Anda di halaman 1dari 5

RESUME SKRINING GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA IBU HAMIL DAN

AMNIOSINTESIS

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Klinik Kebidanan

Dosen Pembimbing : Ibu Yulidar Yanti, SST., M.Keb

Arum Mutiasari

NIM. P17324118048

Tingkat 3A

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG

PRODI DIII KEBIDANAN BANDUNG

TAHUN 2020
RESUME

I. SKRINING GANGGUAN PSIKOLOGIS IBU HAMIL


Kondisi psikologis ibu hamil sangat penting karena dapat memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin hingga perkembangan janin menjadi individual
selanjutnya (Elizabeth B.Hurlock, 1990). Oleh karena itu kondisi kesehatan psikologis
ibu hamil ini perlu diperhatikan karena gangguan psikologis yang tidak diobati dapat
meningkatkan risiko komplikasi saat persalinan maupun kehamilan seperti risiko bayi
lahir prematur dan IUGR. Selain itu, gangguan psikologis ibu hamil jika tidak diobati
dapat meningkatkan risiko depresi postpartum/pasca melahirkan sehingga dapat
memengaruhi perkembangan dan perilaku anak.
Gejala gangguan psikologis pada ibu hamil diantaranya menangis, sulit tidur,
gangguan nafsu makan, gelisah, mudah tersinggung, anhedonia atau penurunan
minat/gairah dalam beraktivitas. Karena gejala tersebut juga ada yang dikatakan
kondisi fisiologis selama kehamilan maka sangat diperlukan skrining untuk
membedakan gejala yang fisiologis dan yang mengarah ke gangguan psikologis pada
ibu hamil. Sangat penting melakukan deteksi dini gangguan psikologis selama
kehamilan, beban pikiran yang membuat stress, dukungan sosial selama kehamilan,
riwayat depresi. The U.S. Preventive Services Task Force, the American College of
Obstetricians and Gynecologists, and the American College of Nurse-Midwives all
merekomendasikan agar wanita melakukan skrining depresi perinatal secara teratur
terutama wanita yang memiliki risiko atau gejala gangguan psikologis harus
diskrining 2 s.d 3 kali selama kehamilan sedangkan untuk yang tidak berisiko pun
tetap harus diskrining setidaknya sekali.
Skrining umum untuk gangguan psikologis ibu hamil juga harus mencakup
penilaian untuk kelainan tiroid yang dapat memicu gejala kejiwaan. Peningkatan
hormon perangsang tiroid (TSH), T4 bebas, dan antibodi tiroid telah dikaitkan dengan
depresi selama kehamilan dan pascapartum. Sebuah studi oleh Sylvén et al.
menemukan bahwa abnormal. Tingkat TSH pada saat lahir dikaitkan dengan
peningkatan risiko depresi pascapartum pada 6 bulan setelah lahir (Tekoa L.K., dkk.,
2019)

Gambar 1 : Instrumen untuk Skrining Gangguan Psikologis Ibu Hamil


Banyak instrumen tersedia untuk skrining selama kehamilan. PHQ-9 dan GAD-2
adalah cara yang cepat dan hemat biaya untuk mengidentifikasi wanita yang berisiko,
tetapi PHQ-9 dan GAD-2 memasukkan gejala konstitusional yang umum pada
kehamilan sehingga mengurangi spesifisitasnya. The Beck Depression Inventory telah
divalidasi untuk digunakan selama kehamilan tetapi memiliki hak cipta dan
membutuhkan biaya untuk penggunaannya. Semua skala ini telah diterjemahkan dan
divalidasi untuk banyak orang dengan berbagai bahasa.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan salah satu
instrumen skrining, yaitu :
1. Instrumen tersebut tidak mendiagnosis gangguan psikologis hanya
mendeteksi peningkatan risiko gangguan psikologis. Diagnosis dibuat melalui
penilaian yang lebih mendalam oleh ahlinya.
2. Setiap jawaban yang menunjukkan bahwa wanita tersebut mengalami
gangguan psikologis berat atau keadaan darurat medis perlu di evaluasi.
3. Deteksi gangguan psikologis unipolar dan bipolar sangatlah penting karena
pengobatan masing-masing gangguan psikologis tersebut berda-beda.
II. AMNIOSENTESIS
Amniosentesis ini merupakan tes yang dilakukan untuk menentukan kelainan
kromosom dan genetik dan cacat lahir tertentu. Tes ini melibatkan memasukkan jarum
melalui dinding perut dan rahim ke dalam kantung ketuban untuk mengambil sampel
cairan ketuban.
Tujuan dilakukannya amniosentesis :
a. Mendeteksi adanya gangguan metabolisme, kelainann saluran saraf, penyakit
hemolisis.
b. Mengetahui apakah janin dengan Rh- mempunyai masalah
c. Mengetahui kondisi paru-paru janin apakah sudah matang atau belum.
d. Memantau kondisi janin apakah sedang menderita suatu kelainan bawaan atau
genetik.
Syarat dilakukan amniosentesis :
a. Usia ibu >35 tahun
b. Ada riwayat kelainan lahir di keluarga
c. Orang tua dengan kelainan kromosom
d. Dijumpai kelainan saat pemeriksaan USG
Prosedur amniosentesis :
Amniosentesis biasanya dilakukan setelah minggu ke 15 kehamilan, sebab
pada usia kehamilan tersebut kedua lapisan membran janin (fetal membranes) telah
menyatu sempurna sehingga sampel cairan ketuban dapat dengan aman ditarik.
Jarang, amniosentesis dapat dilakukan pada minggu ke-11 kehamilan. Amniosentesis
kadang-kadang dilakukan di akhir kehamilan untuk menilai apakah paru-paru bayi
sudah cukup dewasa untuk bayi dapat bernapas sendiri, sehingga dapat di lakukan
persalinan
a. Ibu berbaring telentang.
b. Perut ibu dibersihkan.
c. Dokter menggunakan ultrasonografi untuk melihat bayi, dan untuk mencari
area yang aman dalam air ketuban. Ultrasonografi adalah gambar dari bayi
yang ditangkap dengan menggunakan gelombang suara. Dalam amniosentesis,
ultrasuara (ultrasonografi) digunakan untuk menentukan letak janin, dan
sedikit air ketuban dihisap untuk pemeriksaan. Dokter dapat mendiagnosis
beberapa penyakit dari bahan–bahan kimiawi dalam air ketuban itu sendiri,
semetara beberapa penyakit lainnya mungkin terlihat pada uji yang dilakukan
pada sel biakan dari sel janin yang ada dalam air ketuban tersebut. Analisisnya
meliputi pemeriksaan biokimiawi, untuk mendeteksi keberadaan enzim
tertentu, dan kariotipe, untuk menentukan apakah kromosom sel janin itu
jumlah dan penampakan mikroskopiknya normal.

Resiko amniosentesis termasuk trauma terhadap janin, plasenta, infeksi,keguguran


atau kelahiran premature. Meskipun resikonya relative kecil, masih terdapat resiko
yang berkaitan dengan prosedur tindakan. Kematian janin akibat komplikasi
diperkirakan sekitar 0,3 sampai 3%.
Kerugian, amniosentesis biasanya dilakukan untuk evaluasi pralahir sekitar
minggu ke-16 masa kehamilan, membuat penghentian kehamilan lebih sulit untuk
dilakukan. Maka pemeriksaan dilakukan pada sekitar minggu ke-11 atau ke-12.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E. B., Istiwidayanti, Sijabat, R. M., & Soedjarwo. (1990). Psikologi perkembangan:
Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Erlangga, Jakarta.

King, T. L., Brucker, M. C., Osborne,K., & Jevitt, C. M. (2019). Varney's Midwifery sixth
edition. Jones & Bartlett Learning.

Alfirevic, Z., Navaratnam, K., & Mujezinovic, F. (2017). Amniocentesis and chorionic villus
sampling for prenatal diagnosis. Cochrane Database of Systematic Reviews,
(9).

Wahyuni, H. S., et.al. (2013). Amniosentesis. Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai