Anda di halaman 1dari 3

Infeksi Yang Menyertai Kehamilan Dan Persalinan Disebabkan oleh Virus

a. CMV
1. Definisi
Cytomegalovirus atau lebih sering disebut dengan CMV adalah oportiunistik yang berhubungan
dengan HIV. Virus ini dibawa oleh sekitar 50% populasi dan 90% penderita dengan HIV.
Cytomegalovirus juga merupakan anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut herpes viridae.
CMV sering disebut sebagai “virus paradoks” karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat
fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya.

2. Epitomologi
Human Cytomegavirus ( HCMV/CMV ) atau human herpes virus 5 ditularkan melalui kontak intim
dan atau berulang dengan pengidap virus, melalui transmisi vertikal dari ibu ke janin, transfusi
produk darah dan transplantasi organ atau sumsum tulang dan donor seropositif CMV. Virus dapat
ditemukan dalam urine, sekresi orofaring, sekresi serviks, vagina, semen, asi, mata, dan darah.

CMV dapat menyebabkan infeksi primer atau rekuen sekunder dapat menyebabkan infeksi
kongenital. Infeksi CMV kongenital dapat terjadi pada bayi seorang ibu yang imun terhadap CMV
meskipun terdapat antibodi dalam serum ibu. Disamping itu seorang ibu dapat melahirkan lebih dari
seorang bayi dengan infeksi kongenital yang disebabkan oleh reaktivasi infeksi laten. Diduga infeksi
CMV kongenital simptomatik terjadi dalam trimester 1 atau 2, terutama bila mengakibatkan
kerusakan susunan syaraf pusat.

Janin dan bayi yang baru lahir dapat terinfeksi CMV karena tertular dari ibunya yang baru terinfeksi
pada saat hamil. Atau sang ibu pernah terinfeksi sebelumnya dan pada saat hamil virus menjadi aktif
lagi. Atau ia terinfeksi lagi ( oleh CMV jenis yang sama atau janis lain pada saat hamil. Penularan
dari ibu kepada janin atau bayinya dapat terjadi pada saat :
a. Bayi masih di dalam kandungan ( infeksi prenatal ) dimana virus ditularkan melalui darah,
plasenta, yang menyebabkan infeksi kongenital atau infeksi bawaan.
b. Proses melahirkan, dimana bayi kontak langsung dengan lendir vagina/serviks sang ibu yang
menyebabkan CMV.
c. Setelah lahir ( infeksi postnatal ) terutama karena kontak dengan ASI dan air liur.

Terjadinya penularan dan tingkat keparahan infeksi pada janin dan bayi bervariasi, tergantung tipe
infeksi yang terjadi pada ibu. Jika ibu terinfeksi pertama kali pada saat kehamilan ( infeksi primer ),
maka kemungkinan janin tertular sekitar 20-40%, dan dampak pada janin lebih parah sekitar 10-15%
janin yang terinfeksi mengalami gejala klinis pada saat dilahirkan. Bila infeksi pada ibu terjadi
sebelum kehamilan. Terjadinya penularan pada janin lebih kecil yaitu 0,2-2,2% dan pada umumnya
bayi jarang menunjukan gejala klinis pada saat dilahirkan.

Frekuensi infeksi intrauterin pada infeksi maternal primer jauh lebih tinggi daripada infeksi maternal
rekuen, yaitu 40% berbanding 1%. Demikian juga gejala sekuelensinya jauh lenih sering pada bayi
terinfeksi kongenital dari ibu dengan infeksi primer sewaktu atau beberapa waktu sebelum
kehamilannya kurang lebih 1% ( antara 0,4%-2,3% ) bayi baru lahir terinfeksi CMV merupakan
infeksi kongenital yang paling sering terjadi pada manusia. Sebanyak 5%-10% bayi-bayi tersebut
akan menunjukan gejala-gejala ( sympomatik ) pada masa bayi dan akan mengalami sekuele
neurologik.

Sisanya sebanyak 90%-95% bayi tidak menunjukan gejala ( asympomatik ) sewaktu dilahirkan.
Sebanyak 13%-14% bayi-bayi asympomatik tersebut dapat mengalami cacat bermakna di kemudian
hari seperti tuli saraf dan gangguan perkembangan sekitar 2-28% ibu hamil yang terinfeksi dapat
menularkan CMV kepada bayinya melalui lendir vagina/serviks pada saat proses melahirkan. Rata-
rata 50% bayi yang terpapar CMV akan mengalami infeksi muncul pada usia bayi 4-6 minggu.

ASI yang terinfeksi mengandung CMV dapat menjadi sumber penularan bagi bayi pada saat
menyusui. Rata-rata 50-60% bayi yang mengkonsumsi asi yang mengandung CMV akan terinfeksi.
Tetapi karena CMV yang terdapat pada ASI umumnya akibat reaktivasi virus ( infeksi sekunder )
maka kebanyakan bayi yang tertular tidak sakit karena telah memiliki antibodi dari ibunya. Tingkat
antibodi maternal tidak mempengaruhi frekuensi dan enset infeksi pada bayinya.

3. Manifestasi klinik ( gejala yang timbul )


Pada manusia sehat dengan kehamilan atau Imunokompeten penyakit infeksi CMV seringkali
asympomatik. Gejala yang kadang timbul berupa gejala mirip mononukleus tanpa disertai faringitis
tonsilitis, atau limfadenopati. Penularan vertikan pada infeksi primer ataupun sekunder/rekuen belum
dapat diprediksi. Janin sympomatik diagnosisnya dapat diperlukan secara klinis manifestasi
klinsisnya antara lain berupa retardasi pertumbuhan, intrauterin, kuning, hepatosplenomegali, asites,
petekie, atau pupura, pneumonitis, trombositopenia, hepatitis, hiperbilirubinemi, dan anemia
hemolitik.

4. Diagnosis pada ibu hamil


Infeksi CMV pada ibu hamil dapat memberikan gejala asympomatis atau gejala tidak khas dan
mempunyai spectrum yang luas sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan
diagnosis. Bila pemeriksaan serologis menunjukan hasil negatif ataupun positif maka diperlukan
konseling untuk mencegah infeksi CMV baik primer atau sekunder/rekuen. Pada skrinning ibu hamil
dengan pemeriksaan serologis digunakan kombinasi anti-CMV IgG dan Igm pada ibu hamil kurang
dari 12 minggu. Pada ibu seronegatif dilakukan pemeriksaan ulangan pada kehamilan 6-8 minggu.
Pada ibu dengan serokonversi atau anti-CMV positif dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penentuan
infeksi CMV aktif dapat juga ditentukan oleh pemeriksaan antigenemiam, deteksi dan pengukuran
dengan pp65 pada leukosit darah tepi hasil pemeriksaan antigenemia mempunyai sesitivitas 60-70%.

5. Contoh kasus pada Ibu Hamil Dengan Infeksi Cytomegalovirus SOAP ( kasus fiktif )
Data subjektif didapatkan melalui anamesa terhadap ibu dan suami/keluarga yang mengantar : Ny. P
25 tahun, Indonesia, Islam, SMA, Ibu Rumah Tangga, dengan suami Tn. K 30 tahun, Indonesia,
Islam, SMA, Pegawai Swasta, Gaji Rp. 1.000.000,00 per bulan, beralamatkan di jalan Kangkung No.
3, datang pukul 09:00 WIB. Pada tanggal 26 Maret 2012, dengan keluhan mata sebelah kirinya tidak
bisa melihat dikarenakan ada banyangan seperti kabut putih dan bintik-bintik hitam seperti tinta sejak
1 minggu yang lalu, usia kehamilannya 7 bulan, dengan HPHT 18-9-2011, TP 25-6-2012.
Data objektif didapatkan melalui pemeriksaan fisik : keadaan umum ibu baik, kesadaran Compos
Mentis, TD 120/70 mmHg, N 83x/menit, Respirasi 23x/menit, Suhu 37,6°C, Berat Badan 56 Kg,
Berat Badan sebelumnya 54 Kg, Tinggi badan 152 cm, lila 25 cm, muka tidak oedema, konjuctiva
anemis, sclera tidak ikterik, gigi bersih, tidak ada keries, Kelenjar Thyroid tidak ada pembesaran,
Mamae membesar kanan-kiri, simetris, tumor tidak ada, areola hyperpigmentasi, puting susu
menonjol, kolostrum belum keluar, jantung lup-dup (+), regular, Paru tidak terdengar
wheezing/rokhi, Axila tidak ada benjolan, pemeriksan abdomen inspeksi perut tampak memanjang,
tidak ada bekas luka operasi, hyperpigmentasi linea nigra, palpasi TFU 26 cm, FU Leopold 1 teraba
satu bagian lunak, tidak melenting ( bokong ), Leopold 2 kanan ibu teraba ada tahanan membesar,
keras, seperti papan ( punggung ), kiri ibu teraba bagian ekstremitas janin ( tangan dan kaki janin ),
Leopold 3 teraba bagian bulat, keras, melenting ( kepala ), Leopold 4, TBJ ( 26-13) x 155 = 2015 gr,
pada pemeriksaan auskultasi didapatkan DJJ + frekuensi 142x/menit, kuadran kanan atas 3 jari di
atas pusat, anogenital tidak ada pengeluaran air-air, tidak oedema, tidak ada benjolan, tidak ada
varises, ekstremitas tidak oedema, tidak ada varises, reflek pattela +/+. Pemeriksaan Penujang
laboratorium CMV IgG dan anti-CMV IgM ( + ),

Anda mungkin juga menyukai