxton-Hicks. Di
Inggris ( Edinburg) dalam tahun 1899 disediakan tempat untuk merawat
wanita hamil pada The Royal Maternity Hospital.Dr.Ballentyne adalah
7
dokter yang berjasa dalam menganjurkan pro maternity hospital untuk
wanita hamil yang memerlukan perawatan.
8
bayi,memperkirakan adanya gangguan terhadap kurangnya
kebebasan dan kegiatan mengasuh anak.
1.2.2. Hubungan antara Ibu dan Anak selama kehamilan
Hubungan antara Ibu dan Anak berkembang dalam 3 fase selama
kehamilan, yaitu :
a. Fase I
Ia menerima kenyataan biologis tentang kehamilan dengan
pernyataan ”Saya Hamil” dan menyatakan ide tentang anak di
dalam tubuhnya dan gambaran dirinya sebagai berikut :
1) Pikiran terpusat pada dirinya
2) Menyadari kenyataan dirinya hamil
3) Fetus adalah bagian dirinya
4) Fetus seolah-olah tidak nyata
b. Fase II
Pada saat fase ini ibu merasakan sebagai berikut :
1) Menerima tumbuhnya fetus yang merupakan makhluk yang
berbeda dengan dirinya
2) Timbulnya pernyataan ”Saya Akan Mempunyai Bayi” terlibat
dalam hubungan Ibu dan anak, asuhan serta tanggung jawab
3) Mengembangkan pelekatan (attachment)
4) Menerima kenyataan mendengar DJJ dan merasakan gerakan
janin
c. Fase III
Fase ini merupakan fase pelekatan dan ibu merasakan hal-hal
sebagai berikut :
1) Merasa realistik
2) Mempersiapkan kelahiran
3) Mempersiapkan menjadi orang tua
4) Spekulasi mengenai jenis kelamin anak
5) Keluarga berinteraksi dengan menempelkan telinganya ke
perut Ibu dan berbicara dengan bayinya
1.2.3. Efektifitas Pendidikan Kelahiran Anak
a. Penelitian membuktikan bahwa kelas persiapan kelahiran anak
dapat meningkatkan kepuasan ,mengurangi jumlah nyeri yang
dilaporkan ,dan meningkatkan perasaan –perasaan kontrol bagi
wanita hamil dan pasangannya.
b. Baik seorang wanita menginginkan atau dapat melakukannya,
mengikuti kelas persiapan kelahiran anak bergantung pada faktor-
faktor budaya dan sosial ekonomi dan pilihan individu.
9
c. Mempelajari penurunan stres dan teknik –teknik relaksasi
meminimkan wanita untuk mengatasi beratnya persalinan secara
lebih efektif.
d. Bagi wanita dan pasangannya menikmati kesempatan untuk berbagi
perasaaan takut dan harapan mereka tentang kehamilan dengan
orang lain.
e. Kesehatan neonatus ditingkatkan dengan pengobatan yang minimal
f. Ikatan orang tua dan BBL terjalin waktu kelahiran.
1.3.2 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakannya kelas ibu hamil ini secara umum
adalah meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar
memahami tentang Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama
kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan Nifas, KB pasca
persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat
setempat, penyakit menular dan akte kelahiran. Dan secara khususnya
yaitu :
1. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu
hamil dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas
10
kesehatan/bidan tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, Perawatan
Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan
akte kelahiran.
2. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang:
a. Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah kehamilan
itu?, perubahan tubuh selama kehamilan, keluhan umum saat
hamil dan cara mengatasinya, apa saja yang perlu dilakukan
ibu hamil dan pengaturan gizi termasuk pemberian tablet
tambah darah untuk penanggulangan anemia).
b. Perawatan kehamilan (kesiapan psikologis menghadapi
kehamilan, hubungan suami isteri selama kehamilan, obat yang
boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil, tanda bahaya
kehamilan, dan P4K(perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi).
c. Persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan
dan proses persalinan).
d. Perawatan Nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat
menyusui ekslusif?, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas,
tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).
e. KB pasca persalinan.
f. Perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir,
pemberian k1 injeksi, tanda bahaya bayi baru lahir,
pengamatan perkembangan bayi/anak dan pemberian
imunisasi pada bayi baru lahir).
g. Mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak.
h. Penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan
pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil).
i. Akte kelahiran.
1.3.3 Sasaran
1. Peserta Kelas Ibu Hamil : Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu
hamil pada umur kehamilan 20 s/d 32 minggu, karena pada
umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi
keguguran, efektif untuk melakukan senam hamil. Jumlah
peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10 orang setiap
kelas.
11
2. Suami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan sehingga
dapat mengikuti berbagai materi yang penting, misalnya materi
tentang persiapan persalinan atau materi yang lainnya.
1.3.4 Pelaksanaan
Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan selama
hamil atau sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator dengan peserta.
Pada setiap pertemuan, materi kelas ibu hamil yang akan disampaikan
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap
mengutamakan materi pokok. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan
senam ibu hamil. Senam ibu hamil merupakan kegiatan/materi ekstra di
kelas ibu hamil, jika dilaksanakan, setelah sampai di rumah diharapkan
dapat dipraktikkan. Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan ibu-
ibu, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu
pertemuan 120 menit termasuk senam hamil 15 - 20 menit.
a. Pertemuan Kelas Ibu Hamil ke 1
Setelah pertemuan pertama kelas ibu hamil, peserta mampu (Depkes RI,
2009):
12
13) Memahami perlunya perencanaan persalinan sejak awal agar
dapat memperlancar proses persalinan
b. Pertemuan Kelas Ibu Hamil ke 2
Setelah sesi ke 2 ini peserta mampu (Depkes RI, 2009):
1) Mengetahui apa saja tanda-tanda persalinan telah dimulai
2) Mengetahui apa yang disebut dengan tanda-tanda bahaya pada
persalinan
3) Memahami proses persalinan yang dapat dialami oleh ibu dan
mengapa proses persalinan tersebut dipilih
4) Mengetahui tentang IMD dan cara melakukannya
5) Memahami apa yang harus dilakukan ibu pada masa nifas agar
dapat menjaga kesehatannya
6) Mengetahui tanda-tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas
7) Memahami manfaat vitamin A dosis tinggi bagi ibu dan bayinya
8) Memahami bahwa setelah bersalin ibu perlu ikut program KB
9) Mengetahui dan memahami alat kontrasepsi dan cara kerjanya
c. Pertemuan Kelas Ibu Hamil ke 3
Setelah pertemuan kelas Ibu Hamil ke 3 ini peserta mampu :
1) Mengetahui apa saja tanda-tanda bayi lahir sehat dan tanda bayi
sakit berat
2) Memahami apa yang harus dilakukan pada bayi baru lahir
3) Memahami manfaat pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir
4) Memahami apa saja tanda bahaya bayi baru lahir
5) Memahami manfaat pengamatan perkembangan bayi/anak
6) Memahami manfaat imunisasi dan mengetahui jadwal pemberian
imunisasi yang benar
7) Memahami apa yang disebut dengan mitos dan bagaimana
mengatasinya
8) Memahami apa yang disebut IMS
9) Memahami apa itu HIV dan AIDS dan tahu bagaimana
menghindarinya
10) Memahami apa yang harus dilakukan jika ibu hamil terinfeksi
HIV
11) Memahami apa yang disebut penyakit malaria dan tahu
bagaimana menghindarinya
12) Memahami pentingnya untuk segera mengurus akte kelahiran
bagi bayi yang baru lahir.
13
1.3.5 Monitoring dan Evaluasi
a. Monitoring
Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan
pencapaian, serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil
monitoring dapat dijadikaan bahan acuan untuk perbaikan dan
pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya. Hal-hal yang perlu
dimonitor berdasarkan Kemenkes (2011) :
1) Peserta (keadaan dan minat peserta, kehadiran peserta,
keaktifan bertanya)
2) Sarana prasarana (tempat, fasilitas belajar)
3) Fasilitator (persiapan, penyampaian materi, penggunaan alat
bantu, membangun suasana belajar aktif)
4) Waktu (mulai tepat waktu, efektif ).
b. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif
maupun negatif pelaksanaan kelas ibu hamil berdasarkan indikator.
Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan sebagai bahan
pembelajaran guna melakukan perbaikan dan pengembangan kelas
ibu hamil berikutnya. Evaluasi oleh pelaksana (bidan/koordinator
bidan) dilakukan pada setiap selesai pertemuan kelas ibu. Evaluasi
dilakukan untuk menilai (Kemenkes,2011) :
1) Evaluasi pada pelaksanaan kelas ibu hamil
3) Keterampilan memfasilitasi
a. Indikator Input: ƒ
1) % petugas kesehatan sebagai fasilitator Kelas Ibu Hamil ƒ
2) % ibu hamil yang mengikuti Kelas Ibu Hamil ƒ
3) % suami/anggota keluarga yang hadir mengikuti Kelas Ibu Hamil
4) % kader yang terlibat dalam penyelenggaraan Kelas Ibu Hamil
b. Indikator Proses: ƒ
1) Fasilitator:
14
2) Manajemen waktu, penggunaan variasi metode pembelajaran,
bahasan penyampaian, penggunaan alat bantu, kemampuan
melibatkan peserta, informasi Buku KIA ƒ
3) Peserta: frekuensi kehadiran, keaktifan bertanya dan berdiskusi,
hasil pra dan pasca kuesioner Kelas Ibu Hamil ƒ
4) Penyelenggaraan: tempat,sarana, waktu
c. Indikator output: ƒ
1) % peningkatan jumlah ibu hamil yang memiliki Buku KIA ƒ
2) % ibu yang datang pada K4 ƒ
3) % ibu/keluarga yang telah memiliki Perencanaan Persalinan ƒ
4) % ibu yang datang untuk mendapatkan tablet Fe ƒ
5) % ibu yang telah membuat pilihan bersalin dengan Nakes ƒ ƒ
6) % Inisiasi Menyusui Dini ƒ
7) % kader dalam keterlibatan penyelenggaan
15
BAB II
2.1 Kesimpulan
Asuhan Kehamilan menjadi hal yang sangat penting bagi setiap ibu hamil
dalam rangka meningkatkan status kesehatan nasional di seluruh dunia dan
pada saat inilah peran bidan untuk membantu menciptakan generasi-generasi
yang berkualitas salah satunya dengan cara parentcraft education/persiapan
menjadi orang tua dan kelas ibu hamil. Kelas Ibu Hamil ini cukup erat kaitannya
denga parentcraft education/persiapan menjadi orang tua karena merupakan
sarana untuk belajar bersama, meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan
perilaku ibu agar memahami tentang Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan
selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan Nifas, KB pasca
persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat,
penyakit menular dan akte kelahiran.
2.2 Saran
Sebagai mahasiswa kebidanan yang kelak akan memberikan asuhan
kehamilan, penting mengetahui tentang sejarah asuhan kehamilan untuk
menambah wawasan, memahami konsep serta dapat menjadi inspirasi agar
terus melakukan perubahan, memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pelayanan/asuhan yang diberikan. Selain sejarah juga ada hal-hal yang harus
dipahami oleh mahasiswa kebidanan diantaranya mengenai persiapan menjadi
orang tua dan kelas ibu hamil karena ini merupakan bagian dari asuhan
kehamilan, pada saat ini bidan sangat berperan dalam meningkatkan status
kesehatan nasional dan membantu menciptakan generasi-generasi penerus
yang berkualitas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro H.(2009). Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayaan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Astuti, H. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Rohima
Fuada, N., & Setyawati, B. (2015). Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Reproduksi, 6(2), 67-75.
17