Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Cakupan Upaya Pencegahan Buta Katarak Puskesmas 1 Ulu Tahun 2018
Berdasarkan hasil pengamatan di Puskesmas 1 Ulu didapatkan cakupan-
cakupan kegiatan puskesmas selama tahun 2018 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Cakupan Kegiatan Penilaian Kinerja Puskesmas 1 Ulu tahun
2018
No Jenis Kegiatan Target Target Penca Cakupan
Sasaran paian (V)
(T) (H) Sub- Variabel
Variab
el (V)
(SV)
Vi. Upaya Pengobatan 100%
A. Pengobatan 100%
1. Kunjungan rawat jalan umum 15% 20507 24225 100%
2. Kunjungan rawat jalan gigi 3% 1779 1779 100%
B. Pemeriksaan Laboratorium 100%
1. Pemeriksaan Hemoglobin pada 100% 438 438 100%
ibu hamil
2. Pemeriksaan test kehamilan 100% 190 190 100%
3. Pemeriksaan sputum TB 100% 100% 100% 100%
4. Pemeriksaan urine protein pada 100% 214 214 100%
ibu hamil 100%
5. ……………………….
VII. Upaya Kesehatan Pengembangan 97.7%
A. Puskesmas Rawat Inap 0.00%
1. BOR Puskesmas tempat tidur 1,5% 0 0
2. Hari rawat rata-rata (ALOS) di 0 0
Puskesmas Tempat Tidur 3
Hari
3. Asuhan keperawatan individu 0 0
pada pasien rawat inap 100 hari
4. …………………………..
B. Upaya Kesehatan Usia Lanjut 90.59%
1. Pembinaan kelompok usia 70% 3 3 100%
lanjut sesuai standar
2. Pemantauan kesehatan pada 100% 2099 1704 81.2%
anggota kelompok usia lanjut
yang dibina sesuai standar

37
3. ………………………
C. Upaya Kesehatan Mata / 88.89%
Pencegahan Kebutaan
a. Penemuan kasus di 200 200 100%
masyarakat dan
puskesmas, melalui
pemeriksaan visus /
refraksi
b. Penemuan kasus penyakit 73 73 100%
mata di puskesmas
c. Penemuan kasus buta 3 2 66.7%
katarak pada usia > 45
Tahun
D. Upaya Kesehatan Telinga 40 40 100%
1. Penemuan kasus dan rujukan 40 40 100%
spesialis di Puskesmas melalui
pemeriksaan fungsi
pendengaran
2. Pelayanan tindakan / operatif 0 0 0
oleh spesialis di Puskesmas
3. Kejadian komplikasi operasi 0 0 0
E. Kesehatan Jiwa 100%
1. Penemuan dan penanganan 33 34 100%
kasus gangguan perilaku,
gangguan jiwa, masalah Napza
dll, dari rujukan kader dan
masyarakat
2. Penanganan kasus kesehatan 17 18 100%
jiwa melalui jiwa melalui
rujukan ke RS / spesialis
3. Deteksi dan penanganan kasus 15% 120 120 100%
jiwa (gangguan perilaku,
gangguan jiwa, gangguan
psikomatik, masalah Napza dll)
yang dating berobat ke
Puskesmas
F. Kesehatan Olah Raga 100%
1. Pemberdayaan masyarakat 0 0 0%
melalui pelatihan kader
2. Pembinaan kelompok potensial 3 3 100%
/ klub dalam kesehatan Olah
Raga
3. Pemeriksaan kesegaran 8 8 100%
jasmani anak sekolah

38
4. Pemeriksaan kesegaran 0 0 0
jasmani pada atlet
G. Pencegahan dan Penanggulangan 100%
Penyakit Gigi
1. Pembinaan kesehatan gigi di 80% 14 14 100%
Posyandu
2. Pembinaan kesehatan gigi pada 80% 8 8 100%
TK
3. Pembinaan dan bimbingan 80% 8 8 100%
sikat gigi massal pada SD / MI
4. Perawatan kesehatan gigi pada 60% 8 8 100%
SD / MI
5. Murid SD / MI mendapat 60% 418 418 100%
perawatan kesehatan gigi
6. Gigi tetap yang dicabut 20% 212 212 100%
7. Gigi tetap yang ditambal 80% 84 84 100%
permanen
VIII Perawatan Kesehatan Masyarakat 100%
.
1. Kegiatan asuhan keperawatan 75 75 100%
pada keluarga
IX. Bina Kesehatan Tradisional 100%
1. Pembinaan TOGA dan 2 2 100%
pemanfaatannya pada sasaran
masyarakat
2. Pembinaan pengobatan 0 0 0
Tradisional yang menggunakan
tanaman obat
3. Pembinaan pengobatan 2 2 100%
Tradisional dengan
keterampilan
4. Pembinaan pengobatan 0 0 0
Tradisional lainnya
X. Bina Kesehatan Kerja 100%
1. Pos UKK berfungsi baik 2 2 100%
2. Pos UKK menuju SIMASKER 2 2 100%
3. Pelayanan kesehatan oleh 1 1 100%
tenaga kesehatan kepada
pekerja di Pos UKK
Sumber: Pencapaian Kinerja Puskesmas 1 Ulu Tahun 2018

