Isi Makalah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalan merupakan prasarana yang sangat menunjang bagi kebutuhan hidup


masyarakat,kerusakan jalan dapat berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi terutama pada
sarana transportasi darat Dampak pada konstruksi jalan yaitu perubahan bentuk lapisan
permukaan jalan berupa lubang (potholes), bergelombang (rutting), retak-retak dan pelepasan
butiran(ravelling) serta gerusan tepi yang menyebabkan kinerja jalan menjadi
menurun.Komperhensifitas perencanaan prasarana jalan di suatu wilayah mulai dari tahapan
prasurvey, perencanaan dan perancangan teknis, pelaksanaan pembangunan fisiknya
hingga pemeliharaan harus integral dan tidak terpisahkan sesuai kebutuhan saat ini dan
prediksi umur pelayanannya di masa mendatang agar tetap terjaga ketahanan fungsionalnya.

Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan
roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi dimana
diharapkan selama masa pelayanan tidak terjadi kerusakan yang berarti.Maka dari itu sudah
kewajiban kita untuk mengetahui mulai dari penyebab kerusakan dan cara pemeliharaan jalan
tersebut. Agar tercipta jalan yang aman,nyaman dan memberikan manfaat yang signifikan bagi
kesinambungan dan keberlangsungan hidup masyarakat luas dan menjadi salah satu faktor
menjadikannya peningkatan kehidupan masyarakat dari beberapa aspek – aspek kehidupan.

Jika kita kaji secara teori dan realita yang sudah berjalan selama ini, dalam pembangunan jalan
ada banyak hal yang harus diperhatikan lebih mendetail dan teliti baik itu dari perencanaan
jalan itu sendiri maupun pelaksanaan tentunya. Kita sebagai pengguna jalan pastinya
menginginkan jalan yang kita pakai itu aman,nyaman,bersih dll.Maka dari itu kerusakan yang
terjadi dijalan tersebut harus ditanggulangi dan diperbaiki dengan sungguh-sungguh.

Universitas Langlangbuana 1
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

1.2. Rumusan masalah

Dalam penulisan kali ini kami rumuskan tiga permasalahan penting


1. Apa sajakah jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada jenis-jenis perkerasan jalan
2. Apa sajakah penyebab dari masing-masing kerusakan jalan tersebut?
3. Bagaimanakah alternatif penanganan dan pemeliharaan kerusakan jalan yang terjadi
pada perkerasan jalan

1.3. Tujuan Dan Manfaat

1. Untuk menjelaskan jenis-jenis kerusakan jalan yang terjadi


2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis
3. Untuk menambah kreatifitas dan pengembangan diri Mahasiswa
4. Untuk memperoleh nilai Tugas mata kuliah Perkerasan Jalan

Universitas Langlangbuana 2
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan adalah campuran antara agtegat dan bahan pengikat yang digunakan untuk
melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batuan pecah atau batu belah ataupun
bahan lainnya. Bahan ikat ang dipakai adalah aspal,semen ataupun tanah liat. Apapun jenis
perkerasan lalu lintas, harus dapat memfasilitasi sejumlah pergerakan lalu lintas, apakah
berupa jasa angkutan lalu lintas, berupa jasa angkutan manusia, atau berupa jasa angkutan
barang berupa seluruh komoditas yang diijinkan untuk berlalu lalang disitu. Dengan beragam
jenis kendaraan dengan angkutan barangnya, akan memberikan variasi beban ringan, sedang
sampai berat. Jenis kendaraan penumpang akan memberikan pula sejumlah variasi.

Dan hal itu harus didukung oleh perkerasan jalan, daya dukung perkerasan jalan raya ini akan
menentukan kelas jalan yang bersangkutan, misalnya jalan kelas 1 akan menerima beban besar
dibanding jalan kelas 2. Maka dilihat dari mutu perkerasan jalan sudah jelas berbeda.
Persyaratan umum dari suatu jalan adalah dapatnya menyediakan lapisan permukaan yang
selalu rata dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk masa hidup yang cukup lama,
dan yang memerlukan pemeliharaan yang sekecil-kecilnya dalam berbagai cuaca. Tingkatan
sampai dimana kita akan memenuhi persyaratan tersebut tergantung dari imbangan antara
tingkat kebutuhan lalu lintas, keadaan tanah serta iklim yang bersangkutan.

Sebagaimana telah dipahami bahwa yang dimaksud dengan perkerasan adalah lapisan atas dari
badan jalan yang dibuat dari bahan-bahan khusus yang bersifat baik/konstruktif dari badan
jalannya sendiri.

Berdasarkan bahan pengikat yang menyusunnya, konstruksi perkerasan jalan dibedakan atas
beberapa jenis antara lain :
a. Konstruksi perkerasan lentur (Flexible pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan aspal
sebagi bahan pengikat di mana lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan
menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
b. Konstruksi perkerasan kaku (Rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen
(Portland Cement) sebagai bahan pengikat dimana pelat beton dengan atau tanpa tulangan
diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah sehingga beban lalu
lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
c. Konstruksi perkerasan komposit (Composite pavement), yaitu perkerasan kaku yang
dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur di atas perkerasan
kaku, atau perkerasan kaku di atas perkerasan lentur.

Universitas Langlangbuana 3
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

2.2. Jenis – jenis perkerasan jalan

Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun
dari bawah ke atas,sebagai berikut :
• Lapisan tanah dasar (sub grade)
• Lapisan pondasi bawah (subbase course)
• Lapisan pondasi atas (base course)
• Lapisan permukaan / penutup (surface course)

Gambar 1. Lapisan perkerasan jalan lentur

Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri :


a. Flexible pavement (perkerasan lentur).
b. Rigid pavement (perkerasan kaku).
c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement).

2.2.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Lentur (Flexible pavement)

Jenis dan fungsi lapisan perkerasan


Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke
lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar

Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)


Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis
perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah
dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai
persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya
dukungnya (CBR).

Universitas Langlangbuana 4
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah
urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
• Lapisan tanah dasar, tanah galian.
• Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
• Lapisan tanah dasar, tanah asli.

Gambar 2.2.1.a Gambar 2.2.1.b

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya
dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
• Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
• Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
• Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi
yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang baik.

Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)


Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di
bawah lapis pondasi atas.
Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
• Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
• Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
• Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya daya
dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.

Universitas Langlangbuana 5
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

Lapisan pondasi atas (base course)


Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan
lapis permukaan.
Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
• Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke
lapisan di bawahnya.
• Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan
beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain,
kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.

Lapisan Permukaan (Surface Course)


Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan.
Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
• Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
• Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus).
• Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya
dan melemahkan lapisan tersebut.
• Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di
bawahnya.

Apabila dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course) di atas
lapis permukaan tersebut. Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis
permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance)
permukaan jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.

Universitas Langlangbuana 6
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

2.2.2. Konstruksi Perkerasan Jalan Kaku (Rigid pavement)

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat
(slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas
tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi
karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis
permukaan. Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari
kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri.

Gambar 2.2.2.a Gambar 2.2.2.b

Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal
lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan. Karena yang paling penting adalah
mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan
dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya
beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap
kapasitas struktural perkerasannya.

Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu
antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainase, kendali
terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja
(working platform) untuk pekerjaan konstruksi. Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi
bawah adalah :

 Menyediakan lapisan yang seragam stabil dan permanen


 Menaikan harga modulus reaksi tanah dasar menjadi modulus reaksi gabungan
 Mengurangi kemungkinan terjadinya retak – retak pada plat beton
 Menyediakan lantai kerja bagi alat – alat berat selama masa kostruksi.

Universitas Langlangbuana 7
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama air pada
daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan
vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah
pelat. Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur
yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan dan
kerugiannya.

Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di atas tanah
dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi drainasenya. Pada
umumnya dibangun plat beton setebal 6 – 7 inch. Dengan bertambahnya beban lalu-lintas,
khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari bahwa jenis tanah dasar berperan penting
terhadap unjuk kerja perkerasan, terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada
perkerasan. Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangat
penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan.

Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian ujung
/ pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban truk yang
sering lewat di bagian pinggir perkerasan. Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada
kebanyakan jalan raya dan jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku
yang lebih tebal yaitu antara 9 – 10 inch. Guna mempelajari hubungan antara beban lalu-lintas
dan perkerasan kaku, pada tahun 1949 di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan
Uji dengan arahan dari Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan mencari
hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja perkerasan kaku.

Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 – 7 – 9 inch, jarak
antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk sambungan
memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak 15 inch di bagian tengah.
Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh. Tujuan dari program jalan uji ini adalah
untuk mengetahui efek pembebanan relatif dan konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku.
Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan 22.400 pounds untuk sumbu tunggal dan 32.000
serta 44.000 pounds pada sumbu ganda.

Gambar 2.2.2.c

Universitas Langlangbuana 8
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah bahwa perkembangan retak pada pelat
beton adalah karena terjadinya gejala pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan
uji adalah akibat adanya pumping. Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di
Ottawa, Illinois pada tahun 1950. Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan
uji AASHO ini adalah mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang paling signifikan adalah
adanya hubungan antara perubahan repetisi beban terhadap perubahan tingkat pelayanan
jalan. Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung
juga kinerja perkerasan yang diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan
5,0.Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku, perkerasan
beton semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

 Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali retak.
 Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk kendali
retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya
independen terhadap adanya tulangan dowel.
 Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari
baja tulangan dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas
penampang beton).

Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di negara-
negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus.

Universitas Langlangbuana 9
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

BAB III
URAIAN

3.1. Retakan Pada Perkerasan Jalan Lentur

Salah satu kerusakan jalan adalah keretakan, keretakan adalah suatu gejala kerusakan/
pecahnya permukaan perkerasan sehingga akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan
masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu faktor yang akan membuat
luas/ parah suatu kerusakan (Departemen Pekerjaan Umum, 2007).

Di dalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiap material.
Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih tinggi di sekitar bagian
tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yang seragam dan
terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang lainnya.
Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat material
tersebut (Roque, 2010). Adapun jenis – jenis dan pengertian keretakan sebagai berikut :

1). Retak halus (hair cracking), adalah retak yang memiliki lebar celah lebih kecil atau sama
dengan 3 mm, penyebabnya adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau
bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil. Retak halus ini dapat menyebabkan
meresapnya air ke dalam lapis permukaan.

Gambar 3.1.a
Kemungkinan penyebab:

 Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.


 Pelapukan permukaan.
 Air tanah pada badan perkerasan jalan.
 Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

Universitas Langlangbuana 10
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

Akibat lanjutan:

 Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat kerusakan dan menimbulkan
ketidak-nyamanan berkendaraan.

 Berkembang menjadi retak buaya (alligator cracks).

2). Retak kulit buaya (alligator crack), adalah retak yang memiliki lebar celah lebih besar atau
sama dengan 3 mm. Saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang
menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang kurang baik,
pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di bawah lapisan permukaan
kurang stabil, atau bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah naik).

Gambar 3.1.b

Kemungkinan Penyebab :

 Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.


 Pelapukan permukaan.
 Air tanah pada badan perkerasan jalan.
 Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

Akibat lanjutan:

 Kerusakan setempat/ menyeluruh pada perkerasan.


 Berkembang menjadi lubang akibat dari pelepasan butir-butir.

3). Retak pinggir (edge crack) adalah retak memanjang jalan dengan atau tanpa cabang yang
mengarah ke bahu dan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya sokongan
dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau terjadinya
settlement di bawah daerah tersebut.

Universitas Langlangbuana 11
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

Gambar 3.1.c
4). Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint crack) adalah retak memanjang,
umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan perkerasan. Retak ini dapat disebabakan oleh
kondisi drainase di bawah bahu jalan lebih buruk daripada di bawah perkerasan, terjadinya
settlement di bahu jalan, penyusutan material bahu jalan atau perkerasan jalan, atau akibat
lintasan truk/kendaraan berat di bahu jalan.

Gambar 3.1.d

5). Retak sambungan jalan (lane joint crack) adalah retak memanjang yang terjadi pada
sambungan 2 jalur lalu lintas. Hal ini disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan kedua jalur.

Gambar 3.1.e

Universitas Langlangbuana 12
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

6). Retak sambungan pelebaran jalan (widening crack) adalah retak memanjang yang terjadi
pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan perlebaran. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan daya dukung di bawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga
disebabkan oleh ikatan antara sambungan tidak baik.

Gambar 3.1.f

7). Retak refleksi (reflection crack) adalah retak memanjang, melintang, diagonal, atau
membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan pola retakan di
bawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki secara
baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan.

Gambar 3.1.h

8). Retak susut (shrinkage crack), adalah retak yang saling bersambungan membentuk kotak-
kotak besar dengan sudut tajam. Retak disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan
permukaan yang memakai aspal dengan penetrasi rendah atau perubahan volume pada lapisan
pondasi dan tanah dasar.

Universitas Langlangbuana 13
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

Gambar 3.1.i

9). Retak selip (slippage crack)adalah retak yang bentuknya melengkung seperti bulan sabit. Hal
ini terjadi disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antara lapis permukaan dan lapis di
bawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu, minyak, air, atau benda
nonadhesif lainnya, atau akibat tidak diberinya tack coat sebagai bahan pengikat diantara
kedua lapisan.

Gambar 3.1.j

3.1.1. Alternatif Pemeliharaan dan Perbaikan Keretakan

Dalam beberapa penjelasan alternatif perbaikan jalan yang terkena kerusakan retak dapat kami
tambahkan pemeliharaan perbaikan keretakan
Prosedur penutupan retak adalah, sebagai berikut :

 Retakan dibersihkan dengan menggunakan salah satu alat, seperti alat semprot
bertekanan tinggi, ledakan pasir, sikat kawat, ledakan udara panas atau air bertekanan
tinggi
 Sesudah pembongkaran bahan penutup lama pada retakan, dan atau pembersih
retakan, lalu diukur kedalamannya. Jika kedalamannya lebih dari 20 mm, dibutuhkan
material penyangga untuk menutup. Material penyangga harus tidak mudah mampat,
tidak susut, tidak menyerap dengan titik leleh lebih besar dari titik leleh bahan penutup.

Universitas Langlangbuana 14
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

 Segera sesudah penutupan, periksa retakan untuk meyakinkan kebersihannya, kering


dan material penyangga telah terpasang dengan baik
 Penutup harus dilakukan dari bawah keatas retakan untuk mencegah udara
terperangkap, supaya tidak berbentuk bagian yang lemah pada penutup. Untuk
mencegah adanya tanda bekas jejak roda, penutup harus dipasang 3mm dibawah
puncak dari permukaan retakan

Perawatan permukaan adalah istilah yang mencakup beberapa tipe penutup aspal dan ter batu
bara atau gabungan agregat aspal. Perawatan permukaan tebal umumnya tidak lebih dari 25
mm, dan dapat diletakan pada sembarang permukaan perkerasan. Asspal untuk permukaan
terdiri dari lapis tipis beton aspal yang berbentuk dari penerapan emulsi aspal, pengikat aspal
ditambah dengan agregat untuk melindungi atau memulihkan kondisi permukaan perkerasan
yang telah ada.

Universitas Langlangbuana 15
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

3.2. Retakan Pada Perkerasan Jalan Kaku

Perkerasan beton semen (rigid pavement) biasanya dibuat untuk dilewati lalu lintas berat
dengan volume yang tinggi, karena menjajikan kekuatan lebih baik dan pemeliharaan jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan perkerasan lentur. Namun, berdasarkan pengamatan terhadap
jalan-jalan dengan perkerasan beton semen di Indonesia, telah terjadi banyak kerusakan
dengan pumping (pemompaan) sebagai penyebab utamanya, di samping penyebab-penyebab
lain yang berhubungan dengan kesalahan/ketidaktelitian dalam pelaksanaan konstruksi.

Pumping ini dapat mengakibatkan kerusakan hebat perkerasan beton semen yang berupa
keretakan kepatahan yang disertai penurunan slab beton yang sangat membahayakan lalu
lintas. Hal ini tentu saja mengakibatkan lonjakan kenaikan biaya pemeliharaan yang sangat
besar, di samping terjadinya hambatan terhadap kelancaran lalu lintas.

Berdasarkan definisi yang umum, yang dimaksud dengan pumping adalah proses yang
didalmnya akibat beban kendaraan berat yang menimbulkan lendutan slab betn perkerasan
kaku dan mengakibatkan terdesaknya air beserta butiran-butiran halus subgrade (tanah dasar)
yang berada di bawah slab beton keluar melalui celah-celah sambungan (joint) dan retakan-
retakan atau celah pada pinggir slab beton.

Dengan demikian kondisi yang dapat menimbulkan pumping adalah sebagai berikut :
 Kehadiran air bebas (free water) di bawah slab beton ;
 Material tanah dasar yang dapat tererosi (erodible material);
 Lalu lintas dengan beban berat.

Mekanisme terjadinya pumping dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 3.2.a

Keterangan Gambar 3.2.a Air masuk ke bawah slab beton melalui celah sambungan dan
retakan-retakan pada slab beton.

Universitas Langlangbuana 16
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

Gambar 3.2.b

Keterangan Gambar 3.2.b Dengan mendekatnya beban roda (di atas approach slab) ke arah
sambungan, air yang berada di bawah slab tersebut bergerak perlahan-lahan ke slab berikutnya
(leave slab). Butir-butir halus tanah juga bergerak ke arah yang sama.

Gambar 3.2.c

Keterangan Gambar 3.2.c Pada saat beban roda melewati sambungan menuju pelat beton
berikutnya (di atas leave slab), air yang berada di bawah slab berikutnya (leave slab) bergerak
secara cepat ke bawah plat sebelumnya (approach slab). Gerakan/ aliran air yang cepat ini
menyebabkan erosi pada tanah dasar (subgrade). Sebagian air bersama butiran halus tanah
terdesak ke luar melalui celah sambungan dan retakan slab beton. Hal ini terlihat dengan
adanya warna coklat kemerah-merahan di permukaan slab beton di sekitar celah sambungan/
retakan plat beton.

Universitas Langlangbuana 17
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

Gambar 3.2.d

Keterangan Gambar 3.2.d Akhirnya terbentuklah rongga di bawah slab beton (leave slab)
sebagai akibat kehilangan material, dan kemungkinan terbentuknya tumpukan (buildup
material) di bawah slab sebelumnya (approach slab). Adanya rongga di bawah slab beton
menyebabkan terjadinya efek kantilever dari slab beton yang akan mengakibatkan retak dan
patahnya slab beton setelah dilewati beban berat. (Menurut ACPA, 1995, rongga sedalam 3 mm
sudah dapat menimbulkan kerusakan slab berupa retak-retak sudut)

Hal-hal lain yang mendorong terjadinya pumping adalah kurang berfungsinya transfer devices
sehingga terjadi faulting (gerakan vertikal antar slab beton), kekakuan subbase material yang
ada tidak memadai, dan kekuatan tanah yang tidak merata.

Gambar 3.2.e Gambar 3.2.f

3.2.1. Alternatif Pencegahan Terjadinya Pumping

a) Pada dasarnya, sesuai standart-standart yang ada, a.l. AASHTO Guide for design of Pavement
Structure, pumping dicegah melalui pemasangan lapisan Subbase,

yaitu lapisan di bawah slab beton yang menggunakan berbagai jenis material, termasuk agregat
yang bergradasi (dengan Void besar) untuk mengalirkan air, dan material yang distabilisasi
dengan bahan tertentu.

Universitas Langlangbuana 18
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

Lapisan Subbase ini disarankan 30-60 cm lebih lebar dari pada lebar perkerasannya, dengan
kemiringan melintang yang cukup untuk keperluan drainase. Sebagaimana diketahui, selain
mencegah terjadinya pumping, fungsi subbase yang lainnya antara lain adalah meningkatkan
daya dukung subgrade (dinyatakan dalam nilai k = Modulus Reaksi Tanah Dasar dan
menyediakan lantai kerja untuk konstruksi).

b) Upaya mengatasi masalah erosi terhadap material subbase ini dilakukan dengan penggunaan
material tahan erosi, misalnya lean concrete, atau material filter (porous material) sebagai
subbase.

c) Desain perkerasan beton semen untuk jalan-jalan di Indonesia termasuk jalan tol,
menggunakan lean concrete setebal 10 cm sebagai subbase, dengan maksud agar air yang
masuk dari celah sambungan atau retakan slab beton akan terhalang (blocked) oleh lean
concrete dan tidak dapat mencapai subgrade. Sedangkan masuknya air dari pemukaan ke
dalam perkerasan di cegah dengan joint sealer yang dipasang menutup celah sambungan.
Struktur perkerasan tersebut dapat dilihat dari gambar di bawah :

d) Tidak disediakan fasilitas drainase untuk mengeluarkan air yang terjebak di bawah
permukaan perkerasan.Berdasarkan pengamatan terhadap jalan-jalan beton di Indonesia
dengan konstruksi seperti di atas, pumping terjadi karena lean concrete ikut retak/ pecah
bersama-sama dengan slab betonnya. Hal ini diperkirakan karena,

 Mutu beton lean concrete terlalu rendah (menurut spesifikasi kuat tekan = 10 MPA)
sehingga mudah pecah.
 Permukaan lean concrete biasanya dikerjakan secara manual sehingga permukannya
tidak rata dan terjadi gigitan dengan slab beton yang di cor di atasnya.
 Lean concrete retak karena mengalami tegangan tarik pada waktu plat beton mengalami
penyusutan setelah pengecoran.

Universitas Langlangbuana 19
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

Selain pencegahan yang diuraikan diatas kita juga harus mengetahui pemeliharaan jalan dan
tujuan pemeliharaan jalan tersebut .Dalam pemeliharaan jalan mempunyai tujuan diantaranya
adalah:

 Menghilangkan penyebab kerusakan perkerasan jalan dan membuat langkah- langkah


pencegahan.
 Menemukan lokasi kerusakan jalan pada tahap sedini mungkin, untuk dilakukan
penanganan sementara dan merencanakan perbaikan secepat mungkin.
 Mempertimbangkan pengaruh pelaksanaan perbaikan terhadap lalu-lintas dan
lingkungan di sepanjang jalan.

Pemeriksaan merupakan bagian yang penting dalam pemeliharaan jalan, oleh karena itu
petugas yang akan melaksanakan pemeriksaan harus dilatih untuk mendapatkan pengetahuan
yang memadai tentang cara pemeriksaan yang benar.

Dalam melakukan pemeliharaan dan perbaikan perkerasan kaku sangat penting diketahui
penyebab kerusakannya. Jalan beton dapat mengalami kerusakan pada slab, lapis pondasi dan
tanah dasarnya.

Universitas Langlangbuana 20
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari uraian singkat diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa tanpa pemeliharaan dan
perbaikan jalan secara memadai, baik rutin maupun berkala, akan dapat mengakibatkan
kerusakan yang lebih parah pada jalan, sehingga jalan akan lebih cepat kehilangan fungsinya
baik perkerasan jalan lentur maupun perkerasan jalan. Apabila perkerasan jalan dipelihara
dengan baik dan tetap dalam kondisi yang baik, maka kedua jenis perkerasan jalan tersebut
akan mempunyai umur lebih lama dari. Tetapi sekali jalan itu mulai rusak dan dibiarkan begitu
saja tanpa perbaikan , maka kerusakan yang lebih parah akan berlangsung sangat cepat.

Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat pencegahan
seperti menutup sambungan atau retak-retak dan memperbaiki kerusakan-kerusakan, yang
timbul, dan menemukan penyebab-penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan (inspeksi)
secara rutin. Adapun penyebab – penyebab kerusakan perkerasan jalan bias di simpulkan pula
sebagai berikut :

 Karena pengaruh bahan perkerasan jalan yang tidak memenuhi spesifikasi yang
seharusnya digunakan saat melakukan pekerjaan konstruksi jalan
 Jalan mengalami kelebihan beban volume lalu lintas yang berulang – ulang
 Sistem drainase yang kurang baik
 Keadaan topografi dan faktor alam seperti cuaca yang buruk
 Kurangnya kesadaran pemerintah daerah dna masyarakat untuk melakukan perawatan
jalan.

4.2. Saran

a. Untuk meminimalisir masalah kerusakan jalan yang terjadi, maka rancangan


pemeliharaannya perlu dilakukan survey yang lebih akurat dengan melibatkan sejumlah
instansi terkait.
b. Agar kerusakan yang terjadi pada ruas jalan tidak menjadi lebih parah, maka perlu
segera dilakukan tindakan perbaikan pada bagian-bagian yang rusak, sehingga tidak
menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
c. Pekerjaan jalan harus menggunakan spesifikasi yang ditetapkan
d. Perlunya pengawasan yang objektif tanpa adanya KKN oleh dinas atau instansi terkait
agar kualitas jalan menjadi lebih bermutu.

Universitas Langlangbuana 21
[PERKERASAN JALAN – CIVIL ENGINEERING] 26 April 2012

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/kadekku/d/59838593-Kerusakan-pada-perkerasan-aspal-UniversitasGunadarma

http://balai8.net/sipp/manual-a2/113-geoteknik-jalan-retak

http://civilengineerunsri08.wordpress.com/2009/03/17/jenis-jenis-perkerasan-jalan/

http://sanggapramana.wordpress.com/category/jalan-raya/?blogsub=confirming#blog_subscription-2

http://cibelebupbup.blogspot.com/2011/07/jenis-kerusakan-pada-perkerasan-lentur.html

http://www.scribd.com/ibokir/d/86234175-P-Perkerasan-Jalan

http://keteknik-sipilan.blogspot.com/2011/05/perkerasan-jalan.html

http://wiryanto.wordpress.com/2010/09/19/jalan-beton-dan-tulangannya/

http://civilandstructure.wordpress.com/2009/06/10/perbaikan-retakan-struktur-di-slab-beton/

http://ilustri.org/index.php?option=com_content&view=article&id=161:penyebab-keretakan-
beton&catid=36:dunia-teknik-sipil&Itemid=2

Universitas Langlangbuana 22

Anda mungkin juga menyukai