PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain.
Mengutip istilah dari Paul Watzlawik, “we cannot-not communicate”, kita tidak
dapat tidak berkomunikasi. Dalam artian, seseorang tidak dapat hidup tanpa
komunikasi, sehingga setiap orang pasti berkomunikasi dan tidak mungkin tidak
membutuhkan komunikasi.
Komunikasi yang lancar dengan noise (gangguan) yang minim menjadi harapan
semua orang agar kehidupan terasa nyaman, menyenangkan dan bahagia. Namun,
tidak semua orang mendapatkan hal tersebut, termasuk penderita penyakit lupus.
Penderita lupus ini sering disebut sebagai odapus, dengan perubahan fisik
yang terlihat jelas, membuat kebanyakan odapus minder untuk tampil bersosial di
muka umum. Mereka merasa tidak percaya diri, sehingga sedikit demi sedikit
odapus cenderung menarik diri dari kehidupan bersosial. Perasaan khawatir tidak
terlihat cantik/ menarik, takut dicela, dan takut tidak diterima di pergaulan hingga
1
2
dan lelah yang berlebihan akibat serangan Lupus, perubahan fisik yang mencolok
"... semua penyakit menahun pasti punya aspek kejiwaan, termasuk pada penyakit
lupus, karena apabila penyakit sedang muncul, maka terkadang timbul ruam
berwarna merah di wajah yang mengganggu mereka, yang bisa membuat odapus
merasa malu.” (www.okezone.com)
Rasa marah, kecewa, terkadang menutup diri, emosi, dan lebih sensitif
lebih sering dialami odapus. Juga rasa takut akan perlakuan yang berbeda dari
orang disekitar mereka pasti timbul pada odapus atau rasa takut akan kehilangan
orang terdekat. Hal tersebut mengakibatkan mereka menarik diri dari kehidupan
sosial. Mereka menjadi cenderung pendiam dan mengisolasi diri. Selain itu
mereka juga merasa stress sehingga komunikasi dan interaksi dengan orang-orang
Hal tersebut menurut Tiara Savitri dalam bukunya Aku & Lupus (2005)
merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi pada seseorang yang baru didiagnosis
muncul perasaan takut tidak dapat hidup normal dan takut akan kematian
kerapkali menyelimuti pikiran odapus. Padahal, menurut data dari YLI yang
tahun ke tahun. Begitu pula penderita Lupus di Indonesia, meningkat dari 12.700
jiwa pada tahun 2012 menjadi 13.300 jiwa per April 2013. Disamping itu, sekitar
lima juta orang diseluruh dunia terkena penyakit Lupus, dimana penyakit tersebut
Sumber : republica.co.id
Mengingat dampak dari penyakit Lupus yang tak kalah dari dampak
kanker dan HIV/AIDS karena bisa mengganggu aktivitas dan kehidupan bersosial,
Tiara Savitri, odapus yang juga menulis buku Aku & Lupus membuat suatu
yayasan peduli odapus. Atas prakarsa dari dr. Zubairi Djoerban, dokter yang
Indonesia). YLI merupakan yayasan pertama yang peduli pada odapus. Melalui
YLI ini, diharapkan dapat menjadi wadah bagi para odapus untuk sharing, dan
banyak sekali penderita dan orang di sekitarnya yang bahkan tidak menyadari
keberadaan penyakit ini. Hal itu disebabkan karena gejala dari lupus terlalu umum
penyakit 1000 wajah ini, menyebabkan kesalahan yang fatal apabila penderita
terlambat ditangani. Data odapus yang muncul ke permukaan hanya sedikit, juga
disinyalir karena banyak masyarakat awam yang belum mengenal lupus beserta
bahayanya. Maka, munculnya wadah peduli odapus seperti YLI akan sangat
sangat dibutuhkan odapus untuk menghidari dari stress dan depresi sehingga tidak
(yayasanlupusindonesia.org)
Sumatra Selatan) dan Syamsi Dhuha Foundation. Bahkan di Surakarta juga sudah
informasi bagi odapus khususnya di Solo Raya yang terbentuk pada 21 September
2011. Program GKS ini tidak hanya memberikan sosialisasi di masyarakat, namun
5
berperan aktif dalam menangani penyakit lupus. Hal itu di harapkan agar para
odapus tidak merasa minder, malu, stress, bahkan depresi sehingga tidak lagi
menutup diri dan menarik diri dari kehidupan bersosial, terlambat penanganan
(griyakupusolo.wix.com/griyakupusolo)
merupakan bagian dari masyarakat dan makhluk sosial yang sangat membutuhkan
adalah makhluk sosial dapat bertahan hidup. Selain itu juga berfungsi untuk
Topik ini, menurut penulis penting untuk diteliti karena keminderan dan
menjadi terpuruk.
berbagai pertanyaan yang tentu saja membuat para odapus tersebut merasa tidak
yang serupa dengan penelitian ini berjudul ”Pola Komunikasi Waria (Analisis
Yogyakarta)” oleh Nugroho Fredy tahun 2012 dari Universitas Negeri Sebelas
komunikasi yang ada di Pondok Pesantren Waria Senin Kamis dan juga
mengetahui peran pembimbing dan ketua yang ada di sana. Penelitian tersebut
Pondok Pesantren waria Senin Kamis memiliki beberapa pola komunikasi. Antara
lain: penerimaan santri baru, penyelesaian konflik, sampai pola komunikasi dalam
mengadakan kegiatan. Hasil lain dari penelitian ini adalah bahwa hubungan antar
santri waria yang ada di Pondok Pesantren Waria Senin Kamis mengalami
peningkatan, mulai dari kurang dekat menjadi lebih intim, selain itu juga didapat
bahwa pembimbing dan ketua Pondok Pesantren Waria Senin Kamis berperan
aktif dalam menjalankan seluruh kegiatan pondok, meskipun dengan bantuan dari
mengenai respon dinyatakan hamil dan mengalami HIV, perubahan yang terjadi,
7
dengan pemberian pengetahuan pada ibu hamil mengenai VCT, kepatuhan minum
yang signifikan dan belum ada penelitian lain yang sama persis dengan penelitian
ini. Pengambilan objek odapus, merupakan objek yang masih belum banyak
diteliti karena sesuai data yang ada, masyarakat masih sangat awam dengan
penelitian baru .
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis:
sosial dan juga menyadari akan pentingnya kehidupan sosial yang baik
2. Manfaat teoritis
E. Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
komunikasi yang baik agar tercipta situasi dan kondisi yang harmonis.
sepertinya tidak cukup apabila hanya mengetahui dari satu definisi saja.
Ada banyak sekali definisi dari para pakar komunikasi yang berbeda-beda.
Channel With What Effect?” yang apabila dalam Bahasa Indonesia berarti
unsure yang satu dengan yang lain. Kelima unsur tersebut yakni sumber
2009: 9-10).
sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan selalu
harmonis.
1987: 22)
Moss, 2005:12)
hubungan sosial.
2. Komunikasi Interpersonal
diri dengan orang lain melalui proses yang disebut pengiriman dan
penerimaan.
understanding) dan empati. Dari proses ini terjadi rasa saling menghormati
bahwa masing-masing adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan
wajar dihargai dan dihormati sebagai sesama manusia (Pratikto, 1987: 45-
18)
a. Keterbukaan (openess)
b. Empati (emphaty)
c. Dukungan (supportiveness)
e. Kesamaan (equality)
antara lain:
sosial manusia.
orang lain.
14
(self concept) yang positif bagi setiap manusia. Konsep diri adalah
pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Hal tersebut terjadi setelah
masyarakat.
konsep diri (self concept) yang telah terbentuk dalam diri seseorang,
3. Pola Komunikasi
itu sendiri yang dinamis, mendorong setiap individu untuk setiap saat
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah model, sistem atau cara kerja
sosial tertentu.
Tidak terbatas itu saja, dalam literatur yang lain, pola komunikasi
didefinisikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih
dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami. Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua
macam, yaitu pola yang berorientasi pada konsep dan pola yang
mereka terpenuhi.
17
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
sebagai studi tentang fenomena, sifat dan makna. Penelitian ini lebih
semua hal, tetapi tetap memperhatikan sudut pandang yang bebas dari
memahami arti dari peristiwa dan situasi yang dialami oleh odapus.
a. Tempat Penelitian
b. Waktu Penelitian
3. Subjek Penelitian
kriteria:
tahun.
19
satu tahun
3. Sebagai anggota aktif dari Griya Kupu Solo, yakni aktif dalam
diadakan komunitas.
a. Wawancara
komunikasi yang dilakukan antara peneliti dan nara sumber untuk menggali
tetap fokus pada tema yang akan dibahas sehingga tidak melebar dan keluar
peneliti dapat memutar ulang untuk proses pengolahan data sehingga bisa
b. Observasi
volunteer Komunitas Griya Kupu Solo, sehingga pertemuan yang intens dan
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
fenomena?
subjek.
wawancara?
digunakan).
menggunakan trianggulasi.
data, apakah ada kesamaan antara data yang didapat dalam wawancara