Anda di halaman 1dari 7

Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa kali kasus buku pelajaran yang mengandung

muatan tidak layak yang mencuat ke media. Padahal, buku-buku yang menjadi bahan belajar ini
pasti nantinya akan dibaca dan dicerna oleh anak-anak. Kalau isinya ngawur, kan bisa bahaya?
Pertanyaannya, kok bisa muatan seperti ini lolos dari pengawasan?

1. Banci Bisa Jadi Imam Shalat


Beberapa waktu lalu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan dunia pendidikan Indonesia sempat
dibuat heboh oleh buku pelajaran agama Islam bagi siswa SD. Di salah satu halaman, ditulis
bahwa banci boleh menjadi imam shalat yang tentu saja segera menuai kontroversi dan kritikan
dari banyak pihak.

Buku agama yang menulis banci boleh jadi imam shalat [Image Source]Poin yang menjelaskan
tentang banci yang boleh menjadi imam ini tentu berpotensi menimbulkan kerancuan jika tidak
dijelaskan apa yang dimaksud penulis dengan banci. Pasalnya, dalam Islam hanya ada dua jenis
kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan, sehingga banci atau waria tidak boleh menjadi imam.

Jika buku tersebut ingin menjelaskan tentang khuntsa, tentu harus dibeberkan lebih jauh. Tidak
hanya dengan menulis banci boleh jadi imam, karena banci atau waria dan khuntsa sangatlah
berbeda. Khuntsa adalah orang yang secara fisik memiliki kelamin ganda, yakni alat kelamin
pria dan wanita di tubuhnya. Karena khuntsa memang secara fisik terlahir seperti ini, maka ia
masih boleh menjadi imam bagi jamaah wanita.
2. Buku Pendidikan Jasmani yang Mengajarkan Cara dan
Gaya Berpacaran
Pada tahun 2014 lalu, muncul pemberitaan tentang buku pendidikan jasmani untuk kelas XI yang
mengajarkan tentang cara dan gaya berpacaran. Tema bab tersebut adalah “Memahami Dampak
Seks Bebas”. Dijelaskan pula tentang gaya pacaran yang sehat yaitu sehat fisik, sehat emosional,
sehat sosial dan sehat seksual.

Namun yang paling disorot adalah gambar ilustrasi yang dinilai tidak mengandung korelasi
dengan materi yang diberikan. Gambar tersebut menunjukkan seorang laki-laki dan perempuan
dengan pakaian muslim lengkap dengan peci dan jilbab lebar. Hal ini tentu saja menuai protes
mengingat dalam Islam sendiri tidak ada istilah pacaran.

Buku yang mengajarkan gaya pacaran, dengan gambar ilustrasi Islami [Image Source]Mungkin
materi ini dibuat karena keprihatinan terhadap tingginya seks bebas di kalangan pelajar yang
tentu saja merupakan alasan yang sangat bisa dimengerti. Meski begitu, cara penyampaiannya
juga harus hati-hati agar tidak menyinggung kalangan tertentu. Banyak orang khawatir
permasalahan ini akan dihubung-hubungkan dengan ‘pacaran Islami’ yang tentu saja sebenarnya
tidak ada.

3. LKS Kelas 2 SD yang Bercerita Tentang Istri Simpanan


Tahun 2012 lalu, dunia pendidikan Indonesia dihebohkan dengan berita tentang munculnya
materi LKS yang berkisah tentang istri simpanan. LKS yang ditujukan untuk kelas 2 Sekolah
Dasar ini memuat cerita yang berjudul “Bang Maman dari Kali Pasir” yang memuat cerita tidak
layak untuk dikonsumsi anak-anak.

Cerita yang memuat istilah simpanan dan alur yang tidak etis untuk anak-anak [Image
Source]Dalam cerita tersebut, Bang Maman meminta seorang wanita untuk berpura-pura
menjadi istri simpanan menantunya agar anak perempuannya bercerai dari suaminya. Muatan
ala-ala sinetron seperti ini tentulah tidak etis dan tidak mendidik bagi anak-anak di sekolah dasar.
Masak anak kelas dua SD sudah diajari tentang istri simpanan dan taktik jahat untuk merusak
hubungan rumah tangga seseorang? Hati-hati, anak-anak sangat mudah menyerap informasi
apapun yang ada di sekitarnya dan belum mampu sepenuhnya memilah mana yang baik dan
tidak, lho.

4. LKS yang Bercerita Tentang Resep Awet Muda Adalah


Dengan Mabuk dan Nyabu
Di Kudus, sempat beredar LKS bahasa Jawa untuk kelas 3 SD dengan teks yang sungguh
memprihatinkan. Bagaimana tidak, dalam LKS tersebut ada sebuah teks yang menceritakan
tentang resep awet muda seorang kakek adalah dengan merokok, minum minuman keras dan
memakai sabu atau obat-obatan terlarang.
Resep awet muda dengan merokok, minum minuman keras dan memakai sabu [Image
Source]Dalam teks yang berjudul ‘Resepe Simbah’, terdapat percakapan antara seorang pemuda
dan seorang kakek. Si pemuda bertanya pada kakek tersebut tentang resep awet muda sang
kakek. Si kakek menjawab, “Nyimeng (memakai sabu-sabu) dan ngombe rong gendhul
(mabuk)”. Nah, apa tidak miris melihat teks seperti ini di buku pelajaran Sekolah Dasar?

5. Konten Tentang Warung Remang-Remang di Buku


Pelajaran SD
Di Bogor, sempat beredar buku mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VI SD yang
mengandung konten yang tidak senonoh. Umumnya, cerita dalam buku pelajaran akan
menyimpan pesan kebaikan, namun sebuah cerita berjudul “Anak Gembala dan Induk Serigala”
dalam buku ini justru menceritakan tentang seorang pria yang masuk ke sebuah warung remang-
remang. Yang membuat banyak pihak mengelus dada, cerita ini juga dengan jelas menuliskan
kalimat-kalimat yang memang tidak layak untuk dikonsumsi anak-anak.

Beberapa kalimat yang dimaksud antara lain, “Dari tempat hina di dunia ini, warung remang-
remang tempat dia menjajakan badan… Jakunnya bergerak turun naik melihat kemolekan
perempuan itu. Akhirnya, terjadilah peristiwa yang merenggut kegadisannya, sekaligus
menimbulkan tumbuhnya janin di perutnya … sosok jabang bayi yang meruak dari celah
selangkangannya,… perempuan yang sewaktu-waktu mudah dihempas oleh jerat nafsu…
“Bergairahlah lelakiku. Aku ingin sekali menyempurnakan keinginanmu.”… Mereka tenggelam
dalam pelukan dan ciuman… Tangannya menggapai seakan meminta perempuan itu mendekat
dan memeluk dirinya. Dan ketika perempuan itu terengkuh olehnya, pada telinganya dia berbisik
lirih… Dia pun gemetar dalam pelukan lelaki itu. Seperti lampu di kamar yang berpijar, dia
merasa terbakar sendirian.

Sebuah konten vulgar ada dalam buku pelajaran bahasa Indonesia untuk sekolah dasar [Image
Source]Nah, dengan konten seperti itu untuk anak sekolah dasar, tentu saja membuat berbagai
kalangan terkejut. Sementara itu, Dedy Tri Riyadi yang merupakan penulis asli cerpen tersebut
tidak tahu bahwa karya cerpennya dicatut dalam buku pelajaran sekolah dasar. Dirinya sendiri
mengaku bahwa cerita tersebut bukan konten tidak senonoh, melainkan cerita tentang seorang
wanita korban perkosaan. Namun ia juga setuju bahwa cerpen yang sebenarnya ia tulis di blog
pribadinya tersebut harus dicabut dari karena tidak sesuai untuk anak SD.

Kalau terjadi kesalahan sekali dua kali sih masih bisa dipahami, tapi ini sudah beberapa kali, lho.
Apakah buku dan LKS yang diedarkan itu tidak melewati proses editing lebih lanjut?
Seharusnya, sebelum didistribusikan, pihak-pihak terkait perlu mengkaji terlebih dahulu apakah
buku tersebut aman, dalam artian tidak memuat konten-konten yang nyleneh dan tidak layak.
Pengawasan memang harus ketat, mengingat buku ini memang akan digunakan sebagai bahan
ajar.

Baca Juga : 10 Anak Hebat yang Berjasa Membuat Penemuan Jenius Bagi Dunia

Tidak hanya guru, orang tua juga perlu membiasakan diri untuk ikut aktif dalam pendidikan
anak-anak dan ikut membaca buku pelajaran mereka. Fungsinya adalah agar orang tua juga bisa
memantau apa yang diajarkan kepada anak-anak mereka dan agar anak-anak memperoleh
pendidikan yang baik. Selanjutnya, semua pihak perlu belajar dari kesalahan agar hal seperti ini
tidak terjadi lagi.
Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang
digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Berbagai jenis bahan ajar
yaitu:

a. bahan ajar berbasiskan cetak, termasuk di dalamnya buku, pamflet, panduan belajar
siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto, bahan dari majalah dan
koran, dan lain-lain;
b. bahan ajar yang berbasiskan teknologi, seperti audiocassette, siaran radio, slide,
filmstrips, film, video cassette, siaran televisi, video interaktif, Computer Based
Tutorial (CBT) dan multimedia;
c. bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, seperti kit sains, lembar
observasi, lembar wawancara, dan lain-lain;
d. bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama dalam
pendidikan jarak jauh), misalnya telepon dan video conferencing.

Berbagai contoh riil bahan ajar yang tidak memenuhi kriteria bahan ajar sudah
banyak beredar di dalam dunia pendidikan. Buku panduan ajar yang isinya tak
mencerminkan pendidikan. Sering ditemukan kata-kata tak pantas yang seharusnya
tak muncul dalam dunia pendidikan, seperti kekerasan , perceraian hingga berbau
vulgar). Contohnya ditemukan Buku Pelajaran Jasmani Olaharga dan Kesehatan
tingkat SMU Ajarkan Pacaran. Dalam buku pelajaran Jasmani Olahraga dan
Kesehatan pada bab “Memahami Dampak Seks Bebas”. beisi tulisan gaya berpacaran
yang sehat, seolah-olah dibenarkan untuk berpacaran. Dijelaskan pula tentang gaya
pacaran yang sehat yaitu sehat fisik, sehat emosional, sehat sosial dan sehat seksual.

Lolosnya buku-buku yang demikian itu tidak terlepas setiap buku yang diterbitkan
tidak dilakukan uji publik. Sehingga buku yang beredar itu tidak sesuai dengan
kearifan lokal di daerah masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai