1240 2995 1 SM PDF
1240 2995 1 SM PDF
EVA AGUSTINA
ABSTRACT
Antioxidants can ward off free radicals in the body to resist oxidative damage caused by free radicals. The aim
of this research is to know the influence of water solvent, methanol and methanol-water mixture to
antioxidant activity. The extraction is done by maceration method. The extraction results in the
phytochemical test and functional group analysis to determine the compounds contained in Pig leaf extract.
Further testing of antioxidant activity with DPPH method. Pig leaf extract with methanol solvent has
antioxidant activity with IC50 3,3005 µg / ml value, Pig leaf extract with water solvent has antioxidant activity
3,6976 µg / ml and Pig leaf extract with methanol solvent: water has antioxidant activity 13,6140 µg / ml.
The IC50 <50 µg / ml value indicates that the Pig leaf extract with some solvents has potent antioxidant
potential. Pig leaf extract with methanol solvent has the best antioxidant activity with IC50 3,3005 µg / ml
value because according to phytochemical test and functional group analysis that methanol solvent is able to
extract more active compound such as flavonoid, Triterpenoid and Sterol, Alkaloid and Saponin followed by
Pig leaf extract with water solvent and methanol mixture: water.
38
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 38-47
kurang aman bagi kesehatan sehingga Bagian dari tanaman Tiin yang
pengunaannya diawasi secara ketat di berbagai berpotensial memiliki aktivitas antioksidan
negara. Sedangkan antioksidan alami memiliki berturut-turut paling tinggi adalah daun-daging
sifat yang lebih aman apabila dikonsumsi oleh buah-kulit buah. Daun tiin dapat mengahambat
manusia. Salah satu tanaman yang diduga radikal bebas 70 % dengan metode DPPH dan
memiliki kandungan senyawa antioksidan yang 50% dengan metode oksidasi nitrit masing-
tinggi adalah daun Tiin (Miryanti, 2011). masing dengan konsentrasi 170 dan 500 µg/ml
Dalam kitab suci Al-Qur'an terdapat surat (Oliveira, et al., 2009). Aktivitas antioksidan dari
khusus yang menyatakan tentang tanaman Tiin daun Tiin yang diekstraksi dengan pelarut
(Al-Qur'an-Surat At-Tiin ayat 1-3). Allah SWT metanol 70% dapat mengobati penyakit
menyebutkan tanaman tiin dalam surat jantung dimungkinkan karena adanya pengaruh
tersendiri dalam Al-Quran pasti ada manfaat dari senyawa flavonoid dan fenolik (Allahyari,
besar yang terkandung didalamnya yang dapat 2014). Buah Tiin kering (Ficus carica) yang
dimanfaatkan oleh umat manusia. Nabi diektraksi dengan campuran beberapa pelarut
Muhammad SAW juga bersabda, "Sekiranya aseton, diklorometan, etil asetat dan metanol
aku katakan, Sesungguhnya buah yang turun diuji nutrisi dan fotokimianya. Buah Tiin kering
dari Surga maka aku katakan, inilah mengandung beberapa sumber nutrisi yaitu
buahnya (Tiin), sesungguhnya buah surga tiada karbohidrat dan mineral diantaranya strontium,
keraguannya" (Hadis riwayat Abu Darba; kalsium, magnesium, fosfor dan besi sedangkan
Suyuti). Begitu istimewanya buah Tiin sampai- protein dan serat relatif rendah. Kandungan
sampai Nabi Besar Muhammad SAW fotokimia dari buah Tiin kering adalah fenolik,
menyebutkan bahwa buah Tiin merupakan flavonoid, alkaloid dan saponin yang dapat
buah surga. Oleh karena itu, perlu dilakukan digunakan sebagai antioksidan. Senyawa lain
penelitian tentang kandungan apa saja yang yang terkandung adalah vitamin E, β-amirin,
terdapat dalam tanaman Tiin. stigmasterol, kampesterol, asam oleik, isoamil
Tanaman Tiin yang memiliki nama ilmiah laurat dan toksoferol (Soni, et al., 2014).
Ficus carica Linn merupakan keluarga Moraceae Ekstraksi buah Tiin dengan etanol juga
yang banyak tumbuh di daerah tropis dan sub memiliki aktivitas antioksidan dan anti kolagen
tropis. Pohon Tiin sudah banyak yang tinggi sehingga baik digunakan untuk anti
dibudidayakan karena dipercaya banyak kerut pada kulit (Ghimeray, 2015). Daun Tiin
mengobati berbagai penyakit. Di Indonesia yang diekstraksi dengan metanol juga dapat
sendiri budidaya pohon Tiin ada di daerah digunakan untuk anti inflamasi yang
Gresik Jawa Timur, dimana daun pohon tiin memberikan efek antiogenik atau pertumbuhan
dimanfaatkan sebagai teh untuk mengobati darah baru yang digunakan untuk memenuhi
penyakit diabetes. Dengan perkembangan ilmu kebutuhan nutrisi dan oksigen sel-sel kanker.
pengetahuan banyak penelitian tentang Anktivitas antioksidan dengan metode ekstraksi
kandungan dan manfaat pohon Tiin baik daun, metanol ini sebesar 11,70 mg/ GAE/100 gr
buah maupun akarnya. Kandungan gizi dari sampel kering (Oskouei, 2015).
Tiin antara lain serat, vitamin A, C, kalsium, Pelarut yang banyak digunakan untuk
magnesium dan potasium yang sangat mengekstraksi tanaman Tiin adalah metanol
diperlukan oleh tubuh. Selain itu adanya dan etanol. Hasil ekstrak dari penggunaan
kandungan flavonoid, phenolik dan beberapa pelarut metanol dan etanol ini relatif kurang
senyawa bioaktif seperti arabinose, β-amirin, β- aman apabila produk yang dihasilkan
karoten, glikosida, β-setosterol dan xanthol dikonsumsi oleh manusia. Pelarut yang relatif
yang merupakan senyawa antioksidan (Joseph aman untuk ekstraksi produk konsumtif adalah
dan Raj, 2011). air. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan
digunakan variasi pelarut dalam mengestrak
39
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 38-47
daun Tiin yaitu dengan pelarut air, metanol dan (9:1) dalam suhu kamar selama 48 jam. Dalam
campuran metanol-air untuk melihat perbedaan proses ekstraksi 50 gr daun tiin diekstraksi
aktivitas antioksidannya. Dalam penelitian ini dengan metode maserasi dengan 300 mL
digunakan daun tanaman Tiin karena menurut pelarut dengan sesekali dilakukan pengadukan.
penelitian yang dilakukan Oliveira, 2009 Setelah proses ekstraksi dilakukan penyaringan
aktivitas antioksidan paling tinggi terdapat pada dengan kertas saring untuk memisahkan filtrat
daun Tiin. Hasil ekstraksi daun Tiin di uji dan residu. Residu hasil maserasi dimaserasi
aktivitas antioksidannya dengan menggunakan lagi dengan pelarut yang sesuai selama 24 jam.
metode DPPH sebagai radikal bebas yang Sedangkan Filtratnya ditampung dulu. Hasil
stabil. Daun Tiin diambil dari tempat budidaya remaserasi juga dipisahkan, filtrat hasil
tanaman Tiin di daerah Gresik Jawa Timur remasrasi digabungkan dengan filtrat yang
yang pemanfaatnya belum optimal, sehingga pertama. Filtrat yang diperoleh kemudian
diharapkan dengan adanya penelitian ini di dipekatkan menggunakan rotary evaporator
Indonesia dapat meningkatkan budidaya pada suhu dan tekanan tertentu sampai
tanaman Tiin dan penggunaan manfaat dari diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental
tanaman ini untuk kesehatan. ditimbang dan dianalisis gugus fungsinya
dengan FT-IR.
BAHAN DAN METODE
Uji Fitokimia
Bahan Uji fitokimia yang dilakukan adalah
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini pengujian secara kualitatif terhadap senyawa
adalah daun Tiin (Ficus carica Linn) yang yang terkandung pada tumbuhan. Pada
dipeoleh dari daerah Gresik Jawa Timur, penelitian ini untuk mengetahui senyawa sterol,
metanol, aquades, Difenilpikril Hidrazil Hidrat triterpenoid, alkaloid, saponin, flavonoid
(DPPH), kloroform, kalium iodida, iodium, prosedurnya sebagai berikut:
asetat, FeCl3, H2SO4 pekat,danHCl.
Uji alkaloid
Alat Uji alkaloid dengan menggunakan metode
Alat yang digunakan dalam penelitian ini Wagner yaitu sampel diambil sedikit, ditambah
adalah blender, alat maserasi, corong, kertas dengan HCl 2M dan dipanaskan di atas
saring, erlenmeyer, beaker glass, kaca arloji, penangas air sambil diaduk, kemudian
botol vial, timbangan digital, pipet mikro, didinginkan hingga suhu kamar. NaCl serbuk
rotary evaporator, vorteks, pemanas, ditambahkan, diaduk dan disaring, kemudian
spektrofotometer UV-Vis, FT-IR. filtrat ditambah HCl 2M hingga volume
tertentu. Filtrat dibagi ke dalam 2 tabung
Pengambilan dan Persiapan Sampel reaksi, tabung pertama ditambahkan reagen
Sampel yang digunakan adalah daun Tiin Wagner dan tabung yang lainnya sebagai
yang diperoleh dari daerah Gresik Jawa Timur. blanko. Tabung pertama diamati terbentuknya
Daun Tiin sebanyak 1 Kg dipotong kecil-kecil endapan dan dibandingkan dengan blanko. Jika
dan dikeringkan dengan oven pada suhu 80°C terbentuk endapan, maka bahan positif
selama 3 hari. Daun Tiin yang sudah kering di mengandung alkaloid.
diblender sampai halus. Serbuk daun Tiin siap
untuk diekstraksi. Uji sterol dan triterpenoids
Bahan alam yang sudah diekstrak
Poses ekstraksi dilarutkan dalam kloroform, kemudian disaring
Daun Tiin diekstrasi dengan variasi jenis dan filtratnya diuji dengan:
pelarut metanol, air dan campuran metanol-air
40
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 38-47
41
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 38-47
ANOVA karena memiliki lebih dari dua Proses pengeringan bertujuan untuk
kelompok sampel. menghilangkan kadar air dalam sampel,
sehingga molekul H2O tidak akan menghalangi
HASIL DAN PEMBAHASAN distribusi senyawa aktif pada saat maserasi,
selain itu pengeringan dilakukan agar sampel
Ekstraksi merupakan proses pemisahan tidak mudah rusak oleh adanya pertumbuhan
bahan campuran dengan menggunakan pelarut jamur. Daun tiin yang sudah kering dihaluskan
yang sesuai pada kandungan didalam tanaman untuk menjadikannya serbuk. Proses ini
tersebut. Beberapa hal yang dapat bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan
mempengaruhi efisiensi ekstraksi, yaitu bahan dari sampel, sehingga distribusi senyawa pada
tanaman yang digunakan, pemilihan pelarut, pelarut pada saat maserasi berjalan optimal.
dan metode yang digunakan. Bahan tanaman Serbuk yang sudah kering disimpan dalam
yang digunakan dapat berupa bagian tanaman wadah bersih dan kering untuk mencegah
utuh atau yang telah melalui proses kerusakan senyawa.
