Anda di halaman 1dari 13

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Tempat Penelitian

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan

masyarakat Kota Banjar dan sekitarnya sejalan dengan tujuan

Pembangunan Nasional yaitu untuk meningkatan derajat kesahatan

dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Untuk memenuhi

pelayanan kesehatan tersebut, atas dasar kekeluargaan dokter-dokter

yang bergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Banjar maka

tanggal 2 September 2006 didirikanlah Rumah Sakit Mitra Idaman.

Rumah Sakit Mitra Idaman adalah rumah sakit swasta yang berada

dibawah naungan PT. Banjar Mekar dimana sahamnya dimiliki oleh

Ikatan Dokter Indonesia dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia

(IDI/PDGI) Banjar, yang disahkan oleh akta Notaris Nomor 23 tanggal

12 Mei 2004 Notaris Tien Norman Lubis, SH. Rumah Sakit Mitra

Idaman didirikan diatas tanah seluas 1330 m2 dengan luas bangunan

868 m2yang berlokasi di jalan Sudiro W no.57 Banjar. Rumah Sakit

Mitra Idaman dipimpin oleh seorang dokter yaitu dr.H.Muripto, MARS.

46
47

4.1.2 Karakteristik Responden

1. Umur

Umurresponden dalam peneletian ini dikategorikan menjadi kurang

dari 30 tahun dan lebih dari sama dengan 30 tahun seperti pada

tabel di bawah ini :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi UmurResponden
di Ruang RawatInapRS Mitra Idaman
No Umur Frekuensi %
1 < 30 Tahun 33 64,7
2 ≥ 30 Tahun 18 35,3
Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer 2018

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 51 responden paling

banyak responden umur kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 33

orang (64,7%), dan lebih dari atau sama dengan 30 tahun sebanyak

18 orang (35,3%).

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dalam peneletian ini dikategorikan menjadi laki-laki

dan perempuan seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
di Ruang RawatInap RS Mitra Idaman
No Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Laki-laki 29 56,9
2 Perempuan 22 43,1
Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer 2018

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 51 responden paling

banyak laki-laki yaitu sebanyak 29 orang (56,9%), dan perempuan

sebanyak 22 orang (43,1%).


48

3. Masa Kerja

Masa kerjaresponden dalam peneletian ini dikategorikan seperti

pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi MasaKerjaResponden
di Ruang Rawat InapRS Mitra Idaman
No Masa Kerja Frekuensi %
1 ≤ 5 tahun 32 62,7
2 > 5 Tahun 19 37,3
Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer 2018

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 51 responden paling

banyak status masakerja responden kurangdari 5 tahu yaitu

sebanyak 32 orang 62,7%), dan masakerjalebihdari 5 tahun

sebanyak 19 orang (37,3%).

4. Pendidikan

Pendidikan responden dalam peneletian ini dikategorikan seperti

pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi PendidikanResponden di Ruang Rawat Inap
RS MitraIdaman
No Pendidikan Frekuensi %
1 Sarjana (Ners) 27 52,9
2 D3 Keperawatan 24 47,1
Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer 2018

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 51 responden paling

banyak pendidikan responden adalahNers yaitu sebanyak 27 orang

52,9%), dan D3 Keperawatan sebanyak 24 orang (47,1%).


49

4.1.3 Analias Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran variabel

penelitian. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu variabel

motivasi intrinsik dan pelaksanaan pendokumentasian asuhan

keperawatan. Adapun analisis univariat dalam penelitian ini yang

disajikan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

1. Motivasi Intrinsik

Dalam penelitian ini motivasi intrinsik dikategorikan menjadi

motivasi baik dan motivasi tidak baik, seperti pada tabel 4.5

dibawah ini :

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik
di Ruang Rawat Inap RS MitraIdaman
No Motivasi Intrinsik Frekuensi %
1 Baik 32 62,7
2 TidakBaik 19 37,3
Jumlah 51 100
Sumber : Data Primer 2018

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 51 responden yang

diteliti sebagian besar motivasi intrinsik perawat berada dalam

kategori baik yaitu sebanyak 32 orang (62,7%), dan yang motivasi

intrinsi tidak baik sebanyak 19 orang (37,3%).

2. Pelaksanaan Pendokumentasian ASKEP

Dalam penelitian ini pelaksanaan pendokumentasian Asuhan

Keperawatan dikategorikan menjadi lengkapdan tidak lengkap

seperti pada tabel 4.6 berikut:


50

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Pelaksanaann Pendokumentasian ASKEP
di Ruang Rawat Inap RS MitraIdaman
No Pendokumentasian Askep Frekuensi %
1 Lengkap 24 47,1
2 Tidak Lengkap 27 52,9
Jumlah 51 100,0
Sumber : Data Primer 2018

Dari tabel 4.6 terlihat bahwa dari 51 responden yang diteliti

pelaksanaan pendokumentasian sebagian besar berada dalam

kategori tidak lengkap yaitu sebanyak 27 responden (52,9%), dan

yang lengkap sebanyak 24 responden (47,1%).

4.1.4 Analisa Bivariat

Hubungan Motivasi Intrinsik Perawat Dengan Pelaksanaan

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Mitra Idaman Kota Banjar ini menggunakan analisis uji

chi square. Adapun hasil analisis bivariat dapat dijelaskan dalam tabel

tabulasi silang 4.7 dibawah ini :

Tabel 4.7
Hubungan Motivasi Intrinsik Perawat Dengan Pelaksanaan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Mitra Idaman Kota Banjar
Pendokumentasian ASKEP Exact Sig 2-
Total
Motivasi Lengkap Tidak lengkap Sided
F % F % F %
Baik 20 62,5 12 37,5 32 100
0,004
Tidak Baik 4 21,1 15 78,9 19 100
Jumlah 24 27 51 100
Sumber: Olah Data Statistik 2018

Data tabel 4.7 menjelaskan bahwa dari 32 responden yang memiliki

motivasi intrinsik baik sebanyak 20 orang (62,5%) lengkap dalam,

pendokumentasian ASKEP sedangkan sebanyak 12 orang (37,5%) tidak


51

lenkap dalam pendokumentasian ASKEP. Dari 19 responden yang memiliki

motivasi intrinsik tidak baik sebanyak 4 responden (21,1%) lengkap dalam

pendokumentasian ASKEP , dan sebanyak 15 orang (78,9%) tidak lengkap

dalam pendokumentasian ASKEP.

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi squaredidapatkan nilai ρ

value sebesar 0,004< dari alfa 0,05. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsik perawat dengan

pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawati nap

Rumah Sakit Mitra Idaman Kota Banjar

4.2 Pembahasan

1. Iklim Organisasi

Hasil penelitian tentang motivasi intrinsik terlihat bahwa dari 51

responden, sebagian besar memiliki motivasi intrinsik kategori baik yaitu

sebanyak 32 orang (62,5%).

Banyaknya responden dengan motivasi intrinsik baik dapat

mempengaruhi hasil kepuasan kerjanya karena seseorang merasa senang

dengan pekerjaannya termasuk menyelesakan pendokumentasian ASKEP.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mc. Mohan (1999)

dalam Farida (2009) Hal-hal yang membuat orang menjadi tidak senang

dengan pekerjaan mereka adalah dissatisfiers (penyebab ketidak-puasan)

atau faktor-faktor demotivasi. Lebih mudah menemukan apa yang membuat

orang menjadi tidak puas pada pekerjaan dari pada menemukan apa yang

dapat memuaskan. Jelaslah penyebab ketidak-puasan harus dihilangkan,


52

tetapi ini juga tidak cukup untuk membangkitkan motivasi, ini hanya

merupakan langkah pertama.Keenam penyebab ketidak-puasan yang

tersering adalah gaji yang rendah, administrasi yang tidak efisien,

pengawasan yang inkompeten, hubungan personal yang buruk, mutu

kepemimpinan yang buruk dan kondisi kerja buruk.

Faktor instrinsik berikutnya adalah motivasi intrinsic adalah faktor

yang sangat penting melakukan pendokumentasian tidak semata-mata

karena pujian dari atasan. Tetapi sebagai wujud profesionalisme perawat.

Data ini dapat dikatakan bahwa perawat meyakini dokumentasi

keperawatan akan menentukan profesionalisme perawat itu sendiri.

Semakin lengkap dokumentasikeperawatan, maka profesionalismeperawat

turut baik. Salah satu indikator profesionalisme perawat ini akan

tercapaiapabila dokumentasi keperawatan dilakukan dengan baik.

Pemahaman ini diperlukan oleh perawat dalam melakukan dokumentasi

sebagai motivator.Pernyataan ini sesuai dengan teori Hierarki Maslow,

khususnya dalam hal penghargaan (Stevens, 2009).

2. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 51 responden yang diteliti

sebanyak 27 orang (52,9%) tidak lengkap dalam mengisi

pendokumentasian ASKEP. Ini menjadi pertdan kurang baik dimana

kelengkapan Askep menjadi salah satu indikator yang menunjukan

kualitas Askep.
53

Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan serangkaian

kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan menggunakan pemikiran

yang didasarkan pada ketentuan ilmiah dengan menggunakan metode

pendekatan yang digunakan oleh tenaga keperawatan dalam membantu

pemecahan masalah pasien dimana kegiatannya terdiri dari 5 (lima) tahap,

yaitu tahap pengkajian, diagnosa keeprawatan, tindakan keperawatan dan

evaluasi keperawatan (Depkes RI, 2011).

Menurut Gillies, (2009) tujuan asuhan keperawatan adalah :

1. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan

Perawat berusaha mencapai standar yang telah ditetapkan,

termotivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Asuhan

keperawatan yang diberikan oleh perawat bersifat mendasar

terhadap peningkatan kualitas hidup pasiennya.

2. Mengurangi biasa asuhan keperawatan

Apabila perawat melakukan kegiatan yang telah ditetapkan dalam

standar, maka beberapa kegiatan keperawatan yang tidak perlu

dapat dihindarkan berarti perawat akan menghemat biaya yang

baik bagi perawat maupun bagi pasiennya. Dengan adanya standar

maka permasalahan pasien semakin pendek dan akan mengurangi

biaya perawatan bagi pasien.

3. Melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan

melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutikStandar

keperawatan harus dapat menguraikan prosedur yang harus

diakukan dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga


54

perawat akan dapat memahami setiap tindakan yang dilakukan.

Hal ini akan dapat menghindarkan kesalahan dan kelalaian dalam

melakukan asuhan keperawatan.

Manajemen RS Mitra Idaman harus lebih memberikan motivasi

kepada para perawat untuk meningkatkan ketaatan perawat dalam

pendokumentasian Askep, apalagi RS Mitra Idaman adalah RS Swasta

dimana kualitas pelayanan menjadi ekpektasi dari para pengguna jasa,

dikhawatirkan apabila terjadi gugatan karena suatu hal terkait

ketidakpuasan pasien bukti sahih kulaitas pelayanan yang diakui hanya

dokumentasi asuhan keperawatan.

3. Hubungan Iklim Organisasi Dengan Faktor Kepuasan Kerja Perawat

Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Idaman Kota

Banjar

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square didapatkan nilai ρ

value sebesar 0,004. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara motivasi intrinsik perawat dengan pelaksanaan

pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawati nap Rumah Sakit

Mitra Idaman Kota Banjar.

Adanya hubungan yang kuat antara motivasi intrinsik dengan

pendokumetasian Asuhan Keperawatan terlihat jelas dari data penelitian

dari 32 responden yang memiliki motivasi intrinsik baik sebanyak 20 orang

(62,5%) lengkap dalam, pendokumentasian ASKEP sedangkan sebanyak

12 orang (37,5%) tidak lenkap dalam pendokumentasian ASKEP. Dari 19

responden yang memiliki motivasi intrinsik tidak baik sebanyak 4


55

responden (21,1%) lengkap dalam pendokumentasian ASKEP , dan

sebanyak 15 orang (78,9%) tidak lengkap dalam pendokumentasian

ASKEP.

Menurut peneliti motivasi intrinsik merupakan kunci utama yang

menetukan kinerja perawat dalam hal ini pelaksanaan dokumentasi

asuhankeperawatan. Untuk itu perawat harus mempunyai dorongan dan

kemauan yang kuat yang berasal dari dalam diri perawat itu sendiri. Kalau

perawat tidak mempunyai motivasi intrinsik yang baik maka pelaksanaan

dokumentasi asuhan keperawatan tidak akan tercapai dan hal ini dapat

mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan di RS Mitra Idaman.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bertiana (2012) yaitu motivasi

kerja perawat mempunyai hubungan bermakna dengan ketepatan pengisian

dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD

Buntok.Begitu juga dengan hasil penelitian Widyaningtyas (2007) yang

menyatakan bahwa motivasi merupakan faktor yang paling dominan yang

mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap

RS Mardi Rahayu Kudus. Dengan Motivasi manusia akan lebih cepat dan

bersungguh – sungguh dalam melakukan kegiatannya,Purwanto(20012).

Dan motivasii intrinsik berpengaruh terhadap pencapaian hasil yang

optimal yang menyebabkan dirinya menjadi semakin produktif (Hasibuan,

2009).

Didalam perusahaan motivasi berperan sangat penting dalam

meningkatkan kinerja karyawan. Tujuan dalam memberikan motivasi kerja


56

terhadapa karyawan agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya secara

efektif dan efisien. Dengan demikian berarti juga mampu memelihara dan

meningkatkan moral, semangat dan gairah kerja, karena dirasakan sebagai

pekerjaan yang menantang. Program dengan cara ini suatu organisasi dapat

mendorong berkembangnya motivasi berprestasi dalam suatu perusahaan,

yang akan memacu tumbuh dan berkembangnya persaingan sehat antara

individu/tim kerja dalam suatu perusahaan. Tetapi dalam individu setiap

manusia tidak semua karyawan termotivasi lewat lingkungan kerjanya

yang biasa disebut dengan motivasi eksternal, tetapi ada juga karyawan

yang termotivasi dari dalam dirinya sendiri (motivasi internal) tanpa ada

motivasi khusus yang dia dapatkan dalam lingkungan kerjanya

(Alimuddin, 2012).

Banyak sekali hambatan yang dirasakan oleh peneliti selama

proses penelitian berlangsung. Hambatan dari dalam diri peneliti bisa

dirasakan yaitu keterbatasan yang dimiliki oleh penliti dari segi ilmu,

waktu, references dan biaya serta pengalaman dalam melakukan penelitian

sehingga peneliti banyak mendapat kesulitan untuk lebih membahas hasil

penelitian.
57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hubungan motivasi

intrinsik perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Idaman Kota Banjar,

dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Motivasi intrinsik perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Mitra idaman

berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 32 orang (62,7%),

2. Kelengkapan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Mitra idaman

berada dalam pendokumentasian ASKEP sebagian besar berada dalam

kategori tidak lengkap yaitu sebanyak 27 orang (52,9%).

3. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsik perawat dengan

pelaksanaan pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Mitra Idaman Kota Banjar dengan nilai ρ value sebesar

0,004.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti mengajukan

beberapa saran untuk pihak-pihak terkait yaitu sebagai berikut :

1. Perlu diadakan evaluasi dan pengawasan secara rutin dan

berkesinambungan dengan standar baku, serta adanya umpan balik,

57
58

Sehingga perawat tahu keberhasilan dan kekurangan dalam

pendokumentasian melalui kegiatan supervise.

2. Memberikan reward pada ruangan yang dokumentasi asuhan

keperawatannya baik , hal ini bertujuan meningkatkan motivasi perawat

dalam menulis asuhan keperawatan.

3. Pada saat orientasi perawat baru perlu ditambahkan materi tentang

dokumentasi asuhan keperawatan dan model dokumentasi yang

digunakan sehingga perawat baru mempunyai presepsi yang sama.

Anda mungkin juga menyukai