Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan,
Disusun oleh :
Arum Mutiasari
NIM.P17324118048
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., karena atas nikmat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Deteksi Dini Tanda Bahaya
Komplikasi Hiperemesis Gravidarum pada Ibu dan Janin Kehamilan Muda” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan.
Dalam penulisan makalah ini tentunya ada pihak-pihak yang turut serta mendukung
kelancarannya, maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Yulinda, S.ST., M.PH selaku ketua jurusan Kebidanan Bandung Poltekkes
Kemenkes Bandung.
2. Ibu Wiwin Widayani, S.ST., M.Keb selaku Koordinator mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan.
4. Orang tua kami tercinta yang senantiasa memberikan semangat, doa dan
dukungan baik moril maupun materil.
6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Saya menyadari dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk hasil penyusunan tugas yang lebih baik.
Demikian tugas ini, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
BAB II KESIMPULAN................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA 16
3
BAB I
KAJIAN PUSTAKA
4
Dalam penelitian lebih lanjut dijumpai mekanisme yang lebih sederhana
tentang bagaimana pengendalian mual dan muntah.
5
tidak ada dan hipersalivasi akan menghilang dengan bertambahnya usia
kehamilan. Jika simtomatik dapat diberikan vitamin B kompleks dan vitamin
C.
b. Morning sickness
Terjadi sekitar 80-95%, paling ringan, kepala pusing saat bangun pagi, dan
terasa mual, tetapi tanpa muntah. Pengobatan: hindari bangun tiba-tiba atau
berjalan, duduk terlebih dahulu di tempat tidur sebelum berdiri.
c. Emesis gravidarum
Terjadi sekitar 65-70%. Mungkin masih terdapat sisa morning sickness.
Disertai muntah ringan, tetapi tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Berobat jalan dilakukan diantaranya adalah pengobatan psikologis agar
tenang, vitamin B6, vitamin B2, vitamin B kompleks serta vitamin C dan diberi
obat penenang ringan (Vilisanbe-valium 2-5 mg/hari)
d. Hiperemesis gravidarum
Terjadi sekitar 10-15%. Mual-muntah berlebihan dan telah mengganggu
aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi gangguan elektrolit ketosis, terdapat
dehidrasi dan menurunnya berat badan sebesar 5%. Terdapat beberapa
tingkat dan memerlukan hospitalisasi untuk pengobatan psikologis, rehidrasi
tambahan cairan. Diperlukan pengobatan medikamentosa khusus.
1.4 ETIOLOGI
Penyebab utamanya belum diketahui pasti. Dahulu, penyakit ini
dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga terdapat
semacam ‘racun’ yang berasal dari janin atau kehamilan. Bersama dengan
preeklamsia-eklamsia, penyakit ini dahulu dikelompokkan ke dalam penyakit
gestosis. Nama gestosis dini diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan
gestosis lanjut untuk hipertensi dalam kehamilan (termasuk preeklamsia dan
eklamsia).
Saat ini diperkirakan bahwa sindrom ini terjadi akibat peningkatan kadar
serum korionik gonadotropin atau hormon estrogen dengan cepat di dalam darah
ibu hamil. Ibu penderita hiperemesis ditemukan mengalammi peningkatan kadar
serum korionik gonadotropin total maupun β-subunit bebasnya yang bermakna
bila dibandingkan dengan ibu hamil normal.
6
Gejala mual-muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan saluran cerna, seperti
yang dialami oleh penderita diabetes melitus (gastroparesis diabetikorum) akibat
gangguan motilitas usus atau pasca vagotomi.
Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27054/Chapter%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y
7
Hingga saat ini penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui
secara pasti dan multifaktorial. Walaupun beberapa mekanisme yang diajukan
bisa memberikan penjelasan yang layak, namun bukti yang mendukung untuk
setiap penyebab hiperemesis gravidarum masih belum jelas. Beberapa teori telah
diajukan untuk menjelaskan penyebab hiperemesis gravidarum. Teori yang
dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis hiperemesis gravidarum, yaitu
faktor endokrin dan faktor non endokrin. Yang terkait dengan faktor endokrin
antara lain Human Chorionic Gonodotrophin, estrogen, progesteron, Thyroid
Stimulating Hormone, Adrenocorticotropine Hormone, human Growth Hormone,
prolactin, dan leptin. Sedangkan yang terkait dengan faktor non endokrin antara
lain immunologi, disfungsi gastrointestinal, infeksi Helicobacter pylori, kelainan
enzym metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi dan psikologis.
