Anda di halaman 1dari 103

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan
nilai (values), perhatian (interest), yang mempunyai kelompok khusus dengan
batas-batas geografi yang jelas dengan norma dan nilai yang telah melembaga
(Sumijatun dkk, 2011). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu
hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam kelompok masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2009).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan telah menyelesaikan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan secara terintegrasi dengan
Susenas Maret (Badan Pusat Statistik). Terintegrasinya riset ini sangat penting
karena dimungkinkan analisis yang lebih mendalam.Status kesehatan dan
determinan kesehatan bisa dilihat dari faktor sosial ekonomi, sehingga informasi
yang dihasilkan lebih komprehensif.
Pengumpulan data Riskesdas yang dilakukan pada 300.000 sampel rumah
tangga (1,2 juta jiwa) telah menghasilkan beragam data dan informasi yang
memperlihatkan wajah kesehatan Indonesia. Prevalensi penyakit Tidak Menular
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain
kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi.
Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi
8,5%; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8% menjadi
34,1%. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola
hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta
konsumsi buah dan sayur. Sejak tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja (10-
18 tahun) terus meningkat, yaitu 7,2% (Riskesdas 2013), 8,8% (Sirkesnas 2016)

1
dan 9,1% (Riskesdas 2018). Data proporsi konsumsi minuman beralkohol pun
meningkat dari 3% menjadi 3,3%. Demikian juga proporsi aktivitas fisik kurang
juga naik dari 26,1% menjadi 33,5% dan 0,8% mengonsumsi minuman
beralkohol berlebihan. Hal lainnya adalah proporsi konsumsi buah dan sayur
kurang pada penduduk 5 tahun, masih sangat bermasalah yaitu sebesar 95,5%
(Riskesdas, 2018).
Berdasarkan hal tersebut diatas pembangunan kesehatan mempunyai arti
penting dalam kehidupan nasional diantaranya kegiatan preventif dan promotif
menuju derajat kesehatan masyarakat yang optimal guna mengembangkan
kualitas sumber daya manusia sebagai dasar pembangunan nasional. Upaya
pelayanan kesehatan sebagai salah satu ujung tombak, Sistem Kesehatan
Nasional hendaknya dapat diterima dan dijangkau oleh masyarakat. Pendekatan
dalam upaya ini memerlukan strategi diantaranya meningkatkan peran serta
masyarakat hal ini sesuai dengan keyakinan bahwa kesehatan tidak hanya menjadi
tanggungjawab pemerintah tetapi juga tanggungjawab masyarakat.
Sejalan dengan keyakinan diatas, untuk mencapai tujuan yang diinginkan
salah satunya melalui peran aktif tenaga keperawatan karena perawat merupakan
kunci pelayanan kesehatan utama (WHO 1987). Salah satu cabang ilmu
keperawatan yang memberikan gambaran keterkaitan perawat dengan masyarakat
adalah Keperawatan Komunitas. Fokus pelayanan tersebut adalah meningkatkan
dan memelihara kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
Dalam mengaplikasikan teori keperawatan komunitas mahasiswa STIKIM
yang melakukan praktek lapangan di RW 07 Kelurahansampai dengan 30
Agustus 2019. Pendekatan perawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan
pada keluarga, gerontik dan Jiwa pembinaan wilayah luas (komunitas). Setiap
Mahasiswa membina 2 keluarga untuk komunitas dilakukan pendekatan peran
serta masyarakat melalui pembentukan kelompok kerja kesehatan. Dengan adanya
mahasiswa sebagai motivator dan fasilitator di RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan untuk mencapai kemandirian dalam

2
upaya kesehatan. Dalam pelaksanaannya, mahasiswa menggunakan pendekatan
proses keperawatan meliputi tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi bersama masyarakat sebagai mitra.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan konsep keperawatan komunitas yang diperoleh dalam
perkuliahan pada kondisi yang nyata dilapangan.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masyarakat yang ada di RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan
b. Menganalisa masalah-masalah kesehatan dan diaplikasikan pada ilmu
keperawatan. Masalah tersebut di ditemukan di RW07Kelurahan Srengseng
Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan masalah yang di
dapat di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta
Selatan

C. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada
masyarakat.
b. Belajar menjadi role model dalam menerapkan asuhan keperawatan
komunitas.
c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan
interpersonal.

3
e. Melatih kemampuan untuk memodifikasi lingkungan untuk pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan

2. Untuk Masyarakat
a. Mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan menyadari
masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan
yang ada di masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatan dan mempunyai upaya
peningkatan status kesehatan.
d. Masyarakat mampu menerapkan paradima sehat dalam mempertahankan
status kesehatan

3. Untuk Pendidikan
a. Salah satu tolok ukur kebersihan Program Study Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju khususnya dibidang keperawatan
komunitas.
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model
praktek keperawatan komunitas selanjutnya.

4. Untuk Profesi
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga
profesi mampu mengembangkanya.

4
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Bab I, berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, tujuan
umum dan khusus, yang terkait dengan RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah
Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan
2. Bab II, adalah tinjauan teoritis, yang terdiri dari Keperawatan Komunitas,
Asuhan Keperawatan Komunitas.
3. Bab III, berisi aplikasi keperawatan komunitas yang terdiri dari pengkajian
meliputi pengantar, profil wilayah, diagram beserta analisanya, diagnosa
keperawatan komunitas di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan
Jagakarsa Jakarta Selatan, perencanaan yang terdiri dari diagnosa keperawatan
komunitas yang berisi tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek, tindakan
keperawatan dari Planning Of Action (POA) pelaksanaan meliputi fase
persiapan, fase proses, dan hasil kegiatan, evaluasi serta susunan rencana
tindak lanjut.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Indonesia Sehat
Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang
ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup
sehat, memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di
seluruh republik Indonesia. Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan
atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan
sebagai INDONESIA SEHAT 2015.
Dengan adanya rumusan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan
pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat
yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Perilaku masyarakat Indonesia sehat 2015 adalah perilaku proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah terjadinya resiko penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi akif dalam gerakan
kesehatan masyarakat. Selanjutnya masyarakat mempunyai kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.Layanan yang tersedia adalah
layanan yang berhasil guna dan berdaya guna yang tersebar secara merata di
Indonesia.Dengan demikian terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.

6
Untuk dapat mewujudkan visi INDONESIA SEHAT 2015, ditetapkan
empat misi pembangunan kesehatan sebagai berikut:
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh
hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja
keras serta kontribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya.Untuk
optimalisasi hasil kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan
masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan.
Dengan kata lain untuk dapat terwujunya INDONESIA SEHAT 2015, para
penanggungjawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-
pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Program
pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap kesehatan,
seyogyanya tidak diselenggarakan.Untuk dapat terlaksananya pembangunan
yang berwawsasankesehatan, adalah seluruh tugas yang berelemen dari
sistem kesehatan untuk berperan sebagai penggerak utama pembangunan
nasional berwawasan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta.Apapun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa
kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan
mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai.Perilaku yang sehat dan
kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapat pelayanan kesehatan
yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan
kesehatan.Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi
sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,
dan terjangkau.

7
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau mengandung makna bahwa salah satu tanggungjawab sektor
kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau oleh masyarakat.Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tidak semata-mata berada di tangan pemerintah, melainkan
mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat
dan berbagai potensi swasta.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya mengandung makna bahwa tugas utama sektor
kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warga
negaranya, yakni setiap individu, keluarga dan masyarakat Indonesia, tanpa
meninggakan upaya menyembuhkan penyakit atau memulihkan kesehatan
penderita. Untuk terselenggaranya tugas ini penyelenggaraan upaya
kesehatan yang harus diutamakan adalah yang bersifat promotif dan
preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif.Agar dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
diperlukan pula terciptanya lingkungan yang sehat, dan oleh karena itu
tugas-tugas penyehatan lingkungan harus pula lebih
diprioritaskan.(Syafrudin, 2009)

Kemudian mengenai tujuan kebijakan pembangunan nasional terekam


secara rinci dalam suatu paket programSDGS MDGs. Sasaran pembangunan
milenium (Millennium Development Goals atau MDGs) adalah Deklarasi
Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000,
berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.

8
Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan
masyarakat pada 2015.Target ini merupakan tantangan utama dalam
pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan
diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan
kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New
York pada bulan September 2000 tersebut.Pemerintah Indonesia turut
menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan
menandatangani Deklarasi Milenium itu.Deklarasi berisi komitmen negara
masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran
pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang
terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan
deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk
mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan,
menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan
kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak
balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang tidak
memiliki akses air bersih pada tahun 2015.
Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000
menyetujui agar semua negara:
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem
a. Target 1A: Menurunkan proporsi penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan menjadi setengahnya antara 1990-2015.
Menggunakan garis kemiskinan nasional, angka kemiskinan
Indonesia pada 1990 adalah 15,1%. Dasar penghitungan berubah pada
1996, sehingga sebenarnya data setelah itu tidak bisa begitu saja
dibandingkan dengan data-data dari tahun-tahun sebelumnya. Seandainya
kita menggunakan dasar penghitungan saat ini, angka pada 1990 akan
sedikit lebih tinggi dari 15,1%. Namun, karena belum ada perhitungan
ulang, laporan ini menggunakan angka 15,1%. Pada 2006, terjadi

9
peningkatan kemiskinan yang kemudian sedikit menurun pada 2008
menjadi 15,4%. Mencermati berbagai kecenderungan akhir-akhir ini,
seharusnya masih mungkin untuk mengurangi kemiskinan menjadi 7,5%
pada 2015. Sementara, menggunakan garis kemiskinan 1 dollar per hari,
situasi sepenuhnya berbeda. Berbasiskan ukuran tersebut, Indonesia telah
mencapai target karena berhasil mengurangi tingkat kemiskinan dari 21%
(1990) menjadi 7,5% pada 2006. Dua indikator lain memberikan
informasi pelengkap. Indikator yang lebih rumit adalah ”rasio
kesenjangan kemiskinan (poverty gap ratio)” yang mengukur perbedaan
antara penghasilan rata-rata penduduk miskin dengan garis kemiskinan.
Pada 1990 rasio-nya adalah 2,7% dan 2,8% pada 2008, menunjukkan
bahwa situasi penduduk miskin belum banyak mengalami perubahan.
Indikator yang lebih sederhana adalah indikator penyebaran penghasilan:
total jumlah konsumsi penduduk termiskin secara nasional adalah 20%.
Ini pun belum banyak berubah.Antara tahun 1990 dan 2008, angkanya
berada pada sekitar 9%.
b. Target 1B: Menyediakan seutuhnya Pekerjaan yang produktif dan layak,
terutama untuk perempuan dan kaum muda.
Untuk mengukur kemajuan pencapaian target ini, empat buah
indikator digunakan; yaitu: (i) pertumbuhan PDB per proporsi jumlah
pekerja/ produktivitas pekerja, (ii) rasio pekerja terhadap populasi, (iii)
proporsi pekerja yang hidup dengan kurang dari $1 per-hari/ pekerja
miskin dan (iv) proporsi pekerja yang memiliki rekening pribadi dan
anggota keluarga bekerja terhadap jumlah pekerja total/ pekerja rentan.
Kemajuan pencapaian target ini diindikasikan dengan semakin tingginya
rasio, yang artinya semakin tingginya angkatan kerja yang mendapatkan
pekerjaan. Data terakhir terkait pekerja miskin di Indonesia adalah 8,2%
(2006), dan belum beranjak jauh dari pencapaian tahun 2002. Pekerja
renran di Indonesia mengalami sedikit penurunan semenjak tahun 2003,

10
meskipun mayoritas pekerja (62%) masih tergolong sebagai pekerja yang
rentan. Produktivitas pekerja juga mengalami peningkatan yang cukup
baik, dimana rata-rata per-tahunnya mencapai 4,3% dalam periode tahun
2000 hingga 2007.
c. Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi
setengahnya antara tahun 1990 dan 2015. Indikator pertama adalah
prevalensi anak usia di bawah lima tahun (balita) dengan berat badan
kurang. Angka saat ini adalah 28% dan nampaknya akan meningkat.
Dengan angka ini, jelas kita tidak (akan) mencapai target. Indikator kedua
adalah proporsi penduduk yang mengkonsumsi kebutuhan minimum per
harinya. Dengan menggunakan perhitungan FAO, tampaknya Indonesia
masih berada di jalur yang benar untuk mencapai target MDGs ini.
2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua
a. Target 2A: Memastikan bahwa pada 2015 semua anak di manapun, laki
laki maupun perempuan akan bisa menyelesaikan pendidikan dasar
secara penuh.
Terdapat dua indikator yang relevan. Pertama, untuk tingkat
partisipasi di sekolah dasar, Indonesia telah mencapai angka 94,7%.
Berdasarkan kondisi ini, kita dapat mencapai target 100% pada
2015.Indikator kedua berkaitan dengan kelulusan, yaitu proporsi anak
yang memulai kelas 1 dan berhasil mencapai kelas 5 sekolah dasar.Untuk
Indonesia, proporsi tahun 2004/2007 adalah 81%.Namun, sekolah dasar
berjenjang hingga kelas enam.Karena itu, untuk Indonesia lebih pas
melihat pencapaian hingga kelas enam.Jumlahnya adalah 77% dengan
kecenderungan terus meningkat.Artinya, kita bisa mencapai target yang
ditetapkan.Data kelulusan yang digunakan dalam laporan ini berasal dari
Departemen Pendidikan Nasional berdasarkan data pendaftaran
sekolah.Berbeda dengan Susenas (2004), yang menghitung angka yang
jauh lebih besar, yaitu sekitar 95%.

