Oleh :
Semester/Kelas: V/A
SINGARAJA
2015
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis menerima dengan terbuka saran dan kritik konstruktif untuk
menjadikan makalah ini lebih baik di kemudian hari. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
setiap aspek tersebut dan hal yang lain merupakan sesuatu yang terbaik
sehingga perkembangan remaja sebagai peserta didik berjalan dengan normal
dan mulus tanpa ada mengalami gangguan sedikitpun (Hurlock, 2001).
Jika di pahami dari pernyataan dan fakta di atas itu menunjukan bahwa
keadaan emosional pada masa remaja sangat rentan sekali menimbulkan
peristiwa-peristiwa negatif maka dari itu masyarakat dan keluarga haruslah
benar-benar memahami keadaan emosi pada remaja karena masa remaja
merupakan masa peralihan, itu artinya masa ini merupakan masa yang sangat
menentukan bagi kehidupannya kelak di masa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini guna untuk
membatasi pembahasan dari penulis adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa hakikat emosional, kepribadian dan remaja?
1.2.2 Bagaimana perkembangan emosionaldan kepribadian remaja?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Crow & Crow (dalam Papalia, 1998), emosi adalah “an
emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner
adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual,
and that shows it self in his evert behaviour”. Jadi, emosi, adalah
pengalamanafektifyang menyertaipenyesuaian diri danmenimbulkan
keadaanmental danfisiologisdalam individu, yang menunjukkan diridalam
bentuk perilaku.
Menurut Hurlock (2001), individu yang dikatakan matang emosinya
yaitu:
3
c. Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang
berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya,
kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi
tersebut.
4
4. Terganggu penyesuaian social, apabila terjadi rasa cemburu dan
irihati.
5. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa
kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap oranglain.
Sedangkan perubahan emosi terhadap perubahan fisik (jasmani)
individu dapat dijelaskan dengan pemaparan Suma (2010)bahwa “ketika
emosi tertentu sedang dalam keadaan aktif maka emosi tersebut akan
menimbulkan reaksi tertentu pada bagian-bagian tubuh tertentu yang
tentunya itu akan memberikan suasana tertentu pada fisik.
b. Ciri-Ciri Emosi
5
3. Kemarahan biasa terjadi,
4. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin
selalu menang sendiri,
5. Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka
secara objektif.
Usia 15-18
1. Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari
perubahan yang universal dari masa kanak-kanak
menuju dewasa,
2. Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua
mereka,
3. Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka.
2.1.2 Kepribadian
6
berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku
sama.
7
sering mengalami hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat penting bagi
perkembangan kepribadian anak, seorang anak yang dibesarkan
dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis dalam arti
orangtua memberikan curahan kasih sayang perhatian serta
bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, perhatian serta
bimbingan dalam kehidupan berkeluarga, maka perkembangan
kepribadian anak tersebut cenderung positif. Adapun anak yang
dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang brokenhome,
orangtua bersikap keras terhadap anak atau tidak memperhatikan
nilainilai agama dalam keluarga maka perkembangan kepribadian
cenderung akan mengalami distirsi atau mengalami kelainan dalam
penyesuaian dirinya.
Teman sebaya. Setelah masuk sekolah, anak mulai bergaul dengan
teman sebayanya dan menjadi anggota dari kelompoknya. Pada
saat inilah dia mulai mengalihkan perhatianya untuk
mengembangkan sifat-sifat atau prilaku yang cocok atau dikagumi
oleh teman temannya, walau mungkin tidak sesuai dengan harapan
orang tuanya. melalui hubungan interpersonal dengan teman
sebayanya, anak belajar menilai dirinya sendiri dan kedudukannya
dalam kelompok. bagi anak yang kurang men-dapat kasih sayang
dan bimbingan keagamaan atau etika dari oranng tuanya, biasanya
kurang memiliki kemampuan slektif dalam memilih teman dan
mudah sekali terpengaruh oleh sifat dan prilaku kelompoknya.
Berdasarkan pengamatan dilapangan, ternyata tidak sedikit anak
yang menjadi perokok berat, peminum-minuman keras atau bergaul
bebas, kar-na pengaruh prilaku teman sebaya.
Kebudayaan, setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau
sukubangsa) memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas.
Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh
terhadap kepribadian setiap anggotanya, baik yang menyangkut
8
cara berpikir (seperti cara memandang sesuatu). Bersikap atau cara
berprilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian itu, dapat
dilihat dari adanya perbedaan antara mas-yarakat modern yang
budayanya relatif maju (khususnya IPTEK) dengan primitif yang
budayanya relatif masih sederhana seperti dalam cara makan,
berpakaian, hubungan interpersonal atau cara memandang waktu.
b. Karakteristik Kepribadian
9
itu, maka sebagai upaya pancegahan (preventif), seyogianya pihak
keluarga (orang tua) sekolah (guru dan staf sekolah lainnya) dan
pemerintah perlu senantiasa bekerjasama untuk menciptakan iklim
lingkungan yang mempasilitasi atau memberi kemudahan kepada anak
untuk mengembangkan potensi atau tugas-tugas perkembangan secara
optimal.
c. Perubahan kepribadian
2.1.3 Remaja
a. Pengertian
10
pada waktu mereka melepaskan diri dari ikatan orang tuanya, kemudian
terlihat perubahan-perubahan kepribadian yang terwujud dalam cara hidup
untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat. Menurut wikipedia bahasa
Indonesia Remaja berasal dari kata latin adolensenceyang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih
luas lagi yang mencakup kematangan mental, remajasebenarnya tidak
mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi
tidak juga golongan dewasa atau tua.
Masa Remaja juga menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan
karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak. Menurut Piaget masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi
untuk memasuki masa dewasa, termasuk perkembangan kognitif (Farid,
2012)
Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut
Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin
komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula
kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan
mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan
adanya perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget
tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat
didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau
kekuatan metal anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat fase yaitu fase
sensorimotor, fase praperasional, fase operasi konkret dan fase operasi formal
(Farid, 2012).
11
Yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu
1) 12-15 tahun = masa remaja awal,
2) 15-18 tahun = masa remaja pertengahan, dan
3) 18-21 tahun = masa remaja akhir.
Definisi yang dipaparkan di atas menggambarkan bahwa masa remaja
adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan
rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses
pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
12
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentan
kehidupan individu, dimana terjadi partumbuhan fisik yang sangat
pesat. Masa yang pertama terjadi pada fase prenatal dan bayi. pada
bagian-bagian tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan
secara proporsional terlalu kecil namun pada masa remaja
proporsionalnya menjadi terlalu besar, karna terlebih dahulu
mencapai kematangan daripada bagian-bagian yang lain. hal ini
terutama tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. pada masa
remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh
orang dewasa dalam semua bagiannya.
Perkembangan Kognitif (Intelektual)
13
Implikasi pendidikan atau bimbingan dari periode berfikir
operasi formal ini, adalah perlunya disiapkan program pendidikan
atau bimbingan yang mempfasilitasi perkembangan kemampuan
berfikir siswa (remaja). Upaya yang dapat di lakukan, seperti:
Penggunaan metode belajar yang mendorong anak untuk aktif
bertanya, mengemukakan gagasan, atau mengujicoba suatu
materi: dan
Melakukan dialog, diskusi, atau curahan pendapat (Brain
Stroming) dengan siswa, tentang masalah-masalah social,
atau berbagai aspek kehidupan, seperti agama, etika
pergaulan dan pacaran, politik, lingkungan hidup, bahayanya
minuman keras dan obat-obatan terlarang.
14
krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan
terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan
diri yang sebenarnya.
2.2.2 Perkembangan Emosional Remaja
15
Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang
paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman
sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat
merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya
memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana
remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya,
mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha
menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan
perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan
waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain
dapat terjalin dengan lancar dan efektif.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Puncak emosional remaja berpengaruh pada perkembangan organ
seksualnya. Remaja cenderung sensitif dan reaktif, emosi negatif, dan
tempramental (misalnya,mudah tersinggung, marah atau sedih). Untuk
mencapai kematangan emosionalnya , remaja memerlukan lingkungan
yang kondusif, yaitu hubungan yang harmonis , saling menghargai,
dan mempercayai. Kegagalan menyesuaikan diri dengan lingkungan
menyebabkan remaja menjadi agresif atau melarikan diri dari
kenyataan.
3.1.2 Perkembangan kepribadian remaja Secara bertahap, dimulai dengan
menemukan identitas atau jati dirinya. Hal ini di pengaruhi oleh iklim
keluarga, tokoh idola, dan peluang untuk mengembangkan diri. Masa
remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self
identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan
menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi.
Tindakan untuk menemukan identitas diri ini karena remja ingin
diakui keberadaannya dalam lingkungannya, sehingga remaja
melakukan berbagai cara untuk menunjukan eksistensinya.
3.1.3 Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa , yang di awali dengan pubertas. Pada
masa ini terjadi berbagai pekembangan baik secara fisik maupun
psychologi. Perkembangan fisik dapat dikenali secara kasat mata
dengan melihat perubahan organ-organ sex baik laki-laki maupun
perempuan. Sedangkan perkembangan psychologikal meliputi
perkembangan kepribadian dan emosional.
3.2 Saran.
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu dengan materi dalam
makalah ini hendaknya setiap orang dalam mendidik remaja harus memiliki
kesabaran dan menggunakan metode yang relevan agar remaja tersebut tidak
terjerumus ke hal-hal yang negatif.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sora. 2014. “Pengertian Kepribadian Secara Umum dan Menurut Pendapat Para
Ahli”. Dalam http://www.pengertianku.net/2014/06/pengertian-kepribadian-
secara-umum.html. Diakses 25 Oktober 2015