1.5 PATOFISIOLOGI
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti penyebabnya, namun
terdapat beberapa faktor predisposisi yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Faktor adaptasi dan hormonal
Pada ibu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum. Yang termasuk dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah
ibu hamil dengan anemia, wanita primigravida, dan overdistensi rahim
pada kehamilan ganda dan kehamilan mola hidatidosa. Sebagian kecil
primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon yang
dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya hiperemesis
gravidarum.
2) Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum
belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil,
takut kehilangan perkejaan, keretakan hubungan suami, diduga dapat
menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum.
3) Faktor alergi
Pada kehamilan, diduga terjadi invasi jaringan vili korialis yang masuk ke
dalam peredaran darah ibu sehingga faktor alergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.
1.6 KLASIFIKASI
Menurut Ida Ayu.C.M dalam buku Patologi Obstetri menyebutkan bahwa
hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi 3 tingkat sebagai
berikut :
1) Hiperemesis gravidarum tingkat pertama
a. Muntah berlangsung secara terus
b. Makan berkurang
c. Berat badan menurun
d. Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah
e. Nyeri di daerah epigastrium
f. Tekanan darah turun dan nadi meningkat
g. Lidah kering
h. Mata tampak cengkung
2) Hiperemesis gravidarum tingkat kedua
a. Penderita tampak lebih lemah
b. Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, tugor kulit makin
kurang, lidah kering dan kotor
c. Tekanan darah turun dan nadi meningkat
8
d. Berat badan makin menurun
e. Mata ikterus
f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak : urine berkurang dan
badan aseton dalam urine meningkat
g. Terjadinya gangguan buang air besar
h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apati
i. Napas berbau aseton
3) Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga
a. Muntah berkurang
b. Keadaan umum ibu hamil makin menurun : tekanan darah turun,
nadi meningkat dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas
c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus
d. Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma;
komplikasi susunan saraf pusat (ensefalopati Wernicke);
nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia (gambar tampak
ganda), dan perubahan mental.
1.7 KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi akibat hiperemesis gravidarum ini,
diantaranya :
1) Komplikasi ringan
Kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kekurangan gizi,
alkalosis, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan elektrokardiografik,
tetani, dan gangguan psikologis.
2) Komplikasi yang mengancam kehidupan
Rupture aesophageal berkaitan dengan muntah yang berat,
encephalophaty wernicke’s, haemorage, kerusakan ginjal,
pneumomediastinum secara spontan, keterlambatan pertumbuhan di
dalam kandungan dan kematian janin.
1.8 PENCEGAHAN
Adapun pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu :
1) Penerapan bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses yang fisiologis.
2) Makan sedikit tapi sering dengan makanan kering.
3) Hindari makan berminyak dan berbau.
4) Defekasi teratur
9
masyarakat sehingga mereka mampu mengambil tindakan atau merespon
secara efektif.
Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang
berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat
mengalami syok. Dehidrasi yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh
kembang janin. Oleh karena itu, pada pemeriksaan fisik harus dicari apakah
terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi nadi (>100
kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan
kesadaran. Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-
tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan.
Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan
keseimbangan elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium,
sehingga terjadi keadaan alkalosis metabolik hipokloremik disertai hiponatremia
dan hipokalemia. Hiperemesis gravidarum yang berat juga dapat membuat
pasien tidak dapat makan atau minum sama sekali, sehingga cadangan
karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai untuk pemenuhan kebutuhan
energi jaringan. Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat
dioksidasi dengan sempurna dan terjadi penumpukan asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya
adalah bau aseton (buah-buahan) pada napas. Pada pemeriksaan laboratorium
pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif
hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan hipokalemia, badan keton dalam
darah dan proteinuria. Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung
dapat terjadi bila muntah terlalu sering. Pada umumnya robekan yang terjadi
kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul dapat berhenti sendiri. Tindakan
operatif atau transfusi darah biasanya tidak diperlukan. Perempuan hamil dengan
hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam kehamilan yang
kurang (<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai
APGAR lima menit kurang dari tujuh.
1.10 DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dimulai dengan
menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu. Pada anamnesis dapat
ditemukan keluhan amenorea, serta mual dan muntah berat yang mengganggu
aktivitas seharihari. Pemeriksaan obstetrik dapat dilakukan untuk menemukan
tanda-tanda kehamilan, yakni uterus yang besarnya sesuai usia kehamilan
dengan konsistensi lunak dan serviks yang livid. Pemeriksaan penunjang kadar
β-hCG dalam urin pagi hari dapat membantu menegakkan diagnosis kehamilan.
Untuk menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidaklah sulit, yaitu
dengan menentukan kehamilan dan adanya muntah berlebihan yang sampai
menimbulkan gangguan aktivitas hidup sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang
terus-menerus tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh-
kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang khas dan bila perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium. Muntah-muntah yang tidak membaik
dengan pengobatan biasa harus dicurigai disebabkan oleh penyakit lain seperti
gastritis, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis dan fatty
liver.
1.11 INTERVENSI
10
Penderita mual muntah ringan dianjurkan untuk makan porsi kecil. Tidak
qqada makanan khusus/tertentu yang perlu dianjurkan. Semua makanan yang
dapat dimakan dan diterima adalah makanan yang baik. Makanan berlemak
sebaiknya dihindari karena umumnya menyebabkan mual.
Ibu hamil dianjurkan memakan makanan selingan berupa biskuit, roti
kering dengan teh hangat, yang dapat dimakan setelah bangun tidur, pada siang
hari dan sebelum tidur untuk segera menggantikan glukosa sehingga
mengurangi mual-muntah. Biasanya vitamin juga turut diberikan; yang paling
sering dipergunakan ialah vitamin B 6 (piridoksin), vitamin B1, vitamin C atau
vitamin B kompleks.
Obat-obat anti muntah seperti prometazin, proklorperazin, dan
klorpromazin serta infus droperidol-difenhidramin juga dapat diberikan. Pada
kasus berat, metoklopramid intravena dapat diberikan. Obat-obatan ini
diharapkan dapat merangsang motilitas lambung tanpa merangsang pengeluaran
asam lambung, kandung empedu atai pankreas. Anti muntah bekerja secara
sentral sebagai antagonis terhadap reseptor dopamin.
Adapun hiperemesis gravidarum yang memerlukan tindakan khusus atau
perawatan yang lebih intens di rumah sakit dengan indikasi :
1) Semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan, bila telah berlangsung
lama
2) Berat badan turun lebih dari 1/10 berat badan normal
3) Dehidrasi ditandai oleh turgor yang kurang dan lidah kering
4) Adanya aseton dalam urine
1.12 PENATALAKSANAAN
Menurut Rani.P (2015) ia menyebutkan panatalaksanan pada ibu hamil
hiperemesis gravidarum terdapat beberapa langkah/cara, yaitu :
1) Obat- obatan
11
Sedativa yang sering digunakan adalah luminal. Vitamin yang dianjurkan
vitamin B1 dan B6 keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik seperti
avopreg. Antihistamin juga dianjurkan.
2) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3) Terapi psikologik
4) Cairan parental
5) Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan
memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan
12
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
6) Diet
13
Gambar : Bagan fisiologi kehamilan dengan emesis gravidarum dan hiperemesis gravidarum
14
15
BAB II
KESIMPULAN
Mual muntah dalam kehamilan merupakan hal yang fisiologis selama kehamilan,
tetapi akan menjadi patologis jika mual muntah yang dirasakan lebih dari 10 kali dalam
sehari. Oleh sebab itu, penting mahasiswa kebidanan memahami hiperemesis
gravidarum agar ketika melakukan pemeriksaan antenatal atau ketika memberikan
asuhan antenatal kejadian hiperemesis gravidarum ini dapat dicegah dan diminimalisir
dengan melakukan deteksi dini komplikasi pada ibu hamil.
16
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, K., Manengkei, P. S. K., & Ocviyanti, D. (2011). Diagnosis dan Tatalaksana
Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med Assoc, Volum, 61.
17