Lapkas STEMI Cardiologi
Lapkas STEMI Cardiologi
Lapkas STEMI Cardiologi
(STEMI)
Oleh :
FINDA REDHIZA (120100022)
ADELINE (120100226)
FEBRYANTY JUSTICYA (120100234)
Pembimbing : dr. Hilfan Ade Putra Lubis, Sp. JP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “ST-Elevation Myocardial Infarction (STEMI)”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Kardiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, dr. Hilfan Ade Putra Lubis, Sp. JP, yang telah meluangkan
waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini
sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3
BAB 3 STATUS ORANG SAKIT ................................................................................. 13
BAB 4 FOLLOWUP........................................................................................................ 20
BAB 5 DISKUSI KASUS ................................................................................................ 23
BAB 6 KESIMPULAN .................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
terdiri dari angina pektoris tidak stabil(UAP), infark miokard tanpa ST-
elevasi(NSTEMI) dan infark miokard dengan ST-elevasi(STEMI). Ketiga gangguan
ini memiliki gejala awal yang sama serta tatalaksana awal yang serupa.6
Secara umum, faktor risiko dari sindrome koroner akut dibagi menjadi
faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi hipertensi, merokok, dislipidemia,
diabetes melitus, obesitas dan sindrom metabolik, stress dan inaktivitas fisik.
Sementara usia, jenis kelamin, etnis dan riwayat penyakit keluarga merupakan faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi.5
Karakteristik utama infark miokarad dengan ST-elevasi adalah angina
tipikal dan perubahan EKG dengan gambaran elevasi yang diagnostik untuk
STEMI.Penalatalaksanaan STEMI dimulai sejak kontak medis pertama. Pencegahan
keterlambatan sangat penting dalam penanganan STEMI karena waktu paling
berharga dalam infark miokard akut adalah di fase sangat awal, di mana pasien
mengalami nyeri hebat dan kemungkinan mengalami henti jantung.6
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit infark miokard
elevasi segmen ST (STEMI).
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap
kasus infark miokard elevasi segmen ST (STEMI) serta melakukan
penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan akurat sehingga mendapatkan
prognosis yang baik.
1.3 Manfaat
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk lebih memahami dan memperdalam secara teoritis tentang
infark miokard elevasi segmen ST (STEMI).
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai
infark miokard elevasi segmen ST (STEMI)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi SKA
Sindrom koroner akut adalah sindrom klinik yang mempunyai dasar
patofisiologi yang sama yaitu adanya erosi, fisur, ataupun robeknya plak atheroma
sehingga menyebabkan trombosis intravaskular yang menimbulkan
ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard.7
Sindrom Koroner Akut (SKA) menggambarkan suatu penyakit yang berat,
dengan mortalitas tinggi serta merupakan suatu keadaan gawat darurat jantung
dengan manifestasi klinis berupa keluhan perasaan tidak enak atau nyeri dada yang
disertai dengan gejala lain sebagai akibat iskemia miokard.8
2.7 Diagnosa
Diagnosa SKA menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada
pasien dengan karakteristik : pria, diketahui mempunyai penyakit arterosklerosis non
koroner, diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark miokard/
bedah pintas koroner/IKP, mempunyai faktor resiko (umur, hipertensi, merokok,
dislipidemia, DM, riwayat PJK dini dalam keluarga.6
Anamnesis
Keluhan pasien dengan iskemi dapat berupa nyeri dada yang tipikal seperti
rasa tertekan atau berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang,
area interskapular, bahu, atau epigastrium.Keluhan ini dapat berlangsung intermiten
atau persisten (lebih dari 20 menit). Keluhan sering disertai diaphoresis, mual atau
muntah, nyeri abdominal, sesak napas, sinkop.6
Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada
pasien dengan karakteristik sebagai berikut :
7
1. Pria
2. Diketahui mempunyai penyakit aterosklerosis non koroner (penyakit arteri
perifer / karotis)
3. Diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark miokard,bedah
pintas koroner, atau IKP
4. Mempunyai faktor risiko: umur, hipertensi, merokok, dislipidemia,
diabetesmellitus, riwayat PJK dini dalam keluarga, yang diklasifikasi atas risiko
tinggi, risiko sedang, risiko rendah menurut NCEP (National Cholesterol
Education Program).6
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai :
- Umum : kecemasan, sesak, keringat dingin, tekanan darah normal atau
meningkat.
- Leher : normal atau sedikit peningkatan TVJ
- Jantung :takikardia, S1 lemah, timbulnya S4, terdapatnya S3, murmur
sistolik.
- Paru : rales atau mengi bila terdapat gagal jantung
- Ekstremitas : normal atau terdapat tanda penyakit vascular perifer.11
Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG 12 sadapan sangat penting untuk pengenalan STEMI,
LBBB baru pada kondisi klinis yang sama dapat dianggap setara. Elevasi ST
menunjukan beberapa berapa millimeter lebih besar voltase pada segmen ST
dibandingkan segmen PR.12
8
Elevasi segmen ST bermakna jika elevasi > 1 mm pada sadapan ekstremitas dan
>2 mm pada sadapan prekordial di dua atau lebih sadapan yang menghadap ke
daerah anatomi jantung yang sama.12
Tabel 2.1. Lokasi Infark Miokard berdasarkan EKG12
Lokasi Infark Lokasi Elevasi Arteri Kororner
Miokard Akut Segmen ST
Anterior V3,V4 Arteri koroner kiri cabang LAD-
diagonal
Anteroseptal V1,V2,V3,V4 Arteri koroner kiri cabang LAD-
diagonal, cabang LAD-septal
Anterior I,aVL,V2-V6 Arteri koroner kiri – proksimal LAD
ekstensif
Anterolateral I,aVL,V3,V4,V5,V Arteri koroner kiri cabang LAD-
6 diagonal dan/cabang sirkumfleks
Inferior II,III,aVF Arteri koroner kanan (paling sering)
cabang desenden posterior dan/ cabang
arteri koroner kiri sirkumfleks
Lateral I,aVL,V5,V6 Arteri koroner kiri cabang LAD-
diagonal dan/cabang sirkumfleks
Septum V1,V2 Arteri koroner kiri cabang LAD-septal
Posterior V7,V8,V9 Arteri koroner kanan/sirkumfleks
Ventrikel Kanan V3R-V4R Arteri koroner kanan bagian proksimal
9
Biomarka Jantung
Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atautroponin I/T merupakan marka
nekrosis miosit jantung dan menjadi markauntuk diagnosis infark miokard.Dalam
keadaan nekrosis miokard, pemeriksaan CK-MB atau troponin I/T menunjukkan
kadar yang normal dalam 4-6 jam setelah awitan SKA, pemeriksaan hendaknya
diulang 8-12 jam setelah awitan angina. Jika awitan SKA tidak dapat ditentukan
dengan jelas, maka pemeriksaan hendaknya diulang 6-12 jam setelah pemeriksaan
pertama. Kadar CK-MB yang meningkat dapat dijumpai pada seseorang dengan
kerusakan otot skeletal (menyebabkan spesifisitas lebih rendah) dengan waktu paruh
yang singkat (48 jam).Mengingat waktu paruh yang singkat, CK-MB lebih terpilih
untuk mendiagnosis ekstensi infark (infark berulang) maupun infark periprosedural.6
2.8 Penatalaksanaan
Tindakan Umum dan Langkah Awal
Terapi awal pada pasien dengan diagnosa kerja kemungkinan SKA atau
SKA atas keluhan angina di ruang gawat darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan
EKG dan atau marka jantung adalah :
1. Tirah baring
2. Suplemen O2 harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi O2 arteri
< 95% atau mengalami distres respirasi. Suplemen O2 dapat diberikan pada semua
pasien SKA dalam 6 jam pertama, tanpa mempertimbangkan saturasi O2 aspirin.
10
3. Nitrogliserin tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang masih
berlangsung, jika nyeri dada tidak hilang bisa diulang sampai 3 kali.
4. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada pasien tanpa komplikasi.
5. Clopidogrel dengan dosis awal 300 mg dilanjutkan dengan maintanance
75 mg per hari.
6. Morfin sulfat 1-5 mg IV, dapat diulang 10-30 menit bagi pasien yang tidak
responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual.6
Terapi Reperfusi
Terapi reperfusi segera, baik dengan IKP atau farmakologis,
diindikasikanuntuk semua pasien dengan gejala yang timbul dalam 12 jam dengan
elevasisegmen ST yang menetap atau Left Bundle Branch Block (LBBB) yang
(terduga)baru.Terapi reperfusi (sebisa mungkin berupa IKP primer) diindikasikan
apabilaterdapat bukti klinis maupun EKG adanya iskemia yang sedang
11
berlangsung,bahkan bila gejala telah ada lebih dari 12 jam yang lalu atau jika
nyeri danperubahan EKG tampak tersendat.6
Dalam menentukan terapi reperfusi, tahap pertama adalah menentukan
adarumah sakit sekitar yang memiliki fasilitas IKP. Bila tidak ada, langsungpilih
terapi fibrinolitik. BIla ada, pastikan waktu tempuh dari tempat kejadian(baik
rumah sakit atau klinik) ke rumah sakit tersebut apakah kurang ataulebih dari (2
jam). Jika membutuhkan waktu lebih dari 2 jam, reperfusi pilihanadalah
fibrinolitik. Setelah fibrinolitik selesai diberikan, jika memungkinkanpasien dapat
dikirim ke pusat dengan fasilitas IKP.6
2.9. Prognosis
Terdapat beberapa sistem untuk menentukan prognosis:13
1) Klasifikasi Killip berdasarkan pemeriksaan fisik
Tabel 2.2. Klasifikasi Killip13
Kelas Definisi Proporsi Mortalitas
pasien (%)
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT
Kepaniteraan Klinik RSUP. H. Adam Malik
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan 2016
No. RM : 67.86.29 Tanggal : 19/06/2016 Hari : Minggu
Nama Pasien : Crescenda Umur : 29 tahun11 bulan Jenis Kelamin :
Tendri Laki-laki
Pekerjaan : wiraswasta Alamat: Jl. SM.Raja, Medan Agama : Kristen
Tlp : - Hp : -
ANAMNESIS
√ Autoanamnesis Alloanamnese
Status Presens:
KU : Baik Kesadaran : CM TD : 110/80 mmHg
HR : 82 x/i, reguler RR : 18 x/i Suhu : 36, 50C
Sianosis : (-) Ortopnu : (-) Dispnu: (-)
Ikterus : (-) Edema : (-) Pucat : (-)
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-)
Leher : TVJ R+2 cmH2O
Dinding toraks Batas Jantung
Inspeksi : Simetris fusiformis Atas : ICS II LMCS
Palpasi : SF kanan = kiri Bawah : Diafragma
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru Kanan : LPSD
Kiri : 1 cm medial LMCS
Auskultasi
Jantung : S1 (+) N S2 (+) N S3 (-) S4 (-) regular,
Murmur (-)
Punctum maximum :- Radiasi : -
Elektrokardiografi
Foto Toraks
CTR: 48%; Segmen Aorta: Normal; Segmen Pulmonal: Normal; Pinggang Jantung:
(+) normal; Apeks: downward; Kongestif: -; Infiltrat : -; dll: -
Kesan:Normal
17
Metabolisme Karbohidrat
KGD sewaktu : 107 mg/dL (<200)
Elektrolit
Natrium : 138 mEq/L (135-155)
Kalium : 3,9mEq/L (3,6-5,5)
Clor : 106 mEq/L (96-106)
Ginjal
BUN : 11 mg/dL (9-21)
Ureum : 24 mg/dL (19-44)
Kreatinin : 1,02 mg/dL (0,7-1,3)
Enzim Jantung
CK-MB : 220 U/L (≤24)
Troponin I : 15,50ng/mL (<0,1)
Diagnosa kerja : STEMI anteroseptal onset 13 jam KILLIP I TIMI risk 1/14
1. Fungsional : KILLIP I TIMI risk 1/14
2. Anatomi : Coronary Artery
3. Etiologi : Ruptur Plak
18
Diferensial Diagnosis:
- Diseksi aorta
- Perikarditis
- Emboli Paru
Pengobatan:
Bedrest
O2 2-4 L/i via nasal canule
IVFD NaCl 0,9 %10 gtt/i mikro
ISDN 3x5 mg
Inj. Lovenox 0,6 cc / 12 jam
Clopidogrel 1x75 mg
Aspilet 1x80 mg
Simvastatin 1x40 mg
Captopril 3x6,25mg
Bisoprolol 1x1,25 mg
BAB 4
FOLLOW UP
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Faktor Resiko SKA14 Pada kasus, didapatkan pasien memiliki
Yang tidak dapat dimodifikasi : faktor resiko PJK yaitu :
Usia Laki-laki
Resikomeningkat dengan bertambahnya Merokok
usia,>45 tahun pada pria dan >55 tahun pada Hiperkolesterolemia
wanita
Jenis kelamin
Laki-laki > perempuan walaupun setelah
menopause, tingkat kematian perempuan
akibat penyakit jantung meningkat namun
tidak sebanyak tingkat kematian pada laki-
laki
Riwayat Keluarga
Anak dengan orangtua dan saudara
kandung memiliki riwayat penyakit jantung
lebih beresiko untuk terkena penyakit
jantung
Manifestasi klinis :6
Pada kasus :
Nyeri dada tipikal
Dijumpai adanya keluhan nyeri dada
Nyeri dada persisten dirasakan >20 menit
dirasakan di dada sebelah kiri, bersifat
di daerah retrosternal. Nyeri seperti tertimpa
menjalar hingga ke punggung disertai
beban berat, ditekan, rasa terbakar, ditusuk
keringat dingin. Nyeri dirasakan seperti
dan nyeri menjalar ke bahu, lengan, leher,
tertimpa beban berat. Mual dijumpai namun
sampai ke epigastrium. Nyeri dicetuskan
tidak muntah. Nyeri dada berlangsung lebih
oleh aktifitas fisik dan stress emosional
dari 30 menit. Nyeri dada dirasakan
Gejala penyerta
bertambah berat ketika pasien berjalan jauh
Diaphoresis (keringat dingin), mual
dan berkurang jika pasien istirahat.
muntah, sulit bernafas, cemas, dan lemas
24
Klasifikasi Killip13
BAB 6
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
Bapak C, berusia 29 tahun, mengalami STEMI anteroseptal onset 13 jam
Killip I TIMI risk 1/14 dan diberi pengobatan:
- Bedrest
- O22-4 l/i via nasal canule
- IVFD NaCl 0,9 %10 gtt/i mikro
- Inj. Lovenox 0,6 cc / 12 jam
- ISDN 3x5 mg
- Laxadyn syr 1xCI
- Clopidogrel 1x75 mg
- Aspilet 1x80 mg
- Simvastatin 1x40 mg
- Captopril 3x6,25mg
- Bisoprolol 1x1,25 mg
32
DAFTAR PUSTAKA
11. Liwang, F., Wijaya, I.,P., 2014. Penyakit Jantung Koroner. Dalam :Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta : Media Aesculapius : 200-215.
12. Dharma, S., 2015. Cara mudah Membaca EKG. Jakarta: EGC.
13. Farissa, I.,P., 2012. Komplikasi Pada Pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi
(STEMI) yang Mendapat Maupun Tidak Mendapat Terapi Reperfusi.
Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
14. Nielsen, K., Faergeman, O., Larsen M.L., Foldspang, A., 2006. "Danish
singles have a two fold risk of acute coronary syndrome. Dalam: Nurulita, A.,
Bahrun, U., Arif, M., 2011. Perbandingan Kadar Apolipoprotein B dan Fraksi
Lipid Sebagai Faktor Resiko Sindroma Koroner Akut. JST Kesehatan 2011.
15. Fuster,at al. Hurst, The Heart. 13th, 2011, McGraw Hill Publisher.
16. ESC Guidelines for the management of acute myocardial infarction in patients
presenting with ST-segment elevation. Eur Heart J 2012; 33 :2501–2502.