pengeringan. Pemilihan metode dan pelarut Serbuk daun Tiin kemudian dimaserasi
yang akan digunakan harus dengan tepat, agar dengan pelarut yang sesuai. Maserasi
mendapatkan hasil yang yang maksimal. merupakan proses perendaman sampel
Pemilihan metode dan pelarut yang digunakan menggunakan pelarut organik pada temperatur
harus tepat untuk mendapatkan hasil yang ruang. Pada proses perendaman sampel akan
maksimal (Sarker SD, et al., 2006) . Tujuan mengalami pemecahan dinding dan membrane
ekstraksi adalah untuk menarik komponen sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam
kimia yang terdapat pada tanaman. Ekstraksi dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder
didasarkan pada prinsip perpindahan massa yang ada dalam sitoplasma akan larut dalam
komponen zat terlarut ke dalam pelarut yang pelarut organik (Handayani, 2015). Proses
sesuai berdasarkan sifat like dissolves like, maserasi dilakukan dengan cara merendam
dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan serbuk daun Tin dengan pelarut metanol, air
antar pelarut dan zat terlarut yaitu zat terlarut dan metanol:air selama 3x24 jam dengan
akan berdifusi masuk ke dalam pelarut. sesekali dilakukan pengadukan. Metanol dipilih
umumnya zat aktif dalam tanaman mudah larut sebagai pelarut karena memiliki tetapan
dalam pelarut organik (Herbone, 1987). dielektrik 33, tetapan dielektrik metanol ini
Ekstraksi berakhir ketika tercapainya lebih rendah daripada air yang memiliki tetapan
kesetimbangan antara konsentrasi metabolit dielektrik 80. Tetapan dielektrik menunjukkan
dalam pelarut dengan bahan yang digunakan. derajat kepolaran, semakin besar tetapan
Daun Tiin diekstraksi dengan metode dielektrik maka semakin besar kepolaran
maserasi menggunakan pelarut metanol, air dan pelarut tersebut, sehingga dapat dikatakan
metanol air dengan perbandingan tertentu. bahwa kepolaran dari pelarut metanol lebih
Sebelum dilakukan maserasi daun tiin disortasi, rendah daripada pelarut air. Kepolaran yang
dicuci, dikeringkan dan dihaluskan untuk lebih rendah dari pelarut air bermanfaat untuk
mendapatkan serbuk daun Tin. Proses sortasi melarutkan semua zat, baik bersifat polar
dan pencucian bertujuan untuk memisahkan maupun semipolar. Sedangkan pemilihan
kotoran atau bahan asing lainnya. Sebelum pelarut air karena sifat air yang tidak beracun
dikeringkan dengan oven daun Tin yang sudah sehingga lebih aman. Setelah direndam dengan
bersih dipotong kecil-kecil untuk methanol selama 24 jam sampel kemudian
mempermudah proses penguapan kandungan disaring dan diambil filtratnya. Filtrat yang
air selama proses pengeringan. Proses telah dihasilkan kemudian dikentalkan dengan
pengeringan dilakukan dengan oven pada suhu rotary evaporator untuk menguapkan pelarut
80°C sampai daun tiin benar-benar kering. sehingga diperoleh ekstrak kental daun tiin.
42
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 38-47
Hasil ekstrak daun tiin dengan beberapa finger print yang mengindikasikan adanya
pelarut kemudian dianalisis dengan FTIR untuk vibrasi tekuk =CH, bilangan gelombang
melihat gugus fungsi berdasarkan intensitas 1633,38 cm-1 menunjukkan serapan khas
cahaya inframerah yang diserap oleh senyawa- vibrasi ulur gugus fungsi karbonil C=O,
senyawa hasil ekstraksi. Spektra FTIR senyawa bilangan gelombang 1385,39 cm-1
hasil ekstraksi menunjukkan serapan-serapan menunjukkan serapan khas gugus fungsi C-H
yang khas untuk beberapa gugus fungsi. (sp3) hal ini didukung dengan adanya gugus
Ekstrak daun Tiin dengan pelarut metanol fungsi C-C alifatik, bilangan gelombang
menunjukkan vibrasi molekul ulur maupun 1075,33 cm-1 menunjukkan serapan khas
tekuk. Pada bilangan gelombang 3650-3200 vibrasi tekuk gugus fungsi C-O eter. Dari
cm-1dengan puncak yang melebar menunjukkan analisis gugus fungsi dapat diprediksi bahwa
serapan khas vibrasi ulur gugus fungsi hidroksi dalam ekstrak daun tiin dengan pelarut air
(-OH), bilangan gelombang 2137,37 cm-1 terdapat golongan senyawa fenolik atau
menunjukkan serapan khas gugus fungsi alkena flavonoid. Hal ini ditandai dengan keunikan
C=C hal ini juga diperkuat oleh adanya serapan dari senyawa fenolik atau flavonoid yaitu
pada bilangan gelombang 921,11 cm-1, 894,30 memiliki gugus O-H dan beberapa cincin
cm-1, 824,48 cm-1, 662,46 cm-1 pada daerah aromatik yang ditandai oleh gugus fungsi C=C.