11
Indikator ketiga untuk tujuan ini adalah angka melek huruf
penduduk usia 15-24 tahun. Dalam hal ini, nampaknya kita cukup
berhasil dengan pencapaian 99,4%. Meskipun demikian, kualitas melek
huruf yang sesungguhnya mungkin tidak setinggi itu karena tes baca tulis
yang diterapkan oleh Susenas terbilang sederhana
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
a. Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan
dasar dan lanjutan, lebih baik pada 2007, dan di semua jenjang
pendidikan paling lambat tahun 2015 .
Yang menjadi indikator utama adalah rasio anak perempuan
terhadap anak laki-laki di pendidikan dasar, lanjutan dan tinggi. Disini
Indonesia tampaknya sudah mencapai target, dengan rasio 100% di
sekolah dasar, 99,4% di sekolah lanjutan pertama, 100,0% di sekolah
lanjutan atas, dan 102,5% di pendidikan tinggi.
Indikator kedua adalah rasio melek huruf perempuan terhadap laki-
laki untuk usia 15-24 tahun. Disini pun, tampaknya kita telah mencapai
target dengan rasio 99,9%.
Indikator ketiga adalah sumbangan perempuan dalam kerja berupah
di sektor non-pertanian.Disini kita masih jauh dari kesetaraan.Nilainya
saat ini hanya 33%.
Indikator keempat adalah proporsi perempuan di dalam parlemen,
dimana proporsinya saat ini hanya 11,3%.
4. Menurunkan angka kematian anak
a. Target 4A: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya
antara 1990 dan 2015
Karena itu, indikator utama tujuan ini adalah angka kematian anak
di bawah lima tahun (balita). Target MDGs adalah untuk mengurangi dua
pertiga angka tahun 1990. Saat itu, jumlahnya 97 kematian per 1.000

12
kelahiran hidup.Target saat ini adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran
hidup.Dengan demikian, Indonesia cukup berhasil.
Indikator kedua adalah proporsi anak usia satu tahun yang
mendapat imunisasi campak. Angka ini telah meningkat,menjadi 72%
untuk bayi dan 76% untuk anak dibawah 23 bulan pada 2006, namun
perlu lebih ditingkatkan lagi.
5. Meningkatkan kesehatan ibu
a. Target 5A: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya
antara 1990 dan2015.
Data tersedia yang terdekat dengan tahun 1990 berasal dari tahun
1995.Berdasarkan datadata tersebut, target yang harus dicapai adalah 97.
Melihat kecenderungan saat ini, Indonesia tidak akan mencapai target.
Indikator kedua yaitu proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, saat ini menunjukkan angka 73%.
b. Target 5B: Mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk
semua pada 2015
Penggunaan kontrasepsi oleh wanita usia 15-49 tahun meningkat menjadi
61.0%. Perawatan antenatal juga mengalami peningkatan.Akan tetapi,
dengan keterbatasan data, sulit untuk mengukur sejauh mana pencapaian
target akses untuk kesehatan reproduksi.
6. Memerangi HIVdan AIDS, malaria serta penyakit lainnya
a. Target 6A: Menghentikan dan mulai membalikkan tren penyebaran HIV
dan AIDS pada 2015
Prevalensi saat ini adalah 5,6 per 100.000 orang di tingkat nasional
namun pada saat ini tidak ada indikasi bahwa kita telah menghentikan
laju penyebaran HIV dan AIDS. Meskipun demikian, kita semestinya bisa
melakukannya.Hampir semua data yang ada berikut ini, terkait dengan
kelompok-kelompok berisiko tinggi.

13
Prevalensi HIV  Para pengguna napza jarum suntik 2003: Jawa
Barat, 43%. PSK perempuan 2003: Jakarta, 6%; Tanah Papua 17%. PSK
laki-laki 2004: Jakarta, 4%. Narapidana 2003: Jakarta, 20%.
Tes  Melakukan tes selama 12 bulan terakhir dan mengetahui
hasilnya, 2004-2007: PSK perempuan, 15%; pelanggan pekerja seks, 3%;
pengguna napza jarum suntik 18%; laki-laki yang berhubungan seks
dengan laki-laki, 15%.
Pengetahuan  Proporsi kelompok yang tahu bagaimana mencegah
infeksi dan menolak kesalahpengertian utama 2004: PSK, 24%;
pelanggan pekerja seks, 24%; laki-laki yang berhubungan seks dengan
laki-laki, 43%; pengguna napza jarum suntik,7%.
b. Target 6B: Tersedianya akses universal untuk perawatn terhadap
HIV/AIDS bagi yang memerlukan, pada 2010
Untuk target ini, belum ada data tersedia
c. Target 6C: Menghentikan dan mulai membalikkan kecenderungan
persebaran malaria dan penyakit-penyakit utama lainnya pada 2015
- Malaria Tingkat kejadian hingga 18.6 juta kasus per tahun. Jumlah
ini mungkin sudah turun.
- Tuberkulosis (TBC) Prevalensi: 262 per 100.000 atau setara dengan
582.000 kasus setiap tahunnya. Deteksi kasus: 76%. Angka
keberhasilan pengobatan DOTS: lebih dari 91%.
7. Memastikan kelestarian lingkungan
a. Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke
dalam kebijakan dan program negaraserta mengakhiri kerusakan sumber
daya alam
Indikator pertama adalah proporsi lahan berupa tutupan hutan. Berdasar
citra satelit, jumlahnya sekitar 49,9%, atau bahkan mungkin sudah lebih
rendah dari angka tersebut. Namun citra Landsat merupakan citra satelit
dengan resolusi rendah dan mungkin tidak terlalu sesuai untuk melacak

14
perubahan. Indikator lain adalah rasio kawasan lindung untuk
mempertahankan keragaman hayati. Pada 2006 rasio tersebut adalah
29,5% meskipun sebagian dari jumlah tersebut telah dirambah. Sejauh ini,
angka terkini tentang emisi karbon dioksida per kapita adalah 1,34
sedangkan konsumsi bahan-bahan perusak lapisan ozon masih pada
tingkat 6.544 metrik-ton. Proporsi rumah tangga yang menggunakan
bahan bakar padat pada 2004 adalah 47,5%.
b. Target 7B: Mengurangi laju hilangnya keragaman hayati, dan mencapai
pengurangan yang signifikan pada 2010
Belum ada data terbaru mengenai hal ini
c. Target 7C: Menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki
akses yang berkelanjutan terhadap air minum yang aman dan sanitasi
dasar pada 2015
Pada tahun 2006, 57,2% penduduk memiliki akses terhadap air minum
yang aman dan meskipun masih ada jarak, kita hampir berhasil untuk
mencapai target 67%. Untuk sanitasi kita nampaknya telah melampaui
target 65%, karena telah mencapai cakupan sebesar 69.3%, meskipun
banyak dari pencapaian ini berkualitas rendah.
d. Target 7D: Pada 2020 telah mencapai perbaikan signifikan dalam
kehidupan (setidaknya) 100 juta penghuni kawasan kumuh
Meskipun 84% rumah tangga telah memiliki hak penguasaan yang aman,
baik dengan memiliki ataupun menyewa, namun jumlah komunitas
kumuh yang memiliki akses terbatas pada layanan dan keamanan semakin
meningkat.
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
a. Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem
keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada
diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik,

15
pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan
internasional.
b. Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang
berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan
kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan -kuota
untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara
miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan
menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen
untuk mengurangi kemiskinan.
c. Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang
negara-negara berkembang.
d. Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan
masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk
membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang.
e. Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum
muda.
f. Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses
obat penting yang terjangkau dalam negara berkembang
g. Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan
keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi
dan komunikasi.(Peter Stalker, 2008)

16
Waktu untuk mencapai sasaran-sasaran Millennium Development Goals
(MDG) tinggal tiga tahun lagi. Dari delapan goals yang ditetapkan, lima goals
yaitu MDG 1, 4, 5, 6 dan 7 terkait erat dengan kesehatan. MDG merupakan hasil
kesepakatan lebih dari 180 Kepala Negara dan Pemerintah Anggota PBB tahun
2000.Kesepakatan untuk mencapai MDG bertujuan meningkatkan kesejahteraan
umat manusia. Untuk Indonesia, sasaran MDG tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Renstra
Kementerian Kesehatan 2010-2014 (Endang Rahayu Sedyaningsih, 2012).
Untuk mencapai sasaran-sasaran MDG perlu kerja keras dan kerja cerdas,
meninggalkan cara kerja yang business as usual. Harus ada inovasi dan terobosan
serta fokus pada kegiatan prioritas. Implementasi kebijakan ini hanya mungkin
terjadi bila didukung seluruh jajaran lintas sektor, pemerintah daerah, seluruh
masyarakat, dan stakeholders lainnya.
Walaupun target MDG-1 yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang pada
anak balita dalam posisi on track, namun beberapa provinsi masih menunjukkan
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas angka nasional. Di samping itu ada
masalah stunting prevalensinya mencapai 35,8% (Endang Rahayu Sedyaningsih,
2012).
Strategi terkait MDG-4 untuk menurunkan angka kematian balita 2/3 dari
kondisi tahun 1990 dalam posisi on track.Harus disadari adanya disparitas angka
kematian anak baik antar Provinsi maupun Kabupaten/Kota, pada anak yang

17
dilahirkan dari keluarga yang memiliki sosio-ekonomi yang rendah serta mereka
yang tinggal di pedesaan.Kesenjangan ini terkait dengan; kemudahan masyarakat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas; keterbukaan daerah terhadap
pembangunan ekonomi; ketersediaan sumber daya, serta; kebijakan masing-
masing daerah.Hal yang perlu menjadi perhatian adalah angka kematian neonatal
cenderung stagnan. Faktor infeksi dan masalah gizi sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup anak. Riskesdas 2007 menunjukkan, penyebab kematian
balita sebesar 36% adalah masalah neonatal (Asfiksia, Berat Badan Lahir Rendah
dan Infeksi), 17,2% karena Diare dan 13,2% oleh Pneumonia (Endang Rahayu
Sedyaningsih, 2012).
Terkait MDG’S-5 yaitu Menurunkan Angka Kematian Ibu, masih
diperlukan kerja keras dan kerja cerdas untuk menurunkan AKI menjadi 102 per
100.000 Kelahiran Hidup (Endang Rahayu Sedyaningsih, 2012).
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan melakukan
langkah-langkah yaitu Meningkatkan pengetahuan dan peran aktif keluarga dan
masyarakat melalui penerapan Buku KIA; Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K); Program rumah tunggu; Program kemitraan
bidan dan dukun; Peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan dan persalinan di
fasilitas kesehatan, serta Mengatasi masalah emergensi melalui Puskesmas
PONED dan Rumah sakit PONEK (Endang Rahayu Sedyaningsih, 2012).
Sejak tahun 2011 diluncurkan Program Jaminan Persalinan (Jampersal)
untuk percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
(neonatal).Program ini diperuntukkan bagi ibu hamil yang tidak memiliki
jaminan persalinan (Endang Rahayu Sedyaningsih, 2012).
Terkait MDG-6 untuk HIV-AIDS, TB dan Malaria masih dalam posisi off
track.Kemenkes masih menghadapi kendala khususnya Pengendalian penyebaran
dan penurunan jumlah kasus HIV-AIDS; Penggunaan kondom pada kelompok
risiko tinggi; Peningkatan pengetahuan tentang HIV-AIDS. Dalam kata lain,
pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS masih rendah. Strategi yang

18
dilakukan untuk mencapai target MDG 6 adalah Peningkatan sosialisasi;
Peningkatan akses pengobatan HIV-AIDS; Implementasi program, PMTCT;
Pengurangan dampak buruk pada penyalahguna NAPZA suntik atau Penasun
(Endang Rahayu Sedyaningsih, 2012).
Sementara terkait Pengendalian Malaria, dalam posisi on track karena
angka kejadian malaria per 1000 penduduk menunjukkan kecenderungan
menurun. Sedangkan untuk Pengendalian TB, sasaran menurunkan kasus baru
tuberkulosis justru sudah tercapai (Endang Rahayu Sedyaningsih, 2012).
Terkait target MDG-7 yaitu Akses Air Bersih Pada Rumah Tangga,
Menkes menyatakan masih dalam posisi off track. Pencapaian MDG-7 ini sangat
penting bagi kesehatan masyarakat, karena kualitas air dan sanitasi merupakan
faktor risiko berbagai penyakit menular (Endang Rahayu Sedyaningsih, 2012).
Setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian
diharapkan membuat laporan MDGs. Pemerintah Indonesia melaksanakannya
dibawah koordinasi Bappenas dibantu dengan Kelompok Kerja PBB dan telah
menyelesaikan laporan MDG pertamanya yang ditulis dalam bahasa Indonesia
dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan rasa
kepemilikan pemerintah Indonesia atas laporan tersebut. Laporan Sasaran
Pembangunan Milenium ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk
menginventarisasi situasi pembangunan manusia yang terkait dengan pencapaian
sasaran MDGs, mengukur, dan menganalisa kemajuan seiring dengan upaya
menjadikan pencapaian-pencapaian ini menjadi kenyataan, sekaligus
mengidenifikasi dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan program-
program pemerintah yang dibutuhkan untuk memenuhi sasaran-sasaran ini.
Dengan tujuan utama mengurangi jumlah orang dengan pendapatan dibawah
upah minimum regional antara tahun 1990 dan 2015, Laporan ini menunjukkan
bahwa Indonesia berada dalam jalur untuk mencapai tujuan tersebut. Namun,
pencapaiannya lintas provinsi tidak seimbang (Bappenas, 2008).

19
Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia,
mulai dari tahap perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) hingga pelaksanaannya.Walaupun
mengalami kendala, namun pemerintah memiliki komitmen untuk mencapai
sasaran-sasaran ini dan dibutuhkan kerja keras serta kerjasama dengan seluruh
pihak, termasuk masyarakat madani, pihak swasta, dan lembaga donor.
Pencapaian MDGs di Indonesia akan dijadikan dasar untuk perjanjian kerjasama
dan implementasinya di masa depan. Hal ini termasuk kampanye untuk
perjanjian tukar guling hutang untuk negara berkembang sejalan dengan
Deklarasi Jakarta mengenai MDGs di daerah Asia dan Pasifik (Bappenas, 2008).
Untuk mewujudkan tercapainya target MDGs, terutama di bidang
kesehatan, dirumuskanlah INDONESIA SEHAT 2015. Sasaran pembangunan
kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 adalah :
a. Perilaku hidup sehat.
Meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri
dan melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan, jumlah bayi yang
memperoleh imunisasi lengkap, jumlah yang memperoleh ASI eksklusif,
jumlah anak balita yang ditimbang setiap bulan, jumlah pasangan usia subur
(PUS), peserta keluarga berencana (KB), jumlah penduduk dengan makan
dengan gizi seimbang, jumlah penduduk yang memperoleh air bersih, jumlah
penduduk buang air besar dijamban, jumlah pemukiman bebas vector dan
rodent, jumlah rumah yang mempunyai syarat kesehatan, jumlah penduduk
berolahraga, dan istirahat teratur, jumlah keluarga dengan komunikasi
internal dan eksternal, jumlah keluarga yang menjalankan ajaran agama
dengan baik, jumlah penduduk yang tidak merokok dan tidak minum-
minuman keras, jumlah penduduk yang tidak berhubungan seks diluar nikah
serta jumlah penduduk yang menjadi peserta JPKM.

20
b. Lingkungan sehat
Meningkatnya secara bermakna jumlah wilayah/kawasa sehat, tempat-
tempat umu sehat, tempat pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah dan
banguna sehat, sarana sanitasi, sarana air minum,sarana pembungan limbah,
serta berbagai standard an peraturan perundang-undangan yang mendukung
terwujudnya lingkungan sehat.
c. Upaya kesehatan
Meningkatkan secara bermakna jumlah sarana kesehatan yang bermutu,
jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, penggunaan obat generik
dalam pelayanan kesehatan, penggunaan obat secara rasional, memanfaatkan
pelayanan promotif dan preventif, biaya kesehatan yang dikelola secara
efisien, serta ketersediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.
d. Manajemen pembangunan kesehatan
Meningkatnya secara bermakna sistem informasi pembangunan kesehatan,
kemampuan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, pembangunan
kesehatan, kepemimpinan dan manajemen kesehatan, peraturan perundang-
undangan yang mendukung pembangunan kesehatan, kerjasama lintas
program dan sektor.
e. Derajat kesehatan
Meningkatnya secara bermakna umur harapan hidup, menurunya angka
kematian ibu dan bayi, menurunnya angka kesakitan beberapa penyakit
penting, menurunya angka kecacatan dan ketergantungan serta
meningkatnya status gizi masyarakat, menurunya angka infertilitas.
(Syafrudin, 2009)
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan
pada dasar-dasar tersebut diatas, maka penyelenggaraan tersebut diatas, maka
penyelenggaraan upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan umum yang
dikelompokkan sebagai berikut:

21
a. Meningkatkan kerjasama lintas sektor
Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama
lintas sektor merupakan hal yang utama, dan karena itu perlu digalang serta
mantapkan secara seksama, sosialisasi masalah-masalah kesehatan kepada
sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkala. Kerjasama lintas
sektor haus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan
kesehatan.
b. Peningkatan perilaku, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swasta.
Masyarakat dan swasta perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan. Dalam kaitan ini perilaku hidup manusia sejak usia dini melalui
berbagai kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, sehingga
menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kemandirian untuk hidup sehat. Peran
masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan
konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong atau bahkan
dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta
kesinambungan upaya kesehatan.
c. Peningkatan kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan, lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas
dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup
manusia.Upaya ini perlu untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan
pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan pembangunan berwawasan
kesehatan. Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-
tempat umum serta tempat pariwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta
pengawasan mutu air yang memenuhi persyaratan terutama perpipaan,
penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana pembuangan air
limbah serta berbagai sarana sanitasi lingkunan lainnya. Kualitas air, udara

22
dan tanah ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga
masyarakat terhindar dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya
kesehatan. Untuk itu diperlukan peningkatan dan perbaikan peraturan
perundang-undangan, pendidikan lingkungan sehat sejak dari usia muda
serta pembakuan standar lingkungan.
d. Peningkatan upaya kesehatan
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan serta upaya
khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau krisis.Selanjutnya,
pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus menerus
diupayakan.Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat
selama krisis ekonomi, upaya kesehatan diprioritaskan untuk mengatasi
dampak krisis disamping tetap mempertahankan peningkatan pembangunan
kesehatan.Perhatian khusus dalam mengatasi dampak krisis diberikan
kepada kelompok berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat
kesehatannya tidak memburuk dan tetap hidup produktif.Pemerintah
bertanggungjawab terhadap biaya pelayanan kesehatan untuk penduduk
miskin.
Setelah melewati krisis ekonomi status kesehatan masyarakat diusahakan
ditingkatkan melaui pencegahan dan pengurangan morbiditas, mortalitas dan
kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita, dan wanita
hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi)
hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan serta
pengobatan penyakit dan rehabilitasi. Prioritas utama diberikan kepada
penanggulangan penyakit menular dan wabah cenderung meningkat.
e. Peningkatan sumber daya kesehatan
Peningkatan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan
kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan

23
terampil sesuai pengembangan ilmu dan tekhnologi, beriamn dan bertakwa
kepada tuhan yang maha esa, seta berpegang teguh pada pengabdian bangsa
dan Negara dan etika prfesi.Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan
jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang
mampu melaksanakan pembangunan kesehatan.Dalam perencanaan tenaga
kesehatan perlu diutamakan penentuan kebutuhan tenaga di berbagai Negara
diluar negri dalam rangka globalisasi. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM), yakni cara pelayanan kesehatan melaui pembayaran
secara praupaya dikembangkan terus untuk menjamin terselenggaranya
pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan raga yang
terkendali. JPKM diselenggarakan sebagai upaya bersama antara
masyarakat, swasta, dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya
pelayanan kesehatan yang terus meningkat.Tarif pelayanan kesehatan perlu
disesuaikan atas dasar nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggot
masyarakat yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu
akan dibantu melalui system JPKM yang disubsidi oleh pemerintah
bersamaan dengan itu dikembangkan pula asuransi sebagai pelengkap /
pendamping JPKM. Pengembangan asuransi kesehatan berada dibawah
pembinaan pemerintah dan asosiasi peransuran. Secara bertahap puskesmas
dan rumah sakit milik pemerintah akan dikelola secara swadana.
f. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin
ditingkatkan terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerja sama
antara sektor kesehatan dan sektor lain yang terkait, dan antara berbagai
program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan
sendiri. Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan penilaian diselengarakan secara sistematik
untuk menjamin upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh. Manajemen

24
terebut didukung oleh sistem informasi yang handal guna menghasilkan
pengambilan keputusan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi
tersebut dikembangkan secara komprehensif diberbagai tingkat administrasi
kesehatan sebagai bagian dari pengembangan administrasi modern.
Organisasi departemen kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi –
fungsi : regulasi, perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan.
g. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
h. Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan
secara terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan,
utamanya untuk mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu
memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala didalam
pelaksanaan program kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan
akan terus dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan di
desentralisasikan sehingga menjadi bagian penting dari pembanguna
kesehatan daerah.Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunan obat,
pengembangan obat asli Indonesia, pemberantasan penyakit dan perbaikan
lingkungan. Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan
dikembangkan unutuk mengoptimalkan pemanfaatan pebiayaan kesehatan
dari pemerintah dan swasta, serta meningkatkan kontribusi pemerintah
dalam pembiayaan kesehatan yang masih terbatas.
i. Peningkatan lingkungan sosial budaya
Selain berpengaruh positif globalisai juga menimbulkan perubahan sosial
dan budaya masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap
pembangunan kesehatan.Untuk itu sangat diperlukan peningkatan kesehatan
sosial dan budaya masyarakat melalui penungkatan sosio-ekonomi
masyarakat, sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar – besarnya
sekaligus meminimalkan dampak negatif dari globalisasi. (Syafrudin, 2009)

25
B. Konsep Keperawatan Komunitas
1. Perawatan Kesehatan Utama
Perawatan kesehatan utama secara umum mudah dijangkau oleh
masyarakat, berorientasi pada pelayanan kesehatan yang merata, melibatkan
masyarakat, menggunakan teknologi tepat guna (dengan menggunakan
sarana atau fasilitas yang ada dimasyarakat itu sendiri) yang berfokus pada
pencegahan dan pendekatan multisektoral. Prinsip kegiatannya meliputi
penyuluhan kesehatan terhadap masalah kesehatan yang pokok, cara
penanggulangan dan pencegahan serta pengobatannya, imunisasi, kesehatan
ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, pencegahan penyakit menular, pengadaan
obat esensial, sanitasi dan pengadaan air bersih. Dan diperlukan peran serta
masyarakat aktif dengan harapan masyarakat mampu mengenal, mengambil
keputusan dalam menjaga kesehatannya, sehingga masyarakat dapat mandiri
menjaga dan melayani status kesehatan komunitas.

2. Keperawatan Komunitas
Komunitas adalah kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas
wilayah, nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal
dan berinteraksi anatara anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya
(Anderson,2011).
Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama
pada kelompok risiko tinggi (keluarga dengan risiko tinggi) dalam upaya
meningkatkan status kesehatan komunitas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan
“care” dan rehabilitas keperawatan. Komunitas dianggap suatu target
pelayanan kesehatan, yang bertujuan mencapai kesehatan komunitas, untuk
itu perlu keterlibatan masyarakat atau komunitas secara aktif. Dalam
pelaksanaannya, upaya pelayanan atau asuhan yang diberikan merupakan

26
upaya yang esensial atau sangat dibutuhkan komunitas, secara universal
upaya tersebut mudah dijangkau.
a. Falsafah Keperawatan Komunitas
Mengacu kepada falsafah atau paradigma keperawatan secara
umum yaitu manusia atau kemanusiaan merupakan titik sentral setiap
upaya pembangunan kesehatan yang menunjang tinggi nilai-nilai
kemanusiaan sehingga didapat empat komponen dasar yaitu : manusia,
kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Tujuannya meliputi
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui pelayanan
kesehatan langsung (Direct Care) terhadap individu, keluarga dan
kelompok dalam konteks komunitas serta perhatian langsung terhadap
kesehatan seluruh masyarakat yang mempengaruhi keluarga, individu
dan kelompok.Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok resiko tinggi.
Adapun strategi interaksi keperawatan komunitas meliputi proses
kelompok, pendidikan kesehatan dan kerjasama (partnership).
b. Pengorganisasian Masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman
(1968) meliputi ;locality development (peran serta masyarakat), social
planning (perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah) dan social
action (aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu). Pelaksanaan
pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai
berikut :
1) Tahap persiapan ; dilakukan dengan memilih area/ daerah yang
menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan
masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
2) Tahap pengorganisasian ; dengan persiapan pembentukan kelompok
dan penyesuain pola dalam masyarakat yang dilanjutkan dengan
pembentukan kelompok kerja kesehatan masyarakat.

27
3) Tahap pendidikan dan latihan; melalui kegiatan-kegiatan pertemuan
teratur dengan kelompok masyarakat melakukan pengkajian,
membuat program pelayanan keperawatan langsung kepada
individu, keluarga dan masyarakat.
4) Tahap formasi kepemimpinan ; memberikan dukungan latihan dan
mengembangkan kererampilan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan kegiatan
pendidikan kesehatan.
5) Tahap koordinasi ; kerjasama dengan sector terkait dalam upaya
memandirikan masyarakat.
6) Tahap akhir ; superfisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan
pemberian umpan balik dari hasil evaluasi untuk perbaikan kegiatan
kelompok kerja selanjutnya.
Berikut ini akan digambarkan model keperawatan komunitas sebagai klien :

7) PENGKAJIAN
8)
ANALISA
9)
STRESSOR TINGKAT REAKSI
10)
11) DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS

12) PERENCANAAN
13) PELAKSANAAN
14)
PREVENSI PRIMER PREVENSI SEKUNDER PREVENSI TERSIER
15)
16) EVALUASI

17)
Gambar : Model Keperawatan Komunitas Sebagai Klien
( Sumber : Anderson dan Mc Forlane, 1985 )

28
C. Asuhan Keperawatan Komunitas
Pengkajian terdiri dari “core” atau inti dari asuhan keperawatan komunitas
yang meliputi : demografi, populasi, nilai-nilai, keyakinan dan riwayat individu
termasuk riwayat kesehatannya, serta dipengaruhi pula oleh delapan sub sistem
komunitas yang terdiri dari : fisik dan llingkungan perumahan, pendidikan,
keselamatan dan transfortasi, politik dan kebijakan pemerintah, kesehatan dan
pelayanan sosial, komunitas, ekonomi dan rekreasi.
Diagnosa keperawatan meliputi diagnosa keperawatan keluarga dan
diagnosa keperawatan komunitas.Diagnosa keperawatan keluarga diperoleh dari
hasil analisa data tentang kesehatan keluarga, sarana atau fasilitas yang tersedia
di keluarga dan di komunitas. Rumusnya merupakan pernyataan yang
menunjukan ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugasnya yang
meliputi : mengenal masalah, mengambil keputusan, melakukan tindakan
keperawatan, memodifikasi lingkungan untuk menunjang kesehatan.
Menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.Diagnosa keperawatan komunitas
ditegakan berdasarkan tingkat reaksi komunitas stressor yang ada. Selanjutnya
dirumuskan dalam tiga komponen : problem, etiologi dan manifestasi atau data
penunjang.
Perencanaan merupakan kegiatan penyusunan rencana tindakan yang
spesifik untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga, kelompok dan komunitas
dengan berprinsip pada tindakan promosi, prevensi, curative dan rehabilitasi.
Pelaksanaan difokuskan pada tiga level pencegahan yaitu Prevensi Primer,
mencangkup peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan terhadap
penyakit khususnya, misalnya imunisasi. Prevensi Sekunder, dengan
memberikan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologik, misalnya
memotivasi keluarga utnuk melakukan pemeriksaan kesehatan nerkala termasuk
gigi dan mata terhadap balita. Prevensi Tersier, difokuskan pada upaya
rehabilitasi yaitu mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal

29
dari ketidakmampuan, misalnya membantu keluarga yang mempunyai anak
dengan kelumpuhan anggota gerak untuk latihan secara teratus di rumah.
Pada praktek keperawatan komunitas, prinsip-prinsip kesehatan komunitas
haruslah menjadi pertimbangan yaitu :Kemanfaatan, Autonomi dan Keadilan.
Evaluasi disusun mengacu pada tujuan asuhan keperawatan untuk memandirikan
klien atau komunitas maka harus terlihat alih peran dimana pada awalnya peran
perawat yang lebih banyak dan akhirnya berangsur-angsur berkurang sesuai
dengan tingkat kemandirian klien (individu, keluarga dan masyarakat).

D. Keterkaitan Teori Perawatan Kesehatan Utama (PKU) Dengan Asuhan


Keperawatan Komunitas
Pelayanan kesehatan utama (PKU) merupakan strategi dalam upaya
pelayanan kesehatan untuk mencapai atau mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, dengan menggunakan fasilitas yang ada di masyarakat,
dan berfokus pada pencegahan dari pada pengobatan, serta peran serta aktif
masyarakat sangat diperlukan agar tujuan akhir yang diinginkan yaitu masyarakat
mandiri, dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas diupayakan
berbagai cara, salah satu upaya itu adalah keperawatan komunitas yang
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan
(bio, psiko, sosio, kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan
memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dari peningkatan
kesehatan. Keperawatan komunitas memberikan pelayanan langsung terhadap
individu, keluarga dan kelompok di masyarakat serta yang mempengaruhi
kesehatan komunitas dan juga melibatkan secara langsung dalam mencapai
tujuan agar masyarakat mandiri menangani masalah kesehatannya.
Keperawatan komunitas dalam mencapai tujuan mengunakkan metode
ilmiah yang dikenal dengan Asuhan Keperawatan Komunitas yang mempunyai
tahapan (pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi), di mana masing-

30
masing tahapan melibatkan langsung individu, keluarga dan kelompok
masyarakat, dengan demikian diharapkan yang tadinya masyarakat tidak mau,
tidak tahu, tidak mampu. Akan dalam menangani kesehatannya sehingga
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat tercapai sebagai
salah satu wujud kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
Kegiatan PKU yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di
masyarakat adalah penyuluhan kesehatan yang berarti juga pendidikan
kesehatan.Adapun pendidikan kesehatan merupakan salah satu strategi interaksi
dari keperawatan komunitas.Antara PKU dan keperawatan komunitas sama-sama
menggunakan strategi pendidikan kesehatan dalam mencapai
tujuan.Memandirikan masyarakat disamping peran serta aktif masyarakat sangat
diperlukan.Sehingga dapat disimpulkan keperawatan komunitas merupakan
perpanjangan tangan dan PKU yang dalam pelaksanaanya menggunakan asuhan
keperawatan yang mengutamakan pencegahan dan peningkatan kesehatan.Untuk
mencapai hal tersebut, masyarakat diberi penyuluhan atau pendidikan kesehatan
terlebih dahulu.

E. Konsep Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Yang termasuk pengetahuan ini adalah bahan
yang dipelajari/rangsang yang diterima.
b. Memahami (Comprehention)

31
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
suatu materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (riil). Aplikasi
disini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam kaitannya
suatu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata-kata kerja.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk menjelaskan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Bisa diartikan juga sebagai kemampuan untuk menyusun formasi
baru dari formasi-formasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
penelitian terhadap suatu obyek. Penelitian ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
Menurut Sukanto (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan, antara lain:
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

32
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan lebih luas.
c. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.
d. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang bersifat informal
2. Sikap
Sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah merupakan reaksi atau
respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap menurut Sunaryo (2010) adalah kecenderungan bertindak dari
individu, berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu.
Jadi, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap objek.Dalam hal sikap, dapat dibagi dalam berbagai
tingkatan, antara lain:
a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding), yaitu dapat berupa memberikan jawaban
apabiladitanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. Menghargai (valuating), yaitu dapat berupa mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya (Notoatmodjo, 2007).

33
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut Sunaryo (2010), ada
dua faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap adalah
faktor internaldan eksternal.
a. Faktor internal
Berasal dari dalam individu itu sendiri. Dalam hal ini individu
menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar,
serta menentukan mana yang akan diterima atau tidak diterima.
Sehingga individu merupakan penentu pembentukan sikap. Faktor
internal terdiri dari faktor motif, faktor psikologis dan faktor fisiologis.
b. Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk mengubah
dan membentuk sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung dan
tidak langsung. Faktor eksterna terdiri dari: faktor pengalaman, situasi,
norma, hambatan danpendorong.
3. Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar. Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut
Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi
merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada
karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-
faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu:

34
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan yangbersifat given atau bawaan, misalnya tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya
b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan
fisik,sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan
ini merupakan faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

35
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI RW 07

Asuhan keperawatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa melalui


praktek keperawatan di masyarakat yang berlangsung mulai dari tanggal 04 Juli 2019
sampai dengan 30 Agustus 2019. Dalam hal ini Kelompok mendapat tempat praktek
di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta-Selatan. Tahapan proses yang telah
dilakukan oleh mahasiswa meliputi, tahap persiapan, pengkajian, penetapan masalah
keperawatan, dan perencanaan masalah.
A. Persiapan
Kegiatan praktek mahasiswa di Wilayah RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah, Jakarta Selatan diawali dengan penerimaan secara resmi mahasiswa di
kantor Kelurahan Srengseng Sawah pada tanggal 04 Juli 2019 dan pertemuan
pertama dengan warga dalam rangka saling mengenal dan membina hubungan
saling percaya antara mahasiswa dengan warga Kelurahan Srengseng Sawah.
Selain acara perkenalan juga penyampaian tujuan praktek dari mahasiswa Profesi
Ners Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maju (STIKIM).
Untuk memvalidasi data masalah kesehatan yang ada di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah, akan dilakukan pengumpulan data yang terlebih dahulu
diadakan pertemuan kedua yaitu Lokakarya mini I dengan Rw dan kader dari
tiap-tiap RT untuk mencari informasi terkait dengan masalah kesehatan yang ada
di RW 07 Keluranan Srengseng Sawah.
Pertemuan selanjutnya dengan dosen STIKIM untuk menyampaikan hasil
pertemuan sebelumnya dengan kader, dilanjutkan dengan diskusi untuk
mengarahkan cara pembuatan kuesioner, cara penyebaran kuesioner dan proses
pengumpulan data. Dari hasil pertemuan tersebut kemudian dibuat garis besar
dan untuk kesempurnaannya akan dilanjutkan oleh mahasiswa. Kuesioner yang
dibuat mahasiswa dikonsulkan sebanyak 3 kali dengan dosen pembimbing, pihak
puskesmas dan selanjutnya kuesioner dibagikan kepada masyarakat RW 07 yang

36
menjadi responden oleh mahasiswa dan melalui bantuan kader dan tokoh
masyarakat dengan menggunakan teknik Slovin yang diwakili oleh 329 Kepala
Keluarga, maka dilakukan perhitungan dan analisa data oleh mahasiswa. Data
yang telah di olah dan dianalisa kemudian akan dipresentasikan oleh mahasiswa
di depan warga RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah.
Selanjutnya mahasiswa melakukan diskusi dengan ketua RW 07 dan
Puskesmas terkait masalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Usaha
Kesehatan Kerja (UKK). Dari hasil diskusi kemudian ditentukan sekolah yang
akan dijadikan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan UKS yakni di SMK PGRI
23 Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatandan untuk UKK ditetapkan pabrik
Kalibata Almunium dan Kacayang berada di Wilayah RT 07 dan RT 04 RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.
Setelah angket disebarkan ke masyarakat RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah yang terdiri dari 12 RT Serta dibantu oleh para kader kesehatan yang ada
pada setiap RT dan tokoh masyarakat dengan teknik slovin sehingga hanya
diwakili oleh 329 Kartu Keluarga, maka dilakukan penghitungan dan analisa data
oleh mahasiswa. Data yang telah diolah dan dianalisa kemudian dipresentasikan
kepada warga Rw 07 Kelurahan Srengseng Sawah

B. Pengkajian
1. Pengkajian RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah
Pengkajian dilakukan oleh mahasiswa dimulai pada tanggal 12 – 17 Juli
2019 di wilayah RW 07 yang terdiri dari 12 RT dengan jumlah yaitu 1844
kepala keluarga. Kemudian mahasiswa melakukan perhitungan dengan
menggunakan teknik slovin sehingga hanya diwakili oleh 329 Kepala
keluarga, kemudian pengambilan sampel per RT menggunakan metode
Stratified Rendom Sampling. Metode yang di pakai dalam proses pengkajian
meliputi wawancara, observasi dan penyebaran kueisoner.

37
a. Hasil Wawancara
1) Hasil wawancara dengan pihak puskesmas, kelurahan, RW,
Kader dan ibu PKK
Dari hasil wawancara dengan Ketua RW07, Kader dan
Puskesmas Kelurahan Srengseng Sawah, jumlah penduduk di RW
07sebanyak 8.058 Jiwa. Penyakit yang terjadi diwilayah Kelurahan
Srengseng Sawahdalam 3 bulan tahun terakhir adalah
hipertensi.Adapun masalah kesehatan yang sering dikeluhkan
olehwarga RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah yaitu TB
(Tubercullosis), Diabetes Melitus (DM), hipertensi, stroke dan
gastritis.
b. Hasil Wawancara Dengan Pengurus Posyandu/ Kader RW 07
Jumlah kader di RW 07 berjumlah 80 orang, semua aktif
dalam melakukan kegiatan di masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan maupun sosial. Motivasi untuk menjadi kader adalah
ingin lebih kenal dengan warga RW 07, ingin memajukan warga
RW 07 menjadi lingkungan yang bersih dan sehat. Manfaat yang
dirasakan selama menjadi kader adalah banyak teman, mudah
dikenal oleh warga, silaturahmi lancar dengan para warga RW
07maupun dengan RW lain. Harapan kader untuk meningkatkan
perannya adalah menjadikan lingkungan RW 07lebih baik dan
sehat. Kegiatan yang dilakukan kader dalam menjalankan perannya
dalam membantu meningkatkan kesehatan masyarakat di RW 07
adalah PKK, Posyandu, posbindu, Jumantik, dasawisma.
c. Hasil Observasi
Wilayah RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah terdiri dari 12 RT
dengan jumlah penduduk yaitu 8.058 Jiwa, dengan komposisi penduduk
terdiri dari masyarakat betawi asli, jawa dan di luar pulau jawa,

38
penduduk pendatang tetap dan penduduk musiman. Secara umum
gambaran wilayah RW 07 berdasarkan winshied survey sebagai berikut:
1) Perumahan
Sebagian rumah di RW 07 dalam bentuk permanen dengan
tembok yang sangat tinggi jarak rumah yang satu dengan yang
lainnya relatif dekat dan sebagian besar lainnya yang berada
dibagian belakang rumah berbentuk permanen dan semi permanen.
Jarak antara rumah satu dengan lainnya sangat dekat dan
berhimpitan. Berdasarkan status kepemilikan, ada yang berstatus
milik pribadi dan ada juga yang berstatus kontrakan.
2) Batas Wilayah
a) Luas wilayah : 337,60 Ha
b) Batas-batas :
- Utara : Jl. Jagakarsa Raya Keluarahan Srengseng
Sawah
- Timur : Jl. Moh. Kahfi II Kelurahan Srengseng Sawah
- Selatan : Jl. Warung Silah / Jl. Brigif Raya Kelurahan
Cipedak
- Barat : Kali Krukut Kelurahan Gandul Kota Depok
c) Jumlah penduduk : 8.058 jiwa
d) Jumlah :
- RT : 12
- Posyandu : 2
- Kepala Keluarga : 1844
3) Lingkungan Terbuka
Wilayah RW 07 masih terdapat lahan kosong yang kemudian
digunakan sebagai lapangan sepak bola, pemakaman, setu babakan,
setu manga bolong, lapak dagangdan kegiatan lainnya. Terdapat
saluran pembuangan air (parit) di sepanjang jalan. Terdapat

39
beberapa lahan kosong yang dijadikan tempat untuk membakar
sampah oleh warga.
4) Kebiasaan Masyarakat
Kebiasaan buang sampah pada masyarakat RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah adalah di tempat sampah yang kemudian di
koordinir oleh tiap-tiap ketua RT dan di angkut 2 hari sekali.
5) Alat Transportasi
Alat transportasi yang digunakan pada masyarakat RW 07
adalah mobil, motor dan menggunakan transportasi seperti ojek
untuk keluar dan masuk wilayah RW 07. Terdapat angkutan umum
yang masuk ke wilayah RW07, sebagian masyarakat bahkan
berjalan kaki dan menggunakan kereta untuk pergi ke Jakarta dan
sekitarnya. Namun ada juga masyarakat yang menggunakan
kendaraan pribadi seperti mobil.
6) Pusat Pelayanan Kesehatan
Pusat pelayanan kesehatan yang terdapat di RW 07 adalah
Puskesmas Kelurahan Srengseng Sawah yang berjarak kurang
lebih1-3 km yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki atau dengan
menggunakan ojek dan angkot maupun kendaraan pribadi. Sarana
kesehatan terdekat dan dapat dijangkau dengan berjalan kaki adalah
praktek dokter ataupun bidan. Selain itu untuk memonitor kondisi
gizi bayi dan balita terdapat Posyandu balita, posbindu serta
Posyandu untuk pemeriksaan kesehatan lansia. Fasilitas tersebut
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setiap satu bulan sekali.
7) Toko atau Warung
Toko atau warung yang ada di RW 07 kebanyakan menjual
jajanan anak-anak seperti es, permen, coklat, chiki dan sejenisnya
serta menjual barang kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, ada juga

40
warung yang menjual sayur mayur dan kebutuhan pemenuhan gizi
lainnya.Untuk mendapatkan kebutuhan yang lebih lengkap.
8) Kegiatan Masyarakat
- Pagi : Kegiatan masyarakat meliputi Posyandu yang diadakan
setiap bulan dan posyandu Bayi dan Balita setiap bulan 1 kali.
- Siang : Untuk anak-anak, kegiatan yang biasa diikuti adalah
kegiatan keagamaan yaitu TPA (Taman Pendidikan Agama).
Di RW 07 juga terdapat Majelis Taklim. Selain itu terdapat
kegiatan arisan bagi ibu-ibu PKK setiap bulan di minggu
pertama. Kegiatan-kegiatan masyarakat tersebut dapat
digunakan sebagai salah satu sarana untuk melakukan
pendidikan kesehatan Di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah.
- Malam : Masyarakat juga aktif dalam kegiatan keagamaan
seperti pengajian-pengajian yang diikuti sebagian besar oleh
ibu-ibu. karang taruna di RW 07 juga aktif dalam berbagai
kegiatan arisan yang dilakukan pada pertemuan RW setiap
sebulan sekali.
9) Tempat penduduk berkumpul atau mengadakan pertemuan di RW
07 biasanya terjadi di RPTRA ALMUAWANAH dan RPTRA haji
lele.
10) Media informasi atau komunikasi warga atau penduduk yang ada
biasanya melalui pengeras suara lewat masjid di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah. Fasilitas pendidikan formal yaitu SD/MI, Paud,
dan TK,SMP, SMA dan terdapat tempat rekreasi.
d. Hasil Angket
 Total responden : 1244 Jiwa (329 KK)
 Lokasi : RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah
Kecamatan Jagakarsa

41
1. Data Demografi
2. Data Demografi
Usia
10% 6% < 20 Tahun
33%
20- 35 Tahun
15% 36 - 45 Tahun
46 - 55 Tahun
18% 56 - 65 tahun
18%
> 65 tahun

Diagram 01
Berdasarkan data diatas,usia penduduk di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebagian besar berusia dibawah 20
Tahunyaitusebanyak 33 % (413 Orang).
Jenis Kelamin

51% 49% Laki-laki


Perempuan

Diagram 02
Berdasarkan diagram diatas didapatkan jenis kelamin
masyarakat di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah mayoritas
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 51% (630 orang).
Agama
2%
Islam
Non Muslim
Diagram 03
98%

Diagram 03
Berdasarkan diagram diatas didapatkan Agama masyarakat di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah mayoritas beragama islam
yaitu sebanyak 98% (1.215 orang).

42
Pendidikan
2% 6% 16% PT
19%
SMA
SMP
43% SD
14%

Diagram 04
Berdasarkan data di atas di RW 07Kelurahan Srengseng
Sawah sebagian besar penduduk dengan pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 43% (530 Orang).
Pekerjaan
6% PNS
8% 11% 14%
Wiraswasta
Diagram 05 Karyawan Swasta
23% IRT
24% 14% Pelajar
lain-lain
tidak bekerja

Diagram 05
Pekerjaan yang ada di RW 07 cukup bervariasi seperti PNS,
Wiraswasta, Karyawan Swasta,Irt, Pelajar, tidak bekerja dan lain-
lain. Namun dari data yang diperoleh menunjukan sebagian besar
tidak bekerja yaitu sebanyak 24 % (295 Orang).
Keadaan Fisik
11%

Sehat sakit
89%

Diagram 06
Berdasarkan data diatas, Keadaan Fisik yang ada di RW 07
menggambarkan keadaan dimana warga merasakan kesehatanya
dari data tersebut dapat diketahui bahwa distribusi keadaan fisik

43
warga Rw 07 yang sehat berjumlah 1.114 Orang dan sakit
berjumlah 130 Orang
Olahraga

44%
Ya
56% Tidak

Diagram 07
Berdasarkan data diatas bahwa warga Rw 07 Kel Srengseng
sawah 695 Orang olahraga di buktikan dengan presentase 56%.
Kependudukan

31%
tetap
69% pendatang

Diagram 08
Berdasarkan data diatas yang ada di RW 07Kelurahan
Srengseng Sawah Rata-rata warga asli penduduk setempat dengan
presentasi 69% ( 858 orang ).

44
C. Ekonomi
Penghasilan
14% < Rp. 1.000.00
36%
Rp. 1.000.00 - Rp.
3.900.000
> Rp. 3.900.000
50%

Diagram 09
Berdasarkan data diatas penghasilan penduduk di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar berpengasilan < Rp.
2.500.000 yaitu sebanyak 50% (164 Kartu Keluarga)
Pemenuhan Kebutuhan
13%
Ya
Tidak
87%

Diagram 10
Berdasarkan data diatas pemenuhan kebutuhan penduduk di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah mengatakan bahwa
kebutuhanya tercukupi dengan 87% mengatakan ya sebanyak (286
KK).
Menabung

25%
Ya
Tidak
75%

Diagram 11
Berdasarkan data diatas untuk menabung penduduk di RW
07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian menabung degan
presentase 75% (246 KK)

45
Jaminan Kesehatan

7% 4% 2%
Askes
Jamkesdes
87% Jamkesmas
BPJS

Diagram 12
Berdasarkan data diatas bahwa jamian kesehatan yang
dimiliki oleh penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah
sebagian besar mengunakan BPJS dengan presentase 87% atau
sebanak 287 KK
Kesejahteraan

29%

Ya
71%
Tidak

Diagram 13
Berdasarkan data diatas penduduk di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah mengaakan kehidupanya sejahtera dengan
presentase 71% mengatakan sejahtera tinggal di RW 07 atau
sebanyak 303 KK.

46
3. LINGKUNGAN FISIK
a. Perumahan
Tipe Rumah

18% 1% permanen
semi permanen

81% tidak permanen

Diagram 14
Berdasarkan data diatas menunjukan tipe rumah penduduk di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar memiliki
rumah yang permanen dengan 81% (265 KK).
Jendela

15%
Ya
Tidak
85%

Diagram 15
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa setiap rumah
warga penghasilan di RW 07 memilki Jendela dengan 85% dan
tidak memiliki jendela 15%.
Jendela Di Buka

14%
Ya
Tidak
86%

Diagram 16
Berdasarkan data diatas menujukan bahwa jendela rumah
warga ada yang dibuka dan ada yang dibuka sebagin besar jendela
dibuka sebanya 86%.

47
Pencahayaan Di dalam Rumah

9% 1%
terang
remang-remang
gelap
90%

Diagram 17
Berdasarkan data diatas pencahayaan di dalam rumah bahwa
kebanyakan mempunyai pencahayaan terang yang berjumlah 90%
atau 292 KK.

Pengunaan Kipas atau AC

6%
Ya
Tidak
94%

Diagram 18
Berdasarkan data diatas pengunaan Ac atau Kipas bahwa
sebagian besar penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah
menguakan AC atau kipas dengan presentase 94% atau berjumlah
309 KK.
Pekarangan

32%
Ada
68% Tidak

Diagram 19
Berdasarkan data diatas penduduk di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebagian besar mempunyai pekarangan dengan
presentase 68% atau sebanyak 223 KK.

48
Pemanfaatan perkarangan

Kebun
31%
Kolam
kandang
0% 65%
tidak dimanfaatkan
4%

Diagram 20
Berdasarkan data diatas penduduk di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah rata-rata memanfaatkan perkaragnya nuk
dijadikan kebun dengan presentase 65% atau sebanyak 215 KK.
Kenyamanan Rumah

4%
Ya Tidak
96%

Diagram 21
Berdasarkan data diatas penduduk di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebagian besar berpendapat rumahnya nyaman
dengan presentase 96% atau sebanyak 315 KK.
B. Sumber Air
MCK
7%
ya Tidak

93%

Diagram 22
Berdasarkan data diatas penduduk di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebagian besar memiliki MCK sedniri dengan
presentase 93 % atau 306 KK.

49
Sumber Air
10% 8% PAM
Sumur
Air Mineral
82%

Diagram 23
Berdasarkan data diatas penduduk di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebagian besar menggunakan Air sumur untuk
kegiatan sehari-hari dengan presentase 82%
Jarak Sumber Air

36%
<10 m
64%
> 10 m

Diagram 24
Berdasarkan data diatas jarak sumber air dengan septic tenk
penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
>10 meter dengan presentase 64% atau 212 KK
Jentik
18%
ya
Tidak
82%

Diagram 25
Berdasarkan data diatas bahwa masih terdapat jentik nyamuk
di penapungan air dengan sebesar 18% dan yang tidak ada jentik
sebanyak 82%.

50
Kepuasan Sumber Air
9%
Ya
Tidak
91%

Diagram 26
Berdasarkan data diatas penduduk di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebagian besar berpendapat puas dengan sumber
air yang ada dengan presentase 91% (296 KK).
C. Pembuangan Sampah
Aturan Pembuangann Sampah

8%
Ada
Tidak
92%

Diagram 27
Berdasarkan data diatas aturan pembuagan sampah di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah. Rata –rata penduduk Yaitu sebanyak
302 kk ( 92 % ) menjawab ada aturan pembuangan Sampah.
Pembuangan Sampah
9% 4% 3% 13% Sungai
0% Ditimbun
Dibakar
71% sembarang
tempat sampah
Dll

Diagram 28
Berdasarkan data diatas tempat pembuangan sampah di RW
07 Kelurahan Srengseng Sawah.Sebagian besar keluarga
membuangan sampah pada tempatnya.yaitu sebanyak 71 % ( 235
kk).

51
Penampungan Sampah Sementara
7%

Ada
tidak ada

93%
Diagram 29
Berdasarkan data diatas tempat penampungan sampah
sementara di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah). Rata –rata
keluarga 93 % ( 306 kk ) menjawab ada penampungan sampah
sementar.
Keadaan Tempat Sampah

38%
Terbuka
62% Tertutup

Diagram 30
Berdasarkan data diatas keadaan tempat sampah di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah. sebagian besar keluarga menjawab
Tertutup yaitu sebanyak 62 % ( 205 kk )
Jarak Tempat Sampah dengan Rumah

48% 52% dekat <5 m


jauh >5 m

Diagram 31
Berdasarkan data diatas jarak tempat sampah dengan rumah di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah. Rata-rata keluarga menjawab
dekat ( <5 m ) yaitu sebanyak 53 % ( 172 KK )

52
Masalah Pembuangan Sampah
16% tidak ada fasilitas
jarak jauh
24% iuran
60%

Diagram 33
Berdasarkan data diatas Masalah pembuangan Sampah di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah.Rata-rata 60 % (198 kk)
keluarga menjawab Iuran yang menjadi masalah pembuangan
sampah.
D. Pembuangan Limbah
Jenis Jamban

24% 8% Cemplung
plengsengan
68% Leher Angsa

Diagram 34
Berdasarkan data diatas jenis jamban penduduk di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian menggunakan jamban leher
angsa sebanyak 68% (223 KK).
Pembuangan Air Limbah
2% 32% Resapan
Got
66% Sembarangan

Diagram 35
Berdasarkan data diatas pembuangan air limbah penduduk di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar di buang d Got
yaitu sebanyak 66% (216 KK).

53
Kondisi Saluran Pembuangan
6%
Lancar
Tersumbat
94%

Diagram 36
Berdasarkan data diatas kondisi saluran pembuangan
penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
lancer sebanyak 94% dan ada saluran yang tersumbat sebanyak 6%
(19 KK).
Pencemaran Udara
31%
Ya
Tidak
69%

Diagram 37
Berdasarkan data diatas pencemaran udara penduduk di RW
07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar mengatakan tidak
ada pencemaran udara sebanyak 31% (103 KK) dan yang
mengatakan adanya pencemaran udara sebanyak 69% ( 226 KK).
Keluarga Terganggu dengan Pencemaran Udara

39%
Ya
61% Tidak

Diagram 38
Berdasarkan data diatas keluarga terganggu dengan
pencemaran udara penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah yang merasa terganggu sebanyak 39% dan 61% (202 KK).

54
E. Tingkat Kebisingan
Kebisingan
15% Ya

85% Tidak

Diagram 39
Berdasarkan data diatas tingkat kebisingan penduduk di RW
07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar mengatakan bahwa
tempat tingalnya tidak bising sebanyak 85% (279 KK).
Terganggu dengan Kebisingan
12% Ya

88% Tidak

Diagram 40
Berdasarkan data diatas terganggu dengan kebisingan
penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
mengatakan tidak terganggu sebanyak 88% ( 290 KK).
Usaha Yang Dilakukan

5% menegur langsung

95% melapor aparat

Diagram 41
Berdasarkan data diatas usaha yang dilakukan dengan
kebisingan penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah
sebagian besar mengatakan menegur secara lagsung sebanyak 95%
( 314 KK).

55
F. Keamanan dan Transportasi
Keamanan Lingkungan
3% Ya

97% Tidak

Diagram 42
Berdasarkan data diatas Keamanan lingkungan penduduk di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar mengatakan
aman sebanyak 97% (319 KK).
Tersedianya Alat Keamanan

35% Ya
65% Tidak

Diagram 43
Berdasarkan data diatas alat keamanan penduduk di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar mengatakan tidak ada
sebanyak 65% (65 KK).
Tersedianya Alat Pemadam Kebakaran
8% Ya

92% Tidak

Diagram 44
Berdasarkan data diatas alat pemadam kebakaran penduduk di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian tidak memiliki alat
pemadam kebakaran sebanyak 92% ( 304 KK).

56
Tersedianya Alat Transportasi
35%
Ya
65% Tidak

Diagram 45
Berdasarkan data diatas alat transportasi penduduk di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian memiliki alat transportasi
sebanya 92% (303 KK).
Alat Transportasi

13% 4%
Motor

83% Mobil

Transportasi
Umum

Diagram 46
Berdasarkan data diatas alat transportasi penduduk di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar memiliki sepeda motor
sebanyak 92 % (273 KK).
G. Politik dan Pemerintahan
Mengikuti BPJS
3%
Ya
Tidak
97%

Diagram 47
Berdasarkan data diatas memiliki BPJS penduduk di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar memiliki BPJS
sebanyak 97% (318 KK).

57
Memanfaatkan BPJS Ketika Berobat
10%
Ya
Tidak
90%

Diagram 48
Berdasarkan data diatas memanfaatkan BPJS penduduk di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar memanfaatkan
BPJS sebanyak 90% (295 KK).
H. Rekreasi
Berekreasi
22%
Ya
Tidak
78%

Diagram 49
Berdasarkan data diatas berekreasi penduduk di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar melakukan berekreasi
sebanyak 78% (257 KK).
Sarana Berekreasi
22%
Ya
Tidak
78%

Diagram 50
Berdasarkan data diatas ketersediaan sarana rekreasi
penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
memiliki sarana rekreasi sebanyak 78% ( 255 KK).

58
Manfaat Sarana Berekreasi

28% Ya
Tidak
72%

Diagram 51
Berdasarkan data diatas manfaat sarana berekreasi penduduk
di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
memanfaatkan sarana berekreasi sebanyak 72 % (236 KK).

Sarana Berekreasi Memadai


26%
Ya
Tidak
74%

Diagram 52
Berdasarkan data diatas rekreasi memadai penduduk di RW
07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar mengatakan sarana
rekreasinya memadai sebanyak 74% (242 KK).
Kepuasan Sarana Rekreasi
25%
Ya
Tidak
75%

Diagram 53
Berdasarkan data diatas kepuasan sarana rekreasi penduduk di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar mengatakan
puas dengan sarana rekreasi sebanyak 75% (246 KK).

59
I. Komunikasi
Ketersedianya Sarana Komunikasi
3%
Ya
Tidak
97%
Diagram 54
Berdasarkan data diatas tersedianya sarana komunikasi di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah.Rata-rata keluarga menjawab
ada sarana komunikasi yang tersedia dimasyarakat yaitu 97% (310
kk
Pertemuan Antar Warga
5%
Ya
Tidak
95%
Diagram 55
Berdasarkan data diatas pertemuan antar warga di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah. sebagian besar 95% (314 kk)keluarga
menjawab ada pertemuan antar warga masyarakat.
Berapa kali dilakukan Pertemuan
36%
> 5 kali
< 5 kali
64%

Diagram 55
Berdasarkan data diatas jumlah pertemuan yang dilakukan
anatr warga di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawahyaitu 56% (
>5kali)

60
Menyampaikan Pendapat
lisan
43%
49% Tertulis
8% diskusi

Diagram 56
Berdasarkan data diatas cara warga menyampaikan pendapat
di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar dengan cara
berdiskusi49% (190 kk)

III. Kondisi Kesehatan Umum


A. Pelayanan Kesehatan
Sarana Kesehatan Terdekat
7% 5% 2% 10% Rumah Sakit
Puskesmas
76% Dokter/Perawat/bidan
Balai Pengobatan
DLL

Diagram 56
Berdasarkan data diatas sarana pelayanan kesehatan terdekat
penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
mengatakan puskesmas sebanyak 76% (253 KK).
Sarana Kesehatan Memadai
4% ya

96% Tidak

Diagram 57
Berdasarkan data diatas sarana memadai penduduk di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar mengatakan sarana
kesehatan memadai dengan presentase 96% ( 317 KK)

61
Keberadaan Tempat Pelayanan
7% ya

93% Tidak

Diagram 58
Berdasarkan data diatas keberadaan tempat pelayanan
penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
sarana kesehatan membantu sebanyak 93% (306 KK).
Kebiasaan Meminta Tolong

13% 1% 1%
1% 0% 12% Rumah sakit
Puskesmas
Dokter
72% Kader
Perawat
Bidan
Dll
Diagram 59
Berdasarkan data diatas kebiasaan minta tolong bila sakit
penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
meminta tolong ke puskesmas sebanyak 72% (329 KK).
Kebiasaan Sebelum Kepelayanan Kesehatan
8% beli obat bebas
20%
jamu
72% tidak membli obat atau amu

Diagram 60
Berdasarkan data diatas kebiasaan sebelum kepelayanan
kesehatan penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah
sebagian besar membeli obat bebeas sebanyak 73% ( 329 KK)

62
Sarana Transportasi Ke pelayanan Kesehatan
4% 3%
9%
jalan kaki
Becak
84%
Angkot
Kendartaan peribadi

Diagram 61
Berdasarkan data diatas transportasi yang dipakai untuk ke
sarana kesehatan penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah
sebagian besar mengunakan kendaraan pribadi sebanyak 84% ( 275
KK)
Jarak Ke pelayanan Kesehatan
18% 19%
< 1 Km 1-2 Km
14%
2-5 Km > 5 Km
49%
Diagram 62
Berdasarkan data diatas jarak ke pelayanan kesehatan
penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
berjarak 1-2 Km sebanyak 49% (163 KK).
Kepuasan dengan pelayanan Kesehatan
3% Ya
97% Tidak
Diagram 63
Berdasarkan data diatas kepuasan dengan pelayanan
kesehatan penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah
sebagian besar mengatakan puas sebanyak 97% (318 KK )

63
B. Sarana Dan Lingkungan Tempat Tinggal
Adanya Sarana Olahraga

38% Ya
62% Tidak

Diagram 65
Berdasarkan data diatas keluarga menjawab tersedianya
sarana olahraga di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawahyaitu
sebanyak 62% (263 kk).
Memadai Sarana Olahraga
28% Ya
72% Tidak
Diagram 66
Berdasarkan data diatas keluarga yang menjawab sarana
olahraga yang memadai di RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawahyaitu sebanyak72% ( 236 kk)
Adanya Sarana Penyaluran Hobby/ Bakat

41%
Ya
59%
Tidak

Diagram 67
Berdasarkan data diatas keluarga yang menjawab adanya
sarana penyaluran hobby/bakat di RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah yaitu sebanyak59% (195 orang).

64
Adanya Sarana Pengembangan Minat dan Bakat

40% Ya
60% Tidak
Diagram 68
Berdasarkan data diatas keluarga menjawab tidak adanya
sarana pengembangan minat dan bakat di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah yaitu sebanyak60% (196 kk)
Kepuasana Sarana olahraga

36% puas
64% tidak puas
Diagram 69
Berdasarkan data diatas keluarga menjawab merasa puas atas
sarana olahraga di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah yaitu
sebanyak 64% (212 kk).
Kepuasana Sarana Penyaluran Hobby

Ya
40% 60% Tidak
Diagram 70
Berdasarkan data diatas keluarga menjawab merasa puas
dengan adanya sarana penyaluran hobby di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah yaitu sebanyak 60% (198 kk).
Terdapatnya Sarana Ibadah Disekitar Rumah

8% Ya
92% Tidak
Diagram 71
Berdasarkan data diatas sebagian besar keluarga menjawab
terdapatnya sarana ibadah disekitar rumah di RW 07 kelurahan
srengseng sawah yaitu sebanyak 92% (304 kk).

65
C. Masalah Kesehatan
Penyakit Yang Paling Sering Diderita Selama 6 Bulan Terakhir

16% 7% Diabetes militus


12% batuk pilek
hipertensi
52% gastritis
13% dll
Diagram 64
Berdasarkan data diatas penyakit 6 bulan terakhir penduduk di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar mengalami
batuk pilek sebanyak 52% (171 KK).
IV. IBU HAMIL DAN MENYUSUI
a. Pasangan Usia Subur
Pasangan Usia subur

22% Ya
78% Tidak
Diagram 65
Berdasarkan data diatas pasangan usia subur penduduk di RW
07 Kelurahan Srengseng Sawah berjumlah 74 KK dengan
presentase 78%.
Menjadi Aseptor KB

42% Ya
58% Tidak
Diagram 66
Berdasarkan data diatas menjadi aseptor KB penduduk di RW
07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar memakai KB
sebanyak 58% (43 KK).

66
Jenis Kontrasepsi

2% 5% 7% 0% IUD Suntik
Pil Implan
29% Kondom Tubektomi
21%
Fasektomi
36%

Diagram 67
Berdasarkan data diatas pengunan kontrasepsi penduduk di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar mengunakan
KB suntik sebanyak 36,4% (16 KK).
Alasan Tidak KB
7%
3% 3% dilarang suami
agama
tidak tahu
87% lain-lain

Diagram 68
Berdasarkan data diatas alasan tidak mengunakan alat
kontrasepsi penduduk di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah
diantaranya lain-lain meliputi kesepakatan dengan keluarga, sudah
tidak KB, takut dengan efek samping KB sebanyak 87% ( 26 KK)

b. Ibu Hamil
Adakah Ibu Hamil

2% Ya
98% Tidak
Diagram 69
Berdasarkan data ibu hamil di RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah sebanyak 2% atau (7 KK).

67
Usia Kehamilan

14% 14% trismsteri 1


trismsteri II

72% trismeter III

Diagram 70
Berdasarkan data diatas usia kehamilan penduduk di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar pada usia kehamilan
trismster dua sebanyak 72% (5 KK).
Kehamilan Keberapa

14%
14%
2 3 >4
72%

Diagram 71
Berdasarkan data diatas kehamilan anak keberapa penduduk
di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar kehamilan ke
2 sebanyak 72% (5 KK).
Usia Ibu Hamil

29% 20-35 tahun


71% > 35 tahun

Diagram 72
Berdasarkan data diatas usia ibu hamil di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebagian besar berusia 20-35 tahun dengan
presentasi 71% (5 KK).

68
Ibu Memeriksa Kandungan

0%
Tidak
Ya
100%
Diagram 73
Berdasarkan data diatas ibu yang memeriksakan kandungan di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah semuanya memeriksakan
kandungan 100% (7 KK)
Bila iya

14%
43%
2 Kali 3 Kali 4 Kali
43%
Diagram 74
Berdasarkan data diatas ibu memeriksakan kehamilan di RW
07 Kelurahan Srengseng Sawah rata-rata sebanyak 3 sampai 4 kali
dengan presentase 43 % (3 KK)
Ibu Mendapatkan TT

43%
Ya Tidak
57%

Diagram 75
Berdasarkan data diatas ibu yang mendapatkan TT di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebanyak 43% (3 KK)

69
Berapa kali Ibu Mendapatkan TT

43%
Lengkap
57% tidak lengkap

Diagram 76
Berdasarkan data diatas ibu mendapatkan TT di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebanyak lengkap dengan presentase
57 % ( 4 KK).
Keluhan Ibu Hamil

10% 20% Lema, Letih, Lesu


Pusing
30% 10%
mual muntah
30%
bengkak di kaki
dll

Diagram 77
Berdasarkan data diatas keluhan ibu hamil di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah yaitu mual dan muntah dengan
persentasi 42,9 % (3 KK).
C. Ibu Menyusui
Ibu Menyusui

6%
Ya
Tidak
94%
Diagram 78
Berdasarkan data diatas ibu menyusui di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebanyak 21 KK dengan persentasi 6%

70
Ibu Menyusui Anaknya

5%
Ya
Tidak
95%
Diagram 79
Berdasarkan data diatas ibu menyusi anaknya di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebanyak 20 KK dengan persentasi
95%.
Lamamnya Menyusui

25% 15% <1 bulan


1-4 Bulan
25% 5-12 bulan

35% > 12 bulan

Diagram 80
Berdasarkan data diatas lamanya menyusui di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah yaitu 5-12 bulan 35% (7 KK)
Masalah Ibu Menyusui

10%
Ya
Tidak
90%
Diagram 81
Berdasarkan data diatas masalah ibu menyusui di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar tidak ada masalah
dalam menyusui 90 % (18 KK)

71
D. Balita
Adakah Balita

16%
Ya Tidak
84%
Diagram 88
Berdasarkan data diatas keluarga yang memiliki balita di RW
07 Kelurahan Srengseng Sawah yaitu sebanyak16% (54 kk).
Posyandu Tiap Bulan

9%
Ya
Tidak
91%
Diagram 89
Berdasarkan data diatas keluarga di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebagian besar balita setiap bulan selalu dibawa
untuk posyandu yaitu sebanyak 91% (49 kk).
Alasan Tidak Posyandu Tiap Bulan

20%
Tidak ada waktu
dll
80%
Diagram 90
Berdasarkan data diatas alasan keluarga yang tidak membawa
balita ke posyandu di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian
besar menjawab karena tidak ada waktu yaitu sebanyak 80% (4
kk).

72
Imunisasi

9%
Ya
Tidak
91%
Diagram 91
Berdasarkan data diatas keluarga menjawab sebagian besar
membawa balita untuk mengikuti imunisasi di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawahyaitusebanyak 91% (49 kk).
kelengkapan Imunisasi

43%
tidak lengkap
57%
lengkap

Diagram 92
Berdasarkan data diatas keluarga di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebagian besar menjawab kelengkapan imunisasi
balita lengkap yaitu sebanyak57% (28 kk).
Alasan Tidak Imunisasi

40%
waktu
60%
Dll

Diagram 93
Berdasarkan data diatas keluarga di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawahmenjawabalasan anak tidak diimunisasi
karenakesibukan atau hal lain yaitu sebanyak60% (3 kk).

73
Memiliki Buku KMS

37%
Ya
63% Tidak

Diagram 94
Berdasarkan data diatas keluarga di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebagian besar menjawab balita memiliki buku
KMS yaitu sebanyak63% (34 kk).
Hasil Penimbangan Di KMS

3%
didaerah garis hijau
35%
didaerah garis hijau
62%
sampai kuining
dibawah garis merah

Diagram 95
Berdasarkan data diatas keluarga di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebagian besar hasil penimbangan balita dilihat
dari buku KMS anak yaitu berada digaris hijau sebanyak62% (21
kk).
Masalah pada Balita

2%
Ya
Tidak
98%
Diagram 96
Berdasarkan data diatas balita dengan masalah kesehatan di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawahyaitu tewrdapat 2% (1 kk).

74
Kebiasaan Balita

Bermain Gedjed
39% 28%
bermain bersama
33% teman-teman
bermain bersama
orang tua

Diagram 97
Berdasarkan data diatas keluarga menjawab kebiasaan balita di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar bermain
bersama orangtua yaitusebanyak 39% (21 kk)
E. Anak Dan Remaja
Keluarga mempunyai Anak/Remaja

45% ya
55%
tidak

Diagram 100
Berdasarkan data diatas keluarga mempunyai anak/remaja di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah yaitu sebanyak 180 KK
dengan persentasi 55%.
Usia Anak/Remaja

38% 22% 6-10 tahun


11-15 tahun

40% 16-21 tahun

Diagram 101
Berdasarkan data diatas usia anak/remaja di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah sebagian besar berusia 11-15 tahun yaitu
sebanyak 40% (68 KK).

75
Pendidikan Anak/Remaja

3% 31% SD
29%
SMP
SMA

37% PT

Diagram 102
Berdasarkan data diatas pendidikan anak/remaja di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar berpendidikan SMP
yaitu sebanyak 37% (66 KK).
Kegiatan Anak/Remaja

12% keagamaan
12% 44%
olahraga
karang taruna
32% dll
Diagram 103
Berdasarkan data diatas kegiatan anak/remaja di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar mengikuti kegiatana
keagamaan yaitu sebanyak 44% (80 KK).
Penyakit Anak/Remaja

9%
tidak
Ya
91%
Diagram 104
Berdasarkan data diatas penyakit anak/remaja di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar anak/remaja tidak
menderita penyakit yaitu sebanyak 91% (163 KK).

76
Pegobatan Anak/Remaja

41%
sudah
59%
belum

Diagram 105
Berdasarkan data diatas pengobatan anak/remaja di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar sudah berobat yaitu
sebanyak 59% (10 orang).
Jenis Pegobatan Anak/Remaja

41%
medis
59% non medis

Diagram 106
Berdasarkan data diatas jenis pengobatan anak/remaja di RW
07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar pengobatan medis
yaitu sebanyak 59% (10 KK).
Penggunaan waktu Luang Anak/Remaja

15%
musik/tv
12% olahraga
53% rekreasi
20%
keagamaan

Diagram 107
Berdasarkan data diatas penggunaan waktu luang anak/remaja
di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar music atau
menonton TV yaitu sebanyak 53% (96 KK).

77
Kebiasaan Anak/Remaja

10% 1%
merokok
38% alkohol
main games
48%
bergadang

3%

Diagram 108
Berdasarkan data diatas kebiasaan anak/remaja di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar main games yaitu
sebanyak 48% (87 KK).

Kegiatan Anak/Remaja

38% 62% Ya tidak

Diagram 109
Berdasarkan data diatas kegiatan anak remaja di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah terdapat 62% yang mengatakan ada
kegiatan di lingkunganya dengan 111 KK.
Mengikuti Kegiatan Anak/Remaja

44% Ya tidak
56%

Diagram 110
Berdasarkan data diatas anak remaja yang mengikuti kegiatan
di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar mengikuti
kegiatan yang di lingkungan dengan presentasi 56% ( 100 KK).

78
Anak/Remaja Merasa Puas

27%
Ya tidak
73%
Diagram 111
Berdasarkan data diatas anak remaja merasa puas di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar meras puas dengan
presentasi 73% (131 KK).
Komunikasi Bersama Keluarga Anak/Remaja

3%
Ya tidak
97%
Diagram 112
Berdasarkan data diatas komunikasi anak remaja dengan
keluarga di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
komunikasinya baik dengan presentasi 97% (175 KK).
F. Usia Lanjut
Anggota Keluarga Usia Lanjut
32%
Ya tidak
68%
Diagram 113
Berdasarkan data diatas keluarga dengan usia lanjut di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawahyaitusebanyak32% (104 kk).
Keluhanan Lansia
14%
Ya tidak
86%
Diagram 114
Berdasarkan data diatas keluarga menjawab lansia dengan
keluhan penyakit di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah yaitu
sebanyak86% (90 kk).

79
Jenis Penyakit Lansia

1% 6% 2%
9%
Asma
3% 1%
36% DM
Hipertensi
Rheumatik
42%
Osteoporosis
Penyakit Kulit
Jantung
lain-lain

Diagram 115
Berdasarkan data diatas jenis penyakit pada lansia di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar yaitu Hipertensi
sebanyak 42% 9 38 kk).
Upaya Yang Telah Dilakukan
1% Berobat kesarana
35%
kesehatan
diobati sendiri
64%
dll

Diagram 116
Berdasarkan data diatas upaya yang telah dilakukan lansia di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar melakukan
pengobatan kesarana kesehatan yaitu sebanyak 64% (82 kk).
Pengunaan waktu Sengang

26% 16% Berkebun jalan-jalan

9%
49% senam dll

Diagram 117
Berdasarkan data diatas penggunaan waktu senggang lansia di
RW 07Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar jalan-jalan yaitu
49% (51 kk).

80
Terdapat Posyandu Lansia

16%
ada tidak ada
84%
Diagram 118
Berdasarkan data diatas keluarga menjawab terdapat posyandu
lansia di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah yaitu 84% (87 kk).
Lansia Mengikuti Posyandu Lansia

54% 46%
Ya tidak

Diagram 119
Berdasarkan data diatas lansia yang mengikuti posyandu di
RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah yaitu 46% (48 kk)
Alasan Tidak Mengikuti Posyandu lansia

18%
tidak tahu tidak mau
82%
Diagram 120
Berdasarkan data diatas alasan lansia tidak mengikuti
poisyandu di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah yaitu tidak mau
82% (46 kk).

81
Kuisoner penyakit

A. Kuisoner TB
Pengetahuan
4%
Baik Kurang Baik
96%
Diagram 112
Berdasarkan data diatas pengetahuan tentang tuberculosis paru
keluarga di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
pengetahuanya baik dengan presentasi 96% (6 KK).
Sikap
37% Patuh Tidak Patuh
63%
Diagram 112
Berdasarkan data diatas sikap keluarga yang terkena
tuberculosis paru di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian
besar tidak patuh dengan presentasi 62,5% (5 KK).
Perilaku
25%
dilakukan
tidak dilakukan
75%
Diagram 112
Berdasarkan data diatas perilaku keluarga yang terkena
tuberculosis paru di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian
besar dilakukan baik dengan presentasi 75% (6 KK).

82
B. Kuisoner Hipertensi
Pengetahuan
23%
Baik Kurang Baik
77%
Diagram 112
Berdasarkan data diatas pengetahuan tentang Hipertensi
keluarga di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
pengetahuanya baik dengan presentasi 77% (77 KK).
Sikap
15%
Patuh Tidak Patuh
85%
Diagram 112
Berdasarkan data diatas sikap keluarga yang terkena hipertensi
di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar patuh
dengan presentasi 85% (85 KK).
Perilaku
5%
dilakukan
tidak dilakukan
95%
Diagram 112
Berdasarkan data diatas perilaku keluarga yang terkena
hipertensi di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
dilakukan baik dengan presentasi 95% (95 KK).

83
C. Kuisoner DBD
Pengetahuan
43% Baik Kurang Baik
57%

Diagram 112
Berdasarkan data diatas pengetahuan tentang demam berdarah
keluarga di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
pengetahuanya kurang baik dengan presentasi 57 % (4 KK).
Sikap
43% Patuh Tidak Patuh
57%

Diagram 112
Berdasarkan data diatas sikap keluarga yang terkena demam
berdarah di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
patuh dengan presentasi 57% (4 KK).
Perilaku
43% dilakukan
tidak dilakukan
57%

Diagram 112
Berdasarkan data diatas perilaku keluarga yang terkena demam
berdarah di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
tidak dilakukan dengan presentasi 57% (4 KK).

84
D. Kuisoner DM
Pengetahuan
44% Baik Kurang Baik
56%

Diagram 112
Berdasarkan data diatas pengetahuan tentang Diabates Melitus
keluarga di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
pengetahuanya kurang baik dengan presentasi 56% (22 KK).
Sikap
21%
Patuh Tidak Patuh
79%
Diagram 112
Berdasarkan data diatas sikap keluarga yang terkena Diabates
Melitus di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
patuh dengan presentasi 79% (31 KK).
Perilaku
33%
dilakukan
tidak dilakukan
67%

Diagram 112
Berdasarkan data diatas perilaku keluarga yang Diabates
Melitus paru di RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah sebagian besar
dilakukan baik dengan presentasi 67% (26 KK).

85
2. Pengkajian Usaha Kesehatan Kerja
Pengkajian dilakukan oleh mahasiswa pada tanggal 19 Juli Januari 2019 di
wilayah RT 04/RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah dimana terdapat usaha
pembuatan mabel kaca dan.Mahasiswa melakukan pertemuan awal dengan
pemilik usaha,Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara dan
observasi.
a. Wawancara

86
Setelah angket terkumpul dari warga RW 07 Kelurahan Srengseng Sawah yang terambil sebagai sampel
sebanyak 380 Jiwa, kemudian data dikelompokkan dan ditabulasi sehingga ditemukan masalah di RW 07Kelurahan
Srengseng Sawah seperti yang ada pada daftar analisa data berikut :

ANALISA DATA
NO DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF MASALAH
1 HIPERTENSI  Berdasarkan hasil wawancara,  Perilaku kesehatan berisiko
 Pada masyarakat di RW 07 dengan masyarakat RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah Kelurahan Srengseng Sawah, masih
banyak masyarakat banyak masyarakat yang mengetahui
mengetahui pengetahuan komplikasi dari hipertensi.
tentang hipertensi.  Berdasarkan hasil kuesioner dengan
 Pada masyarakat di RW 07 329 kk yang ada di RW 07
Kelurahan Srengseng Sawah Kelurahan Srengseng Sawah
kebanyakan masyarakat Terdapat 100 Jiwa yang menderita
belum mematuhi makanan hipertensi.
dan minuman yang  Pengetahuan
disarankan. Dari 100 jiwa yang memilik
pengetahuan yang baik sebanyak 77

87
jiwa (77%) dan yang memiliki
pengetahuan kurang baik tentang
hipertensi sebanyak 23 jiwa (23%),
hal ini disebabkan kurangnya
informasi yang didapat seperti
tentang komplikasi dari penyakit
hipertensi, stres yang dapat
menyebabkan hipertensi,
 Sikap
Dari 100 jiwa yang memiliki sikap
yang baik sebanyak 85 jiwa (85%)
dan yang memiliki sikap kurang baik
tentang hipertensi sebanyak 15 jiwa
(15%) seperti kurangnya menjaga
berat badan, pola makannya yang
masih sering mengkomsumsi
makanan yang asin, berlemak,
minum kopi, dan sering menyimpan
masalah sendiri,

88
 Perilaku
Dari 100 jiwa yang memiliki lingkup
perilaku yang baik sebanyak 95 jiwa
(95%) dan yang memiliki lingkup
perilaku kurang baik sebanyak 5
jiwa (5%) seperti kurangnya berolah
raga, dan menjaga berat badan.
2 Diabetes Mellitus  Dari hasil kuisioner dan wawancara  Prilaku kesehatan beresiko
 Pada masyarakat di RW 07 pada RW 07 Kelurahan Srengseng
Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan terdapat
Sawahkebanyakan 1844 jiwa dari 329 KK. Hasil
masyarakat masih kurang kuisioner yang di bagikan ke 39
mengetahui pengetahuan jiwa menderita DM. Hal ini
sikap dan perilaku tentang disebabkan karena kurangnya
Diabetes Mellitus pengetahuan.
 Pada masyarakat di RW 07  Berdasarkan data yang didapat pada
kelurahan Srengseng Sawah masyarakat di RW 07 terdapat 17
jarang melakukan olah raga. jiwa yang tidak mengetahui
pengertian dan penyebab DM.

89
 Pengetahuan
Dari 39 jiwa yang memiliki
pengetahuan baik 17 jiwa (43,6 %)
dan yang memiliki pengetahuan
kurang baik 22 jiwa (56,4 %). Hal
ini disebabkan karena kurangnya
informasi yang didapatkan
masyarakat tentang pengetahuan
diabetes melitus.
 Sikap
Dari 39 jiwa yang memiliki sikap
baik 31 jiwa (79,5%) dan yang
memiliki sikap kurang baik 8 jiwa
(20,5%). Hal ini disebabkan karena
masyarakat kurang menjaga makan
makanan yang bisa menyebabkan
terjadinya diabetes melitus.
 Perilaku
Dari 41 jiwa yang memiliki perilaku

90
baik 17 jiwa (42%) dan yang
memiliki perilaku kurang baik 24
jiwa (59 %). Hal ini disebabkan
karena masih mengkonsumsi
makanan yang manis-manis dan
berlemak yang berlebihan.
Kurangnya masyarakat mengikuti
kegiatan olahraga yang diadakan di
RW 07.
3 TB Paru  Angka kejadian penyakit menular Resiko terjadinya penyakit
Masyarakat yang kurang (TB Paru) di RW07Keluraha yang disebabkan oleh
pengetahuan tentang kesehatan Srengseng Sawahsebanyak 12 kurangnya pengetahuan
mengenai TB Paru dan perilaku jiwa(16%) tentang kesehatan mengenai
masyarakat yang kurang dalam  Pengetahuan TB Paru, sikap dan perilaku
mencari bantuan kesehatan di RW Dari 12 jiwa yang yang kurang dalam mencari
07 Kelurahan Srengseng Sawah memilikipengetahuan yang baik bantuan kesehatan.
sebanyak 4 jiwa (33%) dan yang
memiliki pengetahuan kurang baik
tentang TB Paru sebanyak 8 jiwa

91
(67%).
 Sikap
Dari 12 jiwa yang memiliki sikap
yang baik sebanyak 4 jiwa (33%)
dan yang memiliki sikap kurang baik
tentang TB Parusebanyak 8 jiwa
(67%).
 Perilaku
Dari 8 jiwa yang memiliki lingkup
perilaku yang baik sebanyak 3 jiwa
(42%) dan yang memiliki lingkup
perilaku kurang baik sebanyak 5
jiwa (58%).
4 LANSIA  Dari 380 Jiwa yang terkaji di RW 07 Perilaku kesehatan berisiko
 Kader mengatakan bahwa Kelurahan Srengseng Sawah
posyandu lansia sudah berjalan terdapat 67jiwa (18%) yang
cukup lama dan para lansia memiliki lansia dan 313jiwa (82%)
kurang aktif dalam mengikuti yang tidak memiliki lansia.
kegiatan posyandu lansia.  Tidak semua lansia aktif mengikuti

92
 Kader mengatakan masalah kegiatan posyandu lansia yang
kesehatan yang sering terjadi dilakukan di RW07 Kelurahan
pada lansia yaitu Hipertensi, Srengseng Sawah
Diabetes Mellitus.  Lokasi posyandu yang berpindah
 Lansia mengatakan pindahsehingga kurangnya
mengetahui tentang perlunya partisipasi lansia untuk mengikuti
pemeriksaan rutin untuk posyandu lansia.
mengetahui kondisi kesehatan,  Kurangnya motivasi dari keluarga
tapi karena tempat pelaksanaan dan lansia sendiri untuk mengetahui
posyandu lansia jauh dari kondisi kesehatannya sehingga
tempat tinggal dan adanya kurang adanya kemauan lansia untuk
kesibukan yang lain sehingga mengetahui status kesehatannya.
lansia kurang aktif untuk  Perilaku lansia yang negatif terhadap
mengikuti posyandu lansia. pelayanan kesehatan yang ada
sehingga lansia lebih memilih
alternatif pengobatan lain daripada
berobat ke pelayanan kesehatan yang
tersedia.
 Kader mengatakan masalah

93
kesehatan yang sering terjadi pada
lansia yaitu Hipertensi, Diabetes
Mellitus.
 Lansia mengatakan mengetahui
tentang perlunya pemeriksaan rutin
untuk mengetahui kondisi kesehatan,
tapi karena tempat pelaksanaan
posyandu lansia jauh dari tempat
tinggal dan adanya kesibukan yang
lain sehingga lansia kurang aktif
untuk mengikuti posyandu lansia.
 Berdasarkan hasil kuisioner
didapatkan bahwa:
Dari 380Jiwayang terkaji di
lingkungan RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah terdapat 67 (18%)
yang memiliki lansia dan 313 KK
(82%) yang memiliki lansia.
Proporsi lansia yang memiliki

94
keluhan penyakit : Ya (67 Jiwa)
100%, Tidak (0 Jiwa) 00,0%.
Proporsi jenis penyakit pada lansia :
Hipertensi 43 orang (64%), Katarak
1 orang (2%), DM 8 orang (12%),
Asma 2 orang (3%), Jantung 1 orang
(2%), Osteoporosis 2 orang (3%),
TB Paru3 orang (4%), penyakit kulit
2 orang (3%), dan lain-lain 5 orang
(7%)
Proporsi lansia mengikuti posyandu
lansia sebanyak 17 orang(25%), dan
tidak sebanyak50 orang(75%).
5 LINGKUNGAN  Jarak rumah dengan tetangga yang Resiko terjadinya penyakit
Lingkungan Fisik bersatu sebanyak 296 jiwa (78%) akibat lingkungan yang tidak
Lingkungan yang kurang sehat di  Septik tank < 10 meter sesuai dengan standarisasi di
RW 07 Kelurahan Srengseng sebanyak67% (255 Orang). RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah.  Ada jentik dalam penampungan Sawah berhubungan dengan
rumah sebanyak 18% (68 orang) lingkungan yang kurang

95
 Jarak penampungan sampah dengan memadai.
rumah < 10 meter sebanyak 80,3 %
(265 Rumah).
 Jarak pembuangan limbah denga
rumah terbilang dekat < 10 meter
sebanyak 88% (336 Orang).
6 JIWA  Terdapat 2 orang (-1%) yang Kurangnya pengetahuan
 Kurangnya pengetahuan mengalami gangguan jiwa keluarga tentang OGDJ untuk
kepada keluarga pada orang mendapatkan pengobatan dan
dengan gangguan jiwa perilaku yang kurang dalam
 Kurangnya dukungan keluarga mencari bantuan kesehatan.
tentang pengobatan gangguan
jiwa
 Hambatan interaksi social

96
PENAPISAN MASALAH

No MASALAH KESEHATAN A B C D E F G H I J K TOTAL PRIORITAS


Perilaku kesehatan Beresiko
1.
hipertensi di RW 07 Kelurahan
Srengseng Sawah
Perilaku kesehatan Beresiko DM
2.
di RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah
Perilaku kesehatan Beresiko TBC
3.
di RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah
Perilaku kesehatan Beresiko DBD
4.
di RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah
Perilaku kesehatan komunitas
6.
cenderung beresiko (lansia) di
RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah

97
Perilaku kesehatan lingkungan di
7
RW 07 Kelurahan Srengseng
Sawah
Keterangan Pembobotan A.Resiko Terjadi G.Tempat
1. Sangat Rendah B.Resiko Parah H.Waktu
2. Rendah C.Potensial untuk Pendidikan I.Dana
3. Cukup Kesehatan
4. Tinggi D.Minat Masyarakat J.Fasilitas Kesehatan
5. Sangat Tinggi E.Mungkin Diatasi K.Sumber Daya
F. Sesuai Dengan Pemerintah
F.Sesuai dengan Pemerintah

98
RENCANA KERJA (PLANNING OF ACTION)
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI RW 07 KELURAAN SRENGSENG SAWAH
No Masalah kesehatan Tujuan Rencana kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ
1 Perilaku kesehatan Meningkatkan 1. Melakukan Masyarakat RW 07
Beresiko hipertensi pengetahuan pemeriksaan RW 07
di RW 07 Kelurahan masyarakat tekanan darah
Srengseng Sawah tentang 2. Memberikan leaflet
Hipertensi pada peserta
penyuluhan
3. Memberikan
informasi tentang
HT, Diet HT Dll.
4. Senam Hipertensi

1. Memberikan
informasi tentang
Hipertensi,
Untuk 2. Memberikan leaflet Masyarakat
Mengontrol pada peserta RW 07
Tekanan Darah penyuluhan
dalam batas 3. pengecekan tekanan

99
normal darah

2 Perilaku kesehatan Untuk 1. Penkes tentang Masyarakat


Beresiko DM di RW meningkatkan pengetahuan
07 Kelurahan pengetahuan Diabetes Melitus dan
Srengseng Sawah masyarakat mendemontrasikan
tentang Diabetes obat herbal (Daun
Melitus Salam)

Untuk 1. Mengecek gula Penderita


mengontrol darah DM
kadar gula darah
dalam batas
normal
3 Perilaku kesehatan Untuk Penkes tentang Masyarakat
Beresiko TBC di meningkatkan pengetahuan TBC
RW 07 Kelurahan pengetahuan
Srengseng Sawah masyarakat
tentang TB Paru
Masyarakat
Untuk Penkes dan cara
mengajarkan mengajarkan
cara pencegahan pencegahan TB

100
TB Paru Paru,serta bekerja sama
dengan kader dan
puskesmas untuk
merujuk pasien ke
puskesmas untuk
tampung ahak ,
pengobatan OAT
selama 6 bulan.
Bersama dengan kader
untukmemantau
Untuk mencegah penderita TB Paru Masyarakat
terjadi penularan untuk pola hidup sehat
dari penderita (membuka jendela
TBC ke warga rumah secara rutin
atau masyarakat untuk pencegahan
yang sehat. penularan TBC paru,
menjemur kasur setiap
hari.

101
4 Perilaku kesehatan Untuk 2. Penkes tentang Masyarakat
beresiko DBD di meningkatkan pengetahuan DBD
RW 07 Kelurahan pengetahuan dan
Srengseng Sawah masyarakat mendemontrasikan
tentang DBD obat herbal ( Daun
Salam)

5 Perilaku Kesehatan Meningkatkan a. Promkes mengenai Masyarakat


Lingkungan di RW derajat lingkungan dalam RW 07
07 Kelurahan pengetahuan kategori sehat.
Srengseng Sawah masyarakat b. Penyuluhan PHBS
mengenai c. Gotong Royong di
standarisasi Hari Sabtu
lingkungan yang
sehat.
6 Perilaku kesehatan a. Pengaktifan Masyarakat
komunitas Posyandu RW 07
cenderung beresiko Lansia kembali
(lansia) di RW 07 b. Mengajarkan
Kelurahan kader Posbindu
Srengseng Sawah. dengan Berbagai
Senam

102
103

Anda mungkin juga menyukai