Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan mempunyai peranan penting bagi setiap kehidupan. Adapun

pengertian kesehatan menurut WHO yaitu keadaan sejahtera, sempurna dari

fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit

dan kelemahan saja. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

unsur untuk mencapai kesejahteraan yang sesuai dengan salah satu cita-cita

bangsa Indonesia dan untuk menunjang kesehatan masyarakat dengan derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya. Upaya tersebut hendaknya dilakukan

dengan prinsip non diskriminatif, partisipatif, perlindungan dan berkelanjutan

yang bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia (WHO,

2014).

Upaya kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Upaya kesehatan promotif dan preventif merupakan usaha pencegahan

sebelum terjadinya penyakit. Upaya kesehatan kuratif adalah usaha

penyembuhan yang dilakukan apabila sudah terjadi penyakit, dan terakhir

adalah upaya kesehatan rehabilitatif, yaitu upaya mengembalikan pasien ke

kehidupan bermasyarakat dengan kemampuan semaksimal mungkin.

Salah satu upaya rehabilitatif yaitu fisioterapi. Menurut WHO (World

Health Orgazation) fisioterapi adalah menilai, merencanakan, dan

melaksanakan program-program rehabilitasi yang meningkatkan atau

1
memulihkan fungsi motorik manusia, memaksimalkan kemampuan gerak,

meredakan sindrom nyeri, dan mengobati atau mencegah tantangan fisik yang

berhubungan dengan cidera, penyakit, dan gangguan lainnya.

Ada berbagai penyakit yang dapat ditangani oleh fisioterapi. Salah

satunya adalah stroke. Peran fisioterapi sangatlah besar dalam melatih

fungsional pasien (Veerbeek, 2014). Secara garis besar, stroke dibagi menjadi

2 yaitu stroke hemoragik (pecah pembuluh darah di otak) dan stroke iskemik

(penyumbatan pembuluh darah di otak).

Stroke merupakan penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian

nomor dua di dunia. Insidens serangan stroke pertama sekitar 2 per 1000

penduduk per tahun. Insiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia

(Hankey, 2002).

Fisioterapi pada stroke berperan dalam mengembangkan, memelihara,

dan memulihkan gerak dan fungsi dengan pelatihan motorik berdasarkan

pemahaman terhadap patofisiologi, neurofisiologi, kinematik dan kinetik dari

gerak normal, proses kontrol gerak dan motor learning.

Pada tugas karya tulis ini penulis mencoba memaparkan laporan

penatalaksanaan fisioterapi pada kasus stroke iskemik. Proses fisioterapi

mencakup anamnesa, pemeriksaan, diagnosa, perencanaan, intervensi, dan

evaluasi.

2
B. TUJUAN UMUM

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas konferensi sebagai bukti bahwa

mahasiswa telah mampu memahami proses fisioterapi pada kasus

stroke iskemik di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami masalah-masalah pada kasus

hemiparese dextra et causa stroke iskemik di Rumah Sakit Pusat

Otak Nasional.

b. Mahasiswa mampu menentukan perencanaan dan intervensi yang

tepat pada kasus hemiparese dextra et causa stroke iskemik di

Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.

c. Mahasiswa mampu mengevaluasi perkembangan pasien pada

kasus hemiparese dextra et causa stroke iskemik di Rumah Sakit

Pusat Otak Nasional.

C. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi penulis

Mempelajari penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan kasus

hemiparese dextra et causa stroke iskemik di Rumah Sakit Pusat Otak

Nasional, sehingga dapat menjadi bekal bagi penulis setelah lulus nanti.

3
2. Bagi masyarakat

Dapat memberikan informasi yang benar dan dapat dimengerti

mengenai stroke secara umum.

3. Bagi akademik

Memberikan informasi ilmiah bagi penelitian mengenai hemiparese

dextra et causa stroke iskemik di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.

4
BAB II

STROKE

A. DEFINISI

Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang

berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-

gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan

kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO,

2014).

Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke hemoragik dan stroke

iskemik. (Irfan, 2010)

1. Stroke hemoragik

Stroke hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh perdarahan

arteri otak didalam jaringan otak (intracerebral hemorrhage) dan/atau

perdarahan arteri diantara lapisan pembungkus otak, piamater dan

arachnoidea.

