Anda di halaman 1dari 41

GAYA MAGNET

A. Gaya Magnet pada Arus Listrik (Gaya Lorentz)


Gaya yang terjadi akibat interaksi medan magnetik dengan arus listrik atau muatan
listrik yang bergerak/mengalir disebut gaya magnetik ataun gaya Lorentz. Gaya ini bisa
terjadi pada penghantar berarus yang terletak di dalam medan magnetik, muatan listrik yang
bergerak di dalam medan magnetik, atau dua buah penghantar yang dialiri arus listrik.
a. Gaya Magnetik Pada Penghantar Berarus dalam Medan Magnetik
Apabila sebuah penghantar dialiri oleh arus listrik terletak di dalam medan magnetik,
maka penghantar tersebut bergerak karena pengaruh suatu gaya yang bekerja padanya. Arah
gaya Lorentz yang terjadi pada penghantar dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan.
Bila tangan kanan dibuka dengan ibu jari menunjukkan arah arus I dan keempat jari
lain yang dirapatkan menunjukkan arah medan magnetik B, maka arah keluar dari telapak
tangan menunjukkan arah gaya Lorentz.

Gambar 1. Kaidah Tangan Kanan

Besar gaya Lorentz yang dialami oleh kawat berarus listrik di dalam medan magnetik
berbanding lurus dengan kuat arus listrik, panjang kawat di dalam medan magnetik, kuat
medan magnetik , serta sinus sudut antara arah arus dan arah induksi magnetik. Secara
matematik besar gaya Lorentz dapat dituliskan sebagai berikut:
F = B I l sin θ
dengan: F = gaya Lorentz (N)
B = induksi magnetik (T)
I = kuat arus listrik (A)
θ = sudut yang dibentuk oleh I dengan B
Gambar 2. Gaya Lorentz

Dalam bentuk vektor, persamaan di atas dapat dinyatakan dengan perkalian silang
yaitu:
F=IlxB
Arah F diperoleh dengan memutar ujung vektor I ke ujung vektor B sesuai dengan
putaran keempat jari kanan seperti pada gambar arah ibu jari menunjuk adalah arah gaya
Lorentz F. Pada gambar tampak bahwa gaya F tegak lurus B dan gaya F tegak lurus I l.
Arah F dapat juga ditentukan dengan kaidah sekrup, yaitu bila I diputar menuju B
melalui sudut terkecil, jika ternyata arah itu putar kanan, maka arah F akan masuk seperti
sekrup, tetapi jika putar kiri, maka sebaliknya yang berlaku.

b. Gaya Magnetik Antara Dua Penghantar Lurus Sejajar Berarus


Perhatikan dua penghantar lurus sejajar dan terpisah sejauh a masing-masing dialiri
oleh arus listrik I1 dan I2. Pada gambar, I1 searah dengan I2 dan pada gambar, I1 berlawanan
arah dengan I2.
Pada gambar, arus listrik I1 menimbulkan induksi magnetik B1 di titik P. Besar B1
adalah.
𝜇0 𝐼1
B1 = 2𝜋𝑎

I1 I2
B1
F2
B2 F1
α

Gambar a
I1 I2

B2 B1

F1 F2

α
Gambar b

Penghantar berarus I2 akan dipengaruhi oleh induksi magnetik B1 sehingga


mengalami gaya Lorentz sesuai dengan Persamaan.
𝜇0 𝐼1
F2 = B1 I2 I2 sin α = ( ) I2 I2 sin 90o
2𝜋𝑎
𝜇0 𝐼1 𝐼
2
F2 = I2
2𝜋뮒

Selanjutnya, penghantar berarus I2 menimbulkan induksi magnetik B2 di titik Q. Besar


B2 adalah:
𝜇0 𝐼2
B2 = 2𝜋𝑎

Penghantar berarus I1, akan dipengaruhi oleh induksi magnetik B2 sehingga


mengalami gaya Lorentz sesuai dengan persamaan
𝜇 𝐼
0 2
F1 = B2 I1 I1 sin α = ( 2𝜋𝑎 ) I1 I1 sin 90o
𝜇0 𝐼1 𝐼
2
F2 = I1
2𝜋𝑎

Dari kedua persamaan di atas, tampak bahwa gaya per satuan panjang (F/l) untuk
kedua penghantar adalah sama. Apabila arah arus I1 dan I2 berlawanan seperti gambar,
ternyata arah gaya F1 dan F2 mengakibatkan kedua penghantar menjadi tolak-menolak.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa: pada dua penghantar lurus sejajar yang dialiri
arus listrik akan terjadi gaya tarik-menarik bila kedua arus listriknya mempunyai arah yang
sama dan terjadi gaya tolak-menolak bila kedua arus listriknya berlawanan arah.
Besar gaya tarik-menarik atau tolak menolak antara dua kawat berarus ini berbanding
lurus dengan kuat arus yang mengalir pada kedua kawat dan panjang kawat, tetapi
berbanding terbalik dengan jarak antara kedua kawat sebagaimana hubungan berikut:
𝜇0 𝐼1 𝐼2
F1 = F2 = I
2𝜋𝑎

c. Gaya Magnetik pada Muatan yang Bergerak dalam Medan Magnetik


Arus listrik adalah muatan listrik yang bergerak per satuan waktu dengan arah sesuai
dengan pergerakan muatan positif. Jika muatan listrik q bergerak dengan kecepatan v, maka
kuat arus I = q/t. Sesuai dengan persamaan gaya magnetik (Lorentz) yang bekerja pada
muatan yang bergerak di dalam medan magnetik dapat ditentukan sebagai berikut:
𝑞
F = BIl sin α = B 𝑡 l sin α

Lintasan yang ditempuh muatan dalam suatu selang waktu sama dengan besar
𝑙
kecepatan (v = 𝑡 ), sehingga
F = Bqv sin α
dengan : v = laju muatan (m/s)
α = sudut apit kecepatan v dengan induksi magnetik B.
Dalam bentuk vektor, persamaan di atas dapat dinyatakan dengan perkalian silang,
yaitu:
F = qv x B
Arah F diperoleh dengan memutar vektor v ke B melalui sudut terkecil sesuai dengan
aturan sekrup untuk muatan q positif dan sebaliknya untuk muatan q yang negatif. Arah gaya
Lorentz yang dialami oleh muatan yang bergerak dalam medan magnetik dapat juga
ditentukan sebagai berikut:
1. untuk muatan positif, gunakan kaidah tangan kanan.
2. untuk muatan negatif, gunakan kaidah tangan kiri.
Agar lebih jelas, perhatikan gambar berikut ini:

Gambar.
B. Gaya magnet pada (a)kawat
Kaidah Tangan Kiri;listrik
berarus (b) Kaidah
Tangan Kanan
Arus listrik adalah suatu aliran muatan-muatan listrik yang bergerak dalam ruang
hampa atau melalui penghantar. Besarnya arus listrik didefinisikan sebagai banyaknya
muatan yang lewat tiap satuan waktu. Melalui suatu luasan dari penghantar. Misal, pada
penampang lintang suatu penghantar dilalui muatan dengan kecepatan v. jika n adalah
banyaknya partikel tiap satuan volume, jumlah total dari partikel-partikel yang lewat melalui
satuan luas tiap waktu adalah nv dan rapat arus ditentukan sebagai muatan yang lewat pada
suatu luasan tiap waktu, maka:

J  nqv …………………………………….. (1)
Jika A adalah luas penampang penghantar dan tegak lurus J, maka arus listriknya:
I  JA  nqvA ……………………………… (2)
Seandainya penghantar dalam medan magnet, maka gaya pada masing-masing muatan
dapat ditentukan. Karena n adalah banyaknya partikel tiap satuan volume, maka gaya magnet
tiap volume adalah:
   
f  nqv x B  J x B ……………………….… (3)
Gaya total pada volume dV dari medium tersebut adalah:
 
d F  f dV  J x BdV ………………………… (4)
sehingga
 
F  J x BdV ………………………………. (5)
vol

gambar dibawah adalah suatu penghantar yang dialiri arus listrik dan berada dalam medan
magnet.

Gambar 3. Penghantar dialiri arus listrik


Elemen volume dV dinyatakan dengan dV=A dl. Berdasarkan persamaan (5), maka besarnya
gaya magnetnya adalah
 
F   J x B Adl ……………………………… (6)

Dalam hal ini J  JuˆT , dimana ûT = vector satuan. Dengan demikian persamaan (6) menjadi:

F   JuˆT  x B Adl

F   JAuˆT x B dl …………………………. (7)
Dengan JA=I, maka:

F  I  uˆT x B dl …………………………… (8)

Sebagai contoh, sebuah kawat penghantar lurus berada dalam medan magnet (lihat gambar
dibawah).

Gambar 4. Gaya magnet pada kawat lurus berarus dalam medan B

Berdasarkan persamaan (8) dapat ditentukan gaya magnetnya yaitu:



F  I  uˆT x B dl

F  IuˆT x B dl …………………….. (9)

ûT dan B konstan, maka:



F  IuˆT x BL

F  ILuˆT x B

F  I L B sin  ………………………(10)

Gaya F=0, jika kawat konduktor parallel dengan medan magnet   0 , dan gaya F

mempunyai gaya maksimum jika medan magnet sejajar dengan kawat konduktor     2
.
Arah dari gaya dapat ditentukan dengan hukum tangan kanan.

C. Medan magnet disekitar kawat berarus listrik


Di sekitar kawat yang berarus listrik terdapat medan magnet yang dapat
mempengaruhi medan magnet lain. Magnet jarum kompas dapat menyimpang dari posisi
normalnya jika dipengaruhi oleh medan magnet.
Gejala ini pertama kali dikaji oleh Hans Christian Oersted. Melalui percobaan, ia
berhasil mengungkap hubungan antara listrik dan magnet. Ia berhasil membuktikan bahwa
penghantar yang berarus listrik dapat menghasilkan medan magnetik.
Kumparan kawat berinti besi yang dialiri listrik dapat menarik besi dan baja. Hal ini
menunjukkan bahwa kumparan kawat berarus listrik dapat menghasilkan medan magnet.
Medan magnet juga dapat ditimbulkan oleh kawat penghantar lurus yang dialiri listrik.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut terbukti bahwa arus listrik yang mengaliri dalam kawat
penghantar ini menghasilkan medan magnetik, atau disekitar kawat berarus listrik terdapat
medan magnetik.
Pada saat arus listrik yang mengalir dalam penghantar diperbesar, ternyata kutub utara
jarum kompas menyimpang lebih jauh. Hal ini berarti semakin besar arus listrik yang
digunakan semakin besar medan magnetik yang dihasilkan.

Gambar 3. Penyimpangan magnet kompas

Arah medan magnetik di sekitar kawat penghantar lurus berarus listrik dapat
ditentukan dengan kaidah tangan kanan. Jika arah ibu jari menunjukkan arah arus listrik (I),
maka arah keempat jari yang lain menunjukkan arah medan magnetik (B). Kaidah tangan
kanan ini juga dapat digunakan untuk menemukan arah medan magnetik pada penghantar
berbentuk lingkaran yang dialiri listrik.

Gambar 4. Kaidah tangan kanan


Terjadinya Induksi Elektromagnetik

Ketika kutub utara magnet digerakkan memasuki kumparan, jarum galvanometer


menyimpang ke salah satu arah (misalnya ke kanan). Jarum galvanometer segera kembali
menunjuk ke nol (tidak menyimpang) ketika magnet tersebut didiamkan sejenak di dalam
kumparan. Ketika magnet batang dikeluarkan, maka jarum galvanometer akan menyimpang
dengan arah yang berlawanan (misalnya ke kiri).
Jarum galvanometer menyimpang disebabkan adanya arus yang mengalir dalam
kumparan. Arus listrik timbul karena pada ujung-ujung kumparan timbul beda potensial
ketika magnet batang digerakkan masuk atau keluar dari kumparan.
Beda potensial yang timbul ini disebut gaya gerak listrik induksi (ggl induksi).
Ketika magnet batang digerakkan masuk, terjadi penambahan jumlah garis gaya
magnetik yang memotong kumparan (galvanometer menyimpang atau ada arus yang
mengalir). Ketika batang magnet diam sejenak maka jarum galvanometer kembali ke nol
(tidak ada arus yang mengalir). Ketika batang magnet dikeluarkan terjadi pengurangan
jumlah garis gaya magnetik yang memtong kumparan (galvanometer menyimpang dengan
arah berlawanan).
Jadi, akibat perubahan jumlah garis gaya magnetik yang memotong kumparan, maka
pada kedua ujung kumparan timbul beda potensial atau ggl induksi. Arus listrik yang
disebabkan oleh perubahan jumlah garis gaya magnetik yang memotong kumparan
disebut arus induksi.

Faktor-Faktor yang Menentukan Besar GGL


Besarnya ggl induksi tergantung pada tiga faktor, yaitu ;
1) banyaknya lilitan kumparan
2) kecepatan keluar-masuk magnet dari dan keluar kumparan
3) kuat magnet batang yang digunakan

2.2 Konsep Fluks Magnetik


Fluks magnetik divisualisasikan sebagai sejumlah garis medan magnetic yang
memotong tegak lurus suatu bidang. Fluk magnetik didefinisikan sebagai hasil kali antara
komponen induksi magnetic tegak lurus bidang Β ⊥ dengan luas bidang A.

Φ = 𝐵̅ ⊥ 𝐴̅ = (Β cos θ ) Α
Φ = Β . Α cos θ

Dengan θ adalah sudut apit terkecil antara arah induksi magnetic B dengan arah
normal bidang n. arah normal bidang adalah arah tegak lurus terhadap bidang.
GGL Induksi pada Kawat yang Memotong Medan Magnetik

Pada loop kawat PQRS, yang sebagian berada dalam daerah medan magnetic,
sebagian lainnya berada di luar. Dengan keadaan awal loop diam dan ampere meter
menunjuk nol.
Bila loop digerakkan ke kiri, jarum ampere meter menyimpang. Hal ini menunjukkan
bahwa loop PQRS mengalir arus listrik dengan arah yang dilukiskan pada gambar. Arus yang
terjadi dinamakan arus induksi. Arus listrik terjadi karena ada beda potensial antara P dan Q.
Beda potensial ini disebut gaya gerak listrik (ggl) induksi.

Cara mudah mengingat arah arus induksi

Kaidah telapak tangan kanan untuk arus induksi


Buka telapak tangan kanan dengan keempat jari selain jempol dirapatkan. Arahkan
keempat jari sesuai dengan arah induksi magnetic B kemudian putar jempol sehingga
menunjuk sesuai dengan arah kecepatan v, maka arah telapak tangan mendorong
menunjukkan arah induksi dalam kawat/penghantar. ( lihat gambar dibawah)

2.3 Hukum Faraday


Dari definisi fluks tersebut, dapat dinyatakan bahwa jika fluks yang melalui loop
kawat penghantar dengan N lilitan berubah sebesar ΦB dalam waktu aktu Δt, maka besarnya
ggl induksi adalah:
𝛥𝛷𝐵
𝜀 = −𝑁 𝛥𝑡

Yang dikenal dengan Hukum Induksi Faraday, yang berbunyi:


“gaya gerak listrik (ggl) induksi yang timbul antara ujung-ujung suatu loop penghantar
berbanding lurus dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop penghantar
tersebut”.
Tanda negatif pada persamaan tersebut menunjukkan arah ggl induksi.