finger print yang mengindikasikan adanya Ekstrak daun Tiin dengan pelarut
vibrasi tekuk =CH, bilangan gelombang metanol:air menunjukkan vibrasi molekul ulur
1592,8cm-1 menunjukkan serapan khas vibrasi maupun tekuk setelah terkena radiasi sinar infra
ulur gugus fungsi karbonil C=O, bilangan merah. Pada bilangan gelombang 3650-3200
gelombang 1416,11 cm-1 menunjukkan serapan cm-1 dengan puncak yang melebar
khas gugus fungsi C-H (sp3) hal ini didukung menunjukkan serapan khas vibrasi ulur gugus
dengan adanya gugus fungsi C-C alifatik, fungsi hidroksi (-OH), bilangan gelombang
bilangan gelombang 1078,12 cm-1 2852,52 cm-1 menunjukkan serapan khas gugus
menunjukkan serapan khas vibrasi tekuk gugus fungsi alkena C=C hal ini juga diperkuat oleh
fungsi C-O eter. Dari analisis gugus fungsi adanya serapan pada bilangan gelombang
dapat diprediksi bahwa dalam ekstrak daun tiin 688,13 cm-1 pada daerah finger print yang
dengan pelarut metanol terdapat golongan mengindikasikan adanya vibrasi tekuk =CH,
senyawa fenolik atau flavonoid. Hal ini ditandai bilangan gelombang 1728,34 cm-1
dengan keunikan dari senyawa fenolik atau menunjukkan serapan khas vibrasi ulur gugus
flavonoid yaitu memiliki gugus O-H dan fungsi karbonil C=O, bilangan gelombang
beberapa cincin aromatik yang ditandai oleh 1577,47 cm-1 menunjukkan serapan khas gugus
gugus fungsi C=C. fungsi C-H (sp3) hal ini didukung dengan
Ekstrak daun Tiin dengan pelarut air adanya gugus fungsi C-C alifatik, bilangan
menunjukkan vibrasi molekul ulur maupun gelombang 1135,46 cm-1 menunjukkan serapan
tekuk setelah terkena radiasi sinar infra merah. khas vibrasi tekuk gugus fungsi C-O eter. Dari
Pada bilangan gelombang 3650-3200 cm-1 analisis gugus fungsi dapat diprediksi bahwa
dengan puncak yang melebar menunjukkan dalam ekstrak daun tiin dengan pelarut air
serapan khas vibrasi ulur gugus fungsi hidroksi terdapat golongan senyawa fenolik atau
(-OH), bilangan gelombang 2926,33 cm-1 flavonoid. Hal ini ditandai dengan keunikan
menunjukkan serapan khas gugus fungsi alkena dari senyawa fenolik atau flavonoid yaitu
C=C hal ini juga diperkuat oleh adanya serapan memiliki gugus O-H dan beberapa cincin
pada bilangan gelombang 921,11 cm-1, 895,59 aromatik yang ditandai oleh gugus fungsi C=C.
cm-1, 825,57 cm-1, 749,57 cm-1 pada daerah
43
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 38-47
Tabel 1. Puncak Spektra FTIR ekstrak daun Tiin dengan pelarut metanol, air, serta metanol:air
Pelarut Metanol
No Gugus Fungsi Bilangan Gelombang (cm-1) Intensitas
1 Alkohol (-OH) 3416,4 Melebar
2 Alkena (-C=C-) 2137,37 Tajam
3 Karbonil (-C=O) 1592,8 Tajam
4 Alkana (sp3 C-H) 1416,11 Tajam
5 C-O 1078,12 Tajam
Pelarut air
No Gugus Fungsi Bilangan Gelombang (cm-1) Intensitas
1 Alkohol (-OH) 3390,18 Melebar
2 Alkena (-C=C-) 2926,33 Tajam
3 Karbonil (-C=O) 1633,38 Tajam
4 Alkana (sp3 C-H) 1385,39 Tajam
5 C-O 1075,33 Tajam
Pelarut metanol:air
No Gugus Fungsi Bilangan Gelombang (cm-1) Intensitas
1 Alkohol (-OH) 3424,43 Melebar
2 Alkena (-C=C-) 2852,52 Tajam
3 Karbonil (-C=O) 1728,34 Tajam
4 Alkana (sp3 C-H) 1577,47 Tajam
5 C-O 1135,46 Tajam
Indentifikasi senyawa metabolit sekunder kalium iodida menghasilkan ion I3- yang
dilakukan dengan uji fitokimia. Uji Mayer Hasil berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion logam
positif alkaloid pada uji Wagner ditandaidengan K+ akan membentuk ikatan kovalen koordinat
terbentuknya endapan coklat muda sampai dengan nitrogen pada alkaloid membentuk
kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid yang mengendap.
kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi (Marliyana, et al., 2005).
Wagner, iodin bereaksi dengan ion I- dari
Uji Salkowski, sampel yang telah cairan yang bersifat korosif, tidak berwarna,
dilarutkan dengan larutan kloroform, difiltrasi tidak berbau, sangat reaktif dan mampu
dan filtrat ditambahkan H2SO4 hingga ada melarutkan berbagai logam. Bahan kimia ini
perubahan warna dengan keseluruhan 30 tetes. dapat larut dengan air dengan segala
Pada tetes ke 5 sampel menjadi warna hijau perbandingan, mempunyai titik leleh 10,49OC
pekat, dan pada tetesan ke 30 warna sampel dan titik didih pada 340OC tergantung
menjadi hijau bening dengan ada pemisahan kepekatan serta pada temperatur 300OC atau
senyawa, dimana endapan hijau pekat dan lebih terdekomposisi menghasilkan sulfur
supernatan yang lebih terang (bening). trioksida (Hikmah dan Zuliyana, 2010).
Penambahan H2SO4 ini berfungsi sebagai Sehingga hasil ini, dapat dikatakan bahwa pada
pemutus ikatan ester lipid (Wulandari et al, sampel tidak terdapat triterpenoid dan steroid.
2013). Asam sulfat (H2SO4) merupakan Triterpenoid merupakan senyawa yang
44
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 38-47
kerangka karbonnya berasal dari enam isoprena merupakan pelarut yang bersifat melarutkan
dan secara biosintesis diturunkan dari senyawa-senyawa mulai dari kurang polar
hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualen. sampai dengan polar (Sari et al, 2016).
Triterpenoid umumnya berbentuk kristal Sampel akhir yang didapatkan bisa jadi
seringkali bertitik leleh tinggi dan sukar berwarna merah, kuning, jingga pada lapisan
dicirikan karena tidak memiliki kereaktifan amil alkohol dan menunjukan adanya flavonoid
kimia (Purba, 2007). Steroid merupakan (Syamsul et al, 2013). Jika sampel terdapat
sejumlah senyawa lipid yang mempunyai warna merah jingga menunjukkan adanya
struktur dasar yang sama dan dapat dianggap flavon, merah pucat menunjukkan adanya
sebagai derivat dari flavonol, dan merah tua menunjukkan
perhidrosiklopentanofenantrena, yang terdiri flavonon (Fitriyani et al, 2011).
atas 3 cincin sikloheksana terpadu seperti Metode yang digunakan dalam pengujian
bentuk fenantrena (cincin A, B, dan C) dan aktivitas antioksidan adalah metode serapan
sebuah cincin siklopentana yang tergabung radikal DPPH, metode ini digunakan karena
pada ujung cincin sikloheksana (cincin D). merupakan metode yang sederhana, mudah
Uji Forth, uji ini dilakukan untuk dan menggunakan sampel dalam jumlah yang
menentukan atau mengidentifikasi dari senyawa sedikit dengan waktu yang singkat. Metode
saponin. Sampel yang telah ditambahkan pengujian ini berdasarkan pada kemampuan
dengan 5 mL aqudest kemudian dikocok, maka antioksidan tersebut dalam menetralisir radikal
terdapat buih. Jika buih tersebut tetap ada bebas. Radikal bebas yang digunakan adalah
selama 30 detik maka identifikasi menunjukkan DPPH (1,1 –diphenyl-2- picylhydrazyl).
adanya saponin. Buih atau busa ini DPPH merupakan radikal bebas yang
menunjukkan adanya glikosida yang stabil karena delokalisasi elektron di seluruh
mempunyai kemampuan membentuk buih molekul sehingga terjadi dimerisasi yang
dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa menjadi masalah untuk radikal bebas lainnya.
dan senyawa lain (Marliana et al, 2005). Delokalisasi elektron juga menyebabkan
Uji Flavonoid, sampel yang telah timbulnya warna ungu yang ditunjukkan oleh
diarutkan dengan 2 mL ditetesi dengan FeCl3 2- pita serapan larutan dalam etanol pada panjang
5 tetes maka sampel terdapat endapan gelombang sekitar 520 nm. Ketika DPPH
berwarna coklat. Flavonoid adalah salah satu dicampur dengan senyawa yang dapat
kelompok metabolit sekunder dan merupakan mendonorkan atom hidrogen, terjadi
salah satu golongan senyawa fenol terbesar peningkatan bentuk tereduksi dari DPPH yaitu
yang dihasilkan secara alami oleh tumbuhan. 1,1 –diphenyl-2- picylhydrazyl yang
Meskipun pada tumbuhan dihasilkan mengakibatkan hilangnya warna ungu dan
kandungan yang kecil dibandingkan dengan berubah menjadi terbentuk warna kuning
tumbuhan laut atau alga, mikroorganisme, pucat.
bakteri, jamur, dan lumut (Meilanty et al, 2014). Uji aktivitas antioksidan dilakukan secara
Flavonoid merupakan senyawa polifenol kuantitatif dengan menggunakan
sehingga bersifat agak asam dan dapat larut spektrofotometer UV-Vis. Hasil uji dilaporkan
dalam basa dan karena senyawa polihidroksi sebagai IC50 yaitu jumlah antioksidan yang
maka juga bersifat polar. Sehingga dapat larut dibutuhkan untuk menurunkan 50%
dalam pelarut polar seperti metanol, etanol, konsentrasi radikal DPPH awal.
aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dan Aktivitas antioksidan dapat diketahui dari
dimetil formamida. Disamping itu, dengan nilai persen inhibisi. Naiknya persen inhibisi
adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus dipengaruhi oleh menurunnya nilai absorbansi
flavonoid sehingga cenderung menyebabkan yang dihasilkan oleh sampel. Penurunan nilai
flavonoid terlarut dalam air. Flavonoid juga absorbansi disebabkan oleh tingginya
45
K
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 38-47
konsentrasi sampel. Hal ini mengakibatkan dan Sterol, Alkaloid dan Saponin.
S Metanol
semakin tinggi konsentrasi si sampel maka mampu mengekstrak lebih ih banyak senyawa
semakin kecil nilai absor sorbansi sehingga aktif karena sifat dari metan
tanol yang memiliki
mengakibatkan persen inhibisi isi semakin tinggi. tetapan dielektrik 33 sehingga
s mampu
Hasil uji aktivitas antioksidan
n ekstrak
e daun Tiin mengekstrak senyawa yang ang bersifat polar
dengan pelarut metanol men enunjukkan IC50 maupun nonpolar.
yang paling bagus dan dila ilanjutkan dengan Ekstrak daun Tiin dengan
de pelarut air
ekstrak daun tiin menggunakan kan pelarut air dan memiliki aktivitas antioksidan
dan dibawah pelarut
campuran metanol:air yaitu itu masing-masing air dengan nilai IC50 3,697
,6976 µg/ml karena
sebesar 3,3005 ; 3,6976 dan 13,6140
13, µg/ml. menurut uji fitokimia dan analisis
an gugus fungsi
Dari hasil pengujian diketahui
di ekstrak bahwa pelarut air mam ampu mengekstrak
daun Tiin dengan pelarut m metanol memiliki senyawa aktif seperti flavononoid, Triterpenoid
aktivitas antioksidan tertinggii ddengan nilai IC50 dan Sterol dan Alkaloid.. Pelarut
P air hanya
3,3005 µg/ml, dan selanjutny tnya ekstrak daun mampu mengekstrak senya yawa yang bersifat
Tiin dengan pelarut air memilikime aktivitas polar dan semi polar karena na memiliki tetapan
antioksidan 3,6976 µg/ml dan da ekstrak daun dielektrik yang lebih tinggi
gi daripada metanol
Tiin dengan pelarut metan tanol:air memiliki yaitu 88. Sedangan ekstrakk daun
d Tiin dengan
aktivitas antioksidan 13,61400 µ µg/ml. Sehingga pelarut metanol:air mememiliki kapasitas
dapat disimpulkan bahwa ssampel tersebut antioksidan yang kurang ng bagus karena
memiliki potensi antioksidan n yang
y sangat kuat. perbedaan tetapan dielektrik
ik dari kedua pelarut
Suatu senyawa dikatakan seba ebagai antioksidan ini yang terpaut jauh sehingingga senyawa aktif
sangat kuat apabila nilai IC50 50 kurang dari 50 akan susah untuk masuk ke campuran pelarut
µg/ml, kuat apabila nilai IC5 C50 antara 50-100 tersebut. Senyawa aktif yangg mampu terekstrak
µg/ml, sedang apabila nilai ilai IC50 berkisar hanya flavonoid, Triterpenoid
oid dan Sterol.
antara 100-150 µg/ml, dan lem lemah apabila nilai Perbedaan hasil darii n nilai IC50 ekstrak
IC50 berkisar antara 150-200 µg/ml.
µ daun Tiin dianalisa secara s statistika
Ekstrak daun Tiin dengan an pelarut metanol menggunakan uji ANOVA A satu jalur dengan
memiliki aktivitas antioksida idan yang paling SPSS. Hasil uji ANOVA menunjukkan
me bahwa
bagus dengan nilai IC50 3,300 3005 µg/ml karena nilai IC50 ekstar daun Tiin dengan pelarut
menurut uji fitokimia dan analnalisis gugus fungsi metanol, air dan metanol:ail:air berbeda secara
bahwa pelarut metanol mamp ampu mengekstrak signifikan (p <0.05).
senyawa aktif seperti flavono noid, Triterpenoid
Hasil koreksi menun unjukkan bahwa dengan pelarut metanol, air dan metanol:air.
signifikasi < 0.05 dan Fhit > Ftabel
F , sehingga Secara keseluruhan aktivitas
tas antioksidan pada
dapat disimpulkan bahwaa faktor pelarut ekstrak daun Tiin dengan pelarut
pel metanol lebih
mempengaruhi nilai IC50. Terderdapat perbedaan kuat daripada aktivitas antioksidan
an ekstrak
secara signifikan antara aktiv
tivitas antioksidan daun Tiin dengan pelarut air
ir ddan metanol:air.
terhadap ekstrak daun Tiin n yang diekstraksi
46
KLOROFIL Vol. 1 No. 1, 2017: 38-47
47