2. Stroke iskemik

Stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis

(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah

yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian

besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.

Pada Stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur

pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh

5
dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini

merupakan cabang dari lengkung aorta jantung.1

Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas:

a. Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis membaik dalam

waktukurang dari 30 menit.

b. Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit neurologis

membaik kurang dari 1 minggu.

c. Stroke In Evolution (SIE)/Progressing Stroke, Completed Stroke.

B. ANATOMI

Masalah utama pada stroke adalah karena gangguan peredaran darah

di otak, sehingga kita perlu memahami tentang anatomi fungsional otak. Otak

merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami perubahan

dan pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga selaput pelindung (meninges)

dan berada di dalam rongga tengkorak. Selain itu otak juga merupakan

jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia

dan terutama berasal dari metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat

rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah yang

bersifat konstan (Adrian, 2017). Bagian – bagian dari otak :

1. Cerebrum
Cerebrum atau otak besar meliputi 85 persen bagian otak. Saat
manusia berpikir, termasuk menyimpan memori jangka pendek dan

6
panjang, otak besar yang berperan dalam proses tersebut. Otak besar juga
mengatur pergerakan otot yang dikendalikan secara sadar.
Otak besar terdiri dari belahan kanan dan kiri. Belahan otak kanan
mengendalikan bagian tubuh kiri. Sebaliknya, bagian otak kiri
mengendalikan bagian tubuh sebelah kanan. Beberapa fungsi penting otak,
seperti mengolah bahasa dan berbicara, berada pada salah satu belahan
otak yang kemudian akan menjadi bagian dominan. Dengan kata lain,
orang yang dominan beraktivitas dengan tangan kanan lebih banyak
menggunakan otak kiri dan sebaliknya.
Tiap belahan otak memiliki empat bagian utama, yaitu lobus
frontalis, lobus temporalis, lobus oksipitalis, dan lobus parietalis
(Negara, 2018).

a. Lobus Frontalis
Terletak di bagian depan. Fungsinya mengendalikan cara berpikir,
membuat rencana, mengatur, pemecahan masalah, pergerakan fisik,
dan memori jangka pendek
b. Lobus Temporalis
Terletak di bagian samping. Fungsinya memproses informasi dari
indera penciuman, pengecap dan pendengaran Anda. Bagian otak ini
juga memiliki peran penting dalam penyimpanan memori
c. Lobus Parietalis
letaknya di bagian tengah bertugas menafsirkan informasi sensorik,
seperti cita rasa, suhu, dan sensasi sentuhan. Juga sebagai pendengaran.

d. Lobus Oksipitalis
Terletak di bagian belakang dan merupakan bagian yang akan
memproses gambaran dari mata dan mengaitkan informasi tersebut
pada memori yang ada dalam otak.

7
2. Cerebellum
Tugas otak kecil atau cerebellum adalah mengendalikan koordinasi
anggota tubuh dengan menerima informasi dari otak besar dan panca
indera, melalui saraf tulang belakang. Selain memengaruhi gerakan
anggota tubuh, otak kecil juga menjaga keseimbangan pada kemampuan
berjalan.
3. Talamus
Thalamus adalah bagian otak berwarna abu-abu dan berukuran 1
inch yang terletak di bagian pusat otak manusia (di bawah otak besar dan
di atas diencephalon). Bagian otak ini memiliki fungsi sensorik dan
motorik. Artinya, hampir semua informasi sensorik dari panca indra
(kecuali penciuman) akan memasuki bagian otak ini untuk diproses
sebelum akhirnya dikirim ke area sensori yang terdapat di cerebrum.
Dengan kata lain, thalamus berfungsi sebagai pusat penerus impuls dari
panca indra ke cerebrum.
4. Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian otak yang letaknya tepat berada di
bawah talamus. Bagian ini memiliki fungsi penting sebagai pusat
koordinasi sistem syaraf autonom (sistem hormon dan kelenjar pada
manusia) yang mengendalikan kestabilan suhu tubuh, selera makan, lapar
dan haus, tekanan darah, metabolisme karbohidrat dan lemak, mengatur
keseimbangan jumlah cairan, tingkah laku, hingga pola tidur.

5. Batang otak
Terletak di bawah otak besar dan di depan otak kecil di dalam
kepala. Dalam mengendalikan fungsi anggota tubuh, semua serat saraf
menghubungkan belahan otak untuk bersinergi dengan otak kecil dan juga
saraf tulang belakang, melewati batang otak. Area dalam batang otak juga
mengontrol beberapa hal penting, seperti kesadaran, detak jantung,
gerakan refleks, pergerakan urus, pernapasan, dan tekanan darah. Batang
otakmemiliki sekumpulan saraf yang berfungsi mengendalikan berbagai

8
bagian kepala dan leher, khususnya gerakan mata, sensasi dan pergerakan
wajah, gerakan menelan serta batuk.

Gambar bagian otak (Negara, 2018)

6. Ganglia Basalis
Ganglia basalis adalah massa substantia grisea yang terletak di
bagian dalam hemisferium serebri. Massa yang berwarna kelabu dalam
ganglion basalis terbagi menjadi empat bagian, yaitu nukleus kaudatus,
nukleus lentiformis, korpus amygdala dan claustrum. Nukleus kaudatus
dan nukleus lentiformis bersama fasiculus interna membentuk korpus
striatum yang merupakan unsur penting dalam sistem extrapiramidal.
Fungsi dari ganglia basalis adalah pusat koordinasi dan keseimbangan.

7. Traktus Extrapiramidalis
Traktus extrapiramidalis tersusun atas korpus striatum, globus
palidus, thalamus, substantia nigra, formation lentikularis, cerebellum
dan cortex motorik. Fungsi utama dari traktus extrapiramidalis
berhubungan dengan gerakan yang berkaitan pengaturan sikap tubuh dan

9
integrasi otonom. Lesi pada setiap tingkat dalam traktus extrapiramidalis
dapat menghilangkan gerakan dibawah sadar.

8. Traktus Piramidalis
Traktus piramidalis berasal dari sel-sel betz pada lapisan ke lima
korteks serebri pada girus presentralis lobus frontalis ke kapsula interna
masuk ke diencephalon diteruskan ke mesencephalon, pons varolli sampai
medulla oblongata. Di perbatasan medulla oblongata dan medulla spinalis
sebagian besar traktus ini merupakan penyilangan di dekusasio
piramidalis. Fungsi dari sistem piramidalis berhubungan dengan gerakan
terampil dan motorik halus.

C. EPIDEMIOLOGI

Insidens serangan stroke pertama sekitar 2 per 1000 penduduk per

tahun. Insiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Konsekuensinya,

dengan semakin panjangnya angka harapan hidup akan menyebabkan

meningkatnya kasus stroke (Hankey, 2002). Di Indonesia, prevalensi stroke

meningkat berdasarkan data Riskesdas 2018 dibanding 2013. Peningkatan ini

terjadi di semua provinsi di Indonesia. Perbandingan antara penderita pria dan

wanita hampir sama (Riskesdas, 2018).

D. ETIOLOGI

Secara patologi stroke dibedakan antara stroke hemoragik dan stroke

iskemik. Adapun penjelasannya adalah berikut:

10
1. Stroke hemoragik

Stroke hemoragik, sekitar 15% sampai 20% dari keseluruhan stroke.

Stroke hemoragik atau perdarahan dapat dibagi berdasarkan lokasi

terjadinya, yaitu perdarahan intraserebral dan perdarahan subarachnoid

(Irfan, 2010).

a. Perdarahan Subarakhnoid

Perdarahan subarachnoid biasanya disebabkan oleh aneurisma atau

malformasi vaskular. Selain kerusakan yang disebabkan oleh darah

yang mengalir dari arteri, kerusakan dapat diperparah dengan massa

darah mendorong melawan daerah yang berdekatan dengan otak dan

pembuluh darah, atau melalui efek sekunder dari darah yang menekan

pembuluh darah otak (vasospasme). Kebocoran darah keluar dari

pembuluh darah ke permukaan otak dapat disebarluaskan dengan cepat

melalui cairan spinal di ruang sekitar otak. Tekanan darah sistemik dan

volume harus dipertahankan atau ditingkatkan untuk menjaga perfusi

otak saat tekanan intracranial meningkat. Setelah awal perdarahan, tiga

resiko utama yang mempengaruhi kejadian berlanjut: perdarahan

berulang, vasokontriksi, dan hydrocephalus.

b. Perdarahan Intraserebral

Perdarahan intraserebral primer meliputi 10% dari seluruh kasus

GPDO, terjadi di hemisfer serebri (80%) dan batang otak serta (20%)

cerebellum. Perdarahan yang terjadi diperkirakan berasal dari pecahnya

arteri, kapiler, atau vena. Pembuluh darah yang pecah tersebut dapat

11
pula terlebih dahulu mengalami perlunakan oleh karena hipertensi atau

arteriosklerosis. Pada hipertensi kronis, dapat terjadi aneurisma mikro

di sepanjang arteri. Aneurisma tersebut dapt pecah atau robek.

Rangkaian patogenesis yang paling umum adalah terjadinya

lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid, keduanya melemahkan

muskularis arteriol. Hipertensi yang terus berlangsung akan mendesak

dinding arteriol yang lemah itu, membuat herniasi atau pecahnya tunika

intima yang kemudian menjadi aneurisma atau robekan-robekan kecil.

Bagian otak yang sering mengalami perdarahan adalah putamen,

talamus, substantia alba bagian dalam, cerebelum, dan pons.

2. Stroke iskemik

Sekitar 80% sampai 85% kejadian stroke adalah stroke iskemik,

yang terjadi akibat obstruksi atau pembekuan di satu atau lebih arteri besar

pada sirkulasi serebrum. Beberapa penyebab stroke iskemik meliputi:

a. Trombosis

Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis temporalis,

poliarteritis nodosa; Robeknya arteri: karotis, vertebralis (spontan

atau traumatik); Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati

(penyakit sel sabit)

12
b. Embolisme

Sumber di jantung: fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium,

penyakit jantung rematik, penyakit katup jantung, katup prostetik,

kardiomiopati iskemik.

Sumber tromboemboli aterosklerotik di arteri: bifurkasio karotis

komunis, arteri vertebralis distal; Keadaan hiperkoagulasi:

kontrasepsioral, karsinoma.

c. Vasokonstriksi

d. Vasospasmecerebrum setelah PSA (Perdarahan Subarakhnoid).

E. EFEK STROKE

Otak mengontrol banyak hal yang berlangsung di tubuh kita.

Kerusakan otak dapat mempengaruhi pergerakan, perasaan, perilaku,

kemampuan berbicara/berbahasa dan kemampuan berpikir seseorang. Stroke

dapat mengakibatkan gangguan beberapa bagian dari otak, sedangkan bagian

otak lainnya bekerja dengan normal. Pengaruh stroke terhadap seseorang

tergantung pada:

1. Bagian otak yang terkena stroke

2. Seberapa serius stroke yang terjadi

3. Usia, kondisi kesehatan dan kepribadian penderitanya (Veerbeek,2014)

Memahami efek yang dapat terjadi pada seseorang yang mengalami

stroke akan sangat membantu keluarga penderita memahamai perubahan

13
yang terjadi pada penderita. Pengetahuan yang memadai tentang hal tersebut

dan membantu penderita melalui masa-masa sulit ini akan sangat bermanfaat

bagi upaya pemulihan penderita. Beberapa akibat stroke yang sering dijumpai

adalah sebagai berikut:

1. Kelumpuhan satu sisi tubuh

Ini merupakan salah satu akibat stroke yang paling sering terjadi.

Kelumpuhan biasanya terjadi di sisi yang berlawanan dari letak lesi di

otak, karena adanya pengaturan representasi silang oleh otak.

Pemulihannya bervariasi untuk masing-masing individu.

2. Gangguan penglihatan

Penderita stroke sering mengalami gangguan penglihatan berupa

defisit lapangan pandang yang dapat mengenai satu atau kedua mata. Hal

ini menyebabkan penderita hanya dapat melihat sesuatu pada satu sisi saja,

sehingga misalnya ia hanya memakan makanan di sisi yang dapat

dilihatnya atau hanya mampu membaca tulisan pada satu sisi buku saja.

3. Afasia

Afasia adalah kesulitan berbicara ataupun memahami pembicaraan.

Stroke dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

berbicara/berbahasa, membaca dan menulis atau untuk memahami

pembicaraan orang lain. Gangguan lain dapat berupa disatria, yaitu

gangguan artikulasi kata-kata saat berbicara.

14
4. Gangguan persepsi

Stroke dapat mengganggu persepsi seseorang. Penderita stroke

dapat tidak mengenali obyek-obyek yang ada di sekitarnya atau tidak

mampu menggunakan benda tersebut.

5. Lelah

Penderita stroke sering mengalami kelelahan. Mereka

membutuhkan tenaga ekstra untuk melakukan hal-hal yang biasa

dikerjakan sebelumnya. Kelelahan juga dapat terjadi akibat penderita

kurang beraktivitas, kurang makan atau mengalami depresi.

6. Depresi

Depresi dapat terjadi pada penderita stroke. Masih merupakan

perdebatan apakah depresi yang terjadi merupakan akibat langsung dari

kerusakan otak akibat stroke atau merupakan reaksi psikologis terhadap

dampak stroke yang dialaminya. Dukungan keluarga akan sangat

membantu penderita.

7. Emosi yang labil

Stroke dapat mengakibatkan penderitanya mengalami

ketidakstabilan emosi sehingga menunjukkan respons emosi yang

berlebihan atau tidak sesuai. Keluarga/pengasuh harus memahami hal ini

dan membantu meyakinkan penderita bahwa hal ini adalah hal yang lazim

terjadi akibat stroke dan bukan berarti ia menjadi gila.

15
8. Gangguan memori

Penderita stroke dapat mengalami gangguan memori dan kesulitan

mempelajari dan mengingat hal baru.

9. Perubahan kepribadian

Kerusakan otak dapat menimbulkan gangguan kontrol emosi positif

maupun negatif. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku penderita dan

caranya berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku ini dapat

menimbulkan kemarahan keluarga/pengasuhnya. Untungnya perubahan

perilaku ini akan mengalami perbaikan seiring dengan pemulihan

strokenya.

F. FAKTOR RESIKO

Faktor resiko stroke merupakan suatu potensi kelainan / penyakit yang

menjadi penyebab seseorang lebih rentan terkena stroke. Faktor resiko stroke

dikelompokkan menjadi dua yaitu yaitu faktor resiko yang tidak bisa diubah

dan yang bisa diubah, faktor-faktor tersebut yaitu:

1. Faktor resiko yang tidak bisa diubah

a. Jenis kelamin

b. Umur

c. Keturunan

d. Ras/etnik

16
2. Faktor resiko yang dapat diubah

a. Hipertensi

b. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak

yang berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan

menyempitkan diameter pembuluh darah dan penyempitan tersebut

akan mengganggu kelancaran aliran darah ke otak. Kadar glukosa

darah yang tinggi pada gangguan pembuluh darah otak akan

memperberat kerusakan sel-sel otak.

c. Merokok

Merokok merupakan faktor risiko gangguan pembuluh darah otak.

Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen, peningkatan ini

akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh dan

peningkatan viskositas darah.

d. Hiperkolesterolemi

Tingginya kadar kolesterol dalam darah disebut hiperkolestrolemi.

Peran hiperkolesterolemi sebagai faktor risiko gangguan pembuluh

darah otak

17
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Kevin. (2017). “Menyederhanakan Anatomi Otak yang Rumit”.


(https://www.alodokter.com/menyederhanakan-anatomi-otak-yang-rumit).
Dikutip: 9 Maret 2019
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
(2013).HASIL UTAMA RISKESDAS 2018.
Hankey, G.J, (2002), Your Question Answered Stroke. Harcourt Publisher Limited,
Perth, Australia.
Negara, Ken Pandu. 2018. “Mengenal 9 Bagian Bagian Otak dan Fungsinya +
Gambar Ilustrasi”. (http://www.ebiologi.net/2017/08/bagian-bagian-otak-dan-
fungsinya.html). Dikutip: 9 Maret 2019
Irfan, Muhammad. (2010). Fisioterapi Bagi Insan Stroke, edisi pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Veerbeek, J.M. et al. (2014). KNGF Guideline Stroke. Royal Dutch Society for
Physical Therapy
World Health Organization (WHO). (2014). “Stroke, Cerebrovascular accident“.
(https://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/). Dikutip 9 Maret
2019

18

Anda mungkin juga menyukai