Apabila perubahan fluks (ΔΦ) terjadi dalam waktu singkat (Δt → 0), maka ggl
induksi menjadi:

𝛥𝛷
𝜀 = −𝑁 lim
𝛥𝑡→0 𝛥𝑡

𝑑𝛷
𝜀 = −𝑁 𝑑𝑡

dengan:
ε = ggl induksi (volt)
N = banyaknya lilitan kumparan
ΔΦ = perubahan fluks magnetik (weber)
Δt = selang waktu (s)

Untuk ggl induksi pada gambar di atas, persamaan hukum Faraday dapat ditulis
sebagai berikut :
𝑑𝛷
𝜀 = −𝑁
𝑑𝑡

(𝐵 ∙ 𝐴)
𝜀 = −𝑁
𝑑𝑡

(𝐵 𝑙 𝑣 𝑑𝑡)
𝜀 = −𝑁
𝑑𝑡

𝜀 = −𝑁𝑙𝐵𝑣

2.4 Hukum Lenz


Pada tahun 1835 seorang ilmuwan jenius yang dilahirkan di Estonia, Heinrich Lenz
(1804-1865) menyatakan bahwa: “arus induksi elektromagnetik dan gaya akan selalu
berusaha untuk saling meniadakan (gaya aksi dan reaksi)”. Sebagai contoh, jika suatu
penghantar diberikan gaya untuk berputar dan memotong garis-garis gaya magnetik, maka
pada penghantar tersebut akan timbul tegangan induksi (hukum faraday). Kemudian jika pada
ujung-ujung penghantar tersebut saling dihubungkan maka akan mengalir arus induksi, dan
arus induksi ini akan menghasilkan gaya pada penghantar tersebut (hukum ampere-biot-
savart).
Hukum Lenz memberikan ketentuan tentang arah arus induksi yang mengalir dalam
suatu rangkaian tertutup yang dihubungkan dengan ggl induksi selama perubahan fluks
terjadi. Bunyi hukum Lenz adalah sebagai berikut. “Arah arus induksi akibat ggl induksi pada
suatu rangkaian adalah sedemikian rupa sehingga menimbulkan medan magnetik induksi
yang menentang perubahan arus induksi”.
Berdasarkan percobaan, ditunjukkan bahwa gerakan magnet di dalam kumparan
menyebabkan jarum galvanometer menyimpang.Jika kutub utara magnet digerakkan
mendekati kumparan, jarum galvanometer menyimpang ke kanan. Jika magnet diam dalam
kumparan, jarum galvanometer tidak menyimpang. Jika kutub utara magnet digerakkan
menjauhi kumparan, jarum galvanometer menyimpang ke kiri. Penyimpangan jarum
galvanometer tersebut menunjukkan bahwa pada kedua ujung kumparan terdapat arus
listrik.Peristiwa timbulnya arus listrik seperti itulah yang disebut induksi elektromagnetik.
Adapun beda potensial yang timbul pada ujung kumparan disebut gaya gerak listrik (GGL)
induksi.
Gambar 1 magnet yang didekatkan pada galvanometer

Terjadinya GGL induksi dapat dijelaskan seperti berikut. Jika kutub utara magnet
didekatkan ke kumparan. Jumlah garis gaya yang masuk kumparan makin banyak. Perubahan
jumlah garis gaya itulah yang menyebabkan terjadinya penyimpangan jarum galvanometer.
Hal yang sama juga akan terjadi jika magnet digerakkan keluar dari kumparan. Akan tetapi,
arah simpangan jarum galvanometer berlawanan dengan penyimpangan semula. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa penyebab timbulnya GGL induksi adalah perubahan
garis gaya magnet yang di lingkupi oleh kumparan.

2.5 Persamaan Maxwell


Sekitar tahun 1860, fisikawan Skotlandia yang terkenal James ClerkMaxwell
menemukan bahwa hukum – hukum percobaan tentang listrik dan magnetisme - Hukum
Coulomb, Gauss, Biot-Savart, Ampere, dan Faraday, yang kita pelajari sebelumnya - dapat
dirangkum dalam bentuk matematis ringkas yang sekarang kita kenal sebagai persamaan
Maxwell. Salah satu dari hukum itu, hukum Ampere, mengandung ketidakkonsistenan, yang
dapat dihilangkan oleh Maxwell dengan penemuan arus perpindahan. Perangkat persamaan
baru yang konsisten satu dengan yang lainnya memperkirakan kemungkinan gelombang
elektromagnetik.
Persamaan Maxwell menghubungkan vektor medan listrik dan medan magnetik, E
dan B dengan sumbernya, yang berupa muatan listrik, arus dan medan yang berubah.
Persamaan ini memainkan peran dalam elektromagnetisme klasik yang analog dengan peran
hukum Newton dalam mekanika klasik. Pada prinsipnya, semua masalah daam listrik dan
magnetisme klasik dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan Maxwell, persis
seperti masalah dalam mekanika klasik dapat diseleseikan oleh hukum Newton. Akan tetapi
persamaan Maxwell jauh lebih rumit daripada hukum Newton, dan penggunaannya untuk
sebagian masalah akan melibatkan matematika.
Maxwell menunjukkan bahwa persamaan – persamaan ini digabungkan untuk
menghasilkan persamaan gelombang suatu vektor medan listrik dan medan magnetik.
Gelombang elektromagnetik disebabkan oleh muatan yang memiliki percepatan, misalnya,
muatan dalam arus bolak-balik pada antena.
Maxwell menunjukkan bahwa gelombang elektromagnetik adalah konsekuensi alami
dari hukum dasar yang dinyatakan dalam empat persamaan berikut.

2.5.1 Persamaan Maxwell I

Adalah hukum Gauss: fluks listrik total melalui permukaan tertutup sama
dengan muatan total di dalam permukaan yang dibagi dengan ε0. Hukum ini
menyiratkan bahwa medan listrik akibat muatan titik berubah berbanding terbalik
terhadap kuadrat jarak dari muatan tersebut. Hukum ini menguraikan bagaimana
garis medan listrik memancar dari muatan positif menuju muatan negatif. Secara
matematis Hukum Gauss dituliskan dengan:

1
∮ 𝐸⃗ ∙ 𝑛̂𝑑𝐴 = ∫(𝜌𝑓 + 𝜌𝑏 ) 𝑑𝑉
𝜀0
1
∮ 𝐸⃗ · 𝑛̂𝑑𝐴 = ∫(−∇ ∙ 𝑃⃗ + 𝜌𝑏 ) 𝑑𝑉
𝜀0
Dari teorema divergensi:

1
∮ 𝐸⃗ · 𝑛̂𝑑𝐴 = ∫ ∇ ∙ 𝐸⃗ 𝑑𝑉
𝜀0

⃗ = 𝜌𝑏
∇∙𝐷
Ini Merupakan Persamaan Maxwell I dalam medium.
Untuk ruang vakum tanpa ada sumber maka 𝜌 = 0, sehingga:

∇ ∙ 𝐸⃗ = 0
persamaan Maxwell I untuk ruang hampa.
2.5.2 Persamaan Maxwell II

Dikenal sebagai hukum Gauss untuk magnetik, menyatakan bahwa fluks


magnetik yang melewati permukaan tertutup adalah nol. Artinya, jumlah garis-
garis medan magnet yang masuk volume tertutup harus sama dengan jumlah yang
meninggalkan volume tersebut. Hal ini menyiratkan bahwa garis-garis medan
magnet tidak dapat memulai atau mengakhiri pada titik manapun. Jika mereka
melakukannya, itu berarti bahwa monopoles magnetik terisolasi ada pada titik-
titik tersebut.Melalui teorema Gauss, persamaan Maxwell kedua dapat dituliskan
dalam bentuk integral:

Dari Teorema divergensi


Persamaan Maxwell II dalam medium dan vakum,

2.5.3 Persamaan Maxwell III

Adalah hukum induksi Faraday, yang menggambarkan timbulnya medan


listrik oleh fluks magnet yang berubah. Hukum ini menyatakan bahwa ggl, yang
merupakan integral garis medan listrik sekitar daerah yang ditutup, sama dengan
laju perubahan fluks magnetik melalui luas permukaan yang
dibatasi oleh daerah itu. Satu konsekuensi dari hukum Faraday
adalah arus induksi dalam sebuah loop ditempatkan dalam
medan magnet yang bervariasi terhadap waktu. Secara Matematis ditulis:

Dengan

Karena maka

Dari teorema Stokes

Merupakan Persamaan Maxwell III pada medium dan vakum.

2.5.4 Persamaan Maxwell IV


Biasanya disebut hukum Ampere-Maxwell merupakan bentuk umum hukum
Ampere, dan menggambarkan munculnya medan magnet oleh medan listrik dan arus
listrik: integral garis medan magnet di sekitar daerah yang ditutup adalah jumlah
μ0 kali net arus melalui daerah itu dan ε0 μ0 kali laju perubahan fluks listrik melalui
setiap permukaan yang dibatasi oleh daerah itu.

Dengan

dan

Merupakan Persamaan Maxwell IV dalam medium.

Dari Teorema Stokes maka,


HUKUM FARADAY

HUKUM FARADAY

1. Percobaan Faraday
Oersted telah menemukan hubungan antara kelistrikan dan kemagnetan pada tahun
1820. Tidak lama setelah penemuan Oersted, ilmuan-ilmuan lain berusaha menemukan
apakah arus listrik bisa di hasilkan dari medan magnet. Pada tahun 1931 Michael Faraday
menemukan bahwa suatu gaya gerak listrik (GGL) timbul dalam suatu rangkaian listrik
tertutup yang di tempatkan di dalam sebuah medan magnet bila fluks magnet yang
menembus rangkaian itu berubah. Ahli fisika Amerika Joseph Henry menemukan hal
serupa pada waktu yang hampir bersamaan. Gejala itu dinamakan induksi
elektromagnetik. Ggl yang timbul dinamakan arus induksi.
 Sebuah galvanometer yang sensitif dirangkaikan dengan sebuah konduktor sehingga
merupakan suatu loop tertutup seperti pada gambar 1.

Gerakan
konduktor
konduktor

Gambar 1. a. kawat bergerak ke bawah, b. kawat bergerak ke atas

Konduktor tadi ditempatkan dalam medan magnet yang kuat diantara kutub-kutub
sebuah magnet U. Bila konduktor tadi digerakkan ke bawah seperti dalam gambar 1.a
terlihat jarum galvanometer bergerak ke kiri. Gerakan jarum galvanometer ini hanya
terjadi dalam waktu sesaat. Setelah konduktor berada di bawah jarum galvanometer
kembali diam. Gerakan jarum galvanometer menunjukkan bahwa dalam loop terjadi arus
listrik. Arus ini disebut arus induksi karena terjadinya bukan disebabkan oleh adanya
sumber arus listrik seperti baterai. Bila sekarang konduktor digerakkan dalam arah dari
bawah ke atas, ternyata jarum galvanometer kembali menyimpang tetapi dalam arah yang
berlawanan yaitu ke kanan (Gambar 1.b). Hal ini menunjukkan bahwa arah arus induksi
tergantung pada arah gerakan konduktor. Jika konduktor kita diamkan di dalam medan
magnet maka jarum galvanometer tetap diam tidak bergerak. Hal ini berarti, bahwa dalam
loop tidak terjadi arus induksi. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa bila
konduktor bergerak dalam medan magnet, maka pada konduktor timbul arus induksi. Arah
arus induksi bergantung pada arah gerakan konduktor dalam medan magnet.
Karena dalam konduktor yang bergerak dalam medan magnet timbul arus induksi,
maka bisa dikatakan bahwa pada konduktor itu timbul beda potensial. Seperti yang kita
ketahui tentang hubungan antara arus dan beda potensial yaitu bila suatu konduktor
memiliki beda potensial diantara ujung-ujungnya, maka dalam konduktor itu terjadi arus
listrik. Dengan kata lain, pada konduktor yang bergerak dalam medan magnet timbul beda
potensial yang disebut ggl induksi. Pembangkit arus listrik dengan prinsip ini disebut
dengan gejala induksi elektromagnetik.
 Untuk percobaan selanjutnya, konduktor tidak digerakkan dalam medan magnet
yang diam, namun akan membaliknya. Konduktor dibuat diam, sedangkan magnet U
digerakkan ke atas kemudian ke bawah. Dengan menggerakkan magnet ke atas dan
ke bawah, berarti kita menggerakkan medan magnet. Jika hal ini dilakukan ternyata
timbul ggl induksi, yang berarti ggl induksi bisa timbul dengan menggerakkan
medan magnet di dekat suatu konduktor. Dengan demikian, ggl induksi bisa
ditimbulkan dengan cara menggerakkan konduktor dalam medan magnet yang diam,
atau dengan menggerakkan medan magnet di dekat sebuah konduktor yang diam.
Dalam menunjukkan gejala tersebut di atas, kemungkinan besar kita akan
mengalami kesulitan. Jika menggunakan sebatang konduktor (kawat), gejala seperti
tadi sangat mungkin tidak kelihatan. Apalagi jika menggunakan magnet yang tidak
kuat, dan galvanometer yang tidak cukup sensitif. Agar hal ini tidak terjadi, maka
akan digunakan rangkaian seperti berikut. Untuk mengganti sebatang konduktor,
gunakanlah lilitan kawat seperti pada gambar 2. Gulungan kawat yang digunakan
adalah kawat dinamo (kawat tembaga yang mempunyai lapisan isolasi yang tipis/
email kurang lebih 20 lilitan), lalu gerakkan dengan cepat naik turun pada salah satu
ujung magnet U, atau magnet batang biasa (terlihat pada gambar). Jika dengan cara
ini masih belum dapat melihat simpangan jarum galvanometer, maka kita tambahkan
jumlah lilitan. Bila gejalanya sudah nampak, maka kita lakukan hal yang sebaliknya
yaitu menggerak-gerakkan magnet ke dalam dan ke luar kumparan seperti gambar 3.

U
U

S
S

S
Gambar 2: magnet bergerak Gambar 3: kumparanS
terhadap kumparan bergerak terhadap magnet

Dengan menggunakan konsep garis gaya magnet kita bisa menyatakan proses
timbulnya ggl induksi dengan cara lain. Jika kita menggerakkan kumparan konduktor,
mendekati suatu kutub magnet yang menembus kumparan tersebut menjadi bertambah
banyak. Sebaliknya, jika kita menjauhkan kumparan dari sebuah kutub magnet, atau
menjauhkan sebuah kutub magnet dari sebuah kumparan, berarti kita mengurangi jumlah
garis gaya magnet yang menembus kumparan tersebut. Kedua proses tadi, menambah atau
mengurangi jumlah garis gaya magnet yang menembus suatu kumparan, sama-sama
menimbulkan ggl induksi pada kumparan tadi. Jadi, ggl induksi bisa timbul karena terjadi
perubahan jumlah garis gaya magnet di sekitar suatu kumparan. Bila banyaknya garis gaya
yang menembus suatu penampang (misalnya penampang kumparan) kita sebut fluks
magnet, maka dapat kita nyatakan bahwa ggl induksi bisa timbul pada suatu kumparan
karena terjadi perubahan fluks magnet di sekitar kumparan tersebut.
Dari pengamatan bahwa ggl induksi timbul dalam suatu konduktor yang sedang
bergerak relatif terhadap medan magnet, maka akan timbul pertanyaan bagaimana
hubungan antara kecepatan gerak konduktor dengan besarnya ggl yang timbul. Hal ini
dapat kita selidiki dengan cara mengubah-ubah kecepatan gerak kondukror dalam medan
magnet. Ternyata, jika gerakan konduktor dipercepat maka jarum galvanometer
menyimpang lebih besar. Hal ini berarti bahwa besarnya ggl induksi sebanding dengan
besarnya kecepatan gerak konduktor. Dari pengamatan ggl induksi yang timbul dalam
suatu kumparan dapat juga kita lihat hubungan antara banyaknya lilitan kumparan dengan
besarnnya ggl induksi yang timbul. Makin banyak lilitan kumparan makin besar pula ggl
induksi yang timbul. Sekarang kita tahu bahwa besarnya ggl induksi bergantung pada
kecepatan relatif konduktor terhadap medan magnet, dan pada banyaknya lilitan kumparan
yang ditembus oleh medan magnet. Jika kita membuat kumparan yang terbuat dari kawat
yang halus (diameter kawatnya kecil) , maka kita bisa menganggap bahwa setiap lilitan
kawat ditembus oleh fluks magnet yang jumlahnya sama. Bila kumparan bergerak
terhadap medan magnet , maka fluks magnet yang menembus kumparan tadi berubah.
Makin cepat gerakan kumparan relatif terhadap medan magnet , makin cepat pula
perubahan fluks magnet yang menembusnya, dan mengakibatkan makin besarnya ggl
induksi yamg timbul pada kumparan. Jadi besarnya ggl induksi yang timbul dalam suatu
kumparan sebanding dengan besarnya perubahan fluks magnet yang menembus kumparan
tersebut.
 Untuk percobaan lainnya bisa juga dilakukan untuk mengetahui bahwa jika gerak
konduktor terhadap medan magnet juga dapat menimbulkan ggl induksi. Kita bisa
lihat yaitu sebagai berikut.

S U

Gambar 4.a: gerakan konduktor tegak lurus medan

S U

Gambar 4.b: gerakan konduktor searah/ sejajar medan

Dalam percobaan tadi kita telah menggerakan konduktor dalam arah tegak lurus arah
medan magnet (gambar1). Ternyata bila arah gerak konduktor terhadap medan magnet
berbeda-beda, besarnya ggl induksi yang timbul berbeda-beda pula. Perhatikan gambar 4
diatas. Ggl induksi paling besar diperoleh apabila konduktor digerakan dalam arah tegak
lurus terhadap medan magnet (gambar 4.a), dan terkecil apabila konduktor digerakan
dalam arah sejajar dengan arah medan magnet (gambar 4.b). Apabila konduktor
digerakkan tegak lurus medan magnet maka konduktor tersebut memotong garis-garis
gaya magnet, sedangkan apabila digerakan sejajar dengan medan magnet tidak ada garis
gaya yang dipotong konduktor. Dari kenyataan ini bisa kita simpulkan bahwa ggl induksi
timbul pada konduktor apabila konduktor tersebut bergerak memotong garis-garis gaya
magnet. Karena besarnya ggl induksi yang timbul sebanding dengan kecepatan konduktor
memotong medan magnet, maka dapat pula kita simpulkan bahwa besarnya ggl induksi
yang timbul pada suatu konduktor sebanding dengan laju pemotongan garis-garis gaya
magnet oleh konduktor sebanding dengan laju pemotongan garis-garis gaya magnet oleh
konduktor tersebut.
Kita ketahui bahwa untuk menghasilkan ggl induksi pada ujung-ujung kumparan
maka fluks magnetik yang memotong kumparan harus berubah. Dan kita pun telah
mempelajari pengertian fluks magnetik. Jika begitu, bagaimanakah? Michael Faraday
menyelidiki hubungan antara ggl induksi (ε),dengan perubahan fluks magnetik, perhatikan
gambar berikut.

U
R R Q B
Q
Q
v ∆A

S P P
S
S

Gambar. 5
Apabila loop digerakkan ke kiri dengan kecepatan v melintasi tegak lurus medan
magnetik B. mula-mula posisi kawat adalah PQRS, sekarang P Q R S  . Sehingga tampak
berkurangnya luas bidang loop sebesar ∆A yang dilintasi medan magnetic B.(kita lihat
bahwa P- P  = x = v.∆t dan P- Q  = l)Berdasarkan percobaan pada gambar di atas yang
memberikan persamaan dibawah ini:
ε = -l B v
Kalikan kedu ruas persamaan di atas dengan ∆t, sehingga diperoleh:

ε∆t = -l B v∆t……………………………………..…..(1)

kita ketahui bahwa ggl induksi (ε) disebabkan oleh perubahan fluks magnetik (∆Ф). Oleh
karena itu, persamaan (1) kita ubah sehingga perubahan fluks magnetik terdapat dalam
persamaan itu. Perhatikan loop kita gerakkan ke kiri dengan laju v. dalam selang waktu
∆t, loop telah menepuh jarak x = v. ∆t (gambar). Perubahan bidang loop yang melingkupi
medan magnetik adalah:

∆A = Luas P P  Q  Q = PQ x PP 

Pada gambar terlihat PQ = l dan PP  = x, sehingga:

∆A = l x = l v∆t

Dari persamaan Ф= B A cos θ, perubahan fluks magnetik selama loop digerakkan adalah:

∆Ф = B . ∆A

Subtitusikan nilai ∆A = l x = l v∆t ke persamaan di atas maka kita dapatkan:

∆Ф = B. l v∆t

Selanjutnya subtitusikan nilai ∆Ф ke dalam persamaan (1) maka:

ε∆t = - B. l v∆t

ε∆t = - ∆Ф


  ………………………………..…….. (2)
t
Jika lilitan kumparan = N, maka ggl induksi pada ujung-ujung kumparan diberikan oleh:


 ……………………………………..
N (3)
t

jika perubahan fluks magnetik terjadi dalam selang waktu singkat (∆t 0) maka ggl
induksi pada ujung-ujung kumparan diberikan oleh:


ε =  N lim
t  0 t


ε= N
t …………………………….…………….. (4)

Persamaan (3) dan (4) diturunkan pertama kali oleh Michael Faraday, sehingga
persamaan-persamaan ini dikenal sebagai persamaan Faraday atau Hukum Faraday,
yang berbunyi sebagai berikut:“Ggl induksi yang timbul pada ujung-ujung suatu
penghantar atau kumparan adalah sebanding dengan laju perubahan fluks magnetik yang
dilingkupi oleh loop penghantar atau kumparan tersebut”.
2. Hukum Faraday Tentang Induksi Elektromagnetik
Dari hasil percobaanbeberapa ahli seperti Oersted, Ampere, dan lain-lain, yang
kemudian dilanjutkan oleh Faraday, ia dapat mengetahui bahwa:
“Arus listrik dapat menghasilkan medan magnet.”
Namun percobaan-percobaan yang dilakukan oleh Faraday, Henry, dan yang lain
telah menunjukkan bahwa, jika fluks magnetik yang melalui suatu rangkaian diubah
dengan cara apapun, ada suatu ggl yang sama besarnya dengan laju perubahan fluks yang
diindikasikan dalam rangkaiannya. Adapun hasil usaha Faraday adalah:
a) Jika medan magnetik tetap (tidak berubah terhadap waktu) lewat pada kumparan yang
diam, tidak menimbulkan arus listrik.
b) Jika medan magnet berubah terhadap waktu dilewatkan pada kumparan yang diam,
pada kumparan timbul arus listrik. Efek ini disebut induksi elektromagnetik dan arus
yang timbul disebut arus induksi.
Ggl biasanya dideteksi dengan mengamati arus dalam rangkaiannya, tetapi ggl itu
tetap ada sekalipun jika rangkaiannya tidak tersambung (tidak tertutup) sehingga tidak ada
arus. Ggl dalam suatu rangkaian telah dilokalisasai dalam rangkaian khusus pada
rangkaiannya, seperti antara terminal baterai. Akan tetapi ggl yang diinduksi oleh fluks
magnetik yang berubah dapat dianggap terdistribusi di seluruh rangkaiannya.

` Gambar 6

Seperti gambar di atas, suatu simpul kawat tunggal dalam suatu medan magnetik, di
mana jika fluks yang melalui simpul itu berubah, terdapat suatu ggl induksi dalam
simpulnya. Hal ini karena ggl merupakan kerja yang dilakukan permuatan satuan, harus
ada gaya yang dikerahkan pada muatan tersebut yang berkaiatan dengan ggl tadi. Gaya
permuatan satuan merupakan medan listrik E, yang dalam hal ini diindikasikan oleh fluks
yang berubah tadi. Integral tertutup medan listrik di sekeliling rangkaian tertutup sama
engan kerja yang dilakukan per muatan satuan, yang menurut definisi merupakan ggl
dalam rangkaian tersebut:
   E.dl …………………………………………….(5)
c

Medan listrik yang ditimbulkan oleh muatan listrik statis. Medan ini konservatif,
yang berarti bahwa integral tertutup medan elektrostatik disekeliling kurva tertutup sama
dengan nol.akan tetapi medan magnet yang timbul dari fluks yang berubah tidak
konservatif. Integral tertutup di sekeliling kurva tertutup sama dengan ggl Induksi yang
sama dengan laju perubahan fluks magnetik:

………………………….. (6)
dm
Hasil ini dikenal c E.dl Hukum
 dengan 
dt
Faraday. Tanda negatif pada persamaan di atas
berkaitan dengan ggl induksi yang terjadi. Tanda minus menyatakan arah  berlawanan
d
dengan perubahan . Dengan ε = ggl induksi (selisih potensial kutub sumber) = Emf,
dt
d
serta = perbahan fluks terhadap waktu.Karena
dt

   B.ds
s

Dengan
s = luas yang dilingkari kawat
B = kuat medan magnet induksi
ds = bagian kecil dari luas
maka:
d d
     B.ds
dt dt s

dari hal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa B besar dan arahnya tetap sedangkan s
arahnya berubah dan besarnya dari ds menjadi s, sehingga perumusannya juga bisa ditulis:

dB
   .ds
s
dt ……………………………… (7)
Kemudian Fraday mengembangkannya dengan berbagai kemungkinan sebagai berikut:
a) Kumparan tetap bergerak dalam medan magnet sedemikian rupa sehingga fluks
magnet yang masuk ke dalam kumparan berubah terhadap waktu.

Gambar 7

Sesuai dengan Gambar 10, arah medan magnet B dinyatakan dengan garis gaya
magnet dengan definisi sebagai berikut:
“Medan Magnet B dalam satu titik sama dengan jumlah garis gaya per satuan luas
pada titik itu yang menembus luas secara tegak lurus”.


A

Gambar 8
Jika  menyatakan jumlah garis gaya yang menembus bidang A secara tegak lurus
dan A sama dengan luas bidang A, maka B dapat ditulis:
 
B  ........................................................................................(8)
A
atau,

  B . A ....................................................................................(9)

Secara umum persamaan (5) dapat ditulis sebagai berikut:


 
   B  .ds ........................................................................ (10)
S

Dimana,
 adalah jumlah garis gaya yang menembus bidang S.
Perkalian B dan ds adalah perkalian dot dan ds adalah bagian kecil dari luas S.
n B


ds
S

Gambar 9

Berdasarkan Gambar 9dapat dituliskan persamaan:


 
   B  ds ..............................................................................(11)
S

Besarnya  dapat ditulis:

   B ds cos  .........................................................................(12)
S

dengan,
 adalah sudut antara normal n, luas S dan arah B.
Jika  yang lewat S berubah terhadap waktu (makin lama makin besar atau makin
lama makin kecil) maka pada kumparan akan muncul arus induksi. Arah arus yang muncul
pada kumparan dapat ditentukan sebagai berikut:
 Untuk perubahan  makin lama makin besar.
 berubah membesar

S
I induksi

Gambar 10
Dengan S adalah sirkulasi atau arah putaran yang menunjukkan arah  .
Jika  berubah makin lama makin besar arah arus induksi I berlawanan dengan arah
putaran S (seperti pada gambar 10).
 Untuk perubahan  makin lama makin kecil.

 berubah mengecil

S
I induksi

Gambar 11

Jika  berubah makin lama makin kecil, arah arus induksi I searah dengan arah
putaran S (seperti pada gambar 11).
b) Besar induksi magnet B tetap, bentuk kumparan berubah terhadap waktu (membesar
atau mengecil). Dalam kumparan akan muncul arus listrik induksi. Hal ini disebabkan
oleh  yang masuk kumparan berubah terhadap waktu. Jika kumparannya membesar,
 yang masuk membesar dan jika kumparan mengecil , maka  yang masuk juga
mengecil. Hal ini seperti terlihat pada gambar berikut:

B
B C

F
A
I induksi S D
Gambar 12

Jika arah B ke atas, maka arah putaran S seperti pada gambar 15, bila CD
digerakkan ke kanan maka bentuk kumparan membesar, jumlah  yang masuk kumparan
membesar, maka arah arus induksi berlawana dengan arah putaran S. Jika CD digerakkan
ke kiri maka bentuk kumparan mengecil, jumlah  yang masuk berkurang, sehingga arah
arus induksi serah dengan putaran S.
c) Kumparan memiliki luas yang tetap tetapi gerakannya memotong arah B (misalnya
diputar dalam medan magnet B). Maka dalam kumparan juga terjadi arus induksi
(seperti terlihat pada gambar 13)

A B D
A B
C

(a)
Gambar 13 (b)

Mula-mula yang masuk sepanjang AB, kemudian sepanjang CD, jadi jika x yang
masuk berubah terhadap waktu. Hal ini akan menimbulkan arus induksi pada kawat.
d) Kumparan berbentuk tetap dan diam tetapi besar B berubah terhadap waktu, maka
dalam rangkaian muncul juga arus induksi. Pada umumnya proses tersebut dapat
dibedakan menjadi:
 Karena gerakan kumparan dalam medan magnet.
 Karena medan magnet B besarnya berubah terhadap waktu. Hal ini dapat
ditulis dengan:
B  f t  .................................................................................(13)

2.1 Persamaan Laplace


Telah diketahui bahwa hukum Gauss dinyatakan dalam bentuk:
  Q
  da  .................................................................................. (1)
S
E
o
Dengan menggunakan teorema divergensi (teorema Gauss), integral permukaan
dalam persamaan (1) dapat dinyatakan sebagai berikut:
 Q

V
( E )dV  ........................................................................... (2)
0

Sementara itu Q   dV , sehingga persamaan (2) menjadi:

 1

V
( E )dV 
 0 V
dV ................................................................. (3)

Atau dapat diperoleh bahwa:


 
E  .................................................................................... (4)
0
Persamaan (4) sering disebut persamaan hukum Gauss dalam bentuk differensial.

Dalam persamaan E  V jika dikombinasikan dengan persamaan (4) akan diperoleh:

  V  
0

 2V   ................................................................................... (5)
0
Dimana ρ adalah rapat muatan total. Persamaan (5) disebut persamaan Poisson. Jika
rapat muatan adalah nol, maka persamaan (5) menjadi:
 2V  0 ........................................................................................ (6)
Persamaan (6) disebut persamaan Laplace. Persamaan (6) ini lebih sederhana dalam
penyelesaiannya. Oleh karena itu persamaan Laplace ini yang akan digunakan dalam rangka
menyelesaikan permasalahan tentang potensial. Persamaan (6) dapat dituliskan dalam
koordinat kartesian sebagai berikut:
 2V  2V  2V
   0 .................................................................. (7)
x 2 y 2 z 2
 Persamaan Laplace dalam Satu Dimensi
Misalkan V hanya tergantung pada variabel x saja, maka persamaan Laplace
menjadi:
 2V
 0 .................................................................................. (8)
x 2
Penyelesaian umum persamaan (8) adalah:
V = m x + b ............................................................................. (9)
Persamaan (9) berisi dua konstanta yang tidak diketahui yaitu m dan b yang diharapkan
sebagai jawaban dari persamaan diferensial orde dua. Kedua konstanta tersebut
ditentukan dengan menggunakan syarat batas. Syarat batas dapat dipilih karena belum ada
persoalan fisis yang ditentukan, kecuali hipotesis asal yang menyatakan bahwa
potensialnya hanya berubah terhadap x.
Misalkan V = V1 pada saat x = x1 dan V = V2 pada x = x2, maka melalui persamaan
(9) diperoleh sebagai berikut.
V1 = mx1 + b; V2 = mx2 + b
V1  V2 V2 x1  V1 x2
m ; b
x1  x2 x1  x2
Sehingga persamaan (9) menjadi:
V1 ( x  x2 )  V ( x  x1 )
V ................................................... (10)
x1  x2
Jika diperoleh syarat batas V1 = 0, untuk x1 = 0, dan V2 = Vo, pada x2 = d, maka:
Vo
m ; b=0
d
Sehingga persamaan (9) menjadi:
V0 x
V
d
Sebagai ilustrasi misalkan pada saat V1 = 4 di x1 = 1, dan V2 = 0 di x2 = 5, maka
diselesaikan.
V1  V2 4  0 4
m    1
x1  x2 1  5  4

V2 x1  V1 x2 0  4.5  20
b   5
x1  x2 1 5 4
b5
Sehingga diperoleh:
V = mx + b
V = -x + 5
Dengan demikian keadaan potensialnya dapat digambarkan sebagai berikut.

4
3
2
1
x
2 3 1 4 5
Gambar 1. Distribusi potensial listrik pada setiap harga x

 Persamaan Laplace dalam Dua Dimensi


Jika V bergantung dari dua variabel, misal x dan y, maka persamaan Laplace (7)
dituliskan:
 2V  2V
  0 ..................................................................... (11)
x 2 y 2
Penyelesaian yang didapat akan mempunyai dua sifat, yaitu:
a. Nilai V ditulis (x, y) adalah rata-rata dari sekeliling titik. Jika digambarkan
lingkaran dengan jari-jari R yang terkait dengan titik (x, y), maka harga rata-rata V
pada lingkaran adalah sama dengan harga pada pusat lingkaran.
1
V ( x, y)   Vdl ............................................................. (12)
2R circle
b. V tidak ada lokasi maksimum atau minimal, harga ekstrim terjadi pada batas.
 Persamaan Laplace dalam Tiga Dimensi
Jika V tergantung dari segitiga variabel x, y, z, maka persamaan Laplace pada
persamaan (7) menjadi:
 2V  2V  2V
   0 .......................................................... (13)
x 2 y 2 z 2
Penyelesaian V yang diperoleh akan memiliki dua sifat, yaitu:
a. Nilai V pada titik P adalah merupakan nilai rata-rata pada permukaan bola berjari-
jari R dengan titik pusat P.
1
V ( P) 
2R 2  Vda ........................................................... (14)
luas bola

b. Sebagai konsekuensinya, V dapat tidak ada lokasi maksimun atau minimum,


sedangkan nilai ekstrim V terjadi pada batas. Jika V maksimum di titik P, maka
dapat digambarkan suatu bola yang mengelilingi titik P yang semua harga dari V
akan lebih kecil daripada harga V di titik P.

2.2 Persamaan Posison


Di dalam kasus potensial yang ditunjukkan dengan persamaan Poisson:

 2V   ................................................................................. (15)
0
Diketahui bahwa distribusi muatan umum di dalam penambahan beberapa syarat
batas, potensial dapat dicari dengan pertama-tama pemecahan bagian homogen dari
persamaan (15) yakni persamaan Laplace  2V  0 . Pemecahan ini ditambahkan dengan
solusi pemecahan persamaan Poisson (hukum Coulomb).
1 d '
V (r ) 
4o  r  r' + solusi persamaan Laplace, dimana integral dilakukan untuk

seluruh muatan distribusi yang diberikan.


Contoh: Bola yang dimuati secara uniform.
Dalam hal ini, kita menganalisis sebuah kasus dimana muatan terdistribusi secara
simetri bola. Muatan q didistribusikan pada seluruh bola berjari-jari R dengan kerapatan
muatan konstan  , dan untuk r > R kerapatannya adalah nol.
Penyelesaian:
Di dalam daerah r  R potensial mengikuti persamaan Poisson:
1 d  2 dV  
r 
r dr  dr 
2
0
Dan untuk daerah-daerah r > R, potensial mengikuti persamaan Laplace:
1 d  2 dV 
r   0 .................................................................... (16 )
r 2 dr  dr 
Solusi dari persamaan Poisson di atas adalah:
r 2 A1
V (r )     B1 ; r  R ................................................. ( 17)
6 0 r
Dan solusi dari persamaan Laplace adalah:
A2
V (r )   B2 ; r  R .............................................................. ( 18)
r
Potensial tersebut harus memenuhi syarat batas:
(1) V (r  )  0;
(2) adalah berhingga kerena tidak ada muatan titik pada pusar bola.Dua potensial akan
kontinu pada r = R; dan
(3) Muatan total dari distribusi ini adalah (4 / 3) R 3  . Syarat batas pertama mengharuskan
A1 = 0. Hubungan antara B1 dan A2 dapat dicari dari syarat batas ketiga yaitu:
R 2 A
  B1  2 ................................................................................... (19 )
6 0 R
Akhirnya, dengan syarat batas keempat dapat digunakan untuk menghitung A2. Ambil
permukaan Gauss, yang mana kulit yang jari-jarinya r > R pada pusat distribusi muatan,
memberikan:
4R 3 
 E.nˆda  3 0
....................................................................... ( 20)
Medan listrik di luar bola dapat ditentukan dengan mengambil gradien dari potensial yakni:
A  A rˆ
E  V (r )   2  B 2   22 ,
 r  r
Jadi,
A2 rˆ
 E.nˆda  ( r 2
).rˆ  da

A2
( 2
)4r 2  4A2 ........................................................ (21)
r
R3
Dengan mensubstitusikan persamaan di atas, maka diperoleh A2  ( )  . Substitusikan
3 0

R 2 A R 3
nilai A2 ini ke dalam persamaan   B1  2 , maka diperoleh B1  . Dengan
6 0 R 2 0
demikian potensial menjadi:

R 2  r2 
V (r )  1  2  ; r  R .................................................... (22)
2 0  3R 
Atau,
R 3 1
V (r )  ; r  R ................................................................. (23)
3 0 r
Persamaan (20) menyatakan bahwa potensial di dalam bola merupakan fungsi kuadratik dari r
dengan potensial pada pusat lebih besar daripada di tepi bola. Perlu juga ditekankan bahwa
medan listrik adalah kontinu pada r = R.
 r
Untuk r  R, E  rˆ
3 0

 R 3  R 3 
Dan untuk r  R, E  rˆ , yang memberikan  rˆ pada r = R.
3 0 r 2  3 r 2 
 0 

2.3 Konsep Syarat Batas


Persamaan Laplace tidak langsung dengan sendirinya dapat digunakan untuk
menentukan V, tetapi harus ditambah seperangkat syarat batas sehingga penyelesaian V
menjadi lengkap. Untuk persamaan Laplace satu dimensi pencarian V adalah mudah, sebab
penyelesaian umum persamaan Laplace V = mx + b, yang mengandung dua konstanta, dan
selanjutnya dibutuhkan dua syarat batas.
Dalam persamaan Laplace dua atau tiga dimensi dijumpai adanya persamaan
diferensial parsial dan hal itu tidak mudah untuk diperoleh syarat batas yang sesuai. Untuk itu
V akan ditentukan harganya secara khusus pada batas. Bukti bahwa seperangkat syarat batas
dapat digunakan akan dinyatakan dalam bentuk teorema keunikan. Teorema keunikan
tersebut adalah sebagai berikut.

1. Teorema keunikan pertama


Penyelesaian persamaan Laplace dalam suatu daerah ditentukan secara unik
(khusus) jika harga V merupakan fungsi yang dinyatakan pada seluruh batas dalam daerah
tersebut. Pembuktian teorema keunikan pertama ini adalah sebagai berikut. Dalam gambar
di bawah ini menunjukkan suatu daerah dan perbatasan.

V yang ingin ditentukan


dalam volume

V khusus pada permukaan

Gambar 2. Suatu daerah dengan perbatasan yang akan ditentukan

Misalkan ada dua penyelesaian persamaan Laplace, V1 dan V2 yang keduanya


merupakan fungsi dari koordinat yang digunakan, maka:
 2V1  0 dan  2V2  0
Keduanya dianggap memberikan nilai V tertentu pada permukaan, dan keduanya memiliki
nilai seimbang/sama (V1 = V2). Pembuktiannya adalah sebagai berikut. Misalnya diambil
perbedaan antara keduanya,
V3  V1  V2 dan memenuhi persamaan Laplace

 2V3   2V1   2V2  0 ......................................................... (24)

Dan nilai nol untuk semua perbatasan. Nilai Laplace tidak menghendaki nilai maksimum
dan minimum di suatu lokasi, harga ekstrim terjadi pada perbatasan. Oleh karena itu nilai
maksimum dan minimum dari V3 = 0 dan V3 = 0 di mana saja, akibatnya:
V1 = V2 ...................................................................................... (25)
Penerapan teorema keunikan pertama ini dengan ketentuan bahwa:
a. Penyelesaiannya memenuhi persamaan Laplace
b. Penyelesaiannya memiliki nilai pada semua perbatasan
Teorema keunikan pertama ditetapkan untuk daerah yang tidak ada muatan,
sehingga memenuhi persamaan Laplace. Ternyata teorema keunikan pertama itu juga dapat
digunakan untuk daerah yang ada muatannya, sehingga dalam hal ini menggunakan

persamaan Poisson  2V   . Adapun cara penyelesaiannya sama, yaitu diambil:
0

 2V1   dan
0

 2V2   ............................................................................ (26)
0
Sehingga,
 2V3   2V1   2V2  0

 
   0 ................................................................. (27)
0 0
Perbedaan V3  V1  V2 memenuhi persamaan Laplace dan memiliki nilai nol pada semua

perbatasan, sehingga V3  0 dan selanjutnya V1  V2 . Akibatnya, potensial di dalam daerah

dapat ditentukan khusus/unik jika:


a. Rapat muatan meliputi seluruh daerah.
b. Nilai V pada semua perbatasan diketahui.
2. Teorema Keunikan Kedua
Cara sederhana untuk menentukan syarat batas pada masalah elektrostatik adalah
dengan memberikan harga V pada semua permukaan yang mengelilingi daerah tertentu.
Dalam laboratorium, misalkan kawat penghantar dihubungkan dengan baterai dengan
potensial tertentu, atau dihubungkan dengan tanah (V = 0) tetapi ada keadaan dimana
potensial diperbatasan tidak diketahui, melainkan rapat muatan pada berbagai permukaan
penghantar diketahui harganya. Misalnya muatan Q1 pada penghantar 1, Q2 pada
penghantar ke 2 dan seterusnya. Daerah antar penghantar diketahui juga rapat muatannya
 pada gambar di bawah ini.
Integral permukaan

Q4 Q2
Q1

Q1

Gambar 3. Daerah dengan muatan pada berbagai konduktor


Di dalam daerah yang terdapat beberapa penghantar yang diisi dengan muatan
tertentu dengan rapat muatan  , maka medan listrik ditentukan khusus jika muatan total
pada masing-masing penghantar diketahui.
Bukti teorema tersebut adalah sebagai berikut.
Misalkan ada dua medan yang memenuhi syarat dari suatu problem. Untuk
keduanya dikenai hukum Gauss dalam bentuk diferensial untuk daerah diantara penghantar-
pengahantar tersebut.
   
.E1  ; .E 2 
0 0
Dan dalam bentuk integral permukaan yang meliputi masing-masing penghantar,
  Q   Q

permukaan
E1 .da  total ;
0 
permukaan
E 2 .da  total
0
penghantar penghantar

Perbedaan kedua medan datang dinyatakan dengan:


  
E3  E1  E01

Dimana, .E3  0 ................................................................................. (28)
Dalam daerah antara penghantar-penghantar dan,
 
 E3 .da  0 ............................................................................... (29)
Meliputi masing-masing permukaan perbatasan. Meskipun tidak mengetahui bagaiman
distribusi muatan tersebut maka dapat diketahui bahwa masing-masing konduktor
merupakan equipetensial, sehingga V3 adalah konstan meliputi masing-masing permukaan
konduktor. Dalam hal ini V3 tidak perlu sama dengan nol, sebab V1 dan V2 harganya boleh
tidak sama. Dengan berdasarkan aturan dalam identitas vektor, yaitu hukum perkalian
.( fA)  f (. A)  A.(f ) , maka dapat dinyatakan pula bahwa:
  
.(V3 E3 )  V3 (.E3 )  E3 .(V3 ) ............................................. (30)
 
Karena .E3  0 dan E3  V3 (gradien potensial) maka persamaannya menjadi:
  
.(V3 E3 )  E3 .E3  E32 ....................................................... (31)
Atau dalam bentuk integral dituliskan:

 .(V3 E3 )dv    E3 dv ................................................... (32)
2

volume volume
Integral ruas kiri pada persamaan (32) melalui teorema divergensi dapat diubah menjadi
integral permukaan, sehingga:

 (V3 E3 )da    E3 dv ....................................................... (33)
2

permukaan volume

Integral permukaan meliputi semua perbatasan dari daerah yang telah ditentukan, termasuk
semua permukaan penghantar dan batas luar. Karena V3 konstan meliputi setiap permukaan,
(jika batas luar adalah tak terhingga, V3 = 0), maka persamaan (33) menjadi:

 (V3 E3 )da    E3 dv  0 ……………………………….(34)
2

permukaan volume


Tetapi integralnya tidak pernah negatif, namun integral dapat diabaikan jika E3  0 di setiap
 
tempat, akibatnya E1  E 2 .
EFEK HALL

Efek hall adalah suatu peristiwa berbeloknya aliran listrik (elektron) dalam pelat
konduktor karena adanya pengaruh medan magnet. Ketika ada arus listrik yang mengalir
pada devais efek hall yang ditempatkan dalam medan magnet yang arahnya tegak lurus arus
listrik, pergerakan pembawa muatan akan berbelok ke salah satu sisi dan menghasilkan
medan listrik. Medan listrik terus membesar hingga gaya Lorentz yang bekerja pada partikel
menjadi sama dengan nol. Perbedaan potensial antara kedua sisi devais tersebut disebut
potensial hall. Potensial hall ini sebanding dengan medan magnet dan arus listrik yang
melalui devais. Berarti dalam menentukan besar potensial hall sangatlah bergantung pada
besarnya medan magnet yang mengalir dalam rapat arus I yang dilewatkan dalam bahan
konduktor.
Konstanta hall pada setiap bahan akan berbeda termasuk pada perak dan wolfram,
konstanta hallnya akan berbeda. Dan adapun yang menyebabkan harga konstanta hall perak
dan wolfram berbeda adalah karena jenis pembawa muatan yang berbeda, jika perak jenis
pembawa muatannya adalah positif (hole) sedangkan wolfram jenis pembawa muatan negatif
(elektron).
Gaya pada muatan bergerak dalam sebuah konduktor yang berada dalam medan
magnet diperagakan oleh efek hall yakni sebuah efek yang analog dengan pembelokan
transversal dari sebuah sinar elektron dalam sebuah medan magnet dalam ruang hampa.

B. Prinsip Kerja Efek Hall


Gaya Lorentz adalah prinsip kerja utama dari efek hall. Sebuah penghantar konduktor
berbentuk pelat dialiri arus I, seperti pada gambar 1 telihat bahwa muatan positif begerak ke
arah kanan menuju kutub negatif dari sumber arus, sedangkan muatan negatif bergerak lurus
ke arah kiri menuju kutub positif sumber arus. Oleh karena itu tidak ada beda potensial pada
ujung-ujung pelat konduktor. Bila pelat penghantar diberi medan magnet, sepeti pada gambar
2, yang arahnya tegak lurus arus ke arah dalam, maka muatan pada pelat konduktor akan
mengalami gaya Lorentz sebesar . Muatan positif akan mengalami gaya Lorentz ke arah atas
seperti gambar 2 (a), maka pada bagian atas pelat konduktor seolah-olah akan berjajar muatan
positif (kutub positif), sedangkan muatan negatif akan mengalami gaya Lorentz ke arah
bawah seperti gambar 2 (b), maka pada bagian bawah pelat konduktor seolah-olah akan
bejajar muatan negatif (kutub negatif). Oleh karena itu akan timbul medan listrik dan beda
potensial pada penghantar. Besarnya beda potensial ini merupakan tegangan hall (VH) nilai
VH ini dapat dinyatakan dengan:

dengan:
I = Arus listrik yang mengalir pada konduktor (Ampere)
B = Besarnya medan magnet (Tesla)
n = Densitas muatan
q = Besarnya muatan (Coloumb)
W = Tebal pelat penghantar (Meter)
Semua peralatan efek hall diaktifkan oleh adanya medan magnet. Medan magnet
mempunyai dua karakteristik yang penting yaitu densitas fluks dan polarita. Kebanyakan dari
saklar digital efek hall dirancang akan mati jika tidak ada medan magnet (rangkaian terbuka
pada keluaran). Saklar akan aktif jika hanya dikenai medan yang memiliki densitas yang
cukup dan arah yang tepat.

Untuk mengoprasikannya, garis fluks magnet harus tagak lurus pada permukaan paket
sensor, dan harus memiliki polaritas yang tepat. Salah satu contoh sensor efek hall adalah IC
efek hall dengan tipe UGN3503 yang merupakan tipe sensor efek hall linier. IC ini memiliki
tiga pena komponen inetrnal yang terdiri dari elemen sensor efek hall, amplifier dan buffer,
semuanya dalam satu chip. Sensor ini memberikan tegangan keluaran yang sebanding dengan
densitas medan magnet. Keluaran sensor pada saat medan magnet masukkannya 0 gauss
adalah setengah dari Vcc. Untuk medan positif (kutub selatan), semakin besar medan maka
tegangan keluarannya juga semakin besar dan untuk medan negatif (kutub utara) semakin
besar medan maka tegangan keluarannya akan semakin kecil.
Tegangan hall adalah tegangan low-level signal yaitu 30 mV dalam keadaan ada
medan magnet sebesar 1 gauss. Oleh karena itu dalam aplikasinya dibutuhkan amplifier
untuk menguatkan sinyal tegangan hall agar bisa diproses ke tahap berikutnya seperti ADC
(analog to digital converter).
Jika pembawa muatan adalah elektron maka muatan lebih negatif menumpuk di sisi
atas plat dan meninggalkan muatan lebih positif di sisi bawah, sampai gaya elektrostatik
transversal F-zc=eE dalamkonduktor sama dengan gaya magnetik Fz. Karena arus transversal
akhir sama dengan nol, maka konduktor itu berada pada ”rangkaian terbuka” dalam arah
transversal, dan beda potensial antara tepi-tepi lempeng, yang dapat diukur dengan
potensiometer, sama dengan ggl hall dalam lempeng. Penelitian tentang ggl hall ini banyak
menghasilkan penjelasan mengenai proses konduksi. Terbukti bahwa untuk logam, tepi atas
lempeng menjadi bermuatan negatif relatif terhadap tepi bawah, yang menguatkan keyakinan
kita bahwa yang membawa muatan dalam logam ialah elektron negatif.

Anda mungkin juga menyukai