Disusun Oleh :
Hana Yudiana
Npm : 17070037
i
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pembenahan rute/ jalur dengan mengacu pada konsep supply and demand, untuk
menyeimbangkan antara jumlah permintaan/ kebutuhan sarana angkutan umum
(termasuk pengaturan frekuensinya) dengan jumlah pengguna/ penumpangnya.
Upaya ini dilakukan untuk menyeimbangkan antara jumlah armada yang tersedia
dengan jumlah penumpangnya, dan selanjutnya manakala jumlah calon
penumpangnya meningkat maka armadanya bisa ditambah. Selain dari itu,
langkah ini juga sebagai upaya menghindari tidak tercapainya target uang
setoran oleh pengemudi, sebagai akibat dari minimnya jumlah penumpang.
2. Pembenahan rute/ jalur yang mengacu pada konsep origin and destination, untuk
menyesuaikan kecenderungan tujuan perjalanan dari kelompok masyarakat
pengguna angkutan, serta menghindari atau memperkecil kemungkinan
terjadinya rute/ jalur yang tumpang tindih (overlap). Langkah ini sekaligus
sebagai upaya menghindari/ mengurangi terjadinya penumpukan angkutan dari
beberapa rute/ jalur, baik pada ruas-ruas jalan tertentu maupun pada simpang.
Lebih dari itu, sekaligus optimalisasi terminal yang sudah ada, tanpa harus
mengembangkan terminal atau APK baru lagi.
3. Pembenahan dan penetapan prasarana yang relevan untuk menunjang operasi
angkutan umum penumpang, misal: tempat berhenti untuk pemuatan -
penurunan penumpang, tempat penyeberangan bagi pejalan kaki, dan lain-
lainnya.
4. Perbaikan tarif angkutan yang didasari dengan studi ekonomi (bukan hanya
sekedar studi finansial) transportasi, yang didalam implementasinya
3
dimungkinkan dilakukan penyesuaian tarif bagi penumpang umum dan tarif
khusus pelajar ataupun mahasiswa (misal: sistem kupon atau sejenisnya). Hal ini
bisa dilakukan sebagai upaya menghapus diskriminasi pengguna/ penumpang
dan merupakan langkah pemenuhan kebutuhan angkutan umum bagi kelompok
pelajar/ mahasiswa.
5. Penetapan dan pemberlakuan peraturan khusus bagi penyelenggaraan angkutan
umum penumpang yang antara lain mencakup:
ketentuan jumlah penumpang yang dapat ditoleransi dengan tanpa
mengurangi kenyamanan dan keamanan serta aspek kemanusiawian.
pengendalian atas masa berlakunya ijin trayek.
penetapan biaya-biaya pasti atas retribusi yang harus dibayar dalam setiap
operasional angkutan umum penumpang.
perangkat sanksi yang relevan terhadap penyimpangan yang dilakukan baik
oleh pemilik/ pengusaha angkutan maupun oleh pengemudinya.
6. Adanya jaminan keamanan dari lembaga terkait sehubungan dengan operasional
angkutan umum penumpang atas segala tindakan dari pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab (preman, oknum petugas, dan lain-lainnya).
7. Penyediaan fasilitas pemeliharaan armada yang memadai (kualitas baik - biaya
murah), termasuk ketersediaan suku cadang. Langkah ini juga perlu dilakukan
untuk mengurangi tingkatan/ panjangnya rangkaian distribusi suku cadang dan
sekaligus sebagai upaya memperkecil harganya.
8. Penyediaan fasilitas dengan sistem manajemen yang rasional dan transparan
sehubungan dengan subsidi bahan bakar minyak (BBM).
9. Penerapan sanksi secara tegas dari pihak yang berwenang atas setiap terjadinya
pelanggaran/ penyimpangan oleh pemilik/ pengemudi angkutan umum
penumpang, baik terhadap peraturan/ perundangan lokal (PERDA atau SK
Walikota, dan sejenisnya) perundangan lalulintas dan angkutan jalan yang
berlaku secara Nasional. Adapun sanksi atas pelanggaran terhadap peraturan/
perundangan khusus tersebut hendaknya tidak bersifat materialistik (seperti
denda) secara langsung, sebaiknya dilakukan secara edukatif-preventif, mulai
dari peringatan (disertai bukti pelanggaran), lebih lanjut berupa penangguhan
(skorsing) operasi hingga (paling berat) pencabutan ijin trayek. Sedangkan bagi
pelanggaran terhadap perundangan lalulintas dan angkutan (pada umumnya),
tentunya sanksi tetap sesuai dengan perundangan yang berlaku.
4
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan