Pedom. Pely. Kom. Etik
Pedom. Pely. Kom. Etik
RS BUMI WARAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam hubungan manusia dibutuhkan komunikasi yang baik sebagai landasan
hubungan dan kepercayaan. Hal ini juga berlaku dalam dunia kesehatan. Situasi pelayanan
kesehatan yang dari waktu ke waktu semakin kompleks ini seringkali menyulitkan
komunikasi antara pasien dan pihak penyedia pelayanan kesehatan. Tidak adanya lagi
komunikasi yang efektif dapat menimbulkan adanya kesalah pahaman dan ketidak percayaan.
Komunikasi yang baik amat membantu menyelesaikan berbagai masalah sebaliknya
komunikasi yang buruk akan menambah masalah dalam pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang baik, bermutu, profesional dan diterima pasien serta
mengutamakan keselamatan pasien merupakan tujuan utama pelayanan rumah sakit. Namun
hal ini tidak mudah dilakukan dewasa ini. Meskipun rumah sakit telah dilengkapi dengan
tenaga medis, perawat dan sarana penunjang yang lengkap dan tersertifikasi sesuai dengan
persyaratan yang ada, masih sering terdengar ketidak puasan pasien akan pelayanan
kesehatan yang mereka terima.
Pelayanan kesehatan dewasa ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan
sebelumnya. Beberapa faktor yang mendorong kompleksitas pelayanan kesehatan pada masa
kini antara lain:
Disamping semua hal tersebut di atas, pelayanan kesehatan harus memenuhi kaidah-
kaidah profesionalisme dan etis. Untuk menangkal hal-hal yang berpotensi merugikan
berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maka perlu ditingkatkan kemampuan tenaga
kesehatan menyelesaikan masalah-masalah medis dan non medis di rumah sakit dan tercipta
struktur yang mendukung pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di rumah sakit
adalah dengan memenuhi kaidah-kaidah yang tercantum dalam Kode Etik Rumah Sakit
Indonesia (KODERSI).
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia memuat rangkaian nilai-nilai dan norma-norma
moral perumah sakitan Indonesia untuk dijadikan pedoman dan pegangan bagi setiap insan
perumah sakitan yang terlibat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit di
Indonesia. KODERSI merupakan kewajiban moral yang harus ditaati setiap rumah sakit di
Indonesia agar tercapai pelayanan rumah sakit yang baik, bermutu, profesional dan sesuai
dengan norma dan nilai-nilai luhur profesi kedokteran. KODERSI disahkan pertama kali
dalam kongresnya ke 6 tahun 1993 di Jakarta.
Pada prinsipnya kebijakan rumah sakit seharusnya membentuk Komite Etik Rumah
Sakit (KERS). Sehingga dengan adanya pedoman ini diharapkan penerapan KODERSI dalam
pelayanan perumah sakitan menjadi kenyataan sehingga rumah sakit di Indonesia mampu
mengemban misi luhur dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat
Indonesia.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum:
Tersedianya Pedoman Pelayanan Komite Etik Rumah Sakit di RS Bumi Waras
2. Tujuan Khusus:
a. Terselenggaranya pembinaan segenap insan perumahsakitan agar menghayati dan
mengamalkan KODERSI di Rumah Sakit Bumi Waras.
b. Terlaksananya penanganan masalah-masalah etik yang muncul di RS Bumi Waras.
c. Terlaksananya pelayanan konsultasi etik rumah sakit berupa nasehat, saran dan
pertimbangan etik bagi pihak-pihak yang membutuhkan
d. Terlaksananya penyelesaian permasalahan finansial yang terjadi dengan pasien
C. PENGERTIAN
Untuk memudahkan penerapan pedoman, perlu dirumuskan ketentuan umum dan
pengertian pokok sebagai berikut:
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan diatur
oleh peraturan perundang undangan Negara Republik Indonesia. Rumah Sakit
sebagai sarana pelayanan kesehatan merupakan unit sosial ekonomi, harus
mengutamakan tugas kemanusiaan dan mendahulukan fungsi sosialnya.
3. Kode Etik Rumah Sakit adalah rangkuman norma-norma moral yang telah
dikodifikasi oleh PERSI sebagai organisasi profesi bidang perumahsakitan di
Indonesia.
4. Komite Etik Rumah Sakit (KERS) adalah suatu perangkat organisasi non
struktural yang dibentuk dalam rumah sakit untuk membantu pimpinan rumah
sakit dalam melaksanakan KODERSI.
E. BATASAN OPERASIONAL
F. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum penyusunan pedoman ini adalah peraturan perundang-undangan:
1. UU RI no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU RI no 29 tahun 2004 tentang Praktik kedokteran
3. UU RI no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 1045/ MENKES/ PER/ XI/ 2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
6. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PT. Andall Waras
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Pengaturan Jaga:
Jaga on call
Senin dan Rabu : Ketua
Selasa dan Kamis : Wakil Ketua
Jumat : Sekretaris
Sabtu : Anggota 1
Minggu : Anggota 2
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Tidak mempunyai area kerja khusus.
Pinjam ruangan yang memiliki standar fasilitas seperti tertera dibawah ini.
B. STANDAR FASILITAS
No. Fasilitas Jumlah
1. Ruang Pertemuan 1
Rumah Sakit dituntut secara moral dan operasional untuk menjalankan fungsinya sesuai
dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009. RS tidak akan dapat berfungsi
baik tanpa ditunjang oleh tenaga medis dan non medis yang baik. Baik untuk
menjalankan profesi kedokteran dan perawatan, baik dalam disiplin dan baik dalam
membina hubungan sesama profesi dan antar profesi. Komunikasi yang efektif disertai
pemahaman pimpinan dan staf dalam melaksanakan pelayanan kepada pasien menjadi
dasar untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
KERS dapat dikatakan sebagai suatu badan yang secara resmi dibentuk dengan anggota
dari berbagai disiplin perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk
menangani berbagai masalah etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi
sarana yang efektif dalam mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak yang
terlibat seperti dokter, pasien, keluarga pasien, dan masyarakat tentang berbagai masalah
etika hukum kedokteran yang muncul dalam perawatan kesehatan di rumah sakit.
Mengingat banyaknya permasalahan etika di bidang kesehatan dan semakin tingginya
tuntutan pengetahuan maka diperlukan suatu program pendidikan dan latihan yang akan
memberikan tambahan ilmu pengetahuan kepada anggota komite yang akhirnya akan
menjadikan anggota KERS memiliki potensi serta kompetensi yang sejalan dengan tujuan
organisasi.
3. Sasaran
a. Anggota Komite Etik Rumah Sakit dan insan perumahsakitan yang lain yang
mewakili mayoritas profesi medis, maupun non medis
b. Setelah mengikuti pelatihan diharapkan Anggota KERS maupun insan
perumahsakitan yang lain dapat memiliki potensi dan kompetensi yang lebih baik,
sehingga dapat menyelesaikan setiap permasalah etika yang muncul di RS Bumi
Waras.
c. Setelah mengikuti pelatihan diharapkan Anggota KERS maupun insan
perumahsakitan yang lain dapat mensosialisasikan kepada setiap profesi yang ada
di rumah sakit perihal etika.
4. Jadwal pelaksanaan
Pelatihan Internal : Jadwal pelatihan disesuaikan dengan jadwal dari bagian Diklat
Pelatihan Eksternal: jadwal pelatihan disesuaikan dengan jadwal dari pihak
penyelenggara.
1. Cara melaksanakan:
KERS memberi saran, nasehat dan pertimbangan terhadap kebijakan atau keputusan
yang akan diambil oleh pimpinan agar sepadan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam KODERSI dan kaidah-kaidah lainnya dalam bidang perumahsakitan, yaitu
dengan mengingat:
a. Kewajiban umum rumah sakit
b. Kewajiban rumah sakit terhadap masyarakat dan lingkungan
c. Kewajiban rumah sakit terhadap pasien
d. Kewajiban rumah sakit terhadap Pimpinan, Staf dan Karyawan
e. Hubungan rumah sakit dengan lembaga terkait
f. Lain-lain.
2. Sasaran
- Direktur Utama Rumah Sakit
- Direktur Pelayanan
- Direktur Umum Keuangan
3. Pelaksanaan
Saat pertemuan dangan pimpinan rumah sakit pada rapat rutin sekali sebulan, atau
sewaktu-waktu bila ada keperluan yang mendesak di luar jadwal.
a. Yang membuat/menyusun
Pengurus Komite Etik RS yang telah di tunjuk dan diangkat dengan surat keputusan
oleh Direktur RS Bumi Waras
b. Disahkan dan di tandatangani oleh Direktur Utama RS Bumi Waras
c. Disosialisasikan kepada Kepala Unit Kerja dan Karyawan.
d. Di evaluasi tiap 3 tahun; atau dapat dirubah sewaktu-waktu bila ada perubahan
perundang-undangan mengenai etik.
Prosedur:
1. Informasi pelanggaran atau adanya masalah etik kedokteran dapat berupa:
a. Keluhan pasien/keluarga pasien baik tertulis maupun lisan
b. Laporan yang disampaikan dokter jaga ataupun dokter yang merawat kepada
kepala ruang dilanjutkan kepada manajer dan direktur
c. Laporan perawat kepada kepala ruang dilanjutkan kepada manajer dan direktur
d. Dan lain-lain
2. Keluhan lisan ataupun tertulis yang merupakan masalah etik medis yang diterima
oleh direksi disampaikan kepada Komite Medis
3. Komite Medis meneruskan laporan tersebut kepada Sub Komite Etika Profesi untuk
di evaluasi
4. Sub Komite Etika Profesi dapat meminta pendapat dari konsultan atau organisasi di
luar rumah sakit
5. Hasil evaluasi dari sub komite etika profesi ditindaklanjuti berupa usulan teguran
lisan, teguran tertulis dan kebijakan lain yang bersifat sanksi administratif.
6. Rekomendasi tersebut disampaikan kepada komite medis untuk diteruskan kepada
direktur
7. Apabila permasalahan yang timbul tidak dapat diselesaikan didalam lingkup rumah
sakit maka diajukan kepada MKEK IDI Cabang.
1. KERS mengajukan proposal kegiatan kepada Direktur sesuai dengan program kerja
atau bila ada isu yang hangat dan mendesak
2. Bila disetujui diteruskan kepada Bagian Diklat untuk ditindaklanjuti
3. Mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi kegiatan tersebut
4. Pelaksanaan
5. Laporan dan evaluasi
6. Tindak lanjut diserahkan kepada Direktur
I. MEMBANTU MENYELESAIKAN PERMASALAHAN FINANSIAL YANG
TERJADI DENGAN PASIEN.
Karena berbagai alasan seringkali terjadi permasalahan finansial bagi para pasien
sehingga tidak dapat membayar biaya rawat di rumah sakit, yaitu:
1. Tidak dapat membayar karena tidak punya cukup uang pada saat pasien
diperbolehkan pulang, namun berjanji dapat mengangsur
2. Tidak dapat membayar karena benar-benar sudah tidak punya uang sedangkan pasien
masih membutuhkan perawatan.
3. Tidak mau membayar karena merasa pelayanan yang diterima tidak sesuai dengan
harapan.
a. Laporan yang berawal dari Petugas Kasir (setelah menerapkan SPO yang ada
tidak berhasil) diteruskan sampai kepada Direktur Keuangan
b. Direktur meminta saran, nasehat dan pertimbangan kepada KERS
c. Direktur Keuangan menindaklanjuti keputusan Direktur untuk menyelesaikan
masalah finansial dengan pasien yang bersangkutan.
BAB V
LOGISTIK
Logistik Komite Etik & Medikolegal meliputi barang non medis berupa : alat tulis kantor,
perangkat komputer, printer, dan lemari arsip dokumen.
A. Perencanaan
Perencanaan penyediaan kebutuhan kegiatan Komite Etik bekerja sama dengan Bagian
Gudang Non Farmasi.
C. Monitoring
Monitoring dilakukan dengan cara evaluasi pemakaian.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Komite Etik Rumah Sakit, Rumah Sakit Bumi Waras mempunyai peran dalam
meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit dengan mengikuti program 6 sasaran
keselamatan pasien yang diterapkan oleh Rumah Sakit Bumi Waras, namun yang dapat
dilakukan oleh Komite Etik hanya 2 sasaran, yaitu :
1. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
2. Pengurangan risiko pasien jatuh
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
C. PEMERIKSAAN KESEHATAN
1. Pemeriksaan kesehatan prakerja
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum karyawan bekerja di RS
Bumi Waras, meliputi : pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan
urine rutin, pemeriksaan kimia darah, rectal swab untuk petugas gizi, EKG, rontgen
foto thorax, dan TKMI (khusus dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis).
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan setelah karyawan bergabung
dengan RS Bumi Waras dilakukan secara berkala 1 (satu) tahun sekali dengan tujuan
untuk mempertahankan derajat kesehatan yang setinggi – tingginya. Jenis
pemeriksaan berkala disesuaikan dengan jenis jabatan dan kondisi ruang kerja.
3. Pemeriksaan kesehatan akhir masa kerja
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan sebelum karyawan purna tugas.
4. Pemeliharaan kesehatan karyawan
Merupakan pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan kesehatan bagi karyawan yang
sedang sakit.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Komite Etik Rumah Sakit, Rumah Sakit Bumi Waras melaksanakan program pengendalian
mutu yaitu :
1. Pendidikan dan Pelatihan
a. Pelaksanaan Mandatory Training
- Basic Life Support
- K3
- PPI & Hand Hygiene
- Patient Safety
- Customer Service
- Mutu
b. Pendidikan berkelanjutan:
- Pelatihan Etik Rumah Sakit
- Pelatihan Medikolegal
2. Sasaran mutu
a. Direksi memahami Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)
b. Masalah etik medis tidak sampai diteruskan ke pengadilan.
ABSTRAKSI DATA INDIKATOR MUTU KOMITE ETIK & MEDIKOLEGAL
: Jumlah Direktur yang mengambil keputusan kasus etik & medikolegal x 100 %
Formula Kalkulasi Jumlah kasus etik & medikolegal
Numerator : Jumlah Direktur yang mengambil keputusan kasus etik & medikolegal
Metodologi Pengumpulan :
Retrospektif
data
Tipe Pengukuran : Proses dan outcome
:
Judul Indikator Masalah etik medis tidak sampai diteruskan ke pengadilan
Metodologi Pengumpulan :
Retrospektif
data
Tipe Pengukuran : Proses dan outcome
1.SK Dir:
BAB IX
PENUTUP
1. Hal-hal yang belum tercantum dalam tatalaksana ini dapat diputuskan sendiri oleh KERS
Rumah Sakit Bumi Waras.
2. Keputusan yang dimaksud harus tidak bertentangan dengan tatalaksana ini atau berbagai
ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit Bumi Waras.
3. Dengan demikian diharapkan KODERSI dapat dilaksanakan dengan baik di Rumah Sakit
Bumi Waras.