Anda di halaman 1dari 5

REFLEKSI KASUS

STASE KOMPREHENSIF

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik


Bagian Stase Komprehensif
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:
Nur Laela

20174011067

BAGIAN STASE KOMPREHENSIF


RSI MUHAMMADIYAH GOMBONG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019

1
LAPORAN KASUS

1. RANGKUMAN PENGALAMAN
Seorang pasien laki-laki bernama FR yang berusia 26 tahun, tinggal di Adimulyo RT 03
RW 02 , dengan pekerjaan sebagai buruh, agama Islam, datang ke RS PKU
Muhammadiyah Gombong dengan keluhan nyeri perut kanan bawah disertai demam
mulai 3 hari yang lalu, pusing, mual muntah disangkal, batuk pilek disangkal. Nafsu
makan menurun, badan lemas, tidaka ada keluhan flatus. BAK dalam batas normal,
frekuensi 3-4x/hari. BAB dirasakan susah sejak 2 hari yang lalu. Keluhan lain disangkal.
Riwayat alergi, asma, kelenjar tiroid disangkal. Setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis Obs. Abdominal Pain ec Appendisitis dd
ISK. Pasien mendapat terapi Infus Ns 20 tpm, Injeksi Ktorolac 30 mg, Injeksi Ranitidin
50mg, Paracetamol 3 x 1 tab per hari dan dikonsulkan ke dokter spesialis bedah untuk
lebih memastikan penyebab penyakitnya. Dokter UGD segera menjelaskan diagnosis,
rencana terapi dan prognosis kondisi pasien kepada pasien beserta keluarganya.
Setelah dijelaskan, baik pasien maupun pihak keluarga pasien menyetujui untuk
dilakukannya tindakan medis tersebut.

2. PERASAAN TERHADAP PENGALAMAN


Saya merasa puas dengan apa yang terjadi setelah pasien ditangani dan dilakukan
edukasi. Saya rasa ada satu hal yang dipertahankan oleh dokter UGD, yaitu
tentang second opinion. Saat di bangsal pun dari dokter spesialis bedah sudah
menjelaskan tentang diagnosis, dan rencana terapi serta prognosis dari keadaan
pasien. Dokter UGD dan dokter spesialis bedah selalu berusaha menjelaskan
bagaimana kondisi pasien beserta komplikasi yang dapat terjadi jika tidak
dilakukan tindakan pembedahan dan memastikan bahwa mereka sudah
memahami..

3. EVALUASI
Dalam kasus ini, bagaimanakah peran Second Opinion dalam tindakan di
kedokteran? Seperti apa cara pelaksanaannya?

2
4. ANALISIS
Definisi
Opini Medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang dokter atau ahli
medis terhadap suatu diagnosa, terapi dan rekomendasi medis lain terhadap
penyakit seseorang. Pendapat Lain (Second Opinion) dalam hal ini adalah
pendapat medis yang diberikan oleh dokter lain terhadap suatu diagnosa atau
terapi maupun rekomendasi medis lain terhadap penyakit yang diderita pasien.
Meminta pendapat lain atau second opinion juga diatur dalam Undang Undang
no. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bagian empat pasal 32 poin H tentang
hak pasien, disebutkan bahwa "Setiap pasien memiliki hak meminta konsultasi
tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit".
Ruang Lingkup
Perbedaan diagnosis dan penatalaksaan penyakit oleh dokter sering terjadi di
belahan dunia manapun. Di negara yang paling maju dalam bidang kedokteran
pun, para dokter masih saja sering terjadi perbedaan dalam diagnosis maupun
proses terapi, sehingga menimbulkan keraguan pada pasien dan keluarganya.
Begitu juga di Indonesia, perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati
penderita adalah hal yang biasa terjadi. Perbedaan dalam penentuan diagnosis dan
penatalaksanaan mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan
konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi penderita. Tetapi bila hal itu
menyangkut kerugian biaya yang besar dan ancaman nyawa maka harus lebih
dicermati. Sehingga sangatlah penting bagi pasien dan keluarga untuk
mendapatkan second opinion dokter lain tentang permasalahan kesehatannya
sehingga mendapatkan hasil pelayanan kesehatan yang maksimal. Dengan
semakin meningkatnya informasi dan teknologi maka semakin terbuka wawasan
ilmu pengetahuan dan informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan ini.
Demikian juga dalam pengetahuan masyarakat tentang wawasan dan pengetahuan
tentang permasalahan kesehatannya. Informasi yang sepotong-sepotong atau
salah dalam menginterpretasikan informasi seorang pasien akan berakibat pasien
atau keluarganya merasa tindakan dokter salah atau tidak sesuai standar. Hal ini
juga membuat pasien dan keluarganya mempertahankan informasi yang didapat
tanpa mempertimbangkan masukan dari dokter tentang fakta yang sebenarnya
terjadi.
3
1. Pentingnya Second Opinion untuk pasien adalah:
a) Kesalahan diagnosis dan penatalaksaan pengobatan dokter sering terjadi di belahan
dunia manapun, termasuk di Indonesia
b) Perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah hal yang biasa
terjadi, dan hal ini mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan
konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi penderita
c) Second opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa, kerugian biaya atau
dampak finansial yang besar.

2. Permasalahan kesehatan yang memerlukan Second Opinion:


a) Keputusan dokter tentang tindakan operasi, apalagi yang akan membuat perubahan
anatomis permanen pada tubuh pasien dan tindakan operasi lainnya.
b) Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari dua minggu,
misalnya pemberian obat TBC jangka panjang, pemberian antibiotika jangka panjang dan
pemberian obat-obat jangka panjang lannya.
d) Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal: baik obat, nutrisi/suplemen
atau pemberian imunisasi yang sangat mahal.
e) Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan pada kasus yang
tidak seharusnya diberikan: seperti infeksi saluran napas, diare, muntah, demam virus, dan
sebagainya. Biasanya dokter memberikan diagnosis infeksi virus tetapi selalu diberi
antibiotika.
f) Keputusan dokter dalam pemeriksaan laboratorium dengan biaya sangat besar
g) Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita misalnya: penyakit
tifus berulang,
h) Keputusan diagnosis dokter yang meragukan: biasanya dokter tersebut menggunakan
istilah “gejala” seperti gejala tifus, gejala ADHD, gejala demam berdarah, gejala usus
buntu. Atau diagnosis autis ringan, ADHD ringan dan gangguan perilaku lainnya.
i) Ketika pasien didiagnosa penyakit serius seperti kanker, maka pasien pun biasanya
diizinkan meminta pendapat lain.
j) Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak direkomendasikan oleh institusi
kesehatan nasional atau internasional: seperti pengobatan dan terapi bioresonansi, terapi
antibiotika yang berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi

4
5. KESIMPULAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Second
opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah merupakan hak seorang
pasien dalam memperoleh jasa pelayanan kesehatannya. Hak yang dipunyai
pasien ini adalah hak mendapatkan pendapat lain (second opinion) dari dokter
lainnya. Untuk mendapatkan pelayanan yang optimal, pasien tidak usah ragu
untuk mendapatkan “second opinion” tersebut. Memang biaya yang dikeluarkan
akan menjadi banyak, tetapi paling tidak bermanfaat untuk mengurangi resiko
kemungkinan komplikasi atau biaya lebih besar lagi yang akan dialaminya.
Misalnya, pasien sudah direncanakan operasi usus buntu tidak ada salahnya
melakukan permintaan pendapat dokter lain.

Dalam melakukan “second opinion” tersebut sebaiknya dilakukan terhadap


dokter yang sama kompetensinya. Misalnya, tindakan operasi usus buntu harus
minta “second opinion” kepada sesama dokter bedah bukan ke dokter umum. Bila
pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan dokter sangat banyak dan mahal, tidak
ada salahnya minta pendapat ke dokter lain yang kompeten. Hak pasien untuk
meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah pasien lebih teredukasi
mengenai masalah kesehatan yang dihadapinya.

6. REFERENSI
1. Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Kementerian Kesehatan RI. Standard Akreditasi Rumah Sakit. Tahun 2011.

Anda mungkin juga menyukai