Anda di halaman 1dari 3

3 Pembelaan Ngawur Dewas TVRI Terkait Pemecatan Helmy Yahya

Dewan Pengawas (Dewas ) TVRI yang merasa terhormat itu akhirnya dipanggil Komisi I DPR pada Selasa,
21 Januari 2020.

Agendanya jelas, yakni rapat dengar pendapat dengan Dewas TVRI terkait pemecatan Helmy Yahya
sebagai DIrektur TVRI yang mengundang polemik di masyarakat.

Hasil rapat itu apa? Atas nama Liga Inggris, Bulutangkis dan transformasi yang telah berjalan dengan baik,
nampak sekali bahwa pembelaan Dewas terkesan ngawur atau sembarangan. Paling tidak ada 3
(tiga)pembelaan yang dapat dikemukakan.

Pertama, mengatakan bahwa siaran Liga Inggris di TVRI bukanlah jati diri bangsa seperti yang dikatakan
oleh Arief HIdayat.

"Tupoksi TVRI sesuai visi-misi TVRI adalah TV publik, kami bukan swasta, jadi yang paling utama adalah
edukasi, jati diri, media pemersatu bangsa, prioritas programnya juga seperti itu. Realisasinya sekarang
kita nonton Liga Inggris," kata Ketua Dewas Arief Hidayat di Kompleks DPR Senayan, Selasa (21/1/2020).

Nah, langsung saja, jadi TVRI mau siarkan liga apa Pak Dewas? Liga kapuk, liga pohon tuak, atau
tarkam?.

Nah, bukan merendahkan liga-liga tersebut, tetapi rasanya yang terhormat Arief Hidayat kurang piknik.
Main-mainlah di kampung-kampung yang antenna televisinya hanya mendapatkan stasiun TVRI lalu
merasa bahagia karena bisa menonton aksi MO Salah, Kun Aguero, Paul Pogba dan lain-lain secara
gratis.

Bukankah mimpi mereka akan terbangun kembali dengan cita-cita menjadi pemain hebat setelah
menonton tayangan bermutu seperti itu.

Jati diri bangsa itu membuat anak bangsa dapat bermimpi ketika bisa melihat dunia dengan lebih luas,
bukan tiap hari membuka TVRI dan langsung mematikannya karena merasa tak ada tayangan yang
menarik.

Kedua, soal protes karena TVRI tidak menayangkan banjir di Jakarta dan memilih menayangkan Discovery
Channel. Helmy Yahya memang sudah membantah karena TVRI juga menayangkan soal banjir tidak
hanya Discovery Channel.

"Oh nggak benar. Kami yang paling banyak menayangkan (soal) banjir," kata Helmy Yahya kepada
wartawan, Rabu (22/1/2020).

Bukan hanya Helmy, Direktur Program dan Berita TVRI Apni Jaya Putra juga membantah keterangan
Dewas TVRI bahwa saat itu TVRI tidak menayangkan berita tentang banjir. "Itu Dewas ngaco, bohongnya
minta ampun, saya sedih banget," kata Apni Jaya putra.
Apni menjelaskan, tayangan Discovery Channel hanya satu jam. Di luar itu, breaking news mengenai banjir
tetap ada.

Sedih juga nih mengomentarinya. Banjir dan Discovery Channel yang hanya satu jam. Jadi Dewas ingin
seharian TVRI menayangkan banjir di Jakarta?

Ah, heran juga. Hidup sudah terlalu sulit, jangan dibuat sulit. Mamak-mamak di kampung ada yang
menyukai tayangan Discovery, melihat alam yang begitu indah dan membuat hidup mereka menghadapi
alam yang sulit terlupakan.

Dewas seharusnya mendorong agar ada perbaikan konten secara terus menerus. Jujur saja, seringkali
tayangan serupa dibuat, tetapi alam yang indah jadinya tak tampak indah, dan alam yang sudah sulit dan
gersang dipertontonkan juga. Boleh, tetapi jangan terus menerus.

Discovery Channel itu seperti oase di padang gurun. Mungkin Dewas itu orang-orang kaya, yang sedari
kecil mendapat tayangan kabel, siara uar negeri dan kurang paham soal oase di padang gurun.

Dahulu kita menunggu tayangan yang menghibur itu seharian di TVRI, ada “Oshin”, “Little Prairie” dan
lain-;ain, ada nilai yang dikandung dan dapat dinikmati. Sesekali hiburlah dengan tayangan bermutu, TVRI
jangan membuat hidup yang susah menjadi lebih sulit.

Ketiga, menganggap kontrak berbiaya mahal yang dibuat TVRI akan seperti Jiwasraya.

(Menarik napas dalam) Jikalau ingin mendramatisasi, janganlah berlebihan nanti akan terdengar ngawur.

"Saya akan sampaikan kenapa Liga Inggris itu menjadi salah satu pemicu gagal bayar ataupun munculnya
utang skala kecil seperti Jiwasraya," ujar anggota Dewan Pengawas TVRI Pamungkas Trishadiatmoko
dalam rapat di Kompleks Parlemen, Selasa (21/1/2020).

Helmy Yahya berespons. “Pernyataan Dewas Moko (anggota Dewas TVRI Pamungkas Trishadiatmoko)
bahwa menyamakan Liga Inggris dengan Jiwasraya itu ngawur!" kata Helmy kepada wartawan, Selasa
(22/1/2020).

Helmy menilai perbandingan itu sermapangan. Bagaimana bisa kasus asuransi Jiwasraya ditakar
Kejaksaan Agung berpotensi merugikan negara Rp 13 triliun dibandingkan Liga Inggris yang dibeli TVRI
dengan nilai yang jauh lebih kecil?

Sebagai informasi, pembelian hak siar sebesar Rp33,8 miliar, pembelian hak siar itu terdiri atas hak siar
Liga Inggris Rp27 miliar dan BWF Rp5,8 miliar.

Herannya dalam prosesnya, Dewas juga sudah diajak terlibat dan menyetuji hal tersebut, dan baru
mempersoalkan hal ini dan menjadikannya alasan utama untuk melengserkan Helmy.

Dewas seharusnya lebih bijak, memberikan pujian untuk transformasi yagn terjadi lalu bersama
menyiapkan formula untuk mencegah agar tidak terjadi piutang yang menggunung. Jangan seperti tikus
masuk gudang, satu gudang dibakar.
Ayolah. Ada apa ini? Jika belum memberikan argumentasi yang kuat, maka Dewas dengan sendirinya
memperkuat isu bahwa Helmy disingkirkan karena ada persaingan bisnis. Sayang sekali jika benar
demikian.

Anda mungkin juga menyukai