Jtptunimus GDL Novidwirud 8299 3 Babii PDF
Jtptunimus GDL Novidwirud 8299 3 Babii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kualitas hidup
1. Pengertian Kualitas Hidup
Kualitas hidup merupakan ukuran konseptual atau operasional yang
sering digunakan dalam situasi penyakit kronik sebagai cara untuk
menilai dampak dari terapi pada pasien. Pengukuran konseptual ini
mencakup; kesejahtraan, kualitas kelangsungan hidup, kemampuan
seseorang untuk secara mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-hari
Montazeri (1996 dalam Hartono 2009). Kreitler & Ben (2004)
mengungkapkan kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu
mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan. Lebih
spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam
kehidupan, dalam konteks budaya dan system nilai dimana mereka hidup
dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang
menjadi perhatian individu (Nofitri, 2009).
c. Pendidikan
Moons, Marquet, Budst, dan De Gees (2004) mengatakan bahwa
tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Wahl, Astrid,
Rusteun, Hanested (2004) menemukan bahwa kualitas hidup akan
meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang
didapatkan oleh individu. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani,
Asghapur, dan Safa (2007) dalam menemukan adanya pengaruh
positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak
banyak.
d. Status pernikahan
Moons, Marquet, Budst, dan De Gees (2004) mengatakan bahwa
terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah,
individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah atau
kohabitasi. Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan
bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih
tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun
janda/duda akibat pasangan meninggal. Hal ini didukung oleh
penelitian kualitas hidup dengan menggunakan kuesioner SF-36
terhadap 145 laki-laki dan wanita, dilaporkan bahwa laki-laki dan
perempuan yang sudah menikah memiliki kualitas hidup yang lebih
baik dibandingkan dengan yang belum menikah atau yang sudah
bercerai. Kualitas hidup yang baik pada laki-laki dan wanita yang
sudah menikah karena adanya dukungan sosial dari pasangannya
(Quan, Rong, Chan, Rong & Xiu, 2009).
e. Pekerjaan
Moons, Marquet, Budst, dan De Gees (2004) mengatakan bahwa
terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus
sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja
(atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu
bekerja (atau memiliki disabiliti tertentu). Wahl, Astrid, Rusteun &
Hanested (2004) menemukan bahwa status pekerjaan berhubungan
dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita.
g. Keteraturan berobat
Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau
pembunuh diam-diam, karena pada umumnya penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan
tekanan darahnya. Kepatuhan menjalani pengobatan sangat diperlukan
untuk mengetahui tekanan darah serta mencegah terjadinya
komplikasi. Keteraturan berobat dikatakan teratur apabila dilakukan
berturut-turut dalam beberapa bulan terahir dan tidak teratur apabila
tidak dilakukan berturut-turut dalam beberapa bulan terahir (Annisa,
2013). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mubin (2010)
yang mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan tentang penyakit hipertensi seperti akibat dari penyakit
jika tidak minum obat atau kontrol tekanan darah secara rutin maka
akan mengakibatkan komplikasi penyakit, sehingga mereka
meluangkan waktu untuk kontrol tekanan darah.
h. Tekanan darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat
mengalir dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua
jaringan tubuh manusia. Darah yang dengan lancar beredar ke seluruh
bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut
oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel
tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa
hasil metabolism yang tidak digunakan lagi oleh tubuh untuk
dikeluarkan (Gunawan, 2007).
B. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah 160/95
mmHg untuk usia ≥ 50 tahun. Pengukuran tekanan darah sebaiknya
dilakukan sebayak dua kali untuk memastikan keadaan tersebut (WHO,
2010).
2. Epidemologi
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberculosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua
umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gagngguan system peredaran
darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu
140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), menunjukkan
prevelensi hipertensi secara nasional mencapai 36,8%, dan hanya terdapat
0,1% yang hanya mengkonsumsi obat hipertensi. Hal ini menunjukkan
bahwa 63,2% kasus hipertensi di masyarakat masih belum terdiagnosis.
3. Etiologi
Menurut Gunawan (2008), berdasarkan penyebabnya hipertensi
dibedakan atas :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer)
Hipertensi esensial atau primer adalah peningkatan darah persisten
dari tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidak teraturan mekanisme
homeostatik. Penyebab hipertensi primer belum diketahui secara pasti,
dan terjadi pada 90-95% dari kasus hipertensi. Hipertensi dapat terjadi
secara genetik yang dapat di turunkan dari orang tua penderita
hipertensi, hal menunjukkan faktor genetik berperan penting pada
pathogenesis pada hipertensi primer (Muchid, 2006).
Meskipun pada hipertensi primer belum diketahui penyebabnya,
namun dari data penelitian ditemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan hipertensi. Faktor tersebut meliputi :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang yang menderita
hipertensi disebabkan karena keluarga adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Hal ini dapat mempengaruhi timbulnya hipertensi yaitu usia dari
indifidu (jika usia seseorang bertamabah hal ini akan
menyebabkan tekanan darah meningkat), jenis kelamin, ras (ras
kulit juga dapat berpengaruh terhadap tekanan darah).
3) Kebiasaan hidup
Konsumsi garam tinggi (≥ 30 gr/hari), obesitas, stres, dan
pengaruh lain seperti merokok, minum alkohol, obat-obatan
(ephedrine, prednisone, epineprin), hal ini juga dapat berpengaruh
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyaki
lain, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular
renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan, dan lain – lain.
4. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut Mansjoer (2008), di bagi menjadi tiga
yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Merupakan hipertensi yang masih belum jelas diketahui penyebabnya,
hal ini juga sering disebut juga dengan hipertensi idiopatik. Terdapat
sekitar 95% kasus, hal ini dipengaruhi oleh faktor yang meliputi;
genetik, lingkungan, system rennin angiotensin, defek dalam sekresi
Na, hiper aktifitas system saraf simpatis, peningkatan Na, dan Ca intra
seluler. Juga faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti; obesitas,
konsumsi alkohol dan merokok.
c. Hipertensi maligna
Merupakan hipertensi yang sangat parah, yang apabila tidak diobati
akan menimbulkan kematian dalam waktu ± 3-6 bulan. Hipertensi ini
jarang terjadi, dikarenakan haya 1 dari 200 penderita hipertensi yang
mengidap hipertensi maligna.
5. Kriteria hipertensi
Untuk mengetahui tingkatan hipertensi, terdapat klasififikasi hipertensi
yang diklasifikasikan dalam tabel 1 dan 2, yaitu sebagai berikut :
Table 2.1.
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VIII
(Maulana, 2014)
Tekanan sistol Tekanan diastole
Normal < 120 < 80
Kualitas hidup :
Faktor penyebab
hipertensi : 1. Dimensi fisik
2. Dimensi fungsional
1. Berat badan berlebih Hipertensi
3. Dimensi psikologis
(obesitas)
4. Dimensi sosial
2. Metabolism lemak
5. Dimensi lingkungan
abnormal
3. Merokok
4. Stress
5. Usia Faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Status pernikahan
5. Pekerjaan
6. Lama menderita
hipertensi
7. Keteraturan berobat
8. Derajat hipertensi
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Status pernikahan
Kualitas hidup
Pekerjaan
Lama menderita
hipertensi
Keteraturan berobat
Derajat hipertensi
F. Variabel penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,
pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, lama menderita hipertensi,
keteraturan berobat, tekanan darah
2. Variabel terkait penelitian adalah kualitas hidup.
G. Hipotesis penelitian
1. Terdapat hubungan antara usia dengan kualitas hidup pada pasien
hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
2. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup pada
pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
3. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan kualitas hidup pada pasien
hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
4. Terdapat hubungan antara status pernikahan dengan kualitas hidup pada
pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
5. Terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kualitas hidup pada pasien
hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
6. Terdapat hubungan antara lama menderita hipertensi dengan kualitas
hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
7. Terdapat hubungan antara keteraturan berobat hipertensi dengan kualitas
hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
8. Terdapat hubungan antara derajat hipertensi dengan kualitas hidup pada
pasien hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.