PENUNTUN PRAKTIKUM
ANATOMI
SISTEM UROGENITALIA
2019
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia
VISI
MISI
2. Menyelenggarakan tri darma perguruan tinggi yang kreatif dan inovatif serta merefleksikan
kedinamisan integrasi keilmuan
3. Mewujudkan tata kelola yang baik yang mencerminkan nilai-nilai universal Islam
TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan kedokteran yang profesional dan unggul serta mampu memenuhi
tuntutan perkembangan pelayanan kesehatan, perkembangan ilmu kedokteran dan
perkembangan masyarakat
3. Terciptanya manajemen pengelolaan kelembagaan yang sehat, mandiri, dan akuntabel, serta
terwujudnya lingkungan kampus yang islami
4. Terwujudnya kerja sama dengan lembaga lokal, nasional dan internasional yang menunjang
peningkatan mutu organisasi dan daya saing lulusan
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia
UROGENITALIA
PASS FOTO
3X4
NIM :………………………………………
KELOMPOK : ……………………………………..
Ket: Kartu kontrol ini adalah syarat wajib mengikuti ujian praktikum
BAGIAN ANATOMI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia
TIM PENYUSUN
DAFTAR PUSTAKA
SISTEM
UROGENITALIA
Sasaran Belajar
Setelah selesai mempelajari Penuntun ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan
mengidentifikasi mengenai struktur pelvis dan anatomi sistem urogenitalia.
Sasaran Pembelajaran :
Setelah selesai mempelajari Penuntun ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi skeleton yang membentuk pelvis dan ukuran-ukuran
pelvis
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi otot yang membentuk lantai pelvis
3. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur yang membentuk tractus urinarius
4. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur yang membentuk organa genitalia masculina
Penuntun Praktikum Anatomi Urogenitalia
Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.
Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.
Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.
Vascularisasi Ren
Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.
Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.
Tractus urinarius
Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.
Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.
Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.
Tunjuk dan tuliskan sesuai dengan keterangan yang ada di bawah (di dalam kotak) berdasarkan
hasil pengamatan dan identifikasi preparat pada gambar.
Scrotum et testis
VISI
Terdepan dalam pengembangan pendidikan kedokteran berbasis peradaban
Islam
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesi kedokteran dengan
mengedepankan profesionalisme dan mempertimbangkan kearifan lokal
TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan kedokteran yang profesional dan unggul serta
mampu memenuhi tuntutan perkembangan pelayanan kesehatan,
perkembangan ilmu kedokteran dan perkembangan masyarakat
2
KARTU KONTROL PRAKTIKUM
PATOLOGI KLINIK BLOK UROLOGI
PAS FOTO
3X4
Nama Mahasiswa :
NIM :
TTD
NO NAMA PRAKTIKUM TGL. PRAKTIKUM KET.
DOSEN
3
DAFTAR ISI
4
PEMERIKSAAN URINALISIS (METODE CARIK CELUP)
PraAnalitik
a. Persiapan Pasien: Tidak perlu persiapan khusus
b. Persiapan Sampel:
i. Sampel (urine) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah
penampung hendaknya bersih dan kering
ii. Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan
pengawet urine
iii. Sampel urine yang dipakai untuk urinalisis adalah: urine
sewaktu, urine pagi dan urine postprandial
c. Alat dan Bahan
i. Tabung reaksi
ii. Rak tabung reaksi
iii. Strip urinalisis (disertai skala warna rujukan pada botol strip)
iv. Sampel urine
d. Prinsip Pemeriksaan: Kandungan zat-zat biokimiawi dalam urine
akan menimbulkan perubahan warna pada kertas strip urinalisis
yang telah mengandung reagen khusus.
Analitik
a. Masukkan sampel urine dalam tabung reaksi
b. Celupkan selembar kertas strip urinalisis ke dalam tabung reaksi
selama 1 detik hingga seluruh permukan strip basah.
c. Sentuhkan satu sisi strip urinalisis ke permukaan kertas tissue untuk
menghilangkan sisa urine.
5
d. Letakkan strip di atas permukaan kertas tissue
e. Tunggu hingga 1-2 menit dan bacalah hasilnya.
PascaAnalitik
Amati perubahan warna pada strip urinalisis dengan membandingkannya
pada skala warna rujukan.
Interpretasi:
a. Glukosa
i. Perubahan warna: Biru muda, hijau, hingga coklat.
ii. Negatif palsu: Vitamin C, benda keton, asam homogentisat,
aspirin.
iii. Nilai rujukan <30mg/dl
b. Bilirubin
i. Perubahan warna: Coklat muda hingga merah coklat
ii. Nitrit.
iii. Untuk mengetahui ada tidaknya bakteriuri: merah muda. Negatif
: warna tidak berubah
iv. Nilai rujukan adalah negatif. Positif palsu: Rifampicin,
Chlorpromazine
v. Negatif palsu: Vitamin C dan asam salisilat
vi. Nilai rujukan: Negatif
c. Urobilinogen
i. Perubahan warna: Jingga sampai merah tua
ii. Negatif palsu: Kadar nitrit tinggi
iii. Nilai rujukan:
Laki-laki 0,3 – 2,1 mg/2 hours
Perempuan 0,1 – 1,1 mg/2 hours
d. Keton
i. Perubahan warna: Ungu
ii. Positif palsu: Pigmen atau metabolit levodopa serta
phenylketones
iii. Nilai rujukan: Negatif.
e. Protein
i. Perubahan warna: Hijau muda
ii. Nilai rujukan < 20 mg/dl
f. Nitrit
i. Perubahan warna: Merah muda, penanda adanya bakteriuri
ii. Nilai rujukan: Negatif.
6
g. Leukosit
i. Perubahan warna: Coklat muda hingga warna ungu
ii. Nilai rujukan: Negatif
h. pH
i. Perubahan warna: Jingga - kuning kehijauan - hijau kebiruan
ii. Nilai rujukan 5-8
i. Blood
i. Perubahan warna: Kuning kehijau-hijauan hingga hijau kebiru-
biruan dan biru tua
ii. Negatif palsu: Protein kadar tinggi dan vitamin C
iii. Positif palsu: bakteri.
iv. Nilai rujukan: Negatif
j. Berat jenis
i. Perubahan warna
(1) Berat jenis rendah: Biru tua hijau
(2) Berat jenis tinggi: berwarna hijau kekuning-kuningan
ii. Nilai rujukan 1,016 – 1,022
k. Asam Askorbat
Perubahan warna: Ungu Kandungan asam askorbat >25mg/dl
7
PEMERIKSAAN PROTEIN URINE KUANTITATIF (ESBACH)
PraAnalitik
a. Tujuan Pemeriksaan: Mengukur kadar protein dalam urine secara
kuantitatif
b. Metode: Uji Esbach merupakan pemeriksaan untuk menilai kadar
protein dalam urine (proteinuria). Pada uji ini, pemeriksaan urine
dengan cara mencampurkan larutan asam pikrat 1% dalam air dan
larutan asam sitrat 2% dalam air dengan urine. Asam sitrat ini hanya
digunakan untuk menjaga keasaman cairan. Hasil positif dilihat
dengan adanya kekeruhan dan tingkat kekeruhan sesuai dengan
jumlah protein
c. Persiapan Pasien: Tidak perlu persiapan khusus
8
d. Persiapan Sampel:
i. Wadah penampung hendaknya bersih dan kering
ii. Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, dan umur.
iii. Cara pengumpulan sampel yang digunakan adalah urine 24 jam
e. Alat dan Bahan
i. Tabung Esbach
ii. Reagen Esbach (Asam Pikrat 1%, Asam Sitrat 1%, Aquades)
iii. Asam asetat 6%
iv. Pipet tetes
v. Barium sulfat (BaSO4) bubuk
vi. Urine 24 jam
f. Prinsip Pemeriksaan: Asam pikrat dapat mengendapkan protein dan
endapan ini dapat diukur secara kuantitatif.
Analitik
a. Ukur volume urine dalam gelas ukur
b. Pastikan urine bersifat asam dengan memasukkan kertas lakmus
merah ke dalam urine. Urine asam tidak akan merubah warna kertas
lakmus.
c. Bila urine belum bersifat asam, tambahkan asam asetat secukupnya
kemudian periksa lagi keasaman urine dengan kertas lakmus merah.
d. Masukkan urine ke dalam tabung Esbach hingga tanda U dan
tambahkan Reagen Esbach hingga tanda R
e. Tutup tabung dengan gabus penutupnya, bolak balik beberapa kali
agar urine dan reagen Esbach tercampur baik, biarkan pada suhu
kamar selama 24 jam.
f. Baca tingginya endapan yang terjadi setelah 24 jam dalam satuan g/L,
misalnya X g/L.
g. Untuk mempercepat pengendapan dalam keperluan praktikum,
masukkan bubuk barium sulfat lalu tutup tabung dan kocok kembali.
Tunggulah 30 menit hingga terbentuk endapan dan ukur kembali
tinggi endapan.
PascaAnalitik
a. Volume urine: 0.5-1cc/kgBB/jam
b. Protein Loss: Tinggi endapan g/L x Volume urine L/24jam
Nilai Rujukan: 0.15gr/24jam
9
METODE DIP SLIDE (KULTUR URINE)
PraAnalitik
a. Tujuan Pemeriksaan: Mengukur kadar urea dalam urine secara
kuantitatif
b. Persiapan Pasien: Tidak perlu persiapan khusus
c. Persiapan Sampel:
i. Sampel (urine) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah
penampung hendaknya bersih dan kering
ii. Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, dan umur
iii. Sampel yang digunakan adalah urine sewaktu dengan metode
pemgambilan urine porsi tengah.
d. Alat dan Bahan
i. Gelas Ukur
ii. Dip Slide ®
10
Analitik
a. Dip-slide dibuka dari wadahnya kemudian dicelupkan dalam urine
lalu diangkat.
b. Bila ada urine yang berlebihan, bersihkan dengan menggunakan
kertas tissue pada bagian tepi.
c. Kembalikan dip-slide ke dalam wadah yang telah diberikan label
identitas.
d. Inkubasi dip-slide pada ruangan dengan suhuh 20-24OC selama 18-24
jam.
PascaAnalitik
Nilai rujukan: Negatif
11
PENILAIAN HASIL PEMERIKSAAN SEMEN
PraAnalitik
a. Tujuan Pemeriksaan: Pemeriksaan specimen semen dilakukan
terhadap pasien untuk menyingkirkan kemungkinan infertilitas.
b. Metode: Pemeriksaan ini dilakukan melalui penilaian berbagai
karakteristik fungsional spermatozoa dalam cairan semen (cairan
vesica seminalis).
c. Persiapan Pasien
Sebelum melakukan analisis sperma perlu terlebih dahulu untuk
memberikan penerangan sejelas-jelasnya kepada pria yang akan
diperiksa tersebut mengenai maksud dan tujuan analisis sperma dan
juga untuk menjelaskan cara pengeluaran dan penampungan sperma
tersebut. Penerangan mengenai cara pengeluaran, penampungan dan
pengiriman sperma ke laboratorium. Sebelum pemeriksaan dilakukan
sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi persyaratan sebagai
berikut.
i. Melakukan abstinensia selama 3 – 5 hari, paling lama selama 7
hari. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari
dan harus dikeluarkan di laboratorium. Bila tidak mungkin,
harus tiba di laboratorium paling lambat 2 jam dari saat
dikeluarkan.
ii. Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar
yang bersih dan steril ( jangan sampai tumpah ), kemudian botol
ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang bersangkutan.
iii. Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung
diserahkan pada petugas laboraturium untuk pemeriksaan dan
harus diperiksa sekurang-kurangnya 2 kali dengan jarak antara
waktu 1-2 minggu. Analisis sperma sekali saja tidak cukup
12
karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam
satu individu.
iv. Sperma dikeluarkan dengan cara rangsangan tangan
(onani/masturbasi), bila tidak mungkin dapat dengan cara
rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan jangan
ada yang tumpah.
v. Untuk menampung sperma dengan ukuran tempat penampung
sperma 50-100ml, maka digunakan tempat penampung:
(1) Tidak terbuat dari plastik atau kondom (mengandung gugus
fenol-C6H5OH) sehingga sperma rusak)
(2) Tidak mengandung spermatoksik
(3) Terbuat dari bahan yang tidak bereaksi apa-apa
(4) Bermulut lebar supaya muat pada penis
(5) Memiliki penutup agar tidak terkontaminasi.
13
kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya
yang keluar adalah cairan prostat. Jadi cara memperoleh sperma
yang paling baik adalah dengan onani meskipun faktor psikis
ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang desa, orang
tertentu yang tidak bisa melakukan onani atau orang yang tidak
mengerti tentang onani.
d. Persiapan Sampel
Pengambilan spesimen semen dilakukan sendiri oleh pasien
memasukkan cairan semen yang ke dalam suatu botol yang
bersih dan kering; selanjutnya, botol berisi semen tersebut
dikirimkan ke laboratorium sesegera mungkin, paling baik
dalam 30 menit atau kurang setelah pengambilan sampel.
Spesimen ini tidak langsung diperiksa karena semen merupakan
cairan berviskositas tinggi sehingga harus “mencair” dahulu.
Waktu yang diperlukan untuk pencairan ini sekitar 15-30 menit
dan harus diperiksa sesegera mungkin setelahnya.
Untuk pemeriksaan pergerakan sperma, Pemeriksaan
sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (200C – 250C). Dalam
memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa
setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak
kental sehingga spermatozoamudah bergerak akan tetapi
jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi sebab dengan
bertambahnya waktu maka spermatozoa akan memburuk
pergerakannya serta pH dan bau mungkin akan berubah.
e. Alat dan Bahan
i. Mikroskop
ii. Kaca objek
iii. Penutup kaca objek
iv. Pipet sahli
v. Pipet elliason
vi. Gelas ukur 10 ml
vii. Kertas indicator pH
viii. Kamar hitung Improved Neubauer
ix. Stopwatch
x. Natrium bikarbonat
xi. Larutan fenol atau formalin (formaldehid 37%)
xii. Air suling
xiii. Vaselin
14
xiv. Pengencer semen (Natrium bikarbonat 5gr, Fenol/formalin 1ml,
Air suling 100ml)
Analitik
a. Pemeriksaan Makroskopis
i. Volume
(1) Tunggu hingga cairan semen mencair
(2) Tampung seluruh cairan semen dalam gelas ukur dengan
skala volume 0.1ml
(3) Baca hasilnya
ii. Warna
(1) Pasanglah latar belakang putih di belakang tabung reaksi
yang mengandung cairan semen
(2) Dengan penerangan yang cukup, amati warna dan
kekeruhan dalam tabung.
iii. Bau
(1) Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium
baunya
(2) Dalam laporan bau dilaporkan: khas/ tidak khas
iv. pH
(1) Celupkan kertas pH dalam cairan semen yang homogeny
dalam tempat penampungnya
(2) Bacalah hasilnya pada skala rujukan warna
v. Liquefaction
Liquefaction diperiksa 20 menit setelah ejakulasi (setelah
dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya.
vi. Viskositas (Kekentalan)
Cara Subjektif
(1) Sentuhlah permukaan cairan semen dengan pipet atau
batang pengaduk
(2) Tariklah ke atas dan perhatikan adanya benang yang
terlihat.
Cara Pipet Elliason
(1) Pastikan cairan semen homogeny dan gunakan pipet yang
kering
(2) Pipetlah cairan semen sampai angka 0.1
(3) Tutup bagian atas pipet dengan jari
(4) Arahkan pipet tegak lurus
(5) Jalankan stopwatch
15
(6) Jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung
waktunya dengan detik
vii. Fruktosa Kualitatif
(1) Pipetkan 0.05ml cairan semen ditambah 2ml larutan
resolsinol (0.5% dalam alcohol 96%) ke dalam tabung
reaksi
(2) Campurkan hingga rata
(3) Panaskan dalam air mendidih selama 5 menit
(4) Amati perubahan warna yang terjadi
b. Pemeriksaan Mikroskopis
i. Jumlah sperma per-lapangan pandang
(1) Aduklah cairan semen hingga homogeny sebelum
pemeriksaan mikroskopis
Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu
dilakukan perkiraan kasar jumlah sperma agar dapat
menentukan prosedur pengenceran yang akan digunakan dan
untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi.
(2) Diambil 1 – 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass
lalu ditutup dengan cover glass
(3) Lihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 40X
(4) Hitunglah berapa banyak spermatozoa pada beberapa
lapang pandang. Misalnya, dihitung berturut-turut lapang
pandang:
I = 6 spermatozoa
II = 5 spermatozoa
III = 7 spermatozoa
IV = 8 spermatozoa
(5) Dalam laporan dituliskan terdapat 5 – 10 spermatozoa per-
lapangan pandang. Perkiraan konsentrasi spermatozoa
dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi
spermatozoa adalah 5 – 10 juta/ml. Jika jumlah
spermatozoa banyak dihitung perkuadran (1/4 lapang
pandang).
ii. Motilitas sperma
(1) Pipetkan setetes semen ke kaca objek
(2) Tutup tetesan tersebut dengan penutup kaca objek
(3) Oleskan vaselin di sekeliling penutup kaca objek untuk
mencegah terjadinya evaporasi
(4) Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x
16
(5) Gerak spermatozoa yang baik adalah gerak kedepan dan
arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag,
berputar-putar dan lain-lain.
(6) Estimasikan persentasi spermatozoa motil dan non-motil
pada beberapa lapangan pandang mikroskop
(a) Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak
kemudian dihitung yang bergerak kurang baik, lalu
yang bargerak baik misal:
yang tidak bergerak = 25%
yang bergerak kurang baik = 50%
yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%
(b) Persentase pergerakan cukup ditulis dengan angka
bulat (umumnya kelipatan 5 misalnya: 10%,15%,
20%).
(c) Jika sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui
viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup)
sebab spermatozoa yang tidak bergerakpun
kemungkinan masih hidup.
iii. Perhitungan Jumlah Sperma
Jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa dalam
ejakulat. Sedangkan konsentrasi sperma adalah jumlah
spermatozoa/ml sperma. Perhitungan konsentrasi spermatozoa
dapat ditentukan dengan mengunakan metode hemositometer
atau ”electronic coulter counter”.
Metode hemositometer lebih sering digunakan
untuk sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa
yang sangat rendah (misalnya 10juta/ml) atau pemeriksaan
sperma yang memerlukan penentuan jumlah dengan segera.
(1) Siapkan pengencer yang berisi NaHCO3 50gr, Formalin 35%
10ml, Gentian Violet pekat 5ml, Aquadestilata 1L
(2) Ambil semen dengan pipet leukosit hingga tanda batas
0.6uL selanjutnya ambil larutan pengencer semen memakai
pipet yang sama hingga tanda batas 11uL.
(3) Masukkan pipet tersebut ke dalam rotator atau bolak-
balikkan pipet dengan menutup kedua ujungnya untuk
menghasilkan campuran yang benar-benar homogeny.
(4) Segera pindahkan ke hemositometer (kamar hitung
Neubauer) yang telah ditutup dengan gelas penutup.
17
(5) Biarkan hemositometer selama 15 menit sampai 20 menit
agar semua sel mengendap
(6) Hitung dibawah mikroskop pembesaran 40X untuk
spermatozoa (sel benih yang matang yang mempunyai ekor
yang dihitung).
Cara perhitungan
Hitung jumlah sperma dengan objek 40x pada daerah leukosit
pada 4 bidang.
Luas = 1 mm2
Tinggi = 0,1 mm
Vol = 0,1 mm3
Jumlah sperma/ml =
dengan n = jumlah total spermatozoa dalam keempat persegi
pada bilik hitung.
iv. Morfologi Sperma
Perhatikan bentuk spermatozoa dengan memperhatikan:
(1) Panjang spermatozoa
(2) Bentuk, ukuran, dan jumlah kepala spermatozoa
(3) Panjang leher
(4) Bentuk ekor
(5) Rasio panjang ekor terhadap panjang spermatozoa
(6) Laporkan pula adanya sel darah, sel epitel, sel imatur testis,
kristal-kristal urine.
PascaAnalitik
a. Pemeriksaan Makroskopis
i. Volume
Volume normal sperma, tergantung ras. Bagi orang
indonesia volume yang normal 2 – 3 ml.
Volume yang lebih dari 8 ml disebut Hyperspermia. Kondisi
ini dapat disebabkan oleh
(1) Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat
(2) Obat perangsang hormon laki – laki
Volume yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh
(1) Ejakulasi yang berturut-turut
(2) Vesica seminalis kecil
(3) Penampung sperma tidak sempurna
18
ii. Warna
Sperma yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti
air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan.
Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus
genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih
kekuningan.
iii. Bau
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas
atau spesifik
Untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah
mempunyai pengalaman untuk membaui sperma.
Baunya sperma yang khas tersebut disebabkan oleh
oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan
oleh kelenjar prostat.
Dalam keadaan infeksi, sperma berbau busuk/ amis.
Secara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor/
kaporit.
iv. pH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH
darah, untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan
kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH
meter.
Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa
yaitu 7.2 – 7.8
Pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah
sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma.
Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak
segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak
(terinfeksi oleh kuman gram negatif (-), mungkin juga
karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya.
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari
kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar
vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.
v. Liquefaction
Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar
prostat ada gangguan (semininnya jelek).
Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin tak
mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar
19
vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika
seminalis.
vi. Viskositas
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah
likuifaksi sperma sempurna.
Cara Subjektif: Panjang benang 3-5 cm. Makin panjang
benang terlihat maka makin tinggi viskositasnya.
Cara Pipet Elliason
o Nilai rujukan <2 detik
o Semakin kental sperma tersebut semakin besar
viskositasnya. Hal ini mungkin disebabkan karena
Spermatozoa terlalu banyak
Cairannya sedikit
Gangguan liquedaction
Perubahan komposisi plasma sperma
Pengaruh obat-obatan tertentu
vii. Fruktosa Kualitatif
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan
pemeriksaan rutin pada sperma azoospermia. Fruktosa sperma
diproduksi oleh vesica seminalis.
Bila tidak didapati fruktosa dalam sperma, hal ini dapat
disebabkan karena:
(1) Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas
deferens
(2) Kedua duktus ejakulatorius tersumbat
(3) Kelainan pada kelenjar vesika seminalis
Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas
menjadi merah coklat atau merah jingga
Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan
warna
b. Pemeriksaan Mikroskopis
i. Jumlah sperma per-lapangan pandang
Misalnya ¼ Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi per-
lapangan pandang 200 spermatozoa. Perkiraan konsentrasi
spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan
konsentrasi spermatozoa adalah 200 juta/ml.
Jika perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka
tidak usah dilakukan pemeriksaan konsentrasi disebut
Azoospermia.
20
ii. Motilitas sperma
Gerak spermatozoa yang baik adalah gerak kedepan dan
arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-zag,
berputar-putar dan lain-lain.
Catatan: Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa mati,
yang benar adalah spermatozoa tidak bergerak
Nilai rujukan: 80% spermatozoa bergerak aktif, 20%
spermatozoa bergerak lambat/tidak bergerak sama sekali.
Pada pemeriksaan setelah 3 jam pertama, motilitas
spermatozoa seharusnya sedikit berkurang atau tidak
berkurang sama sekali.
Pada pemeriksaan berikutnya, motilitas spermatozoa
biasanya akan berkurang terus dan pada suhu kamar
menjadi benar-benar non-motil setelah 12 jam.
Berkurangnya motilitas spermatozoa mungkin merupakan
salah satu penyebab infertilitas.
Sebab menurunnya motilitas spermatozoa:
(1) Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma
dikeluarkan
(2) Cara penyimpanan sampel yang kurang baik
iii. Perhitungan Jumlah Sperma
Jumlah spermatozoa yang normal adalah 60-150 juta/ml
(menurut beberapa sumber, 100-500 juta/ml).
Pada pasien-pasien yang jumlah spermatozoanya di bawah
60 juta/ml, hitung spermatozoanya (jumlah spermatozoa
pada bilik hitung) pasti rendah; meskipun begitu, pasien-
pasien ini mungkin masih tetap fertil.
iv. Morfologi Sperma
Nilai rujukan
Spermatozoa normal memiliki panjang 50-70um
Bentuk kepala spermatozoa normal besar dan oval
o Kepala spermatozoa berukuran 3-6um x 2-3um
Leher spermatozoa pendek
Ekor spermatozoa panjang dan langsing
Panjang ekor mencapai kira-kira 90% panjang total
spermatozoa
Tidak ditemukan >20% spermatozoa bentuk abnormal
Bentuk abnormal
Bentuk Pir (seperti buah pir)
21
Bentuk Terato (tidak beraturan dan berukuran besar)
Bentuk Lepto (ceking)
Bentuk Mikro (kepala seperti jarum pentul)
Bentuk Strongyle (seperti larva stongyloides)
Bentuk Lose Hezel (tanpa kepala)
Bentuk Immature (spermatozoa belum dewasa, terdapat
cytoplasmic)
22
Interprestasi Hasil Analisa Sperma
23
Bila semua
sperma
12 Nekrozoospermia 12 Nekrozoospermia
tidak ada
yang hidup
Tidak ada
cairan
13 Aspermia semen yang 13 Aspermia
keluar saat
ejakulasi
24
PENUNTUN PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI
SISTEM UROGENITALIA
VISI
Terdepan dalam pengembangan pendidikan kedokteran berbasis peradaban Islam
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesi kedokteran dengan
mengedepankan profesionalisme dan mempertimbangkan kearifan lokal
2. Menyelenggarakan tri darma perguruan tinggi yang kreatif dan inovatif serta
merefleksikan kedinamisan integrasi keilmuan
3. Mewujudkan tata kelola yang baik yang mencerminkan nilai-nilai universal Islam
TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan kedokteran yang profesional dan unggul serta mampu
memenuhi tuntutan perkembangan pelayanan kesehatan, perkembangan ilmu
kedokteran dan perkembangan masyarakat
4. Terwujudnya kerja sama dengan lembaga lokal, nasional dan internasional yang
menunjang peningkatan mutu organisasi dan daya saing lulusan
KARTU KONTROL PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI BLOK UROLOGI
PAS FOTO
3X4
Nama Mahasiswa :
NIM :
TTD
NO NAMA PRAKTIKUM TGL. PRAKTIKUM KET.
DOSEN
1. Padaseminoma Testis
DESKRIPSI :
GAMBAR :
2. Teratoma Testis
DESKRIPSI :
GAMBAR :
3. Ca. Prostat
DESKRIPSI :
GAMBAR :
4. Karsinoma Sel Renal
DESKRIPSI :
GAMBAR :
5. Tumor Wilms
DESKRIPSI
GAMBAR
6. Karsinoma Uroterial
DESKRIPSI
GAMBAR