Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Emosional DanKepribadian Remaja”

Oleh :

I GEDE SANDI WIARSANA 1313021002

Semester/Kelas: V/A

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2015
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia yang telah diberikan,
makalah yang berjudul “Emosional dan Kepribadian Remaja” dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


mendukung, baik berupa bimbingan, doa maupun materiil yang diberikan guna
membantu penyelesaian makalah ini. Terima kasih kepada rekan-rekan semester
kelas 5 A yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis. Tidak lupa
pula, ucapan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan doa dan restu
serta dukungan materiil kepada penulis. Terima kasih pula kepada para penulis
yang tulisannya dikutip sebagai bahan rujukan dalam makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis menerima dengan terbuka saran dan kritik konstruktif untuk
menjadikan makalah ini lebih baik di kemudian hari. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk pembaca.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Singaraja, Oktober 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................. 2

1.4 Manfaat ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Mengenai Emosi,Kepribadian


dan remaja .........................................................................3
2.1.1 Emosional ................................................................... 3
2.1.2 Kepribadian ................................................................ 6
2.1.3 Remaja ........................................................................ 10
2.2 Perkembangan Kepribadian dan Emosional Remaja.......... 14
2.2.1 Perkembangan Keribadian Remaja ............................ 14
2.2.2 Perkembangan Emosional Remaja ............................. 15
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ............................................................................... 17

3.2 Saran ..................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah yang sering terjadi pada perkembangan intelektual dan


emosional remaja adalah ketidakseimbangan antara keduanya. Kemampuan
intelektual mereka telah dirangsang sejak awal melalui berbagai macam
sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah dengan berbagai
media. Mereka telah dibanjiri berbagai informasi, pengertian-pengertian, serta
konsep-konsep pengetahuan melalui media massa (televisi, video, radio, dan
film) yang semuanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan para remaja
sekarang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dan
semakin modern mempengaruhi dunia pendidikan yang cenderung
mengutamakan aspek kognitif (kecerdasan intelektual), sementara nilai-nilai
afektif keimanan, ketakwaan, mengelola emosi dan akhlak mulia
sebagaimana ditegaskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional yaitu: untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa dan berakhlak mulia, kurang
banyak dikaji dalam dunia pendidikan persekolahan.
Hal ini bukan karena tidak disadari esensinya, melainkan pendidikan
lebih mengutamakan mengejar ilmu pengetahuan dari pada mendidik dan
membina kepribadian dan akhlak mulia anak didik. Dunia pendidikan tidak
mengembangkan nilai-nilai afektif sebagai dasar pembinaan kepribadian anak
yang menjadi tolok ukur pertama dan utama dalam pelaksanaan pendidikan di
Negara kita, menjadi parsial atau tidak utuh sebagaimana diisyaratkan oleh
Pendidikan Umum bahwa pendidikan menyeimbangkan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Gejala- gejala emosional para remaja seperti perasaan sayang, marah,
takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa,
perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai pendidik mengetahui

1
setiap aspek tersebut dan hal yang lain merupakan sesuatu yang terbaik
sehingga perkembangan remaja sebagai peserta didik berjalan dengan normal
dan mulus tanpa ada mengalami gangguan sedikitpun (Hurlock, 2001).
Jika di pahami dari pernyataan dan fakta di atas itu menunjukan bahwa
keadaan emosional pada masa remaja sangat rentan sekali menimbulkan
peristiwa-peristiwa negatif maka dari itu masyarakat dan keluarga haruslah
benar-benar memahami keadaan emosi pada remaja karena masa remaja
merupakan masa peralihan, itu artinya masa ini merupakan masa yang sangat
menentukan bagi kehidupannya kelak di masa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini guna untuk
membatasi pembahasan dari penulis adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa hakikat emosional, kepribadian dan remaja?
1.2.2 Bagaimana perkembangan emosionaldan kepribadian remaja?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui hakikat emosional, kepribadian dan remaja.
1.3.2 Untuk mengetahui perkembangan emosionaldan kepribadian remaja

1.4 Manfaat Penelitian

Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:


1.4.1 Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini, diharapkan mampu memberikan pengalaman
bagi penulis dalam penyusunan makalah dan mampu memberikan
pemahaman lebih kepada penulis tentang kepribadian dan emosional
remaja.
1.4.2 Bagi Pembaca
Pembuatan makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan
bagi pembaca sehingga pembaca memahami secara teoritis dan
kontekstual tentang landasan kepribadian dan emosional remaja.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Mengenai Emosional, Kepribadian dan remaja


2.1.1 Emosional

Menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan


emosional, yang diambil dari Oxford English Dictionary memaknai emosi
sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut ia mengatakan
bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian
kecendrungan untuk bertindak.

Menurut Crow & Crow (dalam Papalia, 1998), emosi adalah “an
emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner
adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual,
and that shows it self in his evert behaviour”. Jadi, emosi, adalah
pengalamanafektifyang menyertaipenyesuaian diri danmenimbulkan
keadaanmental danfisiologisdalam individu, yang menunjukkan diridalam
bentuk perilaku.
Menurut Hurlock (2001), individu yang dikatakan matang emosinya
yaitu:

a. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial.


Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi
yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari
energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat
diterima secara sosial.
b.Pemahaman diri. Individu yang matang, belajar memahami
seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan
kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat

3
c. Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang
berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya,
kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi
tersebut.

Menurut pandangan Skinner (Papalia, 1998) esensi kematangan emosi


melibatkan kontrol emosi yang berarti bahwa seseorang mampu
memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam balas
dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah moodnya, tidak
mudah berubah pendirian. Kematangan emosi juga dapat dikatakan
sebagai proses belajar untuk mengembangkan cinta secara sempurna dan
luas dimana hal itu menjadikan reaksi pilihan individu sehingga secara
otomatis dapat mengubah emosi-emosi yang ada dalam diri manusia.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan warna


afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu, yang
dimaksud warna afektif ini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami
pada saat mengahadapi atau menghayati suatu situasi tertentu yang
ditimbulkan oleh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu, contohnya:
gembira, bahagia, putusasa, terkejut, benci (tidak senang), dan sebagainya.

a) Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik Individu


Dibawah ini merupakan contoh tentang pengaruh emosi terhadap
perilaku dan perubahan fisik individu

1. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas


hasil yang telah dicapai .
2. Melemahkan semangat, apabila timbul rasakecewa karna kegagalan
dan sebagai puncak dari keadaan ini adalah timbulnya rasa
putusasa (frustasi)
3. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan juga bisa menimbulkan
sikapgugup (nervers) dan gagap dalam berbicara.

4
4. Terganggu penyesuaian social, apabila terjadi rasa cemburu dan
irihati.
5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa
kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap oranglain.
Sedangkan perubahan emosi terhadap perubahan fisik (jasmani)
individu dapat dijelaskan dengan pemaparan Suma (2010)bahwa “ketika
emosi tertentu sedang dalam keadaan aktif maka emosi tersebut akan
menimbulkan reaksi tertentu pada bagian-bagian tubuh tertentu yang
tentunya itu akan memberikan suasana tertentu pada fisik.

b. Ciri-Ciri Emosi

Menurut Celuk (2014), emosi sebagai suatu peristiwa psikologis dibagi


menjadi 3 :
 Emosi Anak
1. Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba
2. Bersifat sementara
3. Lebih sering terjadi
4. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya
 Emosi Orang Dewasa
1. Berlangsung lebih lama dan berakhir dengan lambat
2. Lebih mendalam
3. Jarang terjadi
4. Sulit diketahui karena lebih pandai
menyembunyikannya
 Emosi Remaja
Biehler dalam Celuk (2014) membagi ciri-ciri emosional remaja
menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18
tahun.
 Usia 12-15
1. Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka,
2. Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan
dalam hal rasa percaya diri,

5
3. Kemarahan biasa terjadi,
4. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin
selalu menang sendiri,
5. Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka
secara objektif.
 Usia 15-18
1. Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari
perubahan yang universal dari masa kanak-kanak
menuju dewasa,
2. Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua
mereka,
3. Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka.

2.1.2 Kepribadian

George Kelly (Koeswara, 1991) memandang bahwa kepribadian


sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-
pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport dalam Abie (2014)
merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri
individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah
laku individu yang bersangkutan.

Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu


kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik
individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.

Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud


menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang
terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya
selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah
khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap
individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang

6
berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku
sama.

Menurut M.A.W Bouwer, Kepribadian adalah corak tingkah laku


sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini & sikap-
sikap seseorang (Darmayanti, 2014).

Jadi disimpulkan bahwa sebagian besar pendapat para ahli melukiskan


kepibadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah
laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh
kepribadian. Sehingga kepribadian dipandang sebagai “organisasi” yang
menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita.Kepribadian adalah
keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, temparmen, ciri-ciri kas dan prilaku
seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud
dalam tindakan seseorang jika di hadapkan pada situasi tertentu. Setiap
orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau berlaku terus
menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi,
sehingga menjadi ciri khas pribadinya.

a. Faktor-Faktor yang Mempengruhi Kepribadian

Kepribadian dipengaruhi oleh berbagai faktor baik hereditas


(pembawaan) maupun lingkungan (seperti; fisik, sosial, kebudayaan,
spiritual)
 Fisik. faktor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan
kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, pendek atau
tinggi) kecantikan (cantik atau tidak cantik), kesehatan (sehat atau
sakit sakitan), keutuhan tubuh (utuh atau cacad) dan keberfingsian
organ tubuh.
 Intelegensi, tingkat intelegensi individu dapat mempengaruhi
perkembangan kepribadiannya. individu yang intelegensinya tingi
atau normal biasa mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara wajar sedangkan yang rendah biasanya

7
sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
 Keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi
perkembangan kepribadian anak, seorang anak yang dibesarkan
dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis dalam arti
orangtua memberikan curahan kasih sayang perhatian serta
bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, perhatian serta
bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan
kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang
dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang brokenhome,
orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan
nilainilai agama dalam keluarga maka perkembangan kepribadian
cenderung akan mengalami distirsi atau mengalami kelainan dalam
penyesuaian dirinya.
 Teman sebaya. Setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan
teman sebayanya dan menjadi anggota dari kelompoknya. Pada
saat inilah dia mulai mengalihkan perhatianya untuk
mengembangkan sifat-sifat atau prilaku yang cocok atau dikagumi
oleh teman temannya, walau mungkin tidak sesuai dengan harapan
orang tuanya. melalui hubungan interpersonal dengan teman
sebayanya, anak belajar menilai dirinya sendiri dan kedudukannya
dalam kelompok. bagi anak yang kurang men-dapat kasih sayang
dan bimbingan keagamaan atau etika dari oranng tuanya, biasanya
kurang memiliki kemampuan slektif dalam memilih teman dan
mudah sekali terpengaruh oleh sifat dan prilaku kelompoknya.
Berdasarkan pengamatan dilapangan, ternyata tidak sedikit anak
yang menjadi perokok berat, peminum-minuman keras atau bergaul
bebas, kar-na pengaruh prilaku teman sebaya.
 Kebudayaan, setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau
sukubangsa) memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas.
Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh
terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yang menyangkut

8
cara berpikir (seperti cara memandang sesuatu). Bersikap atau cara
berprilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat
dilihat dari adanya perbedaan antara mas-yarakat modern yang
budayanya relatif maju (khususnya IPTEK) dengan primitif yang
budayanya relatif masih sederhana seperti dalam cara makan,
berpakaian, hubungan interpersonal atau cara memandang waktu.

b. Karakteristik Kepribadian

Ada beberapa karakteristik kepribadian yang sehat dan yang tidak


sehat yang tentunya ini sangat menentukan terhadap proses interaksi
individu dalam kehidupan (Abie 2014).Ciri-ciri kepribadian yang sehat
(healthy personality) ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
 Seseorang yang memiliki kepribadian yang sehat adalah yang
Mampu menilai diri secara realistik. Mampu menilai situasi secara
realistik, Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik,
bertanggung jawab, mandiri. Dapat mengontrol emosi, berorientasi
pada tujuan. Bersikap respek, empati terhadap orang lain
mempunyai kepedulian terhadap situasi.
Adapun ciri kepribadian yang tidak sehat itu ditandai dengan
karakteristik sebagai berikut:
 Mudah marah, menunjukan kekhawatiran dan kecemasan, sering
merasa tertekan, bersikap kejam atau senang mengganggu orang
lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang, ketidak
mampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun
sudah diperingati atau dihukum, mempunyai kebiasaan berbohong,
hiper aktif, bersikap memusuhi semua bentuk otoritas.
Beberapa kepribadian yang tidak sehatberkembang apabila anak
hidup dalam lingkungan yang tidak kondusif dalam perkembangannya
seperti lingkungan keluarga yang tidak berfungsi, yang bercirikan
“broken home” hubungan antara anggota keluarga kurang harmonis
kurang memperhatikan nilai-nilai agama, dan orangtua bersikap keras
atau kurang memberkan curahan kasih sayang kepada anak. Oleh karna

9
itu, maka sebagai upaya pancegahan (preventif), seyogianya pihak
keluarga (orang tua) sekolah (guru dan staf sekolah lainnya) dan
pemerintah perlu senantiasa bekerjasama untuk menciptakan iklim
lingkungan yang mempasilitasi atau memberi kemudahan kepada anak
untuk mengembangkan potensi atau tugas-tugas perkembangan secara
optimal.

c. Perubahan kepribadian

Meskipun kepribadian seseorang itu relative konstan, namun dalam


kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian itu dapat
dan mungkin terjadi. Perubahan itu terjadi pada umumnya lebih di
pengaruhi oleh faktor lingkungan daripada faktor fisik. Disamping itu,
perubahan ini lebih sering dialami oleh anak daripada orang dewasa .
Dalam hal ini Syamsudin (Darmayanti, 2014) memaparkan faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian kedalam tiga
kategori, yaitu:
1) Faktor organik, seperti: makanan, obat, infeksi, dan gangguan
organik.
2) Faktor lingkungan sosial budaya, seperti: pendidikan, rekreasi, dan
parti-sipasi social.
3) Faktor dari dalam diri individu itu sendiri, seperti:tekanan
emosional, ide-ntifikasi terhadap oranglain, dan imitasi.

2.1.3 Remaja
a. Pengertian

Menurut Zakiah Darajat (Kertia, 2015) remaja adalah umur yang


menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa. Pada usia ini terjadi
perubahan-perubahan cepat pada jasmani, emosi, sosial, akhlak dan
kecerdasan. Sedangkan menurut Y. Singgih D. Gunarso dalam Papalia (1998)
bahwa masa remaja adalah permulaannya ditandai oleh perubahan-perubahan
fisik yang mendahului kematangan seksual. Kurang lebih bersamaan dengan
perubahan fisik ini, juga akan dimulai proses perkembangan psikis remaja

10
pada waktu mereka melepaskan diri dari ikatan orang tuanya, kemudian
terlihat perubahan-perubahan kepribadian yang terwujud dalam cara hidup
untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat. Menurut wikipedia bahasa
Indonesia Remaja berasal dari kata latin adolensenceyang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih
luas lagi yang mencakup kematangan mental, remajasebenarnya tidak
mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi
tidak juga golongan dewasa atau tua.
Masa Remaja juga menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan
karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak. Menurut Piaget masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi
untuk memasuki masa dewasa, termasuk perkembangan kognitif (Farid,
2012)
Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut
Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin
komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan
mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan
adanya perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget
tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat
didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau
kekuatan metal anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat fase yaitu fase
sensorimotor, fase praperasional, fase operasi konkret dan fase operasi formal
(Farid, 2012).

11
Yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu
1) 12-15 tahun = masa remaja awal,
2) 15-18 tahun = masa remaja pertengahan, dan
3) 18-21 tahun = masa remaja akhir.
Definisi yang dipaparkan di atas menggambarkan bahwa masa remaja
adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan
rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses
pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

b. Karakteristik Perkembangan Remaja


 Perkembangan Fisik

12
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentan
kehidupan individu, dimana terjadi partumbuhan fisik yang sangat
pesat. Masa yang pertama terjadi pada fase prenatal dan bayi. pada
bagian-bagian tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan
secara proporsional terlalu kecil namun pada masa remaja
proporsionalnya menjadi terlalu besar, karna terlebih dahulu
mencapai kematangan daripada bagian-bagian yang lain. hal ini
terutama tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. pada masa
remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh
orang dewasa dalam semua bagiannya.
 Perkembangan Kognitif (Intelektual)

Ditinjau dari perkembangan kognitif menurut piaget masa


remaja sudah mencapai tahap operasi formal. Remaja, secara
mental sudah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang
abstrak (Farid, 2012). Dengan katalain proses oprasi berfikir formal
lebih bersipat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah
dalam memecahkan masalah daripada berfikir kongkrit.
Sementara, proses pertumbuhan otak mencapai kematangan
otak mencapai kesempurnaannya dari mulai usia 12-20 tahun. pada
usia 16 tahun, berat otak sudah menyamai orang dewasa. System
syaraf yang memproses informasi berkembang secara cepat pada
usia ini. Pada masa remaja terjadi reoganisasi lingkaran syaraf lobe
frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi,
yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis, atau
mengambil keputusan. lobe frontal ini terus berkembang sampai
usia 20 tahun atau lebih. perkembangan lobe frontal ini sangat
berpengaruh kepada kemam-puan intelektual remaja, seperti pada
usia 12 tahun, walaupun secara intelektual remaja itu termasuk
anak berbakat atau pintar, namun belum bijaksana. maksudnya,
remaja tersebut mampu memecahkan masalah secara benar, tetapi
tidak seterampil remaja yang lebih tua usianya yang menunjukan
wawasan atau prespektif yang luas terhadap masalah tersebut.

13
Implikasi pendidikan atau bimbingan dari periode berfikir
operasi formal ini, adalah perlunya disiapkan program pendidikan
atau bimbingan yang mempfasilitasi perkembangan kemampuan
berfikir siswa (remaja). Upaya yang dapat di lakukan, seperti:
 Penggunaan metode belajar yang mendorong anak untuk aktif
bertanya, mengemukakan gagasan, atau mengujicoba suatu
materi: dan
 Melakukan dialog, diskusi, atau curahan pendapat (Brain
Stroming) dengan siswa, tentang masalah-masalah social,
atau berbagai aspek kehidupan, seperti agama, etika
pergaulan dan pacaran, politik, lingkungan hidup, bahayanya
minuman keras dan obat-obatan terlarang.

2.2 Perkembangan Emosional dan Kepribadian Remaja


2.2.1 Perkembangan Kepribadian Remaja
Kata kepribadian (personality) sesungguhnya berasal dari
bahasa latin persona, kata persona ini menunjuk pada topeng biasa
digunakan oleh pemain sandiwara di zaman romawi dalam
memainkan peranan-peranannya. Kata personality berubah
menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu
yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya,
kemudian individu tersebut diharapkan beringkah laku berdasarkan
atau sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya
Menurut Erikson dalam Koeswara (1991)masa remaja
adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian idetitas diri.
Secara bertahap, remaja mulai menemukan identitas atau jati
dirinya. Hal ini di pengaruhi oleh iklim keluarga, tokoh idola, dan
peluang untuk mengembangkan diri. Masa remaja disebut juga
masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha
pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan
perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika
remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami

14
krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan
terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan
diri yang sebenarnya.
2.2.2 Perkembangan Emosional Remaja

Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana


terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik
yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi,
diantaranya terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang
sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi
remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia
11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun (Hurlock, 2001) dan
setiap individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri
berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga
kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja
mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan
selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam
sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak
baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis
terutama emosi. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak
terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat
tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-
aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa
remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi,
membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara
efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah (pada
umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di
sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak
energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya
ke arah yang tidak positif, misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan
betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila
berinteraksi dalam lingkungannya.

15
Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang
paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman
sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat
merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya
memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana
remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya,
mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha
menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan
perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan
waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain
dapat terjalin dengan lancar dan efektif.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Puncak emosional remaja berpengaruh pada perkembangan organ
seksualnya. Remaja cenderung sensitif dan reaktif, emosi negatif, dan
tempramental (misalnya,mudah tersinggung, marah atau sedih). Untuk
mencapai kematangan emosionalnya , remaja memerlukan lingkungan
yang kondusif, yaitu hubungan yang harmonis , saling menghargai,
dan mempercayai. Kegagalan menyesuaikan diri dengan lingkungan
menyebabkan remaja menjadi agresif atau melarikan diri dari
kenyataan.
3.1.2 Perkembangan kepribadian remaja Secara bertahap, dimulai dengan
menemukan identitas atau jati dirinya. Hal ini di pengaruhi oleh iklim
keluarga, tokoh idola, dan peluang untuk mengembangkan diri. Masa
remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self
identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan
menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi.
Tindakan untuk menemukan identitas diri ini karena remja ingin
diakui keberadaannya dalam lingkungannya, sehingga remaja
melakukan berbagai cara untuk menunjukan eksistensinya.
3.1.3 Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa , yang di awali dengan pubertas. Pada
masa ini terjadi berbagai pekembangan baik secara fisik maupun
psychologi. Perkembangan fisik dapat dikenali secara kasat mata
dengan melihat perubahan organ-organ sex baik laki-laki maupun
perempuan. Sedangkan perkembangan psychologikal meliputi
perkembangan kepribadian dan emosional.
3.2 Saran.
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu dengan materi dalam
makalah ini hendaknya setiap orang dalam mendidik remaja harus memiliki
kesabaran dan menggunakan metode yang relevan agar remaja tersebut tidak
terjerumus ke hal-hal yang negatif.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abie. 2014. “Arti dan Definisi Kepribadian”. Dalam https://galeriabiee.wordpress.


com/ilmu-psikologi/arti-dan-definisi-kepribadian/. Diakses 25 Oktober 2015

Celuk. 2014.”Ciri-ciri Emosi”. Dalam http://celuktherapi.com/Kesehatan/


Hipnoterapi bali/ciri-ciri- emosi/. Diakses 25 Oktober 2015

Darmayanti. 2014. “Perkembangan Masa Remaja Kognitif, Emosional dan


Kepribadian”. Dalam http://www.slideshare.net/vatyaluftyucellamanyuah/
perkembangan-masa- remaja-kognitif-emosional-dan-kepribadian. Diakses 14
Oktober 2015

Farid. 2012. “Piaget dan Teori Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif”. Dalam


http://www.asikbelajar.com/2012/12/piaget-dan-teori-tahap-tahap.html.
Diakses 25 Oktober 2015

Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence. United Stated:Bantam Books

Hurlock, B.Elizabet. 2001 Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kertia. 2015. “Definisi dan Pengertian Remaja”. Dalam http://www.definisi-


pengertian.com/2015/05/definisi-dan-pengertian-remaja.html. Diakses 25
Oktober 2015

Koeswara, E. 1991.Teori-teori kepribadian. Bandung: PT Eresco.

Papalia, D. E. & Olds, S. W. 1998. Human Development. Ed. ke-7. New


York:McGraw-Hill.

Sora. 2014. “Pengertian Kepribadian Secara Umum dan Menurut Pendapat Para
Ahli”. Dalam http://www.pengertianku.net/2014/06/pengertian-kepribadian-
secara-umum.html. Diakses 25 Oktober 2015

Suma. 2010. “Pengertian Emosi”. Dalam


https://lp2mkita.wordpress.com/2010/05/04/pengertian-emosi-dan-emosional/.
Diakses 25 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai