Anda di halaman 1dari 2

Memahami Narasi Amien Rais Soal Peragu dan Penyelamat Situasi Bagi SBY

"Saudara-saudaraku yang saya cintai, pada saat-saat seperti ini memang selalu muncul tokoh yang jadi gagap, ragu-
ragu. Jadi serba bimbang, ragu, nggak ikut ke mana-mana. Jadi safety player. Jangan ikuti orang seperti itu," kata
Amien Rais. Ketua Dewan Kehormatan PAN itu menyampaikan pesannya lewat akun Instagram miliknya,
@amienraisofficial.

Kata safety player, peragu membuat orang mulai bertanya siapakah yang dimaksudkan oleh Amien. Meskipun
banyak yang mengikuti situasi usai Pilpres yakin bahwa yang dimaksudkan Amien itu adalah Ketua Umum Partai
Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Tak perlu lama, anggapan ini terbukti nyata ketika Politikus Partai Demokrat (PD) Andi Arief menanggapi pernyataan
Amien tersebut, dengan sedikit emosional.

"Saya berharap Pak Amien Rais tak usah sok jago nantang-nantang SBY. Kita akan buktikan SBY atau Pak Amien
Rais yang akan selamatkan situasi ini. SBY lebih kenal lama Prabowo dan tidak akan pernah menyarankan sebuah
jalan yang akan mencelakakan," kata Andi seperti yang dikutip dari Detik.com.

Mari kita mulai sedikit membahas soal alasan di balik perkataan Amien soal peragu ini. Dua hari lalu, SBY
mengeluarkan surat kepada pengurus partainya agar menginstruksikan kepada semua kader demokrat harus
menarik diri dari semua kegiatan seusai pemungutan suara yang bertentangan dengan konstitusi dan garis partai.
Hal itu tak lama sesudah sebelumnya, Amien Rais melontarkan ide berbahaya tentang people power.

Bukan itu saja, SBY juga menarik para kadernya yang berada di BPN agar segera kembali ke Wisma Proklamasi
Nomor 41, lokasi kantor DPP Partai Demokrat di Menteng untuk konsolidasi sesudah quick count menyatakan
Jokowi-Amin menang. SBY dan Demokrat terlihat tidak terlalu terlibat aktif ketika pasangan Prabowo-Sandi
mendeklarasikan kemenangan mereka.

Mungkin karena itulah Amien mengatakan SBY sebagai seorang peragu. Diluar sindiran Amien ini, bukan sebuah
rahasia umum jika hubungan antara Amien dan SBY ibaratnya sering mengalami pasang surut, dan panas dingin.

Misalnya saat 2004, saat SBY dan Amien Rais terlibat bersama dalam konstetasi Pilpres. SBY saat itu berpasangan
dengan Jusuf Kalla dan Amien Rais berpasangan dengan Siswono Yudhohusodo.

Amien Rais kalah, dan empat tahun kemudian menjelang periode berakhir, Amien menulis sebuah buku yang berisi
kritikan yang menohok bagi SBY berjudul, 'Agenda Mendesak Bangsa: Selamatkan Indonesia!'. Amien Rais
mengajak pemilih untuk jangan memilih lagi SBY karena dianggap gagal, dianggap sebagai Broken Government.

“Pemerintahan SBY sudah sampai ke tahapan broken givernment. Ibaratnya broken home itu'kan suami, istri, anak,
cucu atau mungkin ponakan yang ada di satu rumah sudah tidak ada koordinasi, carut marut, kacau balau. Tidak
ada yang menyantuni anaknya, sekolah anaknya terlantar, bapak ibunya nggak pernah ketemu. Itulah kondisi negara
kita. Lihat yang kasat mata saja, infrakstruktur ekonomi hancur, jalan rusak, lintas Sumatera terputus," papar Amien
Rais pada medio 2008 seperti dikutip dari Kompas.com.

Setahun kemudian (2009), SBY pecah kongsi dengan JK dan keduanya pun menjadi rival. Entah bagaimana Amien
bersama PAN mendukung SBY. Saat bersama, Amien dikecewakan karena SBY seperti “ragu” memilih Hatta Rajasa
sebagai Wapres dan lebih memilih Boediono.
Dari cerita ini, SBY dapat dikatakan lebih unggul jika tidak mau dibilang cerdas dari Amien Rais. SBY sering terlihat
sebagai peragu bagi yang berkepentingan, namun sangat menonjol dalam memutuskan kebijakan partai.

Apakah SBY penyelamat situasi seperti yang dikatakan oleh Andi Arief? Penyelamat situasi bagi kubu koalisi 02
masih belum jelas namun menyelamatkan situasi bagi Partai Demokrat jelas ya.

Bagi yang mengimani hasil quick count maka langkah cepat selanjutnya adalah mengamati suara partai secara
nasional. Partai Demokrat jelas mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2014. Untuk diketahui, Partai
Demokrat mendapat suara 10,19 persen di Pemilu 2014, bandingkan tengan Pemilu 2019 yang diperkirakan hanya
sekitar 8 persen.

SBY jelas mengamati ini dengan jeli dan ingin mengambil langkah untuk memastikan posisi kuda-kuda terlebih
dahulu. Apalagi jika ini dihubungkan dengan kepentingan 2024. Meskipun secara tidak jelas belum akan kemana,
tetapi tetap di koalisi 02 dengan tujuan besar 2024 akan kontraprodukti.

Mengapa demikian? Poin pentingnya adalah soal presidential threshold (PT) 20%. Hanya memiliki suara 8 persen
Dengan kepentingan menggolkan AHY di 2024 sebagai Presiden atau Wapres menggunakan kendaraan koalisi 02
amat tidak mungkin terjadi.

Alasannya karena suara Gerindra tidak jauh berbeda dengan 2014 sedangkan PKS mendapatkan kenaikan jumlah
suara dibandingkan 2014. Gabungan kedua suara kedua partai ini (menggunakan hasil Quick Count) sudah sangat
cukup untuk mengusung Prabowo dengan siapapun (calon PKS tentunya) jika akhirnya kalah saat ini. Dalam
keadaan seperti ini, maka Demokrat akan kembali akan menjadi anak “bawang” jika tetap bernaung di bawah koalisi
02.

Artinya SBY akan segera menarik diri, jika pada akhirnya tindakan koalisi 02 dianggap tidak akan menarik simpati
rakyat sambil menunggu waktu yang tepat.

Amien Rais tentu memahami gaya SBY. SBY lebih senang berada di sebuah tempat yang tenang, ketika konflik
terjadi, berpikir lalu muncul pada waktu yang dianggap pas. Pernyataan Amien mungkin hanyalah jurus, agar SBY
tidak sukses menjalankan strateginya. Amien tentu tidak mau kecolongan lagi saat ini.

Anda mungkin juga menyukai