Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN PELAYANAN KOMITE ETIK

RS BUMI WARAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam hubungan manusia dibutuhkan komunikasi yang baik sebagai landasan
hubungan dan kepercayaan. Hal ini juga berlaku dalam dunia kesehatan. Situasi pelayanan
kesehatan yang dari waktu ke waktu semakin kompleks ini seringkali menyulitkan
komunikasi antara pasien dan pihak penyedia pelayanan kesehatan. Tidak adanya lagi
komunikasi yang efektif dapat menimbulkan adanya kesalah pahaman dan ketidak percayaan.
Komunikasi yang baik amat membantu menyelesaikan berbagai masalah sebaliknya
komunikasi yang buruk akan menambah masalah dalam pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional dan diterima pasien serta
mengutamakan keselamatan pasien merupakan tujuan utama pelayanan rumah sakit. Namun
hal ini tidak mudah dilakukan dewasa ini. Meskipun rumah sakit telah dilengkapi dengan
tenaga medis, perawat dan sarana penunjang yang lengkap dan tersertifikasi sesuai dengan
persyaratan yang ada, masih sering terdengar ketidak puasan pasien akan pelayanan
kesehatan yang mereka terima.
Pelayanan kesehatan dewasa ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan
sebelumnya. Beberapa faktor yang mendorong kompleksitas pelayanan kesehatan pada masa
kini antara lain:

1. Semakin kuat tuntutan pasien/masyarakat akan pelayanan kesehatan bermutu, efektif,


dan efisien
2. Standar pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi
kedokteran
3. Latar belakang pasien amat beragam (tingkat pendidikan, ekonomi, sosial dan
budaya) dan
4. Pelayanan kesehatan melibatkan berbagai disiplin dan institusi

Disamping semua hal tersebut di atas, pelayanan kesehatan harus memenuhi kaidah-
kaidah profesionalisme dan etis. Untuk menangkal hal-hal yang berpotensi merugikan
berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka perlu ditingkatkan kemampuan tenaga
kesehatan menyelesaikan masalah-masalah medis dan non medis di rumah sakit dan tercipta
struktur yang mendukung pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di rumah sakit
adalah dengan memenuhi kaidah-kaidah yang tercantum dalam Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia (KODERSI).
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia memuat rangkaian nilai-nilai dan norma-norma
moral perumah sakitan Indonesia untuk dijadikan pedoman dan pegangan bagi setiap insan
perumah sakitan yang terlibat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit di
Indonesia. KODERSI merupakan kewajiban moral yang harus ditaati setiap rumah sakit di
Indonesia agar tercapai pelayanan rumah sakit yang baik, bermutu, profesional dan sesuai
dengan norma dan nilai-nilai luhur profesi kedokteran. KODERSI disahkan pertama kali
dalam kongresnya ke 6 tahun 1993 di Jakarta.
Pada prinsipnya kebijakan rumah sakit seharusnya membentuk Komite Etik Rumah
Sakit (KERS). Sehingga dengan adanya pedoman ini diharapkan penerapan KODERSI dalam
pelayanan perumah sakitan menjadi kenyataan sehingga rumah sakit di Indonesia mampu
mengemban misi luhur dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat
Indonesia.

B. TUJUAN PEDOMAN

1. Tujuan Umum:
Tersedianya Pedoman Pelayanan Komite Etik Rumah Sakit di RS Bumi Waras
2. Tujuan Khusus:
a. Terselenggaranya pembinaan segenap insan perumahsakitan agar menghayati dan
mengamalkan KODERSI di Rumah Sakit Bumi Waras.
b. Terlaksananya penanganan masalah-masalah etik yang muncul di RS Bumi Waras.
c. Terlaksananya pelayanan konsultasi etik rumah sakit berupa nasehat, saran dan
pertimbangan etik bagi pihak-pihak yang membutuhkan
d. Terlaksananya penyelesaian permasalahan finansial yang terjadi dengan pasien

C. PENGERTIAN
Untuk memudahkan penerapan pedoman, perlu dirumuskan ketentuan umum dan
pengertian pokok sebagai berikut:

1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan diatur
oleh peraturan perundang undangan Negara Republik Indonesia. Rumah Sakit
sebagai sarana pelayanan kesehatan merupakan unit sosial ekonomi, harus
mengutamakan tugas kemanusiaan dan mendahulukan fungsi sosialnya.

2. Insan perumahsakitan adalah mereka yang terlibat dalam kegiatan


penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit.

3. Kode Etik Rumah Sakit adalah rangkuman norma-norma moral yang telah
dikodifikasi oleh PERSI sebagai organisasi profesi bidang perumahsakitan di
Indonesia.
4. Komite Etik Rumah Sakit (KERS) adalah suatu perangkat organisasi non
struktural yang dibentuk dalam rumah sakit untuk membantu pimpinan rumah
sakit dalam melaksanakan KODERSI.

D. RUANG LINGKUP PELAYANAN

1. Melakukan pembinaan segenap insan perumahsakitan


2. Memberi saran, nasehat, dan pertimbangan terhadap setiap kebijakan
3. Membuat pedoman pelayanan
4. Menangani masalah-masalah etik
5. Memberi saran, nasehat, dan pertimbangan kepada pihak-pihak
6. Membantu menyelesaikan perselisihan / sengketa etik medik
7. Mengendalikan semua kegiatan yang berkaitan dengan riset
8. Menyelenggarakan pelbagai kegiatan lain
9. Membantu menyelesaikan permasalahan finansial

E. BATASAN OPERASIONAL

1. Melakukan pembinaan segenap insan perumahsakitan.


Melakukan fungsi pembinaan terhadap insan-insan perumahsakitan, yaitu mereka
yang terlibat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit.
Pembinaan ini sangat penting karena insan-insan perumahsakitan wajib memahami,
mendalami dan menghayati serta mampu mengamalkan KODERSI secara utuh dan
konsekwen.
Direksi (Direktur Utama, Direktur Pelayanan, Direktur Umum dan Keuangan) adalah
pimpinan yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaan dan operasional pelayanan
rumah sakit, dengan dibantu staf karyawan rumah sakit yang terdiri dari tenaga
kesehatan dan non kesehatan. Staf Medis dan Staf Keperawatan adalah tenaga-tenaga
yang bertugas dan bertanggung jawab dalam hal pelayanan medis dan perawatan.

2. Memberi saran, nasehat, dan pertimbangan terhadap setiap kebijakan.


Saran, nasehat dan pertimbangan terhadap setiap kebijakan yang diambil oleh
Pimpinan Rumah Sakit agar keputusannya tidak menyimpang dari nilai-nilai
KODERSI.

3. Membuat pedoman pelayanan


Pedoman pelayanan dibuat sebagai acuan pelayanan bagi Komite Etik Rumah Sakit
dalam pelaksanaan berbagai program
4. Menangani masalah-masalah etik.
Pelayanan kesehatan dewasa ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan
sebelumnya. Selain menerapkan berbagai disiplin pelayanan kesehatan, juga semakin
kuat tuntutan pasien/masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif,
dan efisien, sehingga sarat dengan masalah etik. Untuk membantu Pimpinan Rumah
Sakit, Komite Etik Rumah Sakit (KERS) bertanggungjawab untuk menyelesaikan
berbagai macam masalah etik yang timbul sesuai dengan kaidah-kaidah yang
tercantum dalam KERS dan berlaku juga di masyarakat.

5. Memberi saran, nasehat, dan pertimbangan kepada pihak-pihak.


Sebagai ujung tombak dalam hal penerapan KODERSI di rumah sakit, KERS
berperan untuk memberi saran, nasehat, dan pertimbangan kepada pihak rumah sakit
sebagai lembaga, melalui manajemen rumah sakit; kepada insan-insan
perumahsakitan, maupun kepada pihak-pihak lain yang membutuhkan dalam
menghadapi berbagai masalah etik.

6. Membantu menyelesaikan perselisihan/sengketa etik medik.


Dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat timbul kesalah pahaman dan
ketidak percayaan antara yang dilayani (pasien/keluarga pasien) kepada yang
melayani (dokter), sehingga terjadi perselisihan/sengketa. Bila tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh kedua belah pihak, maka KERS akan membantu
menyelesaikannya bekerja sama dengan Komite Medik.

7. Mengendalikan semua kegiatan yang berkaitan dengan riset.


Sebagai rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur diatas 300, beberapa institusi
pendidikan maupun perseorangan mengajukan proposal untuk mengadakan
penelitian (riset). Untuk itu perlu dikendalikan agar tidak menimbulkan masalah etik
khususnya terhadap pasien yang sedang membutuhkan pelayanan perawatan dan
pelayanan kesehatan di RS Bumi Waras. KERS bekerja sama dengan Bagian Diklat
memberikan saran dan nasehat agar pengajuan proposal riset di kendalikan sebaik
mungkin demi kebaikan pasien dan juga rumah sakit.

8. Menyelenggarakan pelbagai kegiatan lain yang dipandang dapat membantu


terwujudnya kode etik rumah sakit.
Kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan etik perlu diadakan secara berkala
dengan mengundang pembicara dari luar atau dari KERS sendiri sesuai dengan
perkembangan peraturan pemerintah dan atau adanya isu yang sedang hangat di
tengah masyarakat, demi menambah wawasan bagi anggota Komite dan insan
perumahsakitan yang lain.

9. Membantu menyelesaikan permasalahan finansial.


Karena berbagai alasan seringkali terjadi permasalahan finansial bagi para pasien
sehingga tidak dapat membayar biaya rawat di rumah sakit, yaitu:
a. Tidak dapat membayar karena tidak punya cukup uang pada saat pasien
diperbolehkan pulang, namun berjanji dapat mengangsur
b. Tidak dapat membayar karena benar-benar sudah tidak punya uang sedangkan
pasien masih membutuhkan perawatan.
c. Tidak mau membayar karena merasa pelayanan yang diterima tidak sesuai
dengan harapan.

F. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum penyusunan pedoman ini adalah peraturan perundang-undangan:
1. UU RI no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU RI no 29 tahun 2004 tentang Praktik kedokteran
3. UU RI no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 1045/ MENKES/ PER/ XI/ 2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
6. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PT. Andall Waras
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

No Nama Jabatan Pendidikan Masa Pendidikan Non Jml Tugas


Formal Kerja Formal/Sertifikasi Kebutuhan
1. Ketua Komite Etik RS Min. S1, S2, 5 thn Berpengalaman 1 Bertanggungjawab dan
Dokter dalam bidang berwewenang mengelola
Spesialis perumahsakitan, yang dan memimpin Komite Etik
Senior meliputi berbagai RS Bumi Waras
bidang profesi.
2. Wakil Ketua Dokter, 3 thn Menguasai 1 Membantu Ketua
Min. S1 KODERSI, UU melaksanakan tugasnya,
Kesehatan, UU RS, memberi saran, dan
UUPK, dll. pendapat sesuai bidangnya.
3. Sekretaris Min. S1 2 thn Manajemen 1 Melaksanakan tugas
kesekretariatan kesekretariatan, serta
memberi saran, dan
pendapat sesuai bidangnya.
4. Anggota Min. S1, 10 thn Menguasai 1 Memberi saran, dan
Perawat KODERSI, UU pendapat sesuai bidangnya.
Senior Kesehatan, UU RS,
UU Keperawatan, dll
5. Anggota Min. S1, 1 thn Menguasai 1 Memberi saran, dan
Penunjang KODERSI, UU pendapat sesuai bidangnya.
Medis Kesehatan, UU RS,
UU Ketenaga
kerjaan, dll

Pengaturan Jaga:
Jaga on call
Senin dan Rabu : Ketua
Selasa dan Kamis : Wakil Ketua
Jumat : Sekretaris
Sabtu : Anggota 1
Minggu : Anggota 2
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Tidak mempunyai area kerja khusus.
Pinjam ruangan yang memiliki standar fasilitas seperti tertera dibawah ini.

B. STANDAR FASILITAS
No. Fasilitas Jumlah
1. Ruang Pertemuan 1

No. Peralatan Jumlah


1. Komputer 1
2. Printer 1
3. Telepon 1
4. Lemari Arsip 1
5. Meja Ruang Pertemuan 5
6. Kursi Ruang Pertemuan 10
7. Meja telepon 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. MELAKUKAN PEMBINAAN SEGENAP INSAN PERUMAHSAKITAN

Rumah Sakit dituntut secara moral dan operasional untuk menjalankan fungsinya sesuai
dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009. RS tidak akan dapat berfungsi
baik tanpa ditunjang oleh tenaga medis dan non medis yang baik. Baik untuk
menjalankan profesi kedokteran dan perawatan, baik dalam disiplin dan baik dalam
membina hubungan sesama profesi dan antar profesi. Komunikasi yang efektif disertai
pemahaman pimpinan dan staf dalam melaksanakan pelayanan kepada pasien menjadi
dasar untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
KERS dapat dikatakan sebagai suatu badan yang secara resmi dibentuk dengan anggota
dari berbagai disiplin perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk
menangani berbagai masalah etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi
sarana yang efektif dalam mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak yang
terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien, dan masyarakat tentang berbagai masalah
etika hukum kedokteran yang muncul dalam perawatan kesehatan di rumah sakit.
Mengingat banyaknya permasalahan etika di bidang kesehatan dan semakin tingginya
tuntutan pengetahuan maka diperlukan suatu program pendidikan dan latihan yang akan
memberikan tambahan ilmu pengetahuan kepada anggota komite yang akhirnya akan
menjadikan anggota KERS memiliki potensi serta kompetensi yang sejalan dengan tujuan
organisasi.

1. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


a. Pelatihan Internal
Pelatihan internal adalah setiap kegiatan yang diadakan baik itu pelatihan dalam
waktu singkat maupun yang membutuhkan waktu yang lama dilakukan dalam
ruang lingkup RS Bumi Waras, sehingga anggota komite dan peserta insan
perumah sakitan yang lain mudah mengikuti jadwal pelatihan yang ada.
b. Pelatihan Eksternal
Pelatihan eksternal adalah setiap kegiatan yang diadakan baik itu pelatihan dalam
waktu singkat maupun membutuhkan waktu yang lama dilakukan diluar RS Bumi
Waras. Yang mengadakan adalah provider training yang sudah berpengalaman
dalam bidang ini. Anggota komite dan insan perumah sakitan yang menjadi peserta
diharapkan datang ditempat yang telah ditentukan oleh provider training yang
mengadakan pelatihan.

2. Cara melaksanakan kegiatan


a. Ketua Komite mengajukan jenis pelatihan dalam rangka pembinaan insan
perumahsakitan baik internal maupun eksternal untuk anggota komite dan peserta
(wakil dari insan perumahsakitan yang lain), kepada Bagian Diklat.
b. Pengajuan pelatihan akan ditindaklanjuti oleh Bagian Diklat kepada Direktur
Utama untuk meminta persetujuan.
c. Bila telah disetujui maka Bagian Diklat akan mengajukan biayanya melalui
Kabag. Umum dan Administrasi, dilanjutkan kepada Bagian Keuangan.

3. Sasaran
a. Anggota Komite Etik Rumah Sakit dan insan perumahsakitan yang lain yang
mewakili mayoritas profesi medis, maupun non medis
b. Setelah mengikuti pelatihan diharapkan Anggota KERS maupun insan
perumahsakitan yang lain dapat memiliki potensi dan kompetensi yang lebih baik,
sehingga dapat menyelesaikan setiap permasalah etika yang muncul di RS Bumi
Waras.
c. Setelah mengikuti pelatihan diharapkan Anggota KERS maupun insan
perumahsakitan yang lain dapat mensosialisasikan kepada setiap profesi yang ada
di rumah sakit perihal etika.

4. Jadwal pelaksanaan
Pelatihan Internal : Jadwal pelatihan disesuaikan dengan jadwal dari bagian Diklat
Pelatihan Eksternal: jadwal pelatihan disesuaikan dengan jadwal dari pihak
penyelenggara.

B. MEMBERI SARAN, NASEHAT, DAN PERTIMBANGAN TERHADAP SETIAP


KEBIJAKAN
Perumahsakitan di Indonesia sesuai dengan perjalanan sejarahnya telah memiliki jati diri
yang khas, ialah dengan mengakarnya azas perumahsakitan Indonesia kepada azas
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai falsafah bangsa dan negara Republik
Indonesia. Dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan diperlukan upaya
mempertahankan kemurnian nilai-nilai dasar perumahsakitan Indonesia. Nilai- nilai yang
terkandung dalam KODERSI ini merupakan nilai-nilai etik yang identik dengan nilai-
nilai akhlak atau moral yang mutlak diperlukan guna melandasi dan menunjang
berlakunya nilai-nilai atau kaidah-kaidah lainnya dalam bidang perumahsakitan, seperti
perundang-undangan, hukum dan sedbagainya, guna tercapainya pemberian pelayanan
kesehatan oleh rumah sakit yang baik, bermutu dan profesional.

1. Cara melaksanakan:
KERS memberi saran, nasehat dan pertimbangan terhadap kebijakan atau keputusan
yang akan diambil oleh pimpinan agar sepadan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam KODERSI dan kaidah-kaidah lainnya dalam bidang perumahsakitan, yaitu
dengan mengingat:
a. Kewajiban umum rumah sakit
b. Kewajiban rumah sakit terhadap masyarakat dan lingkungan
c. Kewajiban rumah sakit terhadap pasien
d. Kewajiban rumah sakit terhadap Pimpinan, Staf dan Karyawan
e. Hubungan rumah sakit dengan lembaga terkait
f. Lain-lain.

2. Sasaran
- Direktur Utama Rumah Sakit
- Direktur Pelayanan
- Direktur Umum Keuangan

3. Pelaksanaan
Saat pertemuan dangan pimpinan rumah sakit pada rapat rutin sekali sebulan, atau
sewaktu-waktu bila ada keperluan yang mendesak di luar jadwal.

C. MEMBUAT PEDOMAN PELAYANAN


Permasalahan etikolegal dapat terjadi di rumah sakit dimana terdapat suatu
kejadian/masalah/kasus di rumah sakit yang dapat berpotensi menimbulkan pelanggaran
norma-norma, hak azasi manusia atau potensial menjadi masalah hukum. Keadaan ini
dapat terjadi disebabkan oleh pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis (dokter),
perawat dan petugas paramedis lainnya yang berhubungan dengan etika profesi dan etika
rumah sakit. Untuk memastikan tatanan ini dapat berjalan dengan baik di rumah sakit
maka perlu dibuat pedoman pelayanan komite etik rumah sakit sebagai acuan
pelaksanaan menangani berbagai masalah etika di rumah sakit.

a. Yang membuat/menyusun
Pengurus Komite Etik RS yang telah di tunjuk dan diangkat dengan surat keputusan
oleh Direktur RS Bumi Waras
b. Disahkan dan di tandatangani oleh Direktur Utama RS Bumi Waras
c. Disosialisasikan kepada Kepala Unit Kerja dan Karyawan.
d. Di evaluasi tiap 3 tahun; atau dapat dirubah sewaktu-waktu bila ada perubahan
perundang-undangan mengenai etik.

D. MENANGANI MASALAH-MASALAH ETIK YANG MUNCUL DI RS BUMI


WARAS
Menyelesaikan masalah-masalah etika di rumah sakit baik dari sisi pelayanan
kedokteran, keperawatan, bisnis, marketing, norma-norma, hak pasien dan hak petugas
kesehatan mendukung pelayanan rumah sakit yang diberikan secara bermutu, profesional
dan baik, sehingga menjamin kepuasan dan kepercayaan pasien akan pelayanan yang
diberikan oleh rumah sakit. Sejalan dengan pertumbuhan jumlah pasien, semakin
kompleksnya penyakit dan penanganannya serta meningkatnya kesadaran masyarakat
akan hak-haknya, maka risiko institusi pelayanan kesehatan menghadapi masalah etika
semakin meningkat.
Prosedur Penanganan:

1. Informasi adanya masalah etik dapat berupa:


a. Keluhan masalah etik baik tertulis maupun lisan
b. Laporan masalah etik kepada manajemen
c. Berita masalah etik yang terjadi di RS Bumi Waras melalui media masa.
d. Dan lain-lain.
2. Informasi tersebut diterima oleh Direksi disampaikan kepada Komite Etik
3. Komite Etik mempelajari permasalahan tersebut dan mengumpulkan data serta fakta
dan membuat evaluasi
4. Hasil evaluasi ditindak lanjuti berupa usulan, saran dan nasehat, diserahkan kembali
kepada Direksi untuk menentukan keputusan.
5. Apabila permasalahan yang timbul tidak dapat diselesaikan didalam lingkup rumah
sakit maka dapat meminta saran, pendapat atau nasehat dari MAKERSI Cabang.

E. MEMBERI SARAN, NASEHAT, DAN PERTIMBANGAN KEPADA PIHAK-


PIHAK YANG MEMBUTUHKAN.
Masalah etik yang muncul di rumah sakit dapat berasal dari pihak luar rumah sakit, dapat
juga timbul dari pihak dalam rumah sakit, yaitu insan-insan perumahsakitan yang
melakukan kegiatan penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit. Atas semua
permasalahan etik yang muncul di rumah sakit maka Komite etik RS adalah pemeran
utama dan ujung tombak dalam hal tanggungjawab.
Pihak-pihak yang membutuhkan saran, nasehat dan pertimbangan dapat mengajukan
kepada Komite Etik RS secara lisan ataupun tertulis, dan akan dijadwalkan untuk
ditindaklanjuti dalam pertemuan.

F. MEMBANTU MENYELESAIKAN PERSELISIHAN / SENGKETA ETIK MEDIS


Penyelesaian etik medis dilakukan oleh Komite Medis, yaitu Sub Komite Etika Profesi
dengan mengacu kepada Kode Etik Kedokteran Indonesia, dan peraturan pemerintah
atau perundang-undangan yang berlaku.

Prosedur:
1. Informasi pelanggaran atau adanya masalah etik kedokteran dapat berupa:
a. Keluhan pasien/keluarga pasien baik tertulis maupun lisan
b. Laporan yang disampaikan dokter jaga ataupun dokter yang merawat kepada
kepala ruang dilanjutkan kepada manajer dan direktur
c. Laporan perawat kepada kepala ruang dilanjutkan kepada manajer dan direktur
d. Dan lain-lain
2. Keluhan lisan ataupun tertulis yang merupakan masalah etik medis yang diterima
oleh direksi disampaikan kepada Komite Medis
3. Komite Medis meneruskan laporan tersebut kepada Sub Komite Etika Profesi untuk
di evaluasi
4. Sub Komite Etika Profesi dapat meminta pendapat dari konsultan atau organisasi di
luar rumah sakit
5. Hasil evaluasi dari sub komite etika profesi ditindaklanjuti berupa usulan teguran
lisan, teguran tertulis dan kebijakan lain yang bersifat sanksi administratif.
6. Rekomendasi tersebut disampaikan kepada komite medis untuk diteruskan kepada
direktur
7. Apabila permasalahan yang timbul tidak dapat diselesaikan didalam lingkup rumah
sakit maka diajukan kepada MKEK IDI Cabang.

G. MENGENDALIKAN SEMUA KEGIATAN YANG BERKAITAN DENGAN


RISET
Sebagai rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur diatas 300, beberapa institusi
pendidikan maupun perseorangan mengajukan proposal untuk mengadakan penelitian
(riset). Untuk itu perlu dikendalikan agar tidak menimbulkan masalah etik khususnya
terhadap pasien yang sedang membutuhkan pelayanan perawatan dan pelayanan
kesehatan di RS Bumi Waras, KERS memberi saran dan nasehat kepada Direksi agar
persetujuan proposal riset di kendalikan sebaik mungkin demi kebaikan pasien dan juga
rumah sakit.
1. Surat pengajuan penelitian/riset dari institusi ataupun perseorangan yang telah
diterima dan disetujui oleh Direktur diteruskan kepada Bagian Diklat.
2. Bagian Diklat mempelajari permohonan tersebut.
3. Bagian Diklat memanggil pemohon mewawancarai untuk menyampaikan peraturan
dan jadwal yang disepakati bersama.
4. Pelaksanaan riset
5. Salinan riset diserahkan kepada Bagian Diklat dan diteruskan kepada Direktur.

H. MENYELENGGARAKAN BERBAGAI KEGIATAN LAIN YANG DIPANDANG


DAPAT MEMBANTU TERWUJUDNYA KODE ETIK RUMAH SAKIT.
Kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan etik perlu diadakan secara berkala
dengan mengundang pembicara dari luar atau dari KERS sendiri sesuai dengan
perkembangan peraturan pemerintah dan atau adanya isu yang sedang hangat di tengah
masyarakat, demi menambah wawasan bagi anggota Komite dan insan perumahsakitan
yang lain.

1. KERS mengajukan proposal kegiatan kepada Direktur sesuai dengan program kerja
atau bila ada isu yang hangat dan mendesak
2. Bila disetujui diteruskan kepada Bagian Diklat untuk ditindaklanjuti
3. Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi kegiatan tersebut
4. Pelaksanaan
5. Laporan dan evaluasi
6. Tindak lanjut diserahkan kepada Direktur
I. MEMBANTU MENYELESAIKAN PERMASALAHAN FINANSIAL YANG
TERJADI DENGAN PASIEN.
Karena berbagai alasan seringkali terjadi permasalahan finansial bagi para pasien
sehingga tidak dapat membayar biaya rawat di rumah sakit, yaitu:
1. Tidak dapat membayar karena tidak punya cukup uang pada saat pasien
diperbolehkan pulang, namun berjanji dapat mengangsur
2. Tidak dapat membayar karena benar-benar sudah tidak punya uang sedangkan pasien
masih membutuhkan perawatan.
3. Tidak mau membayar karena merasa pelayanan yang diterima tidak sesuai dengan
harapan.
a. Laporan yang berawal dari Petugas Kasir (setelah menerapkan SPO yang ada
tidak berhasil) diteruskan sampai kepada Direktur Keuangan
b. Direktur meminta saran, nasehat dan pertimbangan kepada KERS
c. Direktur Keuangan menindaklanjuti keputusan Direktur untuk menyelesaikan
masalah finansial dengan pasien yang bersangkutan.
BAB V
LOGISTIK

Logistik Komite Etik & Medikolegal meliputi barang non medis berupa : alat tulis kantor,
perangkat komputer, printer, dan lemari arsip dokumen.

A. Perencanaan
Perencanaan penyediaan kebutuhan kegiatan Komite Etik bekerja sama dengan Bagian
Gudang Non Farmasi.

B. Permintaan dan Pengadaan


1. Permintaan barang dilakukan ke Bagian Gudang Non Farmasi untuk keperluan barang
non medis.
2. Permintaan dilakukan dengan menggunakan form permintaan barang.
3. Pengadaan barang dipesan melalui satu pintu oleh Bagian Gudang non Farmasi,
setelah barang diterima dapat digunakan sesuai kebutuhan.
4. Permintaan barang ke Bagian Gudang Non Farmasi dapat dilaksanakan pada hari :
a. Senin, alat tulis kantor
b. Rabu, kebutuhan barang padat
c. Jumat, kebutuhan barang cair

C. Monitoring
Monitoring dilakukan dengan cara evaluasi pemakaian.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Komite Etik Rumah Sakit, Rumah Sakit Bumi Waras mempunyai peran dalam
meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit dengan mengikuti program 6 sasaran
keselamatan pasien yang diterapkan oleh Rumah Sakit Bumi Waras, namun yang dapat
dilakukan oleh Komite Etik hanya 2 sasaran, yaitu :
1. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
2. Pengurangan risiko pasien jatuh
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENANGANAN KECELAKAAN KERJA


Kecelakaan kerja di sini adalah kecelakaan yang terjadi dari karyawan berangkat dari
rumah ke tempat kerja, kejadian di tempat kerja, dan dalam perjalanan dari tempat kerja
ke rumah dengan rute yang sama. Bila terjadi kecelakaan kerja, karyawan yang
bersangkutan / keluarga karyawan / rekan kerja melaporkan kepada kepala bagian terkait
untuk seterusnya dilaporkan ke Bagian SDM paling lambat dalam waktu 2 x 24 jam.
Penanganan kecelakaan akibat kerja dilakukan di UGD RS Bumi Waras . Apabila
kecelakaan terjadi di luar RS Bumi Waras maka penanganan dapat dilakukan di fasilitas
kesehatan terdekat untuk selanjutnya ditangani atau dirujuk ke RS Bumi Waras.

B. PENGGUNAAAN ALAT PELINDUNG DIRI


Tidak menggunakan alat pelindung diri yang spesifik.

C. PEMERIKSAAN KESEHATAN
1. Pemeriksaan kesehatan prakerja
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum karyawan bekerja di RS
Bumi Waras, meliputi : pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan
urine rutin, pemeriksaan kimia darah, rectal swab untuk petugas gizi, EKG, rontgen
foto thorax, dan TKMI (khusus dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis).
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan setelah karyawan bergabung
dengan RS Bumi Waras dilakukan secara berkala 1 (satu) tahun sekali dengan tujuan
untuk mempertahankan derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Jenis
pemeriksaan berkala disesuaikan dengan jenis jabatan dan kondisi ruang kerja.
3. Pemeriksaan kesehatan akhir masa kerja
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan sebelum karyawan purna tugas.
4. Pemeliharaan kesehatan karyawan
Merupakan pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan kesehatan bagi karyawan yang
sedang sakit.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Komite Etik Rumah Sakit, Rumah Sakit Bumi Waras melaksanakan program pengendalian
mutu yaitu :
1. Pendidikan dan Pelatihan
a. Pelaksanaan Mandatory Training
- Basic Life Support
- K3
- PPI & Hand Hygiene
- Patient Safety
- Customer Service
- Mutu
b. Pendidikan berkelanjutan:
- Pelatihan Etik Rumah Sakit
- Pelatihan Medikolegal

2. Sasaran mutu
a. Direksi memahami Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)
b. Masalah etik medis tidak sampai diteruskan ke pengadilan.
ABSTRAKSI DATA INDIKATOR MUTU KOMITE ETIK & MEDIKOLEGAL

: Direksi memahami Kode Etik Rumah Sakit Indonesia


Judul Indikator
(KODERSI)
: Masing-masing Direktur memiliki Buku KODERSI dan
memahami isinya dari Mukadimah, Bab I sampai dengan Bab
Definisi Operasional
VI, Pasal 1 sampai dengan Pasal 23.

Bagian/Unit : Komite Etik & Medikolegal

Person In Charge : Ketua Komite Etik & Medikolegal

Kebijakan Mutu : ----------------


: Sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi Direktur dalam hal
Rasionalisasi menyelesaikan masalah-masalah etik & medikolegal.

: Jumlah Direktur yang mengambil keputusan kasus etik & medikolegal x 100 %
Formula Kalkulasi Jumlah kasus etik & medikolegal

Numerator : Jumlah Direktur yang mengambil keputusan kasus etik & medikolegal

Denominator : Jumlah kasus etik & medikolegal


: Semua Direktur selama masa jabatannya berlaku
Kriteria inklusi

Kriteria Eksklusi : Direktur yang sudah selesai masa jabatannya

Metodologi Pengumpulan :
Retrospektif
data
Tipe Pengukuran : Proses dan outcome

Sumber Data : Buku KODERSI yang diterbitkan PERSI tahun 2001

Waktu Pelaporan : Setiap ada kasus

Frekuensi Pelaporan : 1 tahun sekali

Target Kinerja : Lebih dari 75%

Jumlah Sampel : Total kasus


Area Monitoring : Bagian terkait
Rencana Komunikasi ke staf : Melalui Direktur masing-masing dan Komite Etik & Medikolegal
: UU RS, UU Kesehatan, UUPK, KODERSI, dan Peraturan
Referensi
PerusahaanDir:
ABSTRAKSI DATA INDIKATOR MUTU KOMITE ETIK & MEDIKOLEGAL

:
Judul Indikator Masalah etik medis tidak sampai diteruskan ke pengadilan

: Kasus etik medis yang terjadi dan telah di lakukan audit


Definisi Operasional medik oleh Komite Medik serta di ketahui oleh Direktur.

Bagian/Unit : Komite Etik & Medikolegal

Person In Charge : Direktur Medis dan Perawatan

Kebijakan Mutu : -------------------


: Untuk menyelesaikan masalah etik medis secara kekeluargaan
Rasionalisasi sehingga tidak sampai di teruskan ke pengadilan.

: Jumlah kasus etik medis yang di perkarakan x 100 %


Formula Kalkulasi Jumlah seluruh kasus etik medis

Numerator : Jumlah kasus etik medis yang di perkarakan

Denominator : Jumlah seluruh kasus etik medis


: Semua pelayanan medis yang diberikan kepada pasien
Kriteria inklusi

Kriteria Eksklusi : Semua dokter yang memberi pelayanan

Metodologi Pengumpulan :
Retrospektif
data
Tipe Pengukuran : Proses dan outcome

Sumber Data : Unit pelayanan medis terkait

Waktu Pelaporan : Tiap terjadi kasus

Frekuensi Pelaporan : 1 bulan

Target Kinerja : Lebih dari 75%

Jumlah Sampel : Total kejadian


Area Monitoring : Unit pelayanan medis terkait
Rencana Komunikasi ke staf : Melalui Komite Medik
: UU RS, UU Kesehatan, UUPK, KODERSI, dan Peraturan
Referensi
PerusahaanDir
2222]
22U2.

1.SK Dir:
BAB IX
PENUTUP

1. Hal-hal yang belum tercantum dalam tatalaksana ini dapat diputuskan sendiri oleh KERS
Rumah Sakit Bumi Waras.

2. Keputusan yang dimaksud harus tidak bertentangan dengan tatalaksana ini atau berbagai
ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit Bumi Waras.

3. Dengan demikian diharapkan KODERSI dapat dilaksanakan dengan baik di Rumah Sakit
Bumi Waras.

Ditetapkan di Bandar Lampung


Pada tanggal : 06 April 2016
Direktur Utama RS. Bumi Waras

Dr. Kuswandi , Sp.JP.

Anda mungkin juga menyukai