Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AKHIR MODUL 6

SITI HARDIANTI

GMO (genetically modified organism) Produksi tanaman dan hewan transgenik untuk
kepentingan manusia saat ini sangat gencar dilakukan. Tanaman dan hewan transgenik yang
dapat dimanfaatkan manusia memiliki keuntungan dapat menghasilkan produk lebih banyak
dibandingkan tanaman dan hewan pada umumnya. Muncul permasalahan karena tanaman
dan hewan transgenik merupakan organisme dengan komposisi genetik yang termodifikasi
dengan tambahan gen dari luar tubuhnya. Sebagian komunitas manusia menolak karena takut
komposisi gen yang baru pada hewan dan tumbuhan dapat menghasilkan zat yang berbahaya
bagi manusia.

Diskusi

Jika anda menjadi orang yang kontra terhadap produk transgenik, jelaskan alasan yang
mendukung sikap anda tersebut? (jawaban harus dilengkapi dengan referensi yang valid dan
mendukung).

Jawab :

Tujuan pengembangan tumbuhan dan hewan transgenik adalah meningkatkan produktivitas


pertanian dan kualitas makanan. Kekawatiran awal tentang potensi bahaya yang dikaitkan
dengan teknologi DNA rekombinan berfokus pada kemungkinan patogen-patogen baru yang
berbahaya yang mungkin tercipta. Kini kekawatiran terbesar masyarakat tentang
kemungkinan bahaya bukan terpusat pada mikroba rekombinan, melainkan organisme yang
dimodifikasi secara genetis ( genetically modified or GM organism) yang digunakan
sebagai makanan. Dalam bahasa sehari- hari, organism GM adalah organisme yang telah
memperoleh satu gen atau lebih dari spesies lain secara artifisial atau bahkan dari varietas
lain dalam spesies yang sama. Tentang resiko terhadap kesehatan manusia akibat makanan
GM adalah bahwa produk-produk protein transgen dapat menyebabkan reaksi energi.
(Campbell & Reece, 2010). Para pendukung upaya pendekatan yang hati-hati terhadap
tanaman transgenik akan menyebarkan gen-gen barunya kekerabat dekat alam sekitar.
(rumput-rumput kebun dan tanaman serealia), misalnya sering bertukar gen dengan kerabat-
kerabat liarnya melalui tranfer polen. Jika tanaman pangan yang mengandung gen-gen
pengode resitensi terhadap herbisida, penyakit, atau serangga hama penyerbukan tanaman
liar, keturunan yang dihasikan mungkin menjadi ‘gulma super’ yang sangat sulit dikontrol.
Dan dapat menjadikan tumbuhan menghasilkan polen yang toksik bagi kupu-kupu. karena
rekayasa genetika melibatkan eksperimen yang parah, ada kemungkinan tinggi untuk gen
menghasilkan mutasi yang tidak diinginkan dan sifat-sifat yang menyebabkan
alergi pada tanaman yang menghambat nilai gizi. Ciri-ciri yang dihasilkan dapat
menimbulkan patogen baru yang berbahaya bagi seluruh ekosistem. Teknik ini
membutuhkan penyisipan gen yang diinginkan pada lokasi yang tepat yang
keahliandiperlukan terutama ketika melibatkan banyak faktor risiko. juga,
transformasi gen tunggal sulit karena kode untuk beberapa sifat.Rekayasa genetika
adalah teknik mahal untuk melaksanakannya. hal ini membutuhkan tenaga kerja terampil,
perangkat yang sangat baik dan akurat dan bahan kimia, dan laboratorium yang
sangat canggih yang tidak terjangkau untuk orang awam.

Penggunaan Sel Manusia

Pasien korban kebakaran membutuhkan cangkok kulit untuk memperbaiki kerusakan kulit
akibat luka bakar. Menggunakan teknologi saat ini, dokter dapat mengambil sampel kulit dari
korban dan menumbuhkannya pada medium kultur sel untuk memperoleh lembaran kulit
yang baru. Lembaran kulit ini kemudian ditransplantasikan pada kulit yang terkena luka
bakar.

Diskusi:

a. Menurut anda, secara etik apakah mengkloning sel manusia dengan cara ini baik atau
buruk?
JAWAB :
Perdebatan aspek etika penerapan teknologi kedokteran pada manusia berada
dikawasan etika normatif, normative ethics. Dua landasan yang biasanya mendasari
paham yang berbeda, yaitu deontologi dan teleologi. Pada deontologi, penilaian etis
tidaknya suatu perbuatan lebih ditekankan kepada perbuatan itu sendiri. Sebaliknya,
paham teleologi lebih menilai pada tujuan atau akibat yang dituju dari perbuatan itu.
Dari aspek bioetika, yang paling tepat dalam membahas penerapan teknologi kloning
sel pada manusia adalah menggunakan pendekatan melalui faham teleologi. Yang
menjadi penilaian disini adalah apakah tujuan dan akibat yang ditimbulkan oleh
penerapan teknologi kloning pada manusia ini baik atau tidak. Jika tujuannya untuk
menolong pasien untuk memperbaiki kerusakan kulit akibat luka bakar, maka kita
dapat mengatakan bahwa tujuan tersebut baik,maka secara etis tidak masalah, Jika
tujuannya jahat maka secara etis ia tidak boleh dilakukan. Menurut Kant, perbuatan
yang terlarang secara umum (universal), apa pun alasannya tidak boleh dilakukan.
Bukan berarti bahwa paham deontologi tidak membolehkan menyelamatkan orang
lain, namun usaha penyelamatan itu tidak dilakukan melalui perbuatan yang secara
umum dianggap tidak baik. Sebaliknya, paham teleologi menekankan pada tujuan
atau akibat yang dituju dari perbuatan itu. Jika tujuannya untuk kebaikan, maka
perbuatan itu boleh dilakukan. Penganut paham ini sering disebut sebagai
konsekuensialis.
b. Fakta apa yang mendukung tanggapan anda?
Jawab :
Untuk memulai penyembuhan luka bakar, para ilmuwan di biomedis di Michigan
Technological University beralih ke jaringan alami tubuh. Mereka menggabungkan
lembaran sel induk yang direkayasa dengan cangkokan kulit dengan ketebalan yang
cukup untuk melakukannya. Pada akhirnya, metode ini akan membantu meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan luka bakar akut. Cangkokan kulit ketebalan penuh
merupakan salah satu standar untuk mengobati luka bakar. Tapi kebanyakan
cangkokan kulit untuk luka bakar yang parah memerlukan donor, dan untuk lokasi
cedera yang besar atau rumit, cangkokan kulit tebal penuh sulit didapat. Split
thickness skin grafts (STSG) yang menggunakan jaringan dari pasien bisa menjadi
solusi .
Sainstek. 2018.http://www.koran-jakarta.com/rekayasa-medis-mengatasi-luka-bakar-
pada-kulit/ diakses pada tanggal 30 juli 2019.
c. Adakah prinsip moral yang mendukung respon anda?
Jawab :
Semiawan (2005) menjelaskan etika sebagai kajian tentang hakikat moral dan
keputusan/kegiatan menilai (the study of the nature of morality and judgement). Etika
sebagai dasar atau standar perilaku manusia, yang kadang-kadang disebut dengan
moral. Pada umumnya, prinsip-prinsip moral ada enam, yaitu autonomy, beneficence,
nonmaleficence, justice, fidelity, dan veracity. Autonomy mengacu pada hak untuk
membuat keputusan sendiri.Para medis yang mengikuti prinsip ini mengakui bahwa
setiap pasien adalah unik, memiliki hak untuk menjadi dirinya sendiri, dan memiliki
hak untuk memilih tujuan pribadinya masing-masing.
d. Apakah ada argumen yang layak untuk melawan pendapat anda?
Jawab :
Pada kloning, jika keragaman manusia telah hilang, maka secara etis hubungan antara
manusia yang satu dengan yang lainnya akan menjadi rusak, karena orang lain
dianggap sebagai cerminan dirinya sendiri. Kloning dapat juga menghilangkan nilai-
nilai kemanusiaan dalam diri manusia. Komersialisasi dalam teknologi kloning dapat
juga berpengaruh pada turunnya harkat dan martabat perempuan. Kloning dapat
menimbulkan dampak yg cukup besar thd psikologi manusia kloning. Dominasi yang
dilakukan oleh pihak manapun terhadap hidup orang lain jelas bertentangan dengan
deklarasi universal hak-hak asasi manusia (universal declaration of human rights).
(Dito Nugroho, 2005). Selain berdampak positif demi kesehatan pasien, ternyata
cangkok kulit juga menimbulkan dampak negati yaitu: Reaksi alergi pada obat atau
obat bius, Pendarahan yang parah, Infeksi, Kesulitan bernapas dan Pembengkakan.
Jadi sebaiknya untuk melakukan cangkok kulit harus lebih dipertimbangkan lagi.

Transplantasi Organ Hewan – Bagian 1

Seekor kucing peliharaan membutuhkan ginjal untuk bertahan hidup. Pemilik kucing mencari
kucing donor untuk memanfaatkan ginjalnya agar kucing peliharaan sipemilik dapat terus
hidup. Karena sulitnya menemukan kucing donor, maka pemilik mencari kucing liar untuk
diambil ginjalnya dan ditransplantasikan ke kucing peliharaan. Keuntungannya adalah,
kucing liar tidak memiliki pemilik dan tidak perlu membuat ganti rugi dan jika pun kucing
liar mati, tidak ada resiko yang perlu ditanggung.

Diskusi:

a. Apakah menurut anda prosedur itu melanggar sebuah etika?


Jawab :
Ya, Donor organ atau transplantasi organ menurut UU Nomor 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan serta PP Nomor 18 Tahun 1981 Tentang Bedah Mayat Klinis dan
Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia
dalam pasal 1 ayat 5 UU tersebut Transplantasi adalah serangkaian tindakan medis
untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh
orang lain maupun tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ
dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Kemudian, pada pasal 33
ayat 2 UU tersebut menyebutkan bahwa Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh
serta transfusi darah dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk
tujuan komersil dari segi hak untuk hidup tentu ini tidak sesuai dengan etika seperti
tercantum dalam pasal 66 ayat 2 huruf c UU 18 / 2009 “ yang dimaksud dengan “
penganiayaan “ adalah tindakan untuk memperoleh kekuasaan atau keuntungan dari
hewan dengan memperlakukan hewan di luar batas kemampuan biologis dan
fisiologis hewan.

b. Fakta apa yang mendukung tanggapan anda?


Jawab :
Fakta yang dapat mendukung yaitu, dengan menjalankan transplantasi ginjal ini
kucing bisa terselamatkan, sedangkan kucing donor akan mengalami kecatatan dan
mungkin akan mati
c. Apakah ada prinsip moral yang mendukung tanggapan anda?
Jawab :
Perlindungan terhadap hak asasi binatang berarti turut menjaga kelangsungan hidup
sejumlah spesies dari kepunahan. Binatang juga makhluk ciptaan Tuhan yang harus
dilindungi. Agama pun mengajarkan umatnya untuk menyayangi dan melindungi
binatang. Karena binatang diciptakan tanpa akal budi seperti manusia, hanya dibekali
insting semata untuk membela diri. Jadi sudah menjadi kewajiban manusia untuk
memelihara, memanfaatkan dan melindungi keberadaan binatang apapun alasan
kondisinya. Termasuklah alasan untuk menyelamatkan kucing sakit dengan
mengorbankan kucing liar yang sehat. Hal ini melanggar perlindungan terhadap hak
asasi binatang.
d. Apakah ada cara yang lebih baik untuk menyelamatkan kucing peliharaan tersebut
tanpa harus mengorbankan kehidupan individu yang lain?
Jawab :
Ada.
penyakit ginjal kronis didasarkan atas gejala-gejala klinis yang muncul dan ditujukan
untuk mengurangi penderitaan pasien. Pengobatan meliputi pemberian cairan
pengganti (Wellman dkk., 2012), kalsitriol (Polzin dkk., 2005), antihipertensi/ ACE
inhibitor (King dkk., 2006), hormon eritropoietik (Bloomberg dkk., 1992),
suplementasi potassium (Sharon dkk., 1997), suplementasi antioxidant (Yu dkk.,
2006), terapi alkalin (Allen, 2000), pembatasan diet P (Roudebush dkk., 2009),
pemberian agen pengikat P (Bernachon dkk., 2014), dialisis (Crisp dkk., 1989) dan
transplantasi ginjal (Bernsteen dkk., 1999). Tujuan utama pemberian diet adalah
untuk memenuhi kebutuhan energi, menghilangkan gejala klinis akibat uremia,
meminimalisir gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, vitamin, mineral dan asam
basa (McLeland dkk., 2014). Penyakit ginjal kronis bersifat ireversibel dan tidak
dapat disembuhkan sehingga diperlukan diet yang tepat untuk dapat memperbaiki
kualitas serta kenyamanan hidup dan memperpanjang hidup hewan (Bartges, 2012).

Transplantasi Organ Manusia

Teknologi janin tanpa kepala dapat dikembangkan lebih lanjut dan diterapkan pada manusia.
Janin manusia terlahir tanpa otak karena gen yang bertanggung jawab terhadap pembentukan
otak dinonaktifkan. Janin yang terlahir tanpa otak tidak akan berarti dan sel-selnya dapat
digunakan sel punca embrionik untuk mengobati manusia yang membutuhkan. Janin ini
menjadi sumber sel punca embrionik yang baik untuk mengobati manusia yang
membutuhkan transplantasi organ-organ penting seperti sumsum tulang dan hati.

Diskusi

Berilah tanggapan anda terhadap peristiwa diatas dengan didukung berbagai referensi valid
yang mendukung pendapat anda.

Jawab :

transplantasi atau pencangkokan adalah pemindahan organ sel, atau jaringan dari si pendonor
kepada orang lain yang membutuhkan penggantian organ disebabkan kegagalan organ,
kerusakan sel maupun jaringan dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi organ, sel,
maupun jaringan yang telah rusak tersebut. Transplantasi telah menyelamatkan banyak
nyawa manusia di dunia, lebih dari ribuan orang pertahun diseluruh dunia dapat diselamatkan
nyawanya melalui transplantasi ini.

Selain kloning reproduktif (reproductive cloning) yang bertujuan untuk menghasilkan


individu baru, dikenal juga kloning terapeutik (theurapeutic cloning). Dalam kloning
terapeutik, embrio manusia diklon bukan untuk tujuan reproduksi, melainkan untuk
pembuatan sel-sel punca (stem cells) untuk mengobati berbagai penyakit manusia. Sel punca
adalah sel yang relatif belum terspesialisasi dan dapat memperbanyak diri secara tak terbatas,
dan dalam kondisi yang sesuai berdiferensiasi lebih lanjut menjadi satu tipe sel atau lebih.
Dengan demikian, sel-sel punca mampu memperbarui populasinya sendiri sekaligus
menghasilkan sel-sel yang menempuh jalur-jalur diferensiasi yang spesifik. Sel-sel punca
dapat diisolasi dari embrio awal pada tahapan yang disebut tahap blastula atau tahap blastosit
pada embrio manusia. Sel-sel punca yang diambil dari embrio ini disebut sel-sel punca
embrio (embryonic stem cells) (Campbell & Reece, 2010). Hasil-hasil penelitian terhadap
sel-sel punca embrionik menunjukkan potensi besar untuk aplikasi medis seperti
menyediakan sel-sel untuk perbaikan organ yang rusak atau berpenyakit, misalnya sel-sel
pankreas penghasil insulin bagi pengidap diabetes, atau jenis-jenis sel otak tertentu bagi
penderita Parkinson atau penyakit Huntington. Sel-sel punca embrionik sangat menjanjikan
untuk aplikasi medis karena bersifat pluripoten (pluripotent), yaitu mampu berdiferensiasi
menjadi berbagai macam tipe sel yang berbeda. Sejauh ini satu-satunya cara untuk
memperoleh sel punca embrionik adalah dengan memanen dari embrio manusia, sehingga
menimbulkan isu-isu etis dan politis (Campbell & Reece, 2010). Sel-sel punca embrionik
diperoleh dari embrio yang didonorkan oleh pasien-pasien yang menjalani terapi kesuburan
atau dari kultur sel jangka panjang yang awalnya dibuat dengan sel-sel yang diisolasi dari
embrio donor. Jika para ilmuwan mampu mengklon embrio manusia pada tahap blastosit,
klon tersebut mungkin bisa digunakan sebagai sumber sel-sel punca embrionik di masa
depan. Melalui nukleus donor dari penderita penyakit tertentu, mungkin mampu
menghasilkan sel-sel punca embrionik untuk pengobatan yang cocok dengan pasien sehingga
dapat diterima oleh sistem kekebalan tubuhnya (Campbell & Reece, 2010).

Etika kedokteran tidak menghalangi seseorang yang ingin mengkloning dirinya. Akan tetapi
seorang dokter harus menyediakan informasi yang kuat dan pertimbangan yang tidak
mengikat kepada pasiennya agar dapat mengambil keputusan yang bijaksana bagi dirinya

Embrio atau janin adalah mahluk hidup. Sejak bersatunya sel telur dan sperma, ruh sudah ada
didalamnya, tanda-tanda kehidupan ini jelas terlihat. Karena itu, menggunakan sel punca dari
embrio sama juga dengan melakukan aborsi. Penggunaan sel punca embrionik yang diambil
dari embrio pada fase blastosit (5-7 hari setelah pembuahan) melanggar sila, atau etika
kemoralan karena terjadi unsure pembunuhan. Teknologi janin tanpa kepala adalah teknologi
yang menonaktifkan gen yang bertanggungjawab terhadap pembentukan otak. Hal ini sama
juga dengan menciptakan manusia dalam keadaan sakit (cacat) kemudian membunuhnya

SUMBER

Aman.” Kloning Manusia dan Masalah Sosial-Etik”. DIMENSIA, Volume I, No. 1

Campbell, N. A., & Reece, J. B. (2010). Biologi (ed. ke-8, jilid 1). Jakarta : Penerbit
Erlangga.

Evi Suryanti. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi Sciences, Vol. 11 No. 1, Halaman: 10-19

https://www.academia.edu/19837234/Rekayasa_genetika diakses pada tanggal 30 juli 2019

Semiawan dalam Evi Suryanti. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi Sciences, Vol. 11 No. 1,
Halaman: 10-19

Yanuartono et al.jurnal sain veteriner. JSV 35 (1), Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai