Anda di halaman 1dari 49

Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

PENUNTUN PRAKTIKUM

ANATOMI

SISTEM UROGENITALIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

VISI

Terdepan dalam pengembangan pendidikan kedokteran berbasis peradaban Islam

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesi kedokteran dengan mengedepankan


profesionalisme dan mempertimbangkan kearifan lokal

2. Menyelenggarakan tri darma perguruan tinggi yang kreatif dan inovatif serta merefleksikan
kedinamisan integrasi keilmuan

3. Mewujudkan tata kelola yang baik yang mencerminkan nilai-nilai universal Islam

TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan kedokteran yang profesional dan unggul serta mampu memenuhi
tuntutan perkembangan pelayanan kesehatan, perkembangan ilmu kedokteran dan
perkembangan masyarakat

2. Terwujudnya pendidikan tinggi kedokteran sebagai pusat pendidikan, penelitian, dan


pengabdian masyarakat yang berbasis integrasi keilmuan

3. Terciptanya manajemen pengelolaan kelembagaan yang sehat, mandiri, dan akuntabel, serta
terwujudnya lingkungan kampus yang islami

4. Terwujudnya kerja sama dengan lembaga lokal, nasional dan internasional yang menunjang
peningkatan mutu organisasi dan daya saing lulusan
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

KARTU KONTROL PRAKTIKUM ANATOMI

UROGENITALIA

PASS FOTO
3X4

NAMA PRAKTIKAN :………………………………………

NIM :………………………………………

KELOMPOK : ……………………………………..

Ket: Kartu kontrol ini adalah syarat wajib mengikuti ujian praktikum

BAGIAN ANATOMI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

TIM PENYUSUN

dr. Saharuddin, M.Kes


dr. Andi Sitti Rahma, M.Kes
dr. Rosdianah, M.Kes
dr. Rauly Rahmadhani, M.Kes
dr. Rini Fitriani, M.Kes
dr. Najamuddin, M.Kes
dr. Iip Larasati
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

DAFTAR PUSTAKA

1. Gray H, Anatomy of the Human Body 12th ed. www.bartleby.com. 2015.


2. Netter, FH, Atlas of Human Anatomy 5th ed, Saunders Elsevier, Philadelphia, 2011.
3. Paulsen F, Waschke J, Sobotta Atlas of Human Anatomy 15th ed, Elsevier GmbH,
Munich, 2011.
4. Spalteholz, Atlas Anatomi, 2005.
5. Prometheus, Atlas Anatomi Manusia Edisi 3, Schunke M, Schulte E, Schumacher U.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2016
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

TATA TERTIB LABORATORIUM

1. Berlaku sopan, santun dan menjunjung etika akademik dalam laboratorium


2. Menjunjung tinggi dan menghargai staf laboratorium dan sesama pengguna
laboratorium
3. Menjaga kebersihan dan kenyamanan ruang dan lingkungan laboratorium
4. Peserta praktikum wajib berpakaian rapi dan memakai jas/pakaian laboratorium
beserta tanda pengenal (name tag) selama berada di laboratorium
5. Peserta praktikum tidak diperbolehkan memasuki laboratorium dan/atau tidak boleh
mengikuti praktikum apabila : mengenakan pakaian/kaos oblong, celana berbahan
jeans dan denim, dan memakai sandal
6. Peserta praktikum dilarang merokok, makan dan minum, membuat kegaduhan
selama kegiatan praktikum dan di dalam ruang laboratorium
7. Peserta praktikum dilarang merusak sarana dan prasarana di laboratorium seperti :
mengotori/mencoret manekin, dan preparat tulang, merusak cadaver, tabung reaksi
dan lain-lain. Apabila terjadi kerusakan, maka biaya perbaikan akan dibebankan
kepada praktikan.
8. Peserta praktikum dilarang mengambil gambar/ foto selama berada di laboratorium
9. Selama kegiatan praktikum, peserta tidak boleh menggunakan handphone
10. Peserta dilarang menyentuh, menggeser dan menggunakan peralatan di
laboratorium yang tidak sesuai dengan materi praktikum matakuliah yang diambil.
11. Jika peserta hendak meninggalkan laboratorium pada saat kegiatan praktikum
berlangsung, setiap peserta wajib meminta izin dan menitipkan tanda pengenal
(name tag) kepada koordinator praktikum. Tanda pengenal (name tag) dapat diambil
setelah peserta kembali ke laboratorium.
12. Membersihkan peralatan yang digunakan dalam praktikum maupun penelitian dan
mengembalikannya kepada petugas laboratorium
13. Membaca, memahami dan mengikuti prosedur operasional untuk setiap peralatan
dan kegiatan selama praktikum dan di ruang laboratorium
14. Setiap peserta praktikum yang melakukan pelanggaran atas tata tertib diatas tidak
diperbolehkan mengikuti praktikum.
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

SISTEM
UROGENITALIA
Sasaran Belajar
Setelah selesai mempelajari Penuntun ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan
mengidentifikasi mengenai struktur pelvis dan anatomi sistem urogenitalia.

Sasaran Pembelajaran :
Setelah selesai mempelajari Penuntun ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi skeleton yang membentuk pelvis dan ukuran-ukuran
pelvis
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi otot yang membentuk lantai pelvis
3. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur yang membentuk tractus urinarius
4. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur yang membentuk organa genitalia masculina
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.

Pelvis et Diaphragma pelvis

Conjugata vera M. puborectalis Distantia cristarum


Conjugata diagonalis M. pubococcygeus Distantia spinarum
Diameter transversa M. iliococcygeus M. obturator internus
Diameter obliqua M. coccygeus M. piriformis
Promontorium Diameter recta Symphysis osseum pubis
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.

Regio costovertebra et cavum abdominalis

N. subcostalis M. psoas major Peritoneum parietalis


Ren dexter Glandula suprarenalis dextra Ureter pars abdominalis
N. iliohypogastricus Capsula adiposa Vasa testicularis
N. ilioinguinalis Fascia renalis, lamina anterior Hilus renalis
M. quadratus lumborum Fascia renalis, lamina retrorenalis Costa XII
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.

Vascularisasi Ren

Vena cava inferior Vena testicularis A.segmentalis inferior


Aorta abdominalis A.suprarenalis inferior A.segmentalis posterior
Arteri renalis Ramus anterior a.renalis A.interlobularis
Vena renalis Ramus posterior a.renalis A.interlobaris
Arteri testicularis a.segmentalis anterior superior A.arcuata
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.

Pelvis et Diaphragma pelvis

Hilum renale Basis pyramidis Pelvis renalis


Capsula fibrosa Pyramis renalis Columna renalis
Cortex renalis Papilla renalis Margo lateralis
Glandula suprarenalis dextra Calyx renalis minor Margo medialis
Ureter pars abdominalis Calyx renalis major Capsula adiposa
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.

Tractus urinarius

Capsula adiposa Ureter pars abdominalis Ostium ureteris


Glandula suprarenalis Ureter pars pelvica Trigonum vesica
Hilum renale Apex vesical urinaria Urethra pars prostatica
Margo lateralis Ductus deferens Urethra pars membranacea
Margo medialis Corpus vesical urinaria Glandula prostatica
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.

Organa genitalia masculina

Fascia spermatica externa Tunica dartos Corona glandis


Fascia spermatica interna Tunica vaginalis testis lamina parietalis Columna glandis
M.cremaster Tunica vaginalis testis lamina visceralis Frenulum
Lig.fundiforme penis Glans penis Preputium
Lig.suspensorium penis Ostium urethra externum Symphysis osseum pubis
Funiculus spermaticus Ductus deferens Plexus pampiniformis
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.

Viscera pelvic et perineum

Septum scroti Ostium urethra internum Vesicula seminalis


Ductus deferens Urethra pars prostatica Glandula prostatica
Lig.fundiforme penis Urethra pars membranacea Fascia penis profunda
Lig.suspensorium penis Urethra pars spongiosa Ductus ejaculatorius
Trigonum vesica Excavatio rectovesicalis Peritoneum parietalis
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.

Radix et corpus penis

Vena dorsalis penis superficial Tunica albuginea corporum cavernosum M.ischiocavernosus


Vena dorsalis penis profunda Tunica albuginea corporis spongiosi M.bulbospongiosus
Fascia penis profunda Corpus spongiosum penis Crus penis
Corpus cavernosum penis Glandula bulbourethralis Bulbus penis
A.profunda penis Colliculus seminalis Fossa navicularis urethrae
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia

Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.

Scrotum et testis

Caput epididymidis Ductuli efferentes testis Tunica dartos


Corpus epididymidis Tunica albuginea testis Fascia spermatica interna
Cauda epididymidis Septula testis Fascia spermatica externa
Rete testis A.testicularis Tunica vaginalis testis lamina parietalis
Lobuli testis Plexus pampiniformis Tunica vaginalis testis lamina visceralis
PENUNTUN PRAKTIKUM
PATOLOGI KLINIK
SISTEM UROGENITALIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR

VISI
Terdepan dalam pengembangan pendidikan kedokteran berbasis peradaban
Islam

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesi kedokteran dengan
mengedepankan profesionalisme dan mempertimbangkan kearifan lokal

2. Menyelenggarakan tri darma perguruan tinggi yang kreatif dan inovatif


serta merefleksikan kedinamisan integrasi keilmuan

3. Mewujudkan tata kelola yang baik yang mencerminkan nilai-nilai


universal Islam

TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan kedokteran yang profesional dan unggul serta
mampu memenuhi tuntutan perkembangan pelayanan kesehatan,
perkembangan ilmu kedokteran dan perkembangan masyarakat

2. Terwujudnya pendidikan tinggi kedokteran sebagai pusat pendidikan,


penelitian, dan pengabdian masyarakat yang berbasis integrasi keilmuan

3. Terciptanya manajemen pengelolaan kelembagaan yang sehat, mandiri,


dan akuntabel, serta terwujudnya lingkungan kampus yang islami

4. Terwujudnya kerja sama dengan lembaga lokal, nasional dan


internasional yang menunjang peningkatan mutu organisasi dan daya
saing lulusan

2
KARTU KONTROL PRAKTIKUM
PATOLOGI KLINIK BLOK UROLOGI

PAS FOTO
3X4

Nama Mahasiswa :
NIM :
TTD
NO NAMA PRAKTIKUM TGL. PRAKTIKUM KET.
DOSEN

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2019

3
DAFTAR ISI

PEMERIKSAAN URINALISIS (METODE CARIK CELUP) .....................................5


PraAnalitik .....................................................................................................................5
Analitik ............................................................................................................................5
PascaAnalitik .................................................................................................................6
PEMERIKSAAN PROTEIN URINE KUANTITATIF (ESBACH) ............................8
PraAnalitik .....................................................................................................................8
Analitik ............................................................................................................................9
PascaAnalitik .................................................................................................................9
METODE DIP SLIDE (KULTUR URINE) ................................................................ 10
PraAnalitik .................................................................................................................. 10
Analitik ......................................................................................................................... 11
PascaAnalitik .............................................................................................................. 11
PENILAIAN HASIL PEMERIKSAAN SEMEN ......................................................... 12
PraAnalitik .................................................................................................................. 12
Analitik ......................................................................................................................... 15
PascaAnalitik .............................................................................................................. 18
Interprestasi Hasil Analisa Sperma .................................................................... 23

4
PEMERIKSAAN URINALISIS (METODE CARIK CELUP)

Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan dasar pada pasien yang


dicurigai mengalami gangguan ginjal atau infeksi saluran kemih. Selain itu,
banyak pasie yang tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali; pada kasus-
kasus seperti ini, infeksi saluran kemih, yang sebelumnya tidak terdeteksi,
dapat didiagnosis melalui pemeriksaan urine.
Urinalisis sebagai salah satu jenis pemeriksaan urine, dapat digunakan
untuk evaluasi gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan
hematologi, infeksi saluran kemih dan diabetes mellitus, serta screening test
pada tes kesehatan, kondisi patologis, atau operasi. Urinalisis ini dapat
dilakukan secara makroskopis dan kimiawi serta mikroskopis untuk
mengevaluasi sedimen urine. Analisis kimiawi meliputi glukosa, bilirubin,
urobilinogen, keton, protein, nitrit, leukosit, pH, kandungan darah, berat
jenis, dan asam askorbat.

PraAnalitik
a. Persiapan Pasien: Tidak perlu persiapan khusus
b. Persiapan Sampel:
i. Sampel (urine) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah
penampung hendaknya bersih dan kering
ii. Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan
pengawet urine
iii. Sampel urine yang dipakai untuk urinalisis adalah: urine
sewaktu, urine pagi dan urine postprandial
c. Alat dan Bahan
i. Tabung reaksi
ii. Rak tabung reaksi
iii. Strip urinalisis (disertai skala warna rujukan pada botol strip)
iv. Sampel urine
d. Prinsip Pemeriksaan: Kandungan zat-zat biokimiawi dalam urine
akan menimbulkan perubahan warna pada kertas strip urinalisis
yang telah mengandung reagen khusus.

Analitik
a. Masukkan sampel urine dalam tabung reaksi
b. Celupkan selembar kertas strip urinalisis ke dalam tabung reaksi
selama 1 detik hingga seluruh permukan strip basah.
c. Sentuhkan satu sisi strip urinalisis ke permukaan kertas tissue untuk
menghilangkan sisa urine.

5
d. Letakkan strip di atas permukaan kertas tissue
e. Tunggu hingga 1-2 menit dan bacalah hasilnya.

PascaAnalitik
Amati perubahan warna pada strip urinalisis dengan membandingkannya
pada skala warna rujukan.
Interpretasi:
a. Glukosa
i. Perubahan warna: Biru muda, hijau, hingga coklat.
ii. Negatif palsu: Vitamin C, benda keton, asam homogentisat,
aspirin.
iii. Nilai rujukan <30mg/dl
b. Bilirubin
i. Perubahan warna: Coklat muda hingga merah coklat
ii. Nitrit.
iii. Untuk mengetahui ada tidaknya bakteriuri: merah muda. Negatif
: warna tidak berubah
iv. Nilai rujukan adalah negatif. Positif palsu: Rifampicin,
Chlorpromazine
v. Negatif palsu: Vitamin C dan asam salisilat
vi. Nilai rujukan: Negatif
c. Urobilinogen
i. Perubahan warna: Jingga sampai merah tua
ii. Negatif palsu: Kadar nitrit tinggi
iii. Nilai rujukan:
Laki-laki 0,3 – 2,1 mg/2 hours
Perempuan 0,1 – 1,1 mg/2 hours
d. Keton
i. Perubahan warna: Ungu
ii. Positif palsu: Pigmen atau metabolit levodopa serta
phenylketones
iii. Nilai rujukan: Negatif.
e. Protein
i. Perubahan warna: Hijau muda
ii. Nilai rujukan < 20 mg/dl
f. Nitrit
i. Perubahan warna: Merah muda, penanda adanya bakteriuri
ii. Nilai rujukan: Negatif.

6
g. Leukosit
i. Perubahan warna: Coklat muda hingga warna ungu
ii. Nilai rujukan: Negatif
h. pH
i. Perubahan warna: Jingga - kuning kehijauan - hijau kebiruan
ii. Nilai rujukan 5-8
i. Blood
i. Perubahan warna: Kuning kehijau-hijauan hingga hijau kebiru-
biruan dan biru tua
ii. Negatif palsu: Protein kadar tinggi dan vitamin C
iii. Positif palsu: bakteri.
iv. Nilai rujukan: Negatif
j. Berat jenis
i. Perubahan warna
(1) Berat jenis rendah: Biru tua  hijau
(2) Berat jenis tinggi: berwarna hijau kekuning-kuningan
ii. Nilai rujukan 1,016 – 1,022
k. Asam Askorbat
Perubahan warna: Ungu  Kandungan asam askorbat >25mg/dl

7
PEMERIKSAAN PROTEIN URINE KUANTITATIF (ESBACH)

Pengukuran proteinuria penting dilakukan dalam mendiagnosis


gangguan ginjal dan mengetahui respon pengobatan. Proteinuria massif
biasanya terjadi pada gangguan glomerular, dimana tingkat tertinggi pada
sindrom nefrotik. Proteinuria massif dapat ditentukan dengan uji Esbach yang
merupakan standar terbaik untuk pengukuran proteinuria (Sukmawati dan
Suarta, 2007).
Uji Esbach merupakan pemeriksaan untuk menilai kadar protein
dalam urine (proteinuria). Pada uji ini, pemeriksaan kuantitatif albumin
dalam urine dengan cara mencampurkan larutan asam pikrat 1% dalam air
dan larutan asam sitrat 2% dalam air dengan urine. Asam sitrat ini hanya
digunakan untuk tujuan menjaga keasaman cairan. Hasil positif dilihat dengan
adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan jumlah protein
(Kurniati, 2010).
Tes Esbach yang disebut juga metode dipstick, merupakan
pemeriksaan kuantitatif dengan nilai 0-4(+). Pemeriksaan ini sensitif terhadap
60mg/l albumin, tetapi kurang sensitif terhadap protein Bence Jones dan
protein lain yang berat molekulnya rendah misal β2-mikroglobulin.
Pemeriksaan ini terkenal karena kemudahannya. Sampel yang digunakan
untuk tes Esbach ini adalah dari pengumpulan urine 24 jam yang ditampung
(Anonim, 2010)
Jadi untuk mendapatkan sampel urine ini, pasien diharuskan
menampung semua urinnya selama 24 jam mulai dari jam 6 pagi sampai jam
6 pagi pada hari berikutnya. Urine yang keluar pertama kali pada pagi hari
tidak ditampung, karena merupakan hasil dari malam harinya. Jadi urine mulai
ditampung setelah berkemih pertama kali pada pagi hari sampai pasien
berkemih pertama kali pada pagi hari di hari berikutnya (Anonim, 2010.)

PraAnalitik
a. Tujuan Pemeriksaan: Mengukur kadar protein dalam urine secara
kuantitatif
b. Metode: Uji Esbach merupakan pemeriksaan untuk menilai kadar
protein dalam urine (proteinuria). Pada uji ini, pemeriksaan urine
dengan cara mencampurkan larutan asam pikrat 1% dalam air dan
larutan asam sitrat 2% dalam air dengan urine. Asam sitrat ini hanya
digunakan untuk menjaga keasaman cairan. Hasil positif dilihat
dengan adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan
jumlah protein
c. Persiapan Pasien: Tidak perlu persiapan khusus

8
d. Persiapan Sampel:
i. Wadah penampung hendaknya bersih dan kering
ii. Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, dan umur.
iii. Cara pengumpulan sampel yang digunakan adalah urine 24 jam
e. Alat dan Bahan
i. Tabung Esbach
ii. Reagen Esbach (Asam Pikrat 1%, Asam Sitrat 1%, Aquades)
iii. Asam asetat 6%
iv. Pipet tetes
v. Barium sulfat (BaSO4) bubuk
vi. Urine 24 jam
f. Prinsip Pemeriksaan: Asam pikrat dapat mengendapkan protein dan
endapan ini dapat diukur secara kuantitatif.

Analitik
a. Ukur volume urine dalam gelas ukur
b. Pastikan urine bersifat asam dengan memasukkan kertas lakmus
merah ke dalam urine. Urine asam tidak akan merubah warna kertas
lakmus.
c. Bila urine belum bersifat asam, tambahkan asam asetat secukupnya
kemudian periksa lagi keasaman urine dengan kertas lakmus merah.
d. Masukkan urine ke dalam tabung Esbach hingga tanda U dan
tambahkan Reagen Esbach hingga tanda R
e. Tutup tabung dengan gabus penutupnya, bolak balik beberapa kali
agar urine dan reagen Esbach tercampur baik, biarkan pada suhu
kamar selama 24 jam.
f. Baca tingginya endapan yang terjadi setelah 24 jam dalam satuan g/L,
misalnya X g/L.
g. Untuk mempercepat pengendapan dalam keperluan praktikum,
masukkan bubuk barium sulfat lalu tutup tabung dan kocok kembali.
Tunggulah 30 menit hingga terbentuk endapan dan ukur kembali
tinggi endapan.

PascaAnalitik
a. Volume urine: 0.5-1cc/kgBB/jam
b. Protein Loss: Tinggi endapan g/L x Volume urine L/24jam
Nilai Rujukan: 0.15gr/24jam

9
METODE DIP SLIDE (KULTUR URINE)

Kultur urine diindikasikan sewaktu ditemukan banyak sekali bakteri


pada pemeriksaaan mikroskopis atau metode carik celup urine. Pada kasus-
kasus seperti ini, specimen urine harus segera dikirim (tidak boleh ditunda-
tunda) ke laboratorium bakteriologi untuk kultur organisme patogen semi-
kuantitatif dan menilai sensitivitasnya terhadap antimikroba.
Untuk memudahkan kultur bakteri dalam urine, dikeluarkan biakan
buatan yang berupa lempeng plastik bertangkai di mana pada kedua sisi
permukaannya dilapisi perbenihan padat khusus. Lempeng tersebut
dicelupkan ke dalam urine pasien atau dengan digenangi urine setelah itu
lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan
semula, lalu dilakukan pengeraman semalam pada suhu 37°C. Penentuan
jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan
pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan
keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan
10.000.000 dalam tiap mL urine yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan,
murah dan cukup akurat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan
kepekaannya tidak dapat diketahui walaupun demikian plat celup ini dapat
dikirim ke laboratorium yang mempunyai fasilitas pembiakan dan tes
kepekaan yang diperlukan. Adanya bakteri dalam urine akan tumbuh pada
medium agar dalam slide ketika kondisi lingkungan sesuai.

PraAnalitik
a. Tujuan Pemeriksaan: Mengukur kadar urea dalam urine secara
kuantitatif
b. Persiapan Pasien: Tidak perlu persiapan khusus
c. Persiapan Sampel:
i. Sampel (urine) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah
penampung hendaknya bersih dan kering
ii. Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, dan umur
iii. Sampel yang digunakan adalah urine sewaktu dengan metode
pemgambilan urine porsi tengah.
d. Alat dan Bahan
i. Gelas Ukur
ii. Dip Slide ®

10
Analitik
a. Dip-slide dibuka dari wadahnya kemudian dicelupkan dalam urine
lalu diangkat.
b. Bila ada urine yang berlebihan, bersihkan dengan menggunakan
kertas tissue pada bagian tepi.
c. Kembalikan dip-slide ke dalam wadah yang telah diberikan label
identitas.
d. Inkubasi dip-slide pada ruangan dengan suhuh 20-24OC selama 18-24
jam.

PascaAnalitik
Nilai rujukan: Negatif

11
PENILAIAN HASIL PEMERIKSAAN SEMEN

Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah


pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah serta kualitas semen
dan sperma seorang pria. Pengertian semen berbeda dengan sperma. Secara
keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria saat
ejakulasi disebut semen. Sedangkan sel kecil yang berenang-renang di dalam
semen disebut sperma.
Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama
untuk menentukan kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu
menentukan apakah ada masalah pada sistem produksi sperma atau pada
kualitas sperma, yang menjadi penyebab ketidaksuburan.

PraAnalitik
a. Tujuan Pemeriksaan: Pemeriksaan specimen semen dilakukan
terhadap pasien untuk menyingkirkan kemungkinan infertilitas.
b. Metode: Pemeriksaan ini dilakukan melalui penilaian berbagai
karakteristik fungsional spermatozoa dalam cairan semen (cairan
vesica seminalis).
c. Persiapan Pasien
Sebelum melakukan analisis sperma perlu terlebih dahulu untuk
memberikan penerangan sejelas-jelasnya kepada pria yang akan
diperiksa tersebut mengenai maksud dan tujuan analisis sperma dan
juga untuk menjelaskan cara pengeluaran dan penampungan sperma
tersebut. Penerangan mengenai cara pengeluaran, penampungan dan
pengiriman sperma ke laboratorium. Sebelum pemeriksaan dilakukan
sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi persyaratan sebagai
berikut.
i. Melakukan abstinensia selama 3 – 5 hari, paling lama selama 7
hari. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari
dan harus dikeluarkan di laboratorium. Bila tidak mungkin,
harus tiba di laboratorium paling lambat 2 jam dari saat
dikeluarkan.
ii. Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar
yang bersih dan steril ( jangan sampai tumpah ), kemudian botol
ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang bersangkutan.
iii. Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung
diserahkan pada petugas laboraturium untuk pemeriksaan dan
harus diperiksa sekurang-kurangnya 2 kali dengan jarak antara
waktu 1-2 minggu. Analisis sperma sekali saja tidak cukup

12
karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam
satu individu.
iv. Sperma dikeluarkan dengan cara rangsangan tangan
(onani/masturbasi), bila tidak mungkin dapat dengan cara
rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan jangan
ada yang tumpah.
v. Untuk menampung sperma dengan ukuran tempat penampung
sperma 50-100ml, maka digunakan tempat penampung:
(1) Tidak terbuat dari plastik atau kondom (mengandung gugus
fenol-C6H5OH) sehingga sperma rusak)
(2) Tidak mengandung spermatoksik
(3) Terbuat dari bahan yang tidak bereaksi apa-apa
(4) Bermulut lebar supaya muat pada penis
(5) Memiliki penutup agar tidak terkontaminasi.

Adapun cara untuk memperoleh sperma yakni sebagai berikut.


i. Masturbasi / Onani, merupakan metode yang paling dianjurkan
untuk memperoleh sperma, biasanya dengan tangan (baik
tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan suatu alat
tertentu. Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan tumpah
ketika menampung sperma, menghindari dari pencemaran
sperma dengan zat-zat yang lain.
ii. Coitus Interuptus (CI), adalah melakukan persetubuhan secara
terputus, hal ini kurang baik dianjurkan sebab memungkinkan
sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak
mengandung epitel, leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll.
Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma
sebagian dapat mesuk ke vagina. Disamping itu terjadi
kesalahan pada pemeriksaan pH dan konsentrasi.
iii. Coitus Condomatosus, tetapi pengeluaran sperma dangan cara
ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan. Karena sebagian
besar karet kondom mengandung bahan spermicidal, yaitu
bahan yang dapat mematikan sperma
iv. Reflux poscital, adalah suatu cara coitus dimana setelah sperma
keluar dan masuk ke vagina, sperma tersebut dibilas dengan pz
atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul kekeliruan dalam
volume konsentrasi dan viskositas.
v. Massage prostat, adalah suatu cara pengeluaran dengan cara
memijat kelenjar prostat lewat rectum, di sini jelas akan timbul

13
kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya
yang keluar adalah cairan prostat. Jadi cara memperoleh sperma
yang paling baik adalah dengan onani meskipun faktor psikis
ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang desa, orang
tertentu yang tidak bisa melakukan onani atau orang yang tidak
mengerti tentang onani.

d. Persiapan Sampel
 Pengambilan spesimen semen dilakukan sendiri oleh pasien
memasukkan cairan semen yang ke dalam suatu botol yang
bersih dan kering; selanjutnya, botol berisi semen tersebut
dikirimkan ke laboratorium sesegera mungkin, paling baik
dalam 30 menit atau kurang setelah pengambilan sampel.
 Spesimen ini tidak langsung diperiksa karena semen merupakan
cairan berviskositas tinggi sehingga harus “mencair” dahulu.
 Waktu yang diperlukan untuk pencairan ini sekitar 15-30 menit
dan harus diperiksa sesegera mungkin setelahnya.
 Untuk pemeriksaan pergerakan sperma, Pemeriksaan
sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (200C – 250C). Dalam
memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa
setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak
kental sehingga spermatozoamudah bergerak akan tetapi
jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi sebab dengan
bertambahnya waktu maka spermatozoa akan memburuk
pergerakannya serta pH dan bau mungkin akan berubah.
e. Alat dan Bahan
i. Mikroskop
ii. Kaca objek
iii. Penutup kaca objek
iv. Pipet sahli
v. Pipet elliason
vi. Gelas ukur 10 ml
vii. Kertas indicator pH
viii. Kamar hitung Improved Neubauer
ix. Stopwatch
x. Natrium bikarbonat
xi. Larutan fenol atau formalin (formaldehid 37%)
xii. Air suling
xiii. Vaselin

14
xiv. Pengencer semen (Natrium bikarbonat 5gr, Fenol/formalin 1ml,
Air suling 100ml)

Analitik
a. Pemeriksaan Makroskopis
i. Volume
(1) Tunggu hingga cairan semen mencair
(2) Tampung seluruh cairan semen dalam gelas ukur dengan
skala volume 0.1ml
(3) Baca hasilnya
ii. Warna
(1) Pasanglah latar belakang putih di belakang tabung reaksi
yang mengandung cairan semen
(2) Dengan penerangan yang cukup, amati warna dan
kekeruhan dalam tabung.
iii. Bau
(1) Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium
baunya
(2) Dalam laporan bau dilaporkan: khas/ tidak khas
iv. pH
(1) Celupkan kertas pH dalam cairan semen yang homogeny
dalam tempat penampungnya
(2) Bacalah hasilnya pada skala rujukan warna
v. Liquefaction
Liquefaction diperiksa 20 menit setelah ejakulasi (setelah
dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya.
vi. Viskositas (Kekentalan)
Cara Subjektif
(1) Sentuhlah permukaan cairan semen dengan pipet atau
batang pengaduk
(2) Tariklah ke atas dan perhatikan adanya benang yang
terlihat.
Cara Pipet Elliason
(1) Pastikan cairan semen homogeny dan gunakan pipet yang
kering
(2) Pipetlah cairan semen sampai angka 0.1
(3) Tutup bagian atas pipet dengan jari
(4) Arahkan pipet tegak lurus
(5) Jalankan stopwatch

15
(6) Jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung
waktunya dengan detik
vii. Fruktosa Kualitatif
(1) Pipetkan 0.05ml cairan semen ditambah 2ml larutan
resolsinol (0.5% dalam alcohol 96%) ke dalam tabung
reaksi
(2) Campurkan hingga rata
(3) Panaskan dalam air mendidih selama 5 menit
(4) Amati perubahan warna yang terjadi
b. Pemeriksaan Mikroskopis
i. Jumlah sperma per-lapangan pandang
(1) Aduklah cairan semen hingga homogeny sebelum
pemeriksaan mikroskopis
Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu
dilakukan perkiraan kasar jumlah sperma agar dapat
menentukan prosedur pengenceran yang akan digunakan dan
untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi.
(2) Diambil 1 – 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass
lalu ditutup dengan cover glass
(3) Lihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 40X
(4) Hitunglah berapa banyak spermatozoa pada beberapa
lapang pandang. Misalnya, dihitung berturut-turut lapang
pandang:
I = 6 spermatozoa
II = 5 spermatozoa
III = 7 spermatozoa
IV = 8 spermatozoa
(5) Dalam laporan dituliskan terdapat 5 – 10 spermatozoa per-
lapangan pandang. Perkiraan konsentrasi spermatozoa
dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi
spermatozoa adalah 5 – 10 juta/ml. Jika jumlah
spermatozoa banyak dihitung perkuadran (1/4 lapang
pandang).
ii. Motilitas sperma
(1) Pipetkan setetes semen ke kaca objek
(2) Tutup tetesan tersebut dengan penutup kaca objek
(3) Oleskan vaselin di sekeliling penutup kaca objek untuk
mencegah terjadinya evaporasi
(4) Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x

16
(5) Gerak spermatozoa yang baik adalah gerak kedepan dan
arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag,
berputar-putar dan lain-lain.
(6) Estimasikan persentasi spermatozoa motil dan non-motil
pada beberapa lapangan pandang mikroskop
(a) Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak
kemudian dihitung yang bergerak kurang baik, lalu
yang bargerak baik misal:
 yang tidak bergerak = 25%
 yang bergerak kurang baik = 50%
 yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%
(b) Persentase pergerakan cukup ditulis dengan angka
bulat (umumnya kelipatan 5 misalnya: 10%,15%,
20%).
(c) Jika sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui
viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup)
sebab spermatozoa yang tidak bergerakpun
kemungkinan masih hidup.
iii. Perhitungan Jumlah Sperma
Jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa dalam
ejakulat. Sedangkan konsentrasi sperma adalah jumlah
spermatozoa/ml sperma. Perhitungan konsentrasi spermatozoa
dapat ditentukan dengan mengunakan metode hemositometer
atau ”electronic coulter counter”.
Metode hemositometer lebih sering digunakan
untuk sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa
yang sangat rendah (misalnya 10juta/ml) atau pemeriksaan
sperma yang memerlukan penentuan jumlah dengan segera.
(1) Siapkan pengencer yang berisi NaHCO3 50gr, Formalin 35%
10ml, Gentian Violet pekat 5ml, Aquadestilata 1L
(2) Ambil semen dengan pipet leukosit hingga tanda batas
0.6uL selanjutnya ambil larutan pengencer semen memakai
pipet yang sama hingga tanda batas 11uL.
(3) Masukkan pipet tersebut ke dalam rotator atau bolak-
balikkan pipet dengan menutup kedua ujungnya untuk
menghasilkan campuran yang benar-benar homogeny.
(4) Segera pindahkan ke hemositometer (kamar hitung
Neubauer) yang telah ditutup dengan gelas penutup.

17
(5) Biarkan hemositometer selama 15 menit sampai 20 menit
agar semua sel mengendap
(6) Hitung dibawah mikroskop pembesaran 40X untuk
spermatozoa (sel benih yang matang yang mempunyai ekor
yang dihitung).

Cara perhitungan
Hitung jumlah sperma dengan objek 40x pada daerah leukosit
pada 4 bidang.
Luas = 1 mm2
Tinggi = 0,1 mm
Vol = 0,1 mm3
Jumlah sperma/ml =
dengan n = jumlah total spermatozoa dalam keempat persegi
pada bilik hitung.
iv. Morfologi Sperma
Perhatikan bentuk spermatozoa dengan memperhatikan:
(1) Panjang spermatozoa
(2) Bentuk, ukuran, dan jumlah kepala spermatozoa
(3) Panjang leher
(4) Bentuk ekor
(5) Rasio panjang ekor terhadap panjang spermatozoa
(6) Laporkan pula adanya sel darah, sel epitel, sel imatur testis,
kristal-kristal urine.

PascaAnalitik
a. Pemeriksaan Makroskopis
i. Volume
 Volume normal sperma, tergantung ras. Bagi orang
indonesia volume yang normal 2 – 3 ml.
 Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia. Kondisi
ini dapat disebabkan oleh
(1) Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat
(2) Obat perangsang hormon laki – laki
 Volume yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh
(1) Ejakulasi yang berturut-turut
(2) Vesica seminalis kecil
(3) Penampung sperma tidak sempurna

18
ii. Warna
 Sperma yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti
air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan.
 Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus
genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih
kekuningan.
iii. Bau
 Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas
atau spesifik
 Untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah
mempunyai pengalaman untuk membaui sperma.
 Baunya sperma yang khas tersebut disebabkan oleh
oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan
oleh kelenjar prostat.
 Dalam keadaan infeksi, sperma berbau busuk/ amis.
 Secara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor/
kaporit.
iv. pH
 Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH
darah, untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan
kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH
meter.
 Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa
yaitu 7.2 – 7.8
 Pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah
sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma.
Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak
segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak
(terinfeksi oleh kuman gram negatif (-), mungkin juga
karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya.
 pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari
kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar
vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.
v. Liquefaction
 Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar
prostat ada gangguan (semininnya jelek).
 Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin tak
mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar

19
vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika
seminalis.
vi. Viskositas
 Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah
likuifaksi sperma sempurna.
 Cara Subjektif: Panjang benang 3-5 cm. Makin panjang
benang terlihat maka makin tinggi viskositasnya.
 Cara Pipet Elliason
o Nilai rujukan <2 detik
o Semakin kental sperma tersebut semakin besar
viskositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena
 Spermatozoa terlalu banyak
 Cairannya sedikit
 Gangguan liquedaction
 Perubahan komposisi plasma sperma
 Pengaruh obat-obatan tertentu
vii. Fruktosa Kualitatif
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan
pemeriksaan rutin pada sperma azoospermia. Fruktosa sperma
diproduksi oleh vesica seminalis.
 Bila tidak didapati fruktosa dalam sperma, hal ini dapat
disebabkan karena:
(1) Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas
deferens
(2) Kedua duktus ejakulatorius tersumbat
(3) Kelainan pada kelenjar vesika seminalis
 Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas
menjadi merah coklat atau merah jingga
 Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan
warna
b. Pemeriksaan Mikroskopis
i. Jumlah sperma per-lapangan pandang
 Misalnya ¼ Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi per-
lapangan pandang 200 spermatozoa. Perkiraan konsentrasi
spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan
konsentrasi spermatozoa adalah 200 juta/ml.
 Jika perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka
tidak usah dilakukan pemeriksaan konsentrasi disebut
Azoospermia.

20
ii. Motilitas sperma
 Gerak spermatozoa yang baik adalah gerak kedepan dan
arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag,
berputar-putar dan lain-lain.
 Catatan: Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa mati,
yang benar adalah spermatozoa tidak bergerak
 Nilai rujukan: 80% spermatozoa bergerak aktif, 20%
spermatozoa bergerak lambat/tidak bergerak sama sekali.
 Pada pemeriksaan setelah 3 jam pertama, motilitas
spermatozoa seharusnya sedikit berkurang atau tidak
berkurang sama sekali.
 Pada pemeriksaan berikutnya, motilitas spermatozoa
biasanya akan berkurang terus dan pada suhu kamar
menjadi benar-benar non-motil setelah 12 jam.
 Berkurangnya motilitas spermatozoa mungkin merupakan
salah satu penyebab infertilitas.
 Sebab menurunnya motilitas spermatozoa:
(1) Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma
dikeluarkan
(2) Cara penyimpanan sampel yang kurang baik
iii. Perhitungan Jumlah Sperma
 Jumlah spermatozoa yang normal adalah 60-150 juta/ml
(menurut beberapa sumber, 100-500 juta/ml).
 Pada pasien-pasien yang jumlah spermatozoanya di bawah
60 juta/ml, hitung spermatozoanya (jumlah spermatozoa
pada bilik hitung) pasti rendah; meskipun begitu, pasien-
pasien ini mungkin masih tetap fertil.
iv. Morfologi Sperma
Nilai rujukan
 Spermatozoa normal memiliki panjang 50-70um
 Bentuk kepala spermatozoa normal besar dan oval
o Kepala spermatozoa berukuran 3-6um x 2-3um
 Leher spermatozoa pendek
 Ekor spermatozoa panjang dan langsing
 Panjang ekor mencapai kira-kira 90% panjang total
spermatozoa
 Tidak ditemukan >20% spermatozoa bentuk abnormal
Bentuk abnormal
 Bentuk Pir (seperti buah pir)
21
 Bentuk Terato (tidak beraturan dan berukuran besar)
 Bentuk Lepto (ceking)
 Bentuk Mikro (kepala seperti jarum pentul)
 Bentuk Strongyle (seperti larva stongyloides)
 Bentuk Lose Hezel (tanpa kepala)
 Bentuk Immature (spermatozoa belum dewasa, terdapat
cytoplasmic)

22
Interprestasi Hasil Analisa Sperma

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk


analisa sperma yang normal, sebagai berikut.
1. Volume total cairan lebih dari 2 ml
2. Konsentrasi sperma paling sedikit 20 juta sperma/ml
3. Morfologinya paling sedikit 15% berbentuk normal
4. Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25%
bergerak secara acak kurang dari 1 jam setelah ejakulasi
5. Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml
6. Analisa lebih lanjut (tes reaksi antiglobulin menunjukkan partikel
ikutan yang ada kurang dari 10 % dari jumlah sperma)

Jumlah MotilNormal MorfologiNormal


No Istilah Spermatozoa (%) (%)
(juta/ml)
1 Normozoospermia > 20 > 80 > 50
2 Oligozoospermia < 20 > 50 > 50
Ekstrim
3 > 50 > 50
Oligozoospermia < 50
4 Asthenozoospermia > 20 < 50 > 50
5 Teratozoospermia > 20 > 50 < 50
Oligo
6 < 50 > 50
Asthenozoospermia < 20
7 Oligi Astheno < 20 < 50 < 50
Teratozoospermia
Oligo
8 > 50 < 50
Teratozoospermia < 20
Astheno
9 < 50 < 50
Teratozoospermia > 20
10 Polizoospermia > 250 > 50 > 50
Oligo
8 > 50 < 50
Teratozoospermia < 20
Bila tidak
ada
11 Azoospermia spermatozoa 11 Azoospermia
dalam cairan
sperma

23
Bila semua
sperma
12 Nekrozoospermia 12 Nekrozoospermia
tidak ada
yang hidup
Tidak ada
cairan
13 Aspermia semen yang 13 Aspermia
keluar saat
ejakulasi

24
PENUNTUN PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI
SISTEM UROGENITALIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR

VISI
Terdepan dalam pengembangan pendidikan kedokteran berbasis peradaban Islam

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesi kedokteran dengan
mengedepankan profesionalisme dan mempertimbangkan kearifan lokal

2. Menyelenggarakan tri darma perguruan tinggi yang kreatif dan inovatif serta
merefleksikan kedinamisan integrasi keilmuan

3. Mewujudkan tata kelola yang baik yang mencerminkan nilai-nilai universal Islam

TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan kedokteran yang profesional dan unggul serta mampu
memenuhi tuntutan perkembangan pelayanan kesehatan, perkembangan ilmu
kedokteran dan perkembangan masyarakat

2. Terwujudnya pendidikan tinggi kedokteran sebagai pusat pendidikan, penelitian,


dan pengabdian masyarakat yang berbasis integrasi keilmuan

3. Terciptanya manajemen pengelolaan kelembagaan yang sehat, mandiri, dan


akuntabel, serta terwujudnya lingkungan kampus yang islami

4. Terwujudnya kerja sama dengan lembaga lokal, nasional dan internasional yang
menunjang peningkatan mutu organisasi dan daya saing lulusan
KARTU KONTROL PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI BLOK UROLOGI

PAS FOTO
3X4

Nama Mahasiswa :
NIM :
TTD
NO NAMA PRAKTIKUM TGL. PRAKTIKUM KET.
DOSEN

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2019
PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI
BLOK UROGENITALIA

1. Padaseminoma Testis

DESKRIPSI :

GAMBAR :
2. Teratoma Testis

DESKRIPSI :

GAMBAR :
3. Ca. Prostat

DESKRIPSI :

GAMBAR :
4. Karsinoma Sel Renal

DESKRIPSI :

GAMBAR :
5. Tumor Wilms

DESKRIPSI

GAMBAR
6. Karsinoma Uroterial

DESKRIPSI

GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai