TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN ABORTUS
Abotus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum
mampu hidup di luar rahim (belum viable), dengan kriteria usia kehamilan kurang dari 20
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi
belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones,
2002).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (FK
1. Abortus spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran); merupakan kurang lebih 20% dari
semua abortus.
dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya
Abortus provokatus pada hamil muda dibawah 12 minggu dapat dilakukan dengan
sendok kuret. Pada hamil yang tua diatas 12 minggu dilakukan histerektomi, juga
1) Abortus imminens (keguguran mengancam). Abortus baru mengancam dan masih ada
2) Abortus incipiens (keguguran berlangsung). Abortus ini sudah berlangsung dan tidak
3) Abortus inkompletikus (keguguran tidak lengkap). Sebagian dari buah kehamilan telah
dilahirkan tapi sebagian (biasanya jaringan plasenta masih tertinggal didalam rahim.
dengan lengkap.
5) Missed abortion (keguguran tertunda). Missed abortion adalah keadaan dimana janin
telah mati sebelum minggu ke-22, tetapi tertahan didalam rahim selama 2 bulan atau
6) Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang). Ialah abortus yang telah berulang dan
B. Etiologi
wajar untuk memikirkan adanya sebab dasar yang mengakibatkan peristiwa berulang ini.
Sebab dasar ini dalam kurang lebih 40% tidak diketahui; yang diketahui, dapat dibagi dalam
tiga golongan:
Agar bisa menjadi kehamilan, dan kehamilan itu dapat berlangsung terus dengan
selamat, perlu adanya penyatuan antara spermatozoon yang normal dengan ovum yang
normal pula. Kelainan genetik pada suami atau istri dapat menjadi sebab kelainan pada
zigote dengan akibat terjadinya abortus. Dapat dikatakan bahwa kelainan kromosomal
yang dapat memegang peranan dalam abortus berturut-turut, jarang terdapat. Dalam
hubungan ini dianjurkan untuk menetapkan kariotipe pasangan suami istri apabila
terjadi sedikit-sedikitnya abortus berturut-turut tiga kali, atau janin yang dilahirkan
menderita cacat.
pengaruh estrogen, endometrium yang sebagian besar hilang pada waktu haid, timbul
lagi sesudah itu, dan dipersiapkan untuk menerima dengan baik ovum yang dibuahi.
Sesudah ovulasi glikogen yang terhimpun dalam sel-sel basal endometrium memasuki
sel-sel dan lumen kelenjar-kelenjar dalam endometrium, untuk kelak dibawah pengaruh
alkalin fosfatase diubah menjadi glukose. Di samping zat hidrat arang tersebut
dibutuhkan pula protein, lemak, mineral, dan vitamin untuk pertumbuhan mudigah.
adalah :
a) Kelainan hormonal
Pada wanita dengan abortus habitualis, dapat ditemukan bahwa fungsi glandula
tiroidea kurang sempurna. Oleh sebab itu pemeriksaan fungsi tiroid pada wanita-
dilakukan diluar kehamilan. Selain itu gangguan fase luteal dapat menjadi sebab
infertilitas dan abortus muda yang berulang. Gangguan fase luteal dapat
menyebabkan disfungsi tuba dengan akibat transfor ovum terlalu cepat, motilitas
uterus yang berlebihan dan kesukaran dalam nidasi karena endometrium tidak
b) Gangguan nutrisi
Penyakit-penyakit yang mengganggu persediaan zat-zat makanan untuk janin yang
sedang tumbuh dapat menyebabkan abortus. Anemia yang berat, penyakit menahun
c) Penyakit infeksi
Penyakit infeksi menahun yang dapat menjadi sebab kegagalan kehamilan ialah
luwes. Disebut pula mikoplasma hominis yang ditemukan di serviks uteri, vagina dan
d) Kelainan imunologik
menyebabkan abortus berulang, tetapi hal itu biasanya menyebabkan gangguan pada
e) Faktor psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus berulang dan keadaan mental, akan
tetapi sebelum terang sebab musababnya. Yang peka terhadap terjadinya abortus
ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat mengkhawatirkan
risiko kehamilan; begitu pula wanita yang sehari-hari bergaul dalam dunia pria dan
menganggap kehamilan sebagai suatu beban yang berat. Dalam hal-hal tersebut
Kelainan bawaan dapat menjadi sebab abortus habitualis, antara lain hipoplasia uterus,
subseptus uterus bikornis dan sebagainya. Akan tetapi pada kelainan bawaan seperti
uterus bikornis, sebagian besar kehamilan dapat berlangsung terus dengan baik.
Walaupun pada abortus habitualis perlu diselidiki dengan histerosalpingografi, apakah
ada kelainan bawaan, perlu diperiksa pula apakah tidak ada sebab lain dari abortus
Diantara kelainan-kelainan yang timbul pada wanita dewasa terdapat laserasi serviks
uteri yang luas, tumor uterus khususnya mioma, dan serviks uteri yang inkompeten.
Pada laserasi yang cukup luas, bagian bawah uterus tidak dapat memberi perlindungan
pada janin dan dapat menjadi abortus, biasanya pada inkompeten; pada kehamilan 14
minggu atau lebih ostium uteri internum perlahan-lahan membuka tanpa menimbulkan
rasa nyeri dan ketuban mulai menonjol. Jika keadaan dibiarkan, ketuban pecah dan
terjadi abortus. Mioma uteri, khususnya berjenis sub mukus, dapat mengganggu
C. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan
plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O 2 .bagian
yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan
kontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih
tertinggal yang menyebabkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, keguguran memberikan
gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran
3. akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun; dapat menimbulkan syok, nadi
meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.
2. diatas 16 minggu, dengan pembentukan plasenta sempurna dpat didahului dengan ketuban
pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi, dan dilanjutkan dengan pengeluran plasenta
3. hasil kosepsi tiak dikeluarkan lebih dari 6 minggu, sehingga terjadi ancaman baru dalam
Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi:
1. mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan seperti daging.
2. mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara amnion dan
karion
3. fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan kalsium, dan tertekan
sampai gepeng.
4. fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan, laksna kertas.
5. blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin, hanya benda
6. missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu.
B. Penatalaksanaan Kuretase
1. Pengertian Kuretase
menghisap keluar isi (kuretase hisap), atau keduanya. Aspirasi vakum, bentuk
tersering kuret hisap, memerlukan kanula kaku yang dihubungkan ke sumber
vakum bertenaga listrik (Masclsaac dan Darney, 2000; Masc dan Roman 2005
2. Tujuan Kuretase
terbagi atas :
kesuburan/fertilitas.
6
7
3. Prosedur Kuretase
Menurut fajar (2007) dalam Reni (2014) persiapan pasien sebelum kuretase
adalah:
a. Puasa
b. Persiapan psikologis
mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa aja. Seperti halnya
persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis
sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan
bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat
mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila
ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa tidak
mempan karena secara psikis rasa takutnya udah bekerja lebih dahulu.
8
Sebaliknya, bila disaat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa
mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik untuk itu
yang ada. Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat
dokter secara lengkap, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret,
persiapan yang harus dilakukan, hingga masalah atau resiko yang mungkin
membuat ibu lebih memahami dan bisa lebih tenang dalam pelaksanaan
kuret.
d. Teknik Kuretase
ummnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung. Karena itu alat-alat
diletakkan atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar, lalu
c) Kuretase
Seperti yang telah dikatakan, pakailah sendok kuret yang agak besar.
(ada tanda bergerigi) karena lebih efektif dan lebih terasa sewaktu
kelapa). Dengan demikian, kita tahu bersih atau tidaknya hasil kerokan
(Sofian, 2011).
perbatasanya pada serviks. Sesudah itu, jika perlu diadakan dilatasi pada
Pada kehamilan yang lebih tua, kantong amnion dibuka dahulu dengan
kuret dan cairan serta isi lainnya diisap keluar. Apabila masih ada yang
a. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
segera.
terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera
6
dinding kavum uteri do beberapa tempat. Sebaiknya kerokan
d. Perdarahan
(Prawirohardjo, 2007).
a. Pasien
1) cairan dan selang infus sudah terpasang, perut bawah dan lipat paha
4) Medikamentosa
Analgetika (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCI 0,5 mg/kg BB,
7
7) Instrumen :
Cunam tampon: 1
4) Instrumen :
Lampu sorot : 1
Mangkok logam : 2
2. Tindakan
kateteresasi).
8
d) Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan larutan klorin
0,5%.
secara vertikal kemudian putar dan tarik ke atas sehingga porsio tampak
dengan jelas.
i) Dengan cunam tampon, ambil kapas yang telah dibasahi dengan larutan
semula.
j) Ambil klem ovum yang lurus, jepit bagian atas porsio (perbatasan antara
l) Pegang gagang cunam dengan tangan kiri, ambil sendok kuret pasca
persalinan dengan tangan kanan, pegang diantara ibu jari dan telunjuk
menyentuh fundus.
9
m) Minta asisten untuk memegang klem ovum, letakkan telapak tangan pada
t) Lepaskan kain penutup perut bawah, alas bokong dan sarung kaki
3. Dekontaminasi
D. MANIFESTASI KLINIS
10
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak
jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri
nyeri
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif. Positif bila janin masih
masih hidup
3. Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%) dan
11
F. KOMPLIKASI
a. Perdarahan
pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
c. Infeksi
d. Syok
12
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol,
radiasi, dsb).
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)Dari aspek biologi molekular,
H. PENGKAJIAN
usia kehamilan.
oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan
tersebut berlangsung.
13
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang
yang menyertainya
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
I. PEMERIKSAAN FISIK
14
1. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya
penghidung.
2. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna,
seterusnya
3. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.
4. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
uterus.
5. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
turgor.
6. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon
15
yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan
sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
K. RENCANA TINDAKAN
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Tidak terjadi devisit volume
cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria Hasil :
c. Turgor kulit kembali normal dapat balik kembali dalam dan delik
16
Intervensi :
massif
pemeriksaan fisik
sirkulasi
Tujuan :
Intervensi :
17
2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
kemampuan/kondisi klien
jaringan intrauteri
Tujuan :
Intervensi :
mengatasi nyeri
18
3) Kolaborasi pemberian analgetika
spectrum luas/spesifik
vulva lembab
Tujuan :
perawatan perdarahan
Intervensi :
dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak
perdarahan
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
19
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Tujuan :
Intervensi :
penyakit
cemas
20
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan
menurunkan kecemasan
5) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga
DAFTAR PUSTAKA
21
http://www.academia.edu/16306716/Laporan Pendahuluan Abortus Inkomplit
22