795 2192 1 PB PDF
795 2192 1 PB PDF
Hematemesis Melena dikarenakan Gastritis Erosif dengan Anemia dan Riwayat Gout Atritis
urat 7,0 mg/dL, dan gula darah sewaktu 115 10.700/uL. Faal hati SGOT 21 U/L, SGPT 20
mg/dL. U/L, fungsi ginjal ureum 16 mg/dL,
Penderita ditatalaksana secara non- creatinin 0,9 mg/dL, asam urat 7,0 mg/dL,
medikamentosa dan medikamentosa. dan gula darah sewaktu 115 mg/dL. Serta
Penatalaksanaan non-medikamentosa tidak ditemukan gejala dan tanda yang
antara lain bed rest, puasa hingga mengarah kepada penyakit hati kronis
perdarahan berhenti, dan diet cair. (ikterus, spider nevi, ascites, splenomegali,
Penatalaksanaan medikamentosa dengan eritema palmaris, edema tungkai).
cairan infus Ringer Laktat (RL) 20 Ada empat penyebab perdarahan
tetes/menit, dilakukan pemasangan. SCBA yang paling sering ditemukan, yaitu
Nasogastric tube (NGT), omeprazole tablet ulkus peptikum, gastritis erosif, varises
2x40 mg, transfusi sampai dengan kadar Hb esofagus, dan ruptur mukosa
10 mg/dl. Dilakukan pemantauan Hb. esofagogastrika. Pasien didiagnosis dengan
Pada follow up didapatkan cairan hematemesis melena et causa gastritis
dari NGT telah terlihat jernih dan dimulai erosive dengan adanya feses hitam seperti
diet cair pada hari keempat serta nyeri ulu ter tanpa disertai gejala dan tanda yang
hati dirasakan mulai berkurang. Pada hari mengarah pada penyakit hati kronis. Etiologi
ketujuh didapatkan hasil pemeriksaan Hb dapat berasal dari kelainan esofagus,
10,1 gr/dl dan tidak ada nyeri pada ulu hati, kelainan lambung, dan kelainan
serta nyeri tekan epigastrium didapatkan duodenum.4,5,7,15
hasil negatif. Gastritis dapat berkaitan dengan
konsumsi alkohol yang baru saja dilakukan
Pembahasan atau dengan penggunaan obat-obat
Melena adalah buang air besar antiinflamasi seperti aspirin atau ibuprofen.
berwarna hitam seperti ter yang berasal dari Pada kasus ini mengarah pada kelainan di
saluran cerna bagian atas. Yang dimaksud lambung yaitu adanya gastritis erosif atas
dengan saluran cerna bagian atas adalah dasar riwayat kebiasaan pasien obat anti
saluran cerna di atas ligamentum treitz, nyeri (NSAID) yaitu ibuprofen sejak 6 tahun
yakni dari jejunum proksimal, duodenum, yang lalu tanpa anjuran maupun kontrol ke
gaster, dan esophagus. Pada perdarahan dokter.
SCBA penting untuk dibedakan antara Obat NSAID adalah obat-obatan yang
perdarahan yang disebabkan oleh varises paling sering menyebabkan ulkus lambung
esofagus dan non-varises dikarenakan (ulcerogenic drugs). Obat lain yang dapat
perbedaan tatalaksana dan prognosis. menimbulkan hematemesis melena adalah
Pasien pada kasus ini di diagnosis golongan kortikosteroid, butazolidin,
hematemesis melena berdasarkan data reserpin, spironolakton, dan lain-lain.1,6,17
anamnesis dan pemeriksaan fisik dan Penderita ditatalaksana secara non-
penunjang. Pada anamnesis pasien medikamentosa dan medikamentosa.
mengeluhkan BAB kehitaman seperti ter Penatalaksanaan non medikamentosa
yang sulit disiram dengan air sejak 3 minggu antara lain bed rest, puasa hingga
yang lalu, muntah darah kehitaman, nyeri perdarahan berhenti, dan diet cair.
ulu hati, dan riwayat mengkonsumsi obat Penatalaksanaan medikamentosa dengan
arthritis gout yaitu ibuprofen sejak 6 tahun cairan infus RL 20 tetes/menit, dilakukan
yang lalu. Pasien memang memiliki riwayat pemasangan. NGT, omeprazole tablet 2x40
sakit maag sejak usia 30 tahun. Pada mg, transfuse sampai dengan kadar Hb 10
pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva mg/dl. Dilakukan pemantauan Hb.
anemis dan terdapat nyeri tekan Pemasangan NGT dilakukan untuk
epigastrium. Pemeriksaan Rectal Toucher: mengevaluasi perdarahan yang sedang
terdapat feses berwarna hitam, dan tidak berlangsung.24
ada lender, sfingter ani kuat, mukosa Pada terapi medikamentosa diberikan
licin, tidak terdapat benjolan atau massa. omeprazole yang merupakan golongan
Dari pemeriksaan laboratorium Proton Pump Inhibitor (PPI). Obat golongan
didapatkan hematologi Hb 6 gr/dl, Ht 39,1 PPI mengurangi sekresi asam lambung
%, Trombosit 182.000/uL, Leukosit dengan menghambat enzim H+, K+,
medicine. Edisi ke-17. New York: 22. Sepe PS, Yachimski PS, Friedman LS.
McGraw Hill; 2009. hlm. 259-62. Gastroenterology. Dalam: Sabatine
16. Mazen A. Managing Acute Upper GI MS, ed. Pocket medicine. Edisi ke-3.
Bleeding, Preventing Recurrences. Lippincott Williams & Wilkins:
Clev Clin J Med; 2010. Philadelphia; 2008. hlm. 1-25.
17. Moradpour D. Chronic or recurring 23. Smyth EM. Drugs used in the
abdominal pain. In: Siegenthaler W, treatment of gastrointestinal diseases.
ed. Differential diagnosis in internal Dalam: Katzung BG, Masters SB,
medicine, from symptom to diagnosis. Trevor AJ, Basic & clinical
Edisi ke-1. New York: Thieme; 2007. pharmacology. Edisi ke-11. McGraw-
hlm. 273-99. Hill: China; 2009.
18. PB PAPDI. Standar Pelayanan Medik. 24. Sudoyo AW, Bambang S, Idrus A,
Jakarta: PB PAPDI; 2005. Marcellus SK, Siti S. Pengelolaan
19. Purwadianto A. Hematemesis & Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Melena dalam Kedaruratan Medik. dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Binarupa Aksara; 2000. hlm. Jakarta: FK Universitas Indonesia
105-10 Jakarta; 2006. Hlm. 289-92
20. Robinson M. Mortality Risk Factor in 25. Tjokroprawiro A. dkk. Anemia
Acute Upper Gastrointestinal Hemolisis Dan Anemia Defisiensi Besi.
Bleeding. Indones J Gastroenterol. Surabaya; FK UNAIR; 2007. hlm. 143-
2012 8.
21. Richter JM, Isselbacher KJ. Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam Harrison. Jakarta:
EGC; 1999. hlm. 259-62