Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas
dan Menyusui
Disusun oleh :
Kelompok 9
Tingkat 2A
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., karena atas nikmat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Nutrisi pada Asuhan Kebidanan Balita
untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Dalam penulisan tugas ini tentunya ada pihak-pihak yang turut serta mendukung
kelancarannya, maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
2. Ibu Ida Widiawati, SST., M.Kes selaku Koordinator mata kuliah Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui
4. Orang tua kami tercinta yang senantiasa memberikan semangat, doa dan
dukungan baik moril maupun materil.
5. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Saya menyadari dalam pembuatan dan penyusunan tugas ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk hasil penyusunan tugas yang lebih baik.
Demikian tugas ini, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
1.1 KASUS
Seorang ibu datang ingin berkonsultasi tentang makanan anak balita-nya,
paada seorang bidan dengan keluhan anaknya mempunyai BB yang berada
pada batas garis hijau (dalam KMS), nafsu makannya kurang baik.
Data anak sebagai berikut : Umur 3 tahun, BB 11 kg
4
makin meningkat sesuai dengan pertambahan usianya. Kebutuhan energi
balita lebih besar dari bayi. Peningkatan kebutuhan gizi harus dicermati
oleh orang tua karena gizi sangat berperan dalam pertumbuhan dan
metabolisme tubuh, supaya anak dapat tumbuh sehat dan cerdas. Selain
itu, usia balita adalah waktu yang tepat untuk mulai mengenalkan pola
makan dan etika makan yang baik. Pengenalan pola makan yang tepat
akan mempengaruhi pola makan anak sampai dewasa. Di usia ini, orang
tua mulai dapat mengenalkan aneka ragam makanan. Jangan hanya
memberi makanan yang enak menurut lidah saja, namun perlu diberikan
makanan lain, seperti daging, sayuran, biji-bijian yang mengandung gizi.
Walau kurang enak di lidah namun aneka makanan ini memiliki nutrisi
yang penting bagi balita. Karena bila sejak dini tidak diperkenalkan, maka
ketika dewasa anak, anak tidak akan pernah menyukainya. Memang perlu
waktu untuk membujuk anak agar menyukai sayuran, buah, atau yang
lainnya. Orang tua tidak boleh menyerah, pengenalan terhadap makanan
terutama jenis makanan baru memang membutuhkan waktu dan kesabaran.
Pastinya, terus berikan anak makanan yang bervariasi secara perlahan-
lahan.
Usia balita adalah usia yang baik untuk mengenalkan pola makan
yang baik. Pada usia ini, tingkat eksplorasi anak terhadap makanan mulai
timbul. Usia ini adalah peralihan anak dari mengkonsumsi bubur sereal
atau bubur susu ke makanan semi padat. Perilaku yang ditunjukkan anak
berbeda-beda terhadap makanan. Ada yang lahap, senang memainkan
makanan, atau bahkan ada anak yang sering menahan (mengemut)
makanan dalam mulutnya atau bahkan menolak makanan. Sikap menolak
atau mengemut makanan adalah kebiasaan buruk karena dapat
mempengaruhi asupan zat gizi anak. Selain itu dapat merusak kesehatan
gizi.
Kebiasaan makan yang buruk harus diubah. Cari penyebab atau
jenis makanan yang suka diemut oleh anak. Bila makanan yang suka
diemut anak adalah sup ayam atau wortel, maka daging ayam dapat
dipotong lebih kecil atau digiling supaya anak lebih mudah mengunyah.
Begitu juga dengan wortel, potong lebih kecil lagi dan direbus dengan
matang. Bila anak menolak makan, ciptakan suasana makan yang
menyenangkan dan jangan memberi anak kudapan (snack) saat makan
siang akan tiba karena anak sudah kenyang.
Selera makan anak di usia ini sering kali naik turun. Anak dapat
melahap makanan jika sedang menyukai makanan tertentu atau tidak mau
makan makanan jika selera makannya sedang menurun. Tentunya
kebiasaan menyukai makanan tertentu saja dapat menyebabkan balita
kekurangan zat gizi karena konsumsi makanan yang monoton, apalagi jika
kondisi ini berlangsung cukup lama. Orang tua dapat menyiasatinya
5
dengan membuat variasi menu dan membuat penampilan makanan lebih
menarik agar anak tidak bosan dengan makanan yang diberikan.
Anak usia balita adalah peniru yang ahli. Mereka cenderung
meniru perilaku dari orang sekitar yang sering mereka lihat. Perilaku
makan anak juga dipengaruhi oleh lingkungan. Anak akan memperhatikan
pola makan dan perilaku makan dari orang tua. Seperti anak yang tidak
suka sayuran karena melihat orang tua nya tidak menyukai sayuran. Atau
kebiasaan anak suka makan permen karena melihat teman sebaya atau
iklan permen di tv. Arahkan dan berikan penjelasan kepada anak bahwa
kebiasaan yang mereka lakukan tidak baik untuk kesehatannya.
Asupan susu pada anak di usia balita pun masih tinggi. Berikan
sesuai ambang batas kecukupan gizi yang dianjurkan oleh balita. Orang
tua jangan mengurangi asupan susu karena susu sebagai protein dan
kalsium yang baik, tentu dengan tidak mengesampingkan asupan nutrisi
esensial lainnya.
6
Daging 100 2 potong
Telur 50 1 butir
Tempe 50 2 potong
Kacang hijau 10 1 sdm
Pisang 200 4 buah
Sayuran 100 1 gelas
Minyak 10 1 sdm
Susu 400 mL 1 2⁄3 gelas
Sumber : Sutomo, Budi. (2010). Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita
7
Karakteristik balita sebagai konsumen pasif dan sebagai konsumen aktif
juga harus diperhatikan. Pola menu yang disarankan adalah pola menu
seimbang. Seimbang pada balita adalah pengaturan makanan sehat dengan
susunan menu yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi balita,
perkembangan pencernaan dan toleransi anak.
Syarat dari menu seimbang adalah memenuhi kecukupan energi
tubuh, kebutuhan protein untuk pertumbuhan, perbaikan sel yang rusak
serta pemeliharaannya. Menu juga harus mengandung cukup lemak yang
berfungsi memenuhi kebutuhan asam lemak esensial serta melarutkan
vitamin yang larut di dalam lemak. Menu seimbang juga harus cukup
mengandung vitamin, mineral dan air untuk menjaga dan memelihara
kesehatan tubuh anak. Menu pada balita adalah menu peralihan dari
makanan lunak ke makanan semi padat..
a. Kebutuhan energi
Menu makanan balita harus mencukupi zat gizi seimbang, yaitu
energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat. Zat
gizi seimbang membantu proses pertumbuhan dan perkembangan
anak. Balita membutuhkan energi dalam jumlah besar, namun sekitar
10-20% harus berasal dari protein, karena protein berfungsi sebagai
zat pembangun. Oleh karena itu, diperlukan penghitungan tepat
kebutuhan energi dan protein pada balita.
Besar kebutuhan energi dan protein balita didasarkan pada berat
badan dan prosentase kebutuhan energi dan protein. Cara
menghitungnya adalah sebagai berikut :
Kebutuhan energi sehari (kalori) = BB x % kebutuhan energi
Kebutuhan protein sehari (kalori) = Jumlah kecukupan energi x
10 – 20%
b. Higienitas dan pengelolaan bahan makanan
Higienitas atau kebersihan bahan makanan mutlak diperhatikan. Buah-
buahan dan sayuran harus dibersihkan dengan cermat guna
menghilangkan paparan dari pupuk, pestisida atau zat antihama
lainnya.
Sumber protein hewani seperti ikan, udang, kerang, daging juga perlu
diteliti kesegarannya. Sebaiknya jangan memilih bahan pangan yang
tidak segar lagi.
Sebelum membersihkan bahan pangan, tangan harus dicuci dengan
sabun sampai bersih. Air yang digunakan untuk membersihkan buah-
buahan, sayuran, dan bahan pangan haruslah air bersih guha
menghindari kontaminasi bakteri. Peralatan yang dipakai untuk
mencuci dan menampung bahan makanan yang telah dicuci juga harus
bersih. Pencucian jenis buah dan sayuran harus berhati-hati karena
dapat menghilangkan kandungan vitamin di dalamnya.
8
Ciri-ciri makanan laut yang segar :
1) Warna kulit terang
2) Mata ikan jernih dan menonjol
3) Insang berwarna merah
4) Tidak berlendir berlebihan
5) Tidak berbau busuk
6) Kulit dan daging tidak masih kenyal dan sisik ikan tidak
mudah lepas
7) Kepala udang masih utuh
8) Pilihlah kepiting/rajungan yang masih hidup. Jangan pilih
kepiting yang sudah berbentuk daging hancur
2) Cara memasak
Makanan pada batita dapat dimatangkan dengan cara direbus
dan dikukus. Mengukus adalah cara memasak dengan uap air
panas, makanan ditempatkan di atas air yang telah diberi
pembatas. Mengukus adalah cara memasak yang sering
digunakan untuk mematangkan makanan bagi batita karena
hasil tekstur masakannya lunak tanpa menghilangkan banyak
kandungan zat gizi. Selain itu, tekstur masakan kukus (tim)
lebih mudah dikunyah dan dicerna. Sebaliknya balita sudah
tidak terlalu menyukai makanan bertekstur lunak karena
9
kemampuan pencernaan mekanik atau mengunyah mereka
sudah baik, balita lebih menyukai menyantap makanan
bertekstur padat. Pada balita, makanan sudah dapat
dimatangkan dengan cara digoreng. Untuk menggoreng
gunakan minyak yang baru dan tidak menggoreng secara deep
fried (menggoreng dengan minyak yang banyak).
Merebus adalah memasak dengan memasukkan makanan
ke dalam air sehingga mendidih. Sebaiknya bahan pangan
seperti sayuran jangan direbus terlalu lama agar kandungan
gizi tidak rusak dan larut di dalam air terutama golongan
vitamin B dan C. Sayuran sebaiknya direbus terlebih dahulu
baru dipotong-potong agar nutrisinya tidak hilang saat
perebusan.
Jenis makanan yang diberikan pada balita sebaiknya tidak
merangsang lambung seperti terlalu pedas, terlalu asam, manis
atau asin. Gunakan bumbu dapur yang tidak terlalu banyak,
berempah, dan pilih bumbu yang tidak terlalu tajam rasanya.
Penyedap rasa dan MSG dapat diganti dengan menggunakan
kaldu ayam, ikan, udang atau sapi yang dibuat sendiri.
3) Mendinginkan
Angkatlah makanan yang telah matang. Bila hendak
menyajikan kepada batita, dinginkan terlebih dahulu makanan
tersebut sampai suhu ruang. Uji dulu panas makanan ke
punggung tangan. Hendaknya makanan yang dimasak harus
diberikan pada hari yang sama. Jangan diinapkan walau
disimpan di kulkas. Karena tidak menutup kemungkinan,
makanan itu tercemar bakteri atau mikroorganisme ketika
disimpan di kulkas. Pencemaran mikroorganisme pada
makanan dapat menyebabkan batita terserang diare.
Jangan menghangatkan makanan, selain merusak nilai gizi,
suhu hangat pada makanan terkadang memungkinkan justru
bakteri tertentu akan berkembang biak lebih cepat.
Menghangatkan makanan juga bisa menyebabkan makanan
justru berbahaya bagi kesehatan balita. Seperti sayuran bayam
yang mengandung zat besi(ferro) bila terlalu lama kontak
dengan udara, zat besi akan teroksidasi menjadi Fe3(ferri), zat
yang bersifat toxid bagi tubuh. Bayam juga mengandung nitrat,
zat yang akan berubah menjadi nitrit jika teroksidasi terlalu
lama dengan udara. Zat ini bersifat racun. Nitrit ini akan
semakin banyak ketika sayur bayam didiamkan atau dimasak
berulang-ulang, karenanya tidak disarankan memanaskan sayur
bayam dan mengkonsumsi sayur bayam lebih dari 4 jam.
10
d. Pola makan
Golongan Umur
1-3 4-6
(Tahun)
Berat badan (kg) 12,0 17,0
Tinggi badan
90 110
(cm)
Angka kecukupan
1000 1550
gizi (kkal)/energi
Nasi 100 g (3/4 gelas) 2 kali 4 kali
50 g (1 potong)
Lauk hewani 2 kali 2 kali
ikan/penggantinya
50 g (1 potong)
Lauk nabati 1 kali 2 kali
tempe/penggantinya
Sayur 100 g (1 gelas) 1 kali 1 kali
100 g (1 potong)
Buah 1 kali 2 kali
pepaya/penggantinya
Susu 200 ml (1 gelas) 1 kali 1 kali
Sumber : Sutomo, Budi. (2010). Menu Sehat Alami untuk Batita dan Balita
11
hidangan termasuk jenis hidangan yang kurang disukai anak. Tujuannya
adalah mengenalkan keanekaragamn rasa makanan paada anak dan
menghindari anak kekurangan gizi tertentu akibat mengkonsumsi makanan
yang monoton. Hidangan yang disajikan kepada anak sebaiknya dimasak
sendiri dengan menggunakan bahan alami bukan makanan instan atau
kemasan.
Melewati usia 12 bulan, bayi kini sudah tumbuh semakin besar dan
berubah menjadi balita. Di usia ini, anak masih dalam masa rentan karena
belum bisa memilih makanan yang berkualitas baik untuk kebutuhan gizi
yang seimbang.
Berikut ini menu pilhan untuk balita yang disesuaikan dengan usia
dan dibuat dari bahan bernutrisi tinggi dan memakai pola menu seimbang
supaya tercukupi seluruh kebutuhan gizinya. Dengan pola makan yang
baik, diharapkan balita akan tumbuh dengan baik, sehat, dan menjadi anak
yang cerdas.
12
Bahan (untuk 3 porsi):
60 gram beras merah, cuci bersih
600 ml kaldu ayam
50 gram daging ayam, cincang kasar
2 siung bawang putih, haluskan
2 sdm susu formula lanjutan sesuai usia
200 ml air
1 batang daun bawang, iris halus
1/5 sdt garam halus
Cara Membuat :
a) Tumbuk kasar beras merah dengan mesin penghalus bumbu.
Campur kaldu dengan beras merah, kemudian masak sampai
mendidih. Tambahkan daging ayam dan bawang putih, lalu
masak sambil diaduk-aduk hingga tekstur bubur lembut.
b) Larutkan susu formula sesuai usia anak dengan 200 ml air.
Masukkan susu formula lanjutan, daun bawang, dan garam
halus. Masak sampai bubur mengental. Angkat. Tuang ke
dalam mangkuk/piring saji. Hidangkan hangat.
Rasionalisasi :
13
b. Stick Nasi
Bahan :
2 centong Nasi
1 butir telur
1 buah wortel serut / brokoli/labu
2 sendok makan Tepung terigu
Daun bawang
Stick es cream
Garam secukupnya
Cara membuat :
1) Tuangkan semua bahan kedalam mangkuk: nasi, telur, daun
bawang,serutan wortel
2) Sebelum semua di campur sebaiknya nasi di lumatkan
3) Setelah semua di uleni,, masukkan tepung supaya tidak buyar
4) Dan buatlah bulat bulat atau dikepal kepal kemudian tusuk
dengan stick es cream
5) Siapkan wajan dan minyak panas goreng hingga kecoklatan
Rasionalisasi :
14
ayam ini menjadi makanan kesukaan anak-anak pada
umumnya.
Bahan :
100 gr kacang hijau
2 sdm gula pasir
1 sachet SKM coklat
Cara Membuat :
1) Rebus kacang hijau sampai empuk
2) Blender kacang hijau rebus dengan sedikit air rebusannya+
gula+SKM
3) Tuang ke wadah,simpan di freezer
Rasionalisasi :
15
BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN
2. 1 KESIMPULAN
Dari situasi kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masalah anak sulit makan
sering kali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi
masalah tersebut para orang tua harus kreatif dalam membuat/menyusun
menu makanan yang menarik namun tetap bergizi agar kebutuhan gizi anak
tetap tercukupi.
2. 2 SARAN
Sebagai mahasiswa kebidanan saya menyadari bahwa menjadi mahasiswa
kebidanan harus terampil dalam mengkaji data dari klien agar semua masalah
yang terjadi dapat ter-skrinning sehingga mendapat penanganan yang tepat.
Bidan juga harus kreatif sehingga dapat membantu ibu dalam menyusun
menu makanan yang tepat bagi balita.
16
DAFTAR PUSTAKA
Kesuma, A., Novayelinda, R., & Sabrian, F. (2015). Faktor Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Kesulitan Makan Anak
Prasekolah. JOM, 2(2).
Sutomo, B., & yanti Anggraini, D. (2010). Menu Sehat Alami Untuk Batita
& Balita. Demedia.
KD, A. B. F., & Marendra, Z. (2009). Menu sehat & permainan kreatif
untuk meningkatkan kecerdasan anak. GagasMedia.
Suardi, D. (2005). Potensi beras merah untuk peningkatan mutu
pangan. Jurnal Litbang Pertanian, 24(3), 93-100.
17