Anda di halaman 1dari 15

BAB II

SYARAT-SYARAT PEKERJAAN

2.1 Syarat Pekerjaan Tanah

2.1.1 Ketentuan Umum

1. sebelum melakukan pekerjaan tanah, pelaksana harus membersihkan daerah


yang akan dikerjakan dari perintang yang ada dalam daerah kerja

2. pelaksana harus menjamin terjaganya keutuhan barang / benda atau


bangunan yang telah selesai dikerjakan dari segala macam kerusakan dan
berhati-hati untuk tidak menggangu patok pengukuran atau benda-benda
lainya.

3. perbaikan kerusakan pada barang / benda atau bangunan yang harus dijaga
akibat pelaksanaan pekerjaan akan menjadi tanggung jawab pelaksana.

4. pelaksana harus melakukan pengukuran dan pematokan terlebih dahulu dan


melaporkanya kepada pengawas, serta meminta izin untuk memulai
pekerjaan.

2.1.2 Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan ini meliputi penggalian tanah pondasi


telapak,penggalian dibawah muka air tanah,pengurugan dan pemadatan.

2.1.3 Penggalian Tanah

1. penggalian harus dilaksanakan sampai kedalaman sebagaimana


ditentukan dalam gambar-gambar. Sebelum pekerjaan selanjutnya
dilanjutkan, maka semua perkerjaan harus disetujui oleh pengawas.

2. bila mana tidak dinyatakan lain oleh pengawas maka penggalian untuk
pondasi harus mempunyai lebar yang cukup( minimum 20 cm dari lebar
dasar pondasi ) untuk dapat memasang maupun memindahkan rangka /
bekisting yang diperlukan serta pembersihan.
3. apabila terjadi kesalahan dalam penggalian sehingga dicapai kedalaman
yang melebihi apa yang tertera dalam gambar tanpa instruksi tertulis dari
pengawas, maka kelebihan tersebut harus diisi kembali dengan adukan
beton 1 : 3 : 5 tanpa biaya tambahan.

4. pelaksana harus merawat tebing galian dan menghindarkan dari


longsoran. Untuk itu pelaksana harus membuat penyangga / penahan tanah
yang diperlukan selama masa penggalian, merupakan tanggung jawab
pelaksana.

5. semua galian harus diperiksa terlebih dahulu oleh pengawas sebelum


pelaksanaan pekerjaan selanjutnya, pelaksana harus mendapat persetujuan/
izin tertulis pengawas.

2.1.4 Penggalian dibawah Muka air tanah

1. penggalian harus dilakukan dalam keadaan kering. Perencana


bertanggungjawab untuk merencanakan sistem pemompaan air tanah dan
sudah memperhitungkan biayanya.

2. pemompaan dilakukan dengan memompa sumur-sumur bor/ galian atau


cara lain yang disetujui oleh pengawas dengan memenuhi persyaratan-
persyaratan berikut :

a. Permukaan air tanah yang diturunkan harus dalam keadaan terkontrol


penuh setiap waktu untuk menghindari fluktuasi yang dapat
mempengaruhi kestabilan penggalian tanah.
b. Sistem yang digunakan tidak boleh mengakibatkan
penaikan/penurunan tanah dasar galian secara berlebihan.
c. Harus menyediakan filter-filter secukupnya yang dipasang disekeliling
sumur/galian yang dipompa untuk mencegah kehilangan butir-butir
tanah akibat pemompaan.
d. Air yang dipompa harus dibuang sehingga tidak menggagu penggalian
atau daerah sekitarnya.
e. Sistem pemompaan harus memperhitungkan rencana detai dalam
menghadapi bahaya longsor pada pekerjaan dan daerah sekitarnya
pada saat hujan besar.

2.1.5 Pengurugan dan Pemadatan

1. bila tidak dicantumkan dalam gambar-gambar detail, maka pada bagian


bawah pasangan lantai diurug dengan pasir padat minimal 5 cm atau
sesuai dengan gambar atau petunjuk pengawas. Pasir urug yang digunakan
harus dari jenis pasir pasang yang jernih atau bebas dari lumpur,kotoran-
kotoran, sampah dan benda-benda organis lainya yang dapat menyebabkan
tidak sempurnahnya pemadatan.

2. dibawah lapisan pasir tersebutlah tanah, urugan yang dipakai adalah


tanah jenis “cilty clay” yang bersih tanpa potongan-potongan bahan yang
bisa lapuk, serta bahan batuan yang telah dipecahkan ( pecahan batuan
tersebut minimal 15 cm ).

3. pelaksana wajib melaksanakan pengurugan dengan semua bahan urugan


yang keras atau mutu bahan yang terbaik dan pengajuan contoh bahan
yang akan digunakan untuk mendapat persetujuan pengawas.

4. penghamparan dan pemadatan harus dilaksanakan lapis per-lapis yang


tidak lebih tebal dari 15 cm (gembur ) dengan alat-alat yang telah disetujui
seperti mesin penggilas getar, atau alat tumbuk dimana syarat kepadatanya
dicapai pada kepadatan dimana kadar airnya 95 % dari kadar air optimal
atau “dry density”nya mencapai 95 % dari dry density optimal sesuai
dengan petunjuk pengawas.

5. terhadap hasil pemadatan yang dilaksanakan, pelaksana harus


mengadakan “densyty test “di lapangan. Semua biaya pengujian menjadi
tanggung jawab pelaksana.

6. bila bahan urugan apapun yang digunakan menjadi lapuk/ rusak atau
bila urugan yang telah dipadatkan, menjadi terganggu maka bahan tersebut
harus digali keluar dan diganti dengan bahan yang memenuhi syarat serta
dipadatkan kembali, sesui dengan petunjuk pengawas, tanpa adanya biaya
tambahan.

7. selama dan sesudah pekerjaan pengurugan dan pemadatan, tidak


dibenarkan ada genangan air diatas tanah atau sekitar lapangan pekerjaan.
Pelaksana harus mengatur pembuangan air sedemikian rupa agar aliran air
hujan atau dari sumur lain dapat berjalan lancar, baik selama atau sesudah
pekerjaan selesai.

8. pelaksana bertanggung jawab atas stabilitas urugan dan pelaksana harus


mengganti bagian-bagian yang rusak akibat dari kesalahan dan kelalaian
pelaksana atau akibat dari aliran air.

2.1.6 Pekerjaan Penyelesaian

1. seleuruh daerah kerja termasuk penggalian dan penimbunan harus


merupakan daerah yang betul-betul seragam dan bebas permukaan yang
tidak merata.

2. seleuruh lapisan akhir, harus benar-benar memenuhi piel yang


dinyatakan dalam gambar. Bila diakibatkan dalam penurunan, timbunan
memliki tambahan material yang tidak lebih dari 30 cm, maka bagian atas
tersebut harus digaruk sebelum material timbunan tambahan
dihamparkan,untuk selanjutnya dipadatkan sampai mencapai elevasi dan
sesuai dengan persyaratan.

3. seluruh sisa pengalian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan


pengisi/urugan, seleuruh puing-puing reruntuhan atau sampah-sampah
harus segera disingkiran dari lokasi.
2.2 Pekerjaan Beton atau Beton Bertulang

2.2.1 Ketentuan Umum

1. Persyaratan – persyaratan konstruksi Beton, istilah teknis dan syarat


pelaksanan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam buku
persyaratan teknik ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persratan teknis
ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standar dibawah ini :

Peraturan dan standar perencanaan berdasarkan :

a. Tata cara persyaratan beton struktural untuk bangunan Gedung ( SNI


2847-2013)
b. Tatacara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung ( SNI -03
-727-1989-F).
c. Tatacara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non gedung tahun 2012 ( SNI 1726 – 2012 ).dan tatacara
perencanaan ketahan gempa untuk bangunan gedung ( SNI – 03 -1726-
2002).
d. Tatacara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SNI -03 -
2847-2002).

2. Pelaksana harus melaksanakan pekerjaan dengan ketepatan dan


kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan
instruksi-instruksi yang tidak memenuhi syarat harus di bongkar dan
diganti atas biaya pelaksanaan sendiri.

3. semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai dengan
persyaratan dan disetujui oleh pengawas, dan pengawas berhak meminta
diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan pelaksana bertanggung
jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh
pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.
2.2.2 Lingkup Pekerjaan

1. pekerjaan ini meliputi penggunaan dan pendaya gunaan semua tenaga


kerja,upah dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pekerjaan
beton/beton bertulang yang terdapat dalam gambar rencana.

2. pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua tulangan dan


bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.

3. perancangan, pelakanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelsaian


dan pemeliharaan beton dan semua jenis pekerjaan yang menunjang
pekerjaan beton.

2.2.3 Pengendalian Pekerjaan

1. pengendalian mutu pelaksanaan proyek apapun pada dasarnya


dilakukan disemua tahapan. Hal ini dilakukan secara terus menerus dan
sistematis untuk menghindari kegagalan konstruksi (failure). Regulasi
yang mangatur ini selain SNI-03-1734-1989 tentang konstruksi beton, juga
SNI -03-1737-1989

2. pelaksana harus bertanggung jawab atas instansi semua alat yang


terpasang selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam dalam beton.

3. pengendalian pekerjaan ini tercantum pada syarat-syarat dalam


peraturan Standar Nasional Indonesia ( SNI 03 -2847-2002)

4. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang


tercantum dalam gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah
ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran – ukuran yang tepat, begitu pula
besi penulanganya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi
beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam
gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan pengawas untuk mendapatkan ukuran sesungguhnya.
5. jika karena keadaan pasaran penulangan perlu diganti guna
kelangsungan pelaksanaan, maka jumlah luas penampang tidak boleh
berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainya yang termuat
dalam SNI 03 -2847-2002.dalam hal ini harus mendapatkan persetujuan
pengawas.

2.3 Bahan-Bahan

2.3.1 Semen Portland

1. SNI 15-2049-1994,Semen portland

2. Semen portland harus memenuhi persyaratan standar nasional indonesia


atau SNI 03-2847-2002 untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk,
kekuatan tekan aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras
hanya boleh digunakan jika atas petunjuk pengawas. Semen yang
digunakan untuk seluruh pekerjaan pondasi dan beton harus dari satu merk
saja yang disetujui pengawas.

3. pelaksana harus mengirim surat pernyataan pabrik yang menyebutkan


type, kualitas dari semen yang digunakan.

4. penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan


dan dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari
tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut
urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan
sehingga mengeras dan tercampur bahan lain, tidak boleh digunakan dan
harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak
yang utuh dan terlindung baik dari pengaruh cuaca,dengan ventilasi
secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman.

2.3.2 Agregat

1. Agregat untuk Beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:

 Spesifikasi Agregat untuk Beton” ( ASTM C 33)


 SNI 03- 2461-1991, Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.

2. Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi :

 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun


 1/3 ketebalan pelat lantai,ataupun
 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat,
bundel tulangan, atau tendon-tendon prategang atau selongsong-
selongsong.
a. Agregat Halus ( pasir )
 Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat
dalam SNI 03-4804-1998.
 Mutu Pasir
Butir-butir tajam,keras, bersih dan tidak mengandung lumpur dan
bahan-bahan organis.
 Ukuran
Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimal 2 % berat ; sisa di atas
ayakan 2 mm harus minimal 10 % berat ; sisa di atas ayakan 0,25
mm harus berkisar antara 80 % - 90 % berat.
b. Agregat Kasar ( koral/ batu pecah )
 Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi syarat-syarat
dalam SNI 03-4804-1998
 Mutu
Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah butir-butir pipih
maksimal 20 % berat ; tidak pecah atau hancur serta tidak
mengandung zat-zat reaktif alkali.
 Ukuran
Sisa di atas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat ; sisa di atas ayakan 4
mm, harus berkisar antara 90 % - 98% berat, selisir antara sisa-sisa
kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah makimal 60
% dan minimal 10 % berat.
3. Penyimpanan
Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa
sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.

2.3.3 Air

1.air untukpembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung


minyal,asam, alkali,garam-garam,bahan organis atau bahan lain yang dapat
merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Dalam hal ini
sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

2. air pencampur yang digunakan pada prategang atau pada beton yang
didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.

3. pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian contoh air di


lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui apabila terdapat keragu-
raguan mengenai mutu air tersebut.biaya pengujian contoh air tersebut
untuk keperluan pelaksanaan proyek ini adalah sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pelaksana.

2.3.4 Pembesian/ Penulangan

1. Baja tulangan harus memenuhi persyaratan SNI 2847-2002 pasal 9

2. Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa


sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab ataupun
basah.

3. besi yang digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain. Apabila
terdapat karat pada bagian permukaan besi, maka besi harus dibersihkan
dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang
besi, atau menggunakan bahan cairan sejenis “ vikaoxy off” produksi yang
telah memenuhi SII atau yang setaraf dan disetujui pengawas.
4. pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian terhadap beton
cor yang akan digunakan di tempat ; dan bahan yang diakui serta yang
disetujui pengawas. Semua biaya sehubungan dengan pengujian tersebut di
atas sepenuhnya menjadi tanggung jawab pelaksana.

5. Apabila Baja tulangan yang digunakan telah distel di pabrik dan perlu
penyambungan yang berbeda antara penulangan di lapangan dengan
ketentuan dari pabrik pembuat, maka harus atas persetujuan pengawas.

Baja Tulangan

1. Baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir, kecuali baja polos
diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon. Tulangan yang
terdiri dari profil baja struktural,pipa baja, dapat digunakan sesuai
dengan persyaratan pada tatacara ini.
2. Pengelasan baja tulangan harus memenuhi “ persyaratan pengelasan
struktural baja tulangan “ ANSI/AWS D1.4 dari American Welding
Society. Jenis dan lokasi sambungan las tumpuk dan persyaratan
pengelasan lainya harus ditunjukan pada gambar rencana atau
spesifikasi.
3. Baja Tulangan Ulir ( BJTD)
1) Baja tulangan ulir harus memenuhi salah satu ketentuan berikut :
 Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk
penulangan beton ( ASTM A 615M).
 Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk
penulangan beton”(ASTM A 617M).
 Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan
beton”(ASTM A 706M).
2) Baja tulangan ulir dengan spesifikasi kuat leleh Fy melebihi 400
Mpa boleh digunakan, selama fy adalah nilai tegangan pada
regangan 0,35 %.
3) Anyaman batang baja untuk penulangan beton harus memenuhi “
spesifikasi untuk kawat baja ulir yang difabrikasikan untuk
tulangan beton bertulang” ( ASTM A 184M). Baja tulangan yang
digunakan dalam anyaman harus memenuhi salah satu persyaratan.
4) Kawat ulir untuk penulangan beton harus memenuhi “ spesifikasi
untuk kawat baja ulir untuk tulangan beton”( ASTM A 496
),kecuali bahwa kawat tidak boleh lebih kecil dari ukuran D4 dan
untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh fy melebihi 400 Mpa,
maka fy harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan
0,35 % bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan
melampaui 400 Mpa.
5) Jaring kawat polos las untuk penulangan beton harus memenuhi
“spesifikasi untuk jaring kawat baja polos untuk penulangan
beton” ( ASTM A 185), kecuali bahwa untuk tulangan dengan
spesifikasi kuat leleh melebihi 400 Mpa, maka fy diambil sama
dengan nilai tegangan pada regangan 0,35 % bilamana kuat leleh
yang disyaratkan dalam perencanaan melampaui 400 Mpa. Jarak
antara titik-titik persilangan yang dilas tidak boleh lebih dari 300
mm pada arah tegangan yang ditinjau, kecuali untuk jaring kawat
yang digunakan sebagai sengkang.

2.3.5 Kawat Pengikat

Kawat pengikat harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang


disyaratkan dalam SNI 2847-2002. Kawat polos untuk tulangan harus
memenuhi “spesifikasi untuk kawat tulang polos untuk penulangan beton “
( ASTM A 82), kecuali bahwa untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh fy
yang melebihi 400 Mpa, maka fy harus di ambil sesuai nilai tegangan pada
regangan 0,35 % bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan
melampaui 400 Mpa.
2.3.6 Bahan Additive

1. penggunaan additive tidak diijinkan tanpa persetujuantertulis dari


pengawas.

2. bila diperlukan untuk mempercepat pengerasan beton atau bila slump


yang disyaratkan tinggi, beton dapat digunakan bahan additive yang
disetujui pengawas.

2.4 Adukan Beton

1. sebelumnya, harus diadakan adukan beton percobaan “trial mix”yang


sesuai dengan yang dibutuhkan pada setiap bagian konstruksi. Pekerjaan tidak
boleh dimulai sebelum diperiksa dan disetujui pengawas mengenai kekuatan
/kebersihanya. Semua biaya pengujian tersebut menjadi beban pelaksana

2. Mutu beton yang digunakan ini harus sesuai dengan perencanaan struktur
tang menggunakan.

3. pencampuran bahan dasar beton harus menggunakan takaran yang telah


dikalibrasi. Penakaran bahan dasar harus memenuhi ketelitian untuk semen
dan air 1 % agregat 2 % dan bahan additive 3% ada dua cara mencampuran
bahan dasar, yaitu berdasarkan volume dan berat, untuk mutu beton kurang
dari fc 25 Mpa, pencampuran dapat dilakukan pencampur mekanis agar
didapatkan mortar yang homogen. Modifikasi campuran dilapangan berupa
kebutuhan penambahan air untuk meningkatkan konsistensi campuran harus
selalu disertai penambahan semen setara dengan faktor air semen yang telah
ditetapkan.

2.5 Cetakan dan Acuan

1. pelaksanaan harus terlebih dahulu mengajukan gambar-gambar rencana


cetakan dan acuan untuk mendapatkan persetujuan pengawas, sebelum
pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus secara
jelas terlihat konstruksi cetakan atau acuan, sambungan-sambungan dan
kedudukan serta sistem rangkanya.

2. cetakan dan acuan untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan SNI
03-2847-2002.

3.Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian agar


keamanan konstruksi dan getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan
penggetar. Defleksi maksimal dari cetakan dan acuan antara tumpuanya harus
dibatasi sampai 1/400 bentang antara tumpuan tersebut.

4.pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian agar


keamanan konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan SNI
03-2847-2002.

5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari pengawas,


atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut:

- Bagian sisi balok 48 jam


- Balok tanpa beban konstruksi 7 hari
- Balok dengan beban konstruksi 21 hari
- Pelat beton 21 hari

6. pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati segingga tidak


menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal ini terjadi bentuk beton
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, pelaksana wajib mengadakan
perbaikan atau pembetulan kembali.

7. cetakan untuk pekerjaan kolom dan pekerjaan beton lainya harus


menggunakan multliptek 9 mm,balok 5/7, 6/10,8/10 dari kayu kelas III dan
dolken diameter 8-12 cm.
2.6 Pelaksanaan

1. slump

Nilai yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix yang normal adalah
7,5- 10 cm dan disesuaikan terhadap mutu beton yang disyaratkan. Slump
yang terjadi diluar batas tersebut harus mendapatkan persetujuan pengawas.

2. penyambungan Beton dan Grouting

Sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang telah mengeras,


maka permukaanya harus dibersihakan dan dikasarkan terlebih dahulu.
Cetakan harus dikencangkan kembali dan permukaan sambungan disiram
dengan bahan “ bonding agent” untuk maksud tersebut dengan persetujuan
penga.was.

4. Peralatan pengadukan
Dalam pelaksanaan pembuatan beton harus digunkan alat pengaduk “beton
molen “.

2.7 Pengangkutan Adukan Dan Pengecoran

1. Pelaksana harus memberitahukan pengawas selambat-lambatnya 2 (dua)


hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk
melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa pelaksana akan
dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.

2. Beton harus dicor sesuai dengan persyaratan dalam SNI 03-2847-2002.


Bila tidak disebutkan lain atau persetujuan pengawas, tinggi jatuh dari beton
yang dicor jangan melebihi 1,5 m.

3. sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus


bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian –bagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang ( pipa-pipa untuk
instalasi listrik, plumbing dan pekerjaan lainya serta besi stick dan
penyambungan).

Anda mungkin juga menyukai