Secara keseluruhan Kinerja Puskesmas 1 Ulu dalam Upaya Kesehatan


Wajib sudah banyak yang mencapai target namun terdapat beberapa

39
pencapaian yang kurang dari target seperti Penyuluhan perilaku hidup bersih
dan sehat pada Rumah Tangga yang mencapai 60.15% dari target 65%,
pemeriksaan penyehatan lingkungan pada perumahan yang baru mencapai
77,4%% dari target 80%, inspeksi sanitasi sarana pembuangan sampah limbah
baru mencapai 68.5% dari target 80%, bayi mendapat ASI eksklusif baru
mencapai 69.31% dari target 80% dan penemuan kasus buta katarak pada usia
> 45 tahun mencapai 66.7% dari target 100%.

a. Identifikasi Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan,
sehingga untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada cakupan-cakupan
program Puskesmas 1 Ulu pada tahun 2017 perlu membandingkan antara
pencapaian dan target yang sudah dilakukan ditahun 2017.
Berdasarkan dari pencapaian cakupan-cakupan program di Puskesmas
1 Ulu pada tahun 2017, ada beberapa program yang belum mencapai target
yang merupakan sebuah masalah dimana apabila tidak ditindaklanjuti akan
berdampak pada kesehatan masyarakat dilingkungan tersebut, sehingga perlu
mengidentifikasi beberapa masalah cakupan-cakupan program tersebut
seperti :

Tabel 4.2 Tabel Identifikasi Masalah


NO MASALAH Pencapaian Tidak Masalah
Tercapai
1. Penyuluhan 60.15% 65% 1
Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat
Pada Rumah
Tangga
2. Pemeriksaan 77.4% 80% 2
Penyehatan
Lingkungan Pada
Perumahan
3. Inspeksi Sanitasi 68.5% 80% 3
Sarana
Pembuangan
Sampah Limbah

40
4. Bayi Mendapat 69.31% 80% 4
ASI Eksklusif
5. Penemuan Kasus 66.7% 100% 5
Buta Katarak Pada
Usia > 45 Tahun

b. Prioritas Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi masalah secara
sekaligus maka akan dipilih prioritas dengan menggunakan matriks.
Dalam menentukan prioritas masalah diperlukan sebuah metode
pemecahan masalah. Penentuan prioitas masalah dapat dilakukan dengan cara
kuantitatif atau kualitatif berdasarkan data serta perhitungan kemudahan dan
kemampuan untuk dapat diselesaikan, keinginan masyarakat untuk mengatasi
masalah, berdasarkan situasi lingkungan sosial politik dan budaya yang ada di
masyarakat serta waktu dan dana yang diperlukan untuk mengatasi masalah.
Untuk itu, dalam menentukan prioritas masalah, digunakan metode
Delbecq. Dalam menentukan kriteria prosesnya diawali dengan pembentukan
kelompok yang akan mendiskusikan, merumuskan, dan menetapkan kriteria.
Sumber data dan informasi yang diperlukan dalam penetapan prioritas
berdasarkan:
a. Pengetahuan dan pengalaman masing-masing anggota kelompok.
b. Saran dan pendapat para narasumber.
c. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan.
d. Analisa situasi.
e. Sumber informasi atau referensi lainnya.
Pada penggunaan Matriks USG, untuk menentukan suatu masalah
yang prioritas, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan.Ketiga faktor
tersebut adalah urgency, seriuosness, dan growth (Depkes, 2006).
Urgency, seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan
dengan waktu yang tersedia dan seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.Urgency dilihat dari
tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan
(Permenkes No 44 Tahun 2016).
Seriousness berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut
terhadap organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi
organisasi seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa

41
manusia, sumber daya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah
tersebut terhadap organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
Growth, Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau
dibiarkan (Permenkes No 44 Tahun 2016).
Untuk mengurangi tingkat subyektivitas dalam menentukan masalah
prioritas, maka perlu menetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG
tersebut.Umumnya digunakan skor dengan skala tertentu.Misalnya
penggunaan skor skala 1-5.Semakin tinggi tingkat urgensi, serius, atau
pertumbuhan masalah tersebut, maka semakin tinggi skor untuk masing-
masing unsur tersebut (Depkes, 2006).

Tabel 4.3 Matriks USG Prioritas Masalah


NO KRITERIA URGENC SERIOUSNES GROWT TOTAL
Y (U) S (S) H (G) (UxSxG)
MASALAH
1 Penyuluhan Perilaku 4 5 4 80
Hidup Bersih Dan
Sehat Pada Rumah
Tangga
2 Pemeriksaan 3 3 3 27
Penyehatan
Lingkungan Pada
Perumahan
3 Inspeksi Sanitasi 4 4 4 64
Sarana Pembuangan
Sampah Limbah
4 Bayi Mendapat ASI 4 3 4 48
Eksklusif
5 Penemuan Kasus Buta 4 5 5 100
Katarak Pada Usia >
45 Tahun

Berdasarkan matriks USG diatas yang menjadi prioritas masalah


adalah cakupan kasus buta katarak pada usia > 45 tahun. Diambil masalah
tersebut dan dijadikan analisis dalam makalah ini karena Di Indonesia hasil
survei kebutaan dengan menggunakan metode Rapid Assessment of
Avoidable Blindness (RAAB) yang baru dilakukan di 3 provinsi (NTB, Jabar

42
dan Sulsel) tahun 2013 -2014 didapatkan prevalensi kebutaan pada
masyarakat usia > 50 tahun rata-rata di 3 provinsi tersebut adalah 3,2 %
dengan penyebab utama adalah katarak (71%). Diperkirakan setiap tahun
kasus baru buta katarak akan selalu bertambah sebesar 0,1% dari jumlah
penduduk atau kira-kira 250.000 orang/tahun. Sementara itu kemampuan
untuk melakukan operasi katarak setiap tahun diperkirakan baru mencapai
180.000/tahun sehingga setiap tahun selalu bertambah backlog katarak
sebesar lebih kurang 70.000. Jika tidak segera mengatasi backlog katarak ini
maka angka kebutaan di Indonesia semakin lama akan semakin tinggi.

c. Perumusan Masalah
Dalam menentukan urutan masalah, langkah berikutnya adalah
perumusan masalah yang mencakup apa permasalahannya, siapa yang terkena
masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi, dan
bilamana masalah itu terjadi (what, who, when, where, why and how).

Rumusan masalahnya adalah :


Cakupan Penemuan Kasus Buta Katarak Pada Usia > 45 Tahun di Puskesmas
1 Ulu tahun 2018 masih rendah yaitu 66.7% dari target 100%.

d. Akar Penyebab Masalah


Kemungkinan Penyebab masalah dapat berasal dari Input (Sumber
daya), Proses (Pelaksana Kegiatan) dan Lingkungan, untuk mencari akar
penyebab masalah dapat menggunakan fishbone diagram seperti tertera
dalam gambar berikut.

43
Diagram 4.1 Fishbone rendahnya cakupan buta katarak usia > 45 tahun di
Puskesmas 1 Ulu Palembang Tahun 2018.

MANUSIA METODE

Petugas kesehatan Kurangnya frekuensi dan


belum maksimal keefektifan penyuluhan dan
Kerjasama lintas sektor dan sosialisasi pada masyarakat
melakukan screening lintas program yang kurang
indra ke masyarakat mengenai katarak yang
kurang.

Peran kader kurang aktif


untuk melaporkan kasus
buta katarak ke petugas
kesehatan CAKUPAN
buta katarak
usia > 45 tahun
yang rendah
Media informasi ke Anggaran utk program
(66.67%)
masyarakat masih indera masih kurang
kurang (poster,
leaflet, brosur,
bannner, dll) Anggaran utk pembuatan Pengetahuan masyarakat
leaflet dan brosur kurang mengenai katarak dan
pengobatannya masih kurang

Kurangnya pengetahuan Kader


DANA Kader posyandu
belum maksimal posyandu tentang katarak dan
SARANA dalam pemberian resiko yang ditimbulkan
infomasi tentang
katarak kepada
masyarakat.

LINGKUNGAN
e. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah
Berdasarkan pembahasan diatas, harus ditetapkan satu prioritas
masalah yaitu dengan metode skoring. Metode skoring adalah salah satu
teknik yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dari
berbagai pilihan untuk menentukan prioritas penyebab masalah, dan kegiatan
dengan menggunakan beberapa kriteria yang telah disepakati sebagai berikut:
 Besarnya penyebab masalah adalah kesenjangan antara target dengan
cakupan pencapaian, makin besar kesenjangan maka makin buruk
kinerjanya dan semakin tinggi skor yang diberikan.
 Kepentingan (importance) adalah gambaran seberapa jauh pelayanan
dianggap penting untuk ditanggulangi. Kepentingan dapat dinilai dari
beberapa hal, misalnya ada hubungan langsung/tidak langsung. Semakin

44
penting penyebab masalah semakin tinggi prioritas atau angka. Apabila
satu penyebab masalah diselesaikan maka akan sekaligus bisa
menyelesaikan beberapa masalah lainnya. Makin banyak penyebab
masalah yang dapat diselesaikan, maka penyebab masalah tersebut
tergolong penting dan mendapat skor lebih tinggi.
 Kemudahan/kelayakan (feasibility) adalah seberapa jauh masalah
pelayanan dapat ditanggulangi. Kemudahan dapat dinilai dari tersedianya
sarana, prasarana, SDM, metoda, teknologi, dana, dan lain-lain. Makin
sedikit sumberdaya yang dibutuhkan, maka makin tinggi nilai yang
diberikan.
 Dukungan untuk perubahan (support of change) adalah besarnya
dukungan dari stakeholder (Pemda, LSM, institusi terkait, masyarakat,
tokoh masyarakat, dan lain-lain). Dukungan dapat berupa kebijakan, dana,
dan keterlibatan. Makin banyak dukungan yang didapat untuk suatu
masalah, maka makin tinggi skor yang diberikan.
 Risiko (risk if nothing is done) adalah besarnya risiko apabila masalah
suatu penyebab masalah tidak segera ditangani. Semakin besar risikonya,
maka semakin tinggi angkanya.
Sepakati nilai yang akan diberikan untuk masing-masing krteria.
Misalnya 1= tidak penting, 2= kurang penting, 3= penting, 4= sangat penting.
Nilai akhir didapat dari perkalian nilai kriteria.

Tabel 4.4 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah

Penyebab Besaran Kepentingan Kemudahan/ Dukungan Risiko N


Masalah Penyebab Kelayakan untuk bila tak ak
Masalah Perubahan ditangani peri
MANUSIA
 Petugas kesehatan 4 4 3 3 4 576
dan kader belum

45
maksimal
melakukan
screening indra ke
masyarakat
 Peran kader kurang
aktif untuk 3 2 3 2 2 72 (
melaporkan kasus
buta katarak ke
petugas kesehatan

METODE

 Kerjasama lintas 2 2 3 3 2 72
sektor dan lintas
program yang
kurang

 Kurangnya 4 3 3 3 4 432
frekuensi dan
keefektifan
penyuluhan pada
masyarakat
mengenai katarak
SARANA
Kurang adanya 3 4 3 3 4 432
brosur, leaflet dan
poster sebagai
sarana edukasi
LINGKUNGAN

 Kurangnya
pengetahuan 3 3 3 3 3 243
Kader posyandu
tentang katarak
dan resiko yang
ditimbulkan

 Pengetahuan
masyarakat
mengenai katarak
dan 4 3 3 3 4 432
pengobatannya
masih kurang
 Kader posyandu
belum maksimal
dalam pemberian

46
infomasi tentang 2 3 3 3 3 162
katarak kepada
masyarakat.

DANA

 Anggaran utk 2 2 3 2 3 72
program indera
masih kurang

 Anggaran untuk 3 3 3 3 2 162 (


pembuatan media
edukasi kurang

Masalah yang mempunyai total angka tertinggi dari hasil penjumlahan


yang akan menjadi prioritas masalah. Dari akar penyebab masalah diatas,
yang menjadi prioritas masalah adalah Petugas kesehatan belum maksimal
melakukan screening indra ke masyarakat.

f. Alternatif Penyelesaian Masalah


Pada sesi ini ditentukan pula prioritas dari berbagai kegiatan yang telah
ditetapkan sehingga kegiatan dapat dikurangi sesuai prioritasnya apabila
anggaran untuk program terbatas. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan
prioritas kegiatan adalah sebagai berikut :

 Konsistensi
Bila kegiatan terpilih sesuai dengan strategi nasional dan rencana kerja
kabupaten/kota yang sudah ada. Makin sesuai dengan strategi/rencana
kerja yang ada, maka makin tinggi skornya.
 Evidence Based
Bila kegiatan dipilih termasuk dalam rangkaian kegiatan atau intervensi
yang telah terbukti efektif (evidence based) nilainya makin tinggi
dibandingkan dengan kegiatan yang belum ada bukti.

47
 Penerimaan
Kegiatan dapat diterima oleh semua institusi terkait termasuk masyarakat
setempat.Makin mudah diterima, maka makin tinggi skor/nilainya.
 Mampu Laksana
Kegiatan yang dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi setempat, fasilitas,
sumber daya manusia dan infrastruktur yang dibutuhkan tersedia atau bisa
didapat, termasuk pembiayaan.Makin mudah disediakan, makin tinggi
nilainya.
Sepakati nilai yang akan diberikan untuk masing-masing krteria.
Misalnya 1= tidak penting, 2= kurang penting, 3= penting, 4= sangat penting.
Nilai akhir didapat dari perkalian nilai kriteria.
Setelah mendapatkan prioritas penyebab masalah yaitu kurangnya
frekuensi dan keefektifan penyuluhan pada masyarakat mengenai pengobatan
hipertensi, lalu dilakukan penentuan alternatif pemecahan masalah yaitu
sebagai berikut :

Tabel 4.5 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif
Evidence Mampu Total
Pemecahan Kegiatan Konsistensi Penerimaan
Based Laksana Nilai
Masalah

Petugas 1) Meningkatkan 3 4 3 2 72
melakukan frekuensi
perencanaan kegiatan
pelaksanaan penyuluhan
dan screening 4 3 4 4 192
mengenai
katarak kepada
masyarakat
2) Meningkatkan

48
kompetensi
petugas / kader
2 3 2 3 36
program indera
melalui
pendidikan,
3 3 3 4 108
pelatihan,
pertemuan,
sosialisasi,
seminar,
workshop dll
3) Memberikan
anggaran dana
kepada petugas
mengenai
penyuluhan
dan screening
katarak
4) Membuat
media
penyuluhan
mengenai
katarak.

Dari tabel tersebut untuk penyelesaian masalah terpilih untuk


meningkatkan cakupan buta katarak usia > 45 tahun di Puskesmas 1 Ulu
adalah Meningkatkan kompetensi petugas / kader program indera melalui
pendidikan, pelatihan, pertemuan, sosialisasi, seminar, workshop dll. Dengan
terampilnya petugas kesehatan / kader dalam menscreening dan memberikan
edukasi mengenai katarak, diharapkan angka buta katarak diwilayah tersebut akan
berkurang dan cakupan katarak di wilayah 1 ulu semakin meningkat.

g. Rencana Usulan Kegiatan


Tabel 4.6 Rencana Usulan Kegiatan

Kegiatan Tujuan Sasaran Target Kebutuhan Sumber Indikator Sumber


Daya Keberhasilan Pembiayaan

49
Dana Alat Tenaga
Pelatihan 1. Masyarakat Petugas Dihadiri BOK Mic, Tenaga Peningkatan BOK
kepada dapat Kesehatan, oleh laptop, cakupan
kesehatan
kader atau mengerti Kader, Tokoh Petugas brosur/ pencegahan
petugas Masyarakat Kesehatan, leaflet/ dan kader. buta katarak
dan
kesehatan wilayah 1 Ulu Kader, poster,
memahami usia > 45
mengenai Palembang Tokoh snack
katarak dan informasi Masyaraka
tahum
buta katarak tentang t wilayah 1 meningkat
katarak dan Ulu
buta katarak Palembang
2. Cakupan
angka
pencegahan
buta katarak
usia > 45
tahun
semakin
meningkat
3. Angka buta
akibat
katarak di
wilayah 1
ulu dan
palembang
semakin
berkurang

Tabel 4.7 Uraian Perhitungan Anggaran


Kegiatan Uraian Rincian Perhitungan Total Sumber
Komponen Vol Satuan Harga Jumlah
Belanja Satuan
Pelatihan Konsumsi 1 Paket 30.000 30 900.000 BOK
kepada kader
Leaflet 1 Paket 5.000 30 150.000 BOK
atau petugas
Poster 1 Paket 15.000 10 150.000 BOK
kesehatan
mengenai Honor 1 0 1.000.000 1 1.000.000 BOK
katarak dan Biaya 1 0 50.000 4 200.000 BOK
buta katarak transport

50
Total Dana Rp
yang 2.400.000
Dibutuhkan

51

Anda mungkin juga menyukai