Anda di halaman 1dari 23

42

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian


RSU Dr. MM Dunda Limboto yang semula bernama RSU Limboto adalah
Rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Gorontalo yang berlokasi di wilayah
administrasi kabupaten gorontalo, didirikan pada tanggal 25 November 1963
dengan kapasitas awal tempat tidur adalah 29 buah.
Dalam perkembangannya RSU Dr. MM Dunda Limboto menjadi Badan
Pengelola Berdasarkan SK. Bupati Gorontalo Nomor 171 tahun 2002 tentang
pembentukan organisasi dan tata kerja rumah sakit Umum Daerah Dr. MM Dunda
Limboto Kab. Gorontalo. Sehingga sejak tahun anggaran 2001 RSU Dr. MM
Dunda Kab. Gorontalo mulai dikembangkan secara bertahap dengan biaya dari
dana Rutin, APBD, APBN, dan hingga kini mempunyai kapasitas perawatan
sebanyak 218 buah tempat tidur dengan rata-rata penderita dirawat +150 penderita
perhari. Seiring dengan tuntutan masyarakat yang semakin membutuhkan
pelayanan kesehatan bermutu, lebih mudah, lebih cepat maka berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.03.05/I/1077/2011, RSU Dr. MM
Dunda Limboto berubah tipe menjadi kelas B.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Hasil Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik
responden, distribusi frekuensi dari variabel independent maupun variabel
dependent yang meliputi karakteristik responden, pengetahuan dan sikap perawat
Adapun penjelasannya dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut :
43

1. Karakteristik Responden
a. Usia
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia pada pencegahan dekubitus di
RSU Dunda Limboto

No Usia Jumlah (n) Frekuensi (%)


1 17 – 25 Tahun 15 33.3
2 26 – 45 Tahun 30 66.7
Total 45 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi responden terbanyak pada usia 26-45 tahun
sebanyak 30 jiwa (66.7%), adapun responden paling sedikit terdapat pada 17-25
tahun sebanyak 15 jiwa (33.3%)
b. Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada pencegahan
dekubitus di RSU Dunda Limboto
No Jenis Kelamin Jumlah (n) Frekuensi (%)
1 Perempuan 33 73.3
2 Laki-Laki 12 26.7
Total 45 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.2 menggambarkan bahwa distribusi responden terbanyak
berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan sebanyak 33 responden (73.3%) dan
sedikit adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 responden (26.7%).
44

c. Pendidikan Terakhir
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir pada
pencegahan dekubitus di RSU Dunda Limboto

No Jenis Kelamin Jumlah (n) Frekuensi (%)


1 D III Keperawatan 35 77.8
2 D IV Keperawatan 1 2.2
3 S.Kep 1 2.2
4 Ners 8 17.8
Total 45 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.3 menggambarkan bahwa distribusi responden
terbanyak berdasarkan pendidikan terakhir adalah D III Keperawatan sebanyak
35 responden (77.8%) dan yang paling sedikit adalah D IV Keperawatan dan
S.Kep sebanyak 1 Responden (2.2%)
d. Pengetahuan Perawat
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Perawat pada
pencegahan dekubitus di RSU Dunda Limboto
No Pengetahuan Perawat Jumlah (n) Frekuensi (%)
1 Kurang 7 15.6
2 Baik 38 84.4
Total 45 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.4 menggambarkan bahwa distribusi responden
memiliki pengetahuan baik sebanyak 38 responden (84.4%) sedangkan kurang
sebanyak 7 responden (15.6%)
45

e. Sikap Perawat
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Perawat pada pencegahan
dekubitus di RSU Dunda Limboto

No Sikap Perawat Jumlah (n) Frekuensi (%)


1 Kurang 9 20
2 Baik 36 80
Total 45 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.5 menggambarkan bahwa distribusi responden
memiliki sikap yang baik sebanyak 36 responden (80%) sedangkan kurang
sebanyak 9 responden (20%)
f. Pencegahan Dekubitus
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pencegahan Dekubitus di RSU
Dunda Limboto

No Pencegahan Dekubitus Jumlah (n) Frekuensi (%)


1 Kurang 5 11.1
2 Baik 40 88.9
Total 45 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.6 menggambarkan bahwa distribusi responden
memiliki pencegahan decubitus yang baik sebanyak 40 responden (88.9%)
sedangkan kurang sebanyak 5 responden (11.1%)
46

4.2.2 Hasil Bivariat


1. Hubungan Pengetahuan Perawat terhadap Pencegahan Dekubitus di
Rumah Sakit M. M. Dunda Kab. Gorontalo
Tabel 4.7 Analisis Hubungan Pengetahuan Perawat terhadap Pencegahan
Dekubitus di RSU Dunda Limboto
Pengetahuan Pencegahan Dekubitus Total P
Kurang Baik
n % n % n %
Kurang 3 6.7 4 8.9 7 15.6 0.021
Baik 2 4.4 36 80 38 84.4

Total 5 11.1 40 88.9 45 100


Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan hasil antara hubungan pengetahuan
terhadap pencegahan decubitus didapatkan bahwa pengetahuan perawat yang
kurang dan memiliki pencegahan decubitus yang kurang sebanyak 3 orang
(6.7%), yang memilki pengetahuan yang baik dan memiliki pencegahan
decubitus yang kurang sebanyak 2 orang (4.4%) sedangkan yang memliki
pengetahuan yang kurang dan memilki pencegahan decubitus yang baik
sebanyak 4 orang (8.9%) sedangkan yang memiliki pengetahuan yang baik
dan memiliki pencegahan decubitus yang baik sebanyak 36 orang (80%).
Berdasarkan hasil uji statistik alternative chi-square yaitu fisher exact test
diperoleh nilai p value = 0.021yang berarti lebih kecil dari α = 0.05 dengan
demikian dapat disimpulkan Ha diterima dan H0 ditolak, artinya pengetahuan
mempunyai hubungan yang signifikan dengan pencegahan dekubitus
47

2. Hubungan Sikap Perawat terhadap Pencegahan Dekubitus di Rumah


Sakit M. M. Dunda Kab. Gorontalo
Tabel 4.8 Analisis Hubungan Sikap Perawat terhadap Pencegahan
Dekubitus di RSU Dunda Limboto
Sikap Pencegahan Dekubitus Total P
Kurang Baik
n % n % n %
Kurang 3 6.7 6 13.3 9 20 0.047
Baik 2 4.4 34 75.6 36 80

Total 5 11.1 40 88.9 45 100


Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan hasil antara hubungan sikap perawat
terhadap pencegahan decubitus didapatkan bahwa sikap perawat yang kurang
dan memiliki pencegahan decubitus yang kurang sebanyak 3 orang (6.7%),
yang memilki sikap yang baik dan memiliki pencegahan decubitus yang
kurang sebanyak 2 orang (4.4%) sedangkan yang memliki sikap yang kurang
dan memilki pencegahan decubitus yang baik sebanyak 6 orang (13.3%)
sedangkan yang memiliki sikap yang baik dan memiliki pencegahan
decubitus yang baik sebanyak 34 orang (75.6%).
Berdasarkan hasil uji statistik alternative chi-square yaitu fisher exact
test diperoleh nilai p value = 0.047 yang berarti lebih kecil dari α = 0.05
dengan demikian dapat disimpulkan Ha diterima dan H0 ditolak, artinya sikap
mempunyai hubungan yang signifikan dengan pencegahan decubitus.
48

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengetahuan Perawat tentang Dekubitus di RSU Dr. MM Dunda
Limboto
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 45 responden di RSU
Dr. MM Dunda Limboto didapatkan bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 38 responden (84.4%) sedangkan kurang sebanyak 7
responden (15.6%). Peneliti berpendapat bahwa pengetahuan perawat tentang
decubitus tergolong baik karena didukung oleh pengetahuan yang cukup dimana
sebagian besar tingkat pendidikan terakhir perawat adalah DIII Keperawatan,
yang telah memenuhi standar kriteria perawat professional sebanyak 8 orang. Hal
ini dipengaruhi pula oleh umur responden yang sebagian besar berusia 26-45
tahun, sehingga pengalaman kerja sudah lebih tinggi.
Pengetahuan perawat dengan perilaku pencegahan decubitus dengan
kategori kurang disebabkan karena masih ada perawat dengan pendidikan D3
Keperawatan dengan usia 17-25 tahun. Pengetahuan tentang pencegahan luka
dekubitus merupakan hal yang sangat penting, dan menjadi dasar bagi perawat
untuk menentukan kategori pasien yang menerima tindakan pencegahan, jenis dan
cara menerapkan tindakan pencegahan luka dekubitus
Notoatmodjo (2007) mengatakan pengetahuan didapatkan melalui
pengalaman pribadi yang terjadi berulang kali termasuk didalamnya adalah proses
pengajaran sehingga tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kinerja perawat.
Gibson dalam Ilyas (2002) mengatakan bahwa kinerja individu dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain : faktor individu yang meliputi kemampuan dan
pengetahuan. Menurut Potter dan Perry (2009), kemampuan responden perawat
dalam berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan akan terus meningkat
secara teratur selama usia dewasa dengan banyaknya kasus dan pengalaman yang
diperoleh selama bekerja.
Hal ini sejalan dengan penelitian Putri (2008) yang mengatakan bahwa
pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan
sangat berhubungan dengan pendidikan dimana diharapkan semakin tinggi
pendidikan seseorang maka makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Penelitian Maria (2012) juga mengatakan bahwa Usia dewasa merupakan
49

penunjang pengetahuan dimana responden akan memusatkan harapan-harapannya


untuk bersaing dengan responden lain atau rekan kerjanya agar lebih produktif
dalam bekerja. Pengetahuan ini tidak hanya didukung oleh usia namun juga oleh
pendidikan, pendidikan merupakan dasar pengetahuan yang kuat untuk menjadi
perawat yang profesional.
4.3.2 Sikap Perawat tentang Dekubitus di RSU Dr. MM Dunda Limboto
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden memiliki sikap yang
baik sebanyak 36 responden (80%) sedangkan kurang sebanyak 9 responden
(20%). Menurut asumsi peneliti, seperti halnya pengetahuan, sikap juga
dipengaruhi oleh situasi atau objek tertentu, sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi
dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang
perkembangan individu. Hal ini dibuktikan dengan usia perawat yang bekerja di
RSU Dr. MM Dunda Limboto yang sebagian besar berusia 26-45 tahun.
Pengetahuan yang tinggi dari seseorang yang memiliki pengalaman pribadi
sebelumnya cenderung lebih memahami tentang manfaat dari penatalaksanaan
dan pencegahan yang dilaksanakan, sehingga seseorang cenderung memiliki sikap
yang lebih baik. Dimana seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa sebagian besar
perawat memiliki pengetahuan yang baik sehingga berdampak pada sikap perawat
yang cenderung favourable terhadap kejadian decubitus dimana sebagian besar
perawat menyatakan bahwa upaya pencegahan dekubitus merupakan
tanggungjawab utama perawat dalam pelayanan keperawatan.
Menurut Maulana (2009) terbentuk dan berubahnya sikap karena individu
telah memiliki pengalaman, inteligensi dan bertambahnya umur. Faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi serta faktor emosi dalam
diri individu (Azwar, 2005). Perawat perlu memiliki sikap yang positif yang akan
mempengaruhi perilakunya dalam mencegah dekubitus (Moore dan Patricia,
2004). Sikap positif yang perlu dimiliki perawat dalam mencegah dekubitus
dimanifestasikan dalam bentuk tanggapan atau respon perasaan positif perawat
terhadap tindakan-tindakan pencegahan dekubitus.
50

4.3.3 Hubungan Pengetahuan terhadap Pencegahan Dekubitus di RSU Dr.


MM Dunda Limboto
Berdasarkan hasil uji statistik alternative chi-square yaitu fisher exact test
diperoleh nilai p value = 0.021 yang berarti lebih kecil dari α = 0.05 dengan
demikian dapat disimpulkan Ha diterima dan H0 ditolak, artinya pengetahuan
mempunyai hubungan yang signifikan dengan pencegahan dekubitus
Hasil penelitian menunjukkan hubungan pengetahuan terhadap pencegahan
decubitus didapatkan bahwa pengetahuan perawat yang kurang dan memiliki
pencegahan decubitus yang kurang sebanyak 3 orang (6.7%), yang memilki
pengetahuan yang baik dan memiliki pencegahan decubitus yang kurang sebanyak
2 orang (4.4%) sedangkan yang memiliki pengetahuan yang kurang dan memiliki
pencegahan decubitus yang baik sebanyak 4 orang (8.9%) sedangkan yang
memiliki pengetahuan yang baik dan memiliki pencegahan decubitus yang baik
sebanyak 36 orang (80%).
Menurut asumsi peniliti, 3 (6.7%) responden yang memiliki pengetahuan
yang kurang dan memiliki pencegahan decubitus yang kurang dikarenakan umur
responden yang berada pada rentang 17-25 tahun dan tingkat pendidikan terakhir
DIII Keperawatan. Tingkat pendidikan yang masih kurang ditambah dengan
pengalaman kerja yang sedikit berakibat pada kinerja perawat dalam pencegahan
decubitus. Jika pengetahuan cukup, maka kinerja pun akan baik. Begitu juga
sebaliknya, jika pengetahuan kurang maka kinerjanya pun menjadi kurang baik.
Hal ini karena pengetahuan merupakan pembentuk tindakan seseorang hal ini juga
dapat di lihat dari jawaban kueisioner pengetahuan yang dijawab oleh responden
terutama pada pertanyaan 2,3 dan 9 tentang faktor predisposisi, faktor penyebab
serta hal-hal yang harus diperhatikan pada pasien dekubitus di dapatkan hasil rata-
rata responden menjawab salah > 50%. Hal ini memperlihatkan bahwa
pengetahuan juga berpengaruh terhadap pencegahan dekubitus
Peneliti juga berasumsi bahwa 2 responden yang memiliki pengetahuan
yang baik tetapi memiliki pencegahan decubitus yang kurang dikarenakan
responden tidak menerapkan ilmu yang dimiliki dalam melaksanakan
tindakannya. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa ada enam tingkatan
pengetahuan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
51

Empat responden yang memiliki pengetahuan yang kurang dan memiliki


pencegahan decubitus yang baik dikarenakan kebanyakan responden berada di
usia dewasa yaitu 26-45 tahun. Hal ini dibuktikan oleh Al Kharabsheh et al.
(2014) yang melakukan penelitian di Rumah Sakit Yordania. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang mempunyai tingkat
pengetahuan yang kurang tetapi memiliki pencegahan luka dekubitus yang baik
adalah perawat yang berusia 26 – 30 tahun. Dari hasil tersebut maka diketahui
bahwa sebagian besar perawat berusia dewasa dini mempunyai pencegahan luka
decubitus yang baik. Hasil tersebut dipengaruhi oleh jumlah perawat yang berusia
dini di rumah sakit tersebut, dimana sebagian besar perawat di rumah sakit
tersebut berusia dewasa dini.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Shawky (2010) dalam Setiowati (2010)
yang menyatakan bahwa usia dewasa dini merupakan usia yang produktif dan
pada usia ini individu akan mempunyai karir yang jelas (Setiowati, 2010).
Adapun yang memiliki pengetahuan yang baik dan memiliki pencegahan
decubitus yang baik sebanyak 36 orang (80%). Menurut peneliti, secara otomatis,
perawat yang memiliki pengetahuan yang baik akan memiliki pencegahan
decubitus yang baik, hal ini dikarenakan pengetahuan merupakan pembentuk
tindakan seseorang. Notoatmodjo (2007) mengungkapkan pengetahuan dapat
membentuk tindakan seseorang. Perilaku seseorang dapat berubah jika perubahan
tersebut didasari oleh pengetahuan.
4.3.4 Hubungan Sikap terhadap Pencegahan Dekubitus
Berdasarkan hasil uji statistik alternative chi-square yaitu fisher exact test
diperoleh nilai p value = 0.047 yang berarti lebih kecil dari α = 0.05 dengan
demikian dapat disimpulkan Ha diterima dan H0 ditolak, artinya sikap
mempunyai hubungan yang signifikan dengan pencegahan decubitus.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan sikap perawat terhadap pencegahan
decubitus didapatkan bahwa sikap perawat yang kurang dan memiliki pencegahan
decubitus yang kurang sebanyak 3 orang (6.7%), yang memilki sikap yang baik
dan memiliki pencegahan decubitus yang kurang sebanyak 2 orang (4.4%)
sedangkan yang memiliki sikap yang kurang dan memilki pencegahan decubitus
52

yang baik sebanyak 6 orang (13.3%) sedangkan yang memiliki sikap yang baik
dan memiliki pencegahan decubitus yang baik sebanyak 34 orang (75.6%).
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perawat terhadap suatu objek
baik perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Menurut
asumsi peneliti, 3 responden dengan sikap yang kurang dan memiliki pencegahan
decubitus yang kurang dikarenakan tidak memiliki sikap yang positif yang akan
mempengaruhi perilakunya dalam mencegah dekubitus.
Sikap positif yang perlu dimiliki perawat dalam mencegah decubitus
seharusnya dimanifestasikan dalam bentuk tanggapan atau respon perasaan positif
perawat terhadap tindakan-tindakan pencegahan dekubitus.. Seperti yang
dikatakan Azwar (2005) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah
pengalaman pribadi serta faktor emosi dalam diri individu.
Responden yang memiliki sikap yang baik dan memiliki pencegahan
decubitus yang kurang sebanyak 2 orang, menurut asumsi peneliti ini dikarenakan
sikap yang baik tanpa pengetahuan yang cukup dapat berpengaruh pada kinerja
perawat dalam pencegahan terjadinya decubitus.
Perawat yang memiliki sikap yang kurang dan memiliki pencegahan
decubitus yang baik sebanyak 6 orang, hal ini dikarenakan walaupun sikap
perawat yang kurang tetapi perawat tersebut memiliki pengetahuan yang lebih
serta usia yang dewasa. Usia dewasa dalam penelitian ini merupakan penunjang
pengetahuan dimana responden akan memusatkan pemikirannya pada
tanggungjawab yang ia bebani. Seperti yang dikatakan salah satu responden
bahwa walaupun dirinya kurang memiliki sikap yang baik kepada pasien tetapi
tanggungjawab sebagai perawat tetap membuat responden memperhatikan
kinerjanya dalam mencegah terjadinya decubitus.
Adapun yang memiliki sikap yang baik dan memiliki pencegahan decubitus
yang baik sebanyak 34 responden. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan serta
usia dewasa yang berperan penting dalam hal ini. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Maria (2012) dikatakan bahwa Pengetahuan dan sikap perawat
yang baik dipengaruhi oleh usia dan pendidikan perawat.
53

Pernyataan tentang sikap yang didukung oleh berbagai hal tersebut sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Setiyawan (2010) tentang hubungan
tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku perawat dalam upaya pencegahan
dekubitus di rumah sakit Cakra Husada Klaten. Hasil analisa bivariate
menunjukkan nilai p = 0,027 (p<0,05) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam
mencegah dekubitus.
Penelitian Maria (2012) juga menyatakan bahwa tujuh puluh lima persen
(75%) sikap perawat dalam pencegahan dekubitus termasuk dalam kategori baik.
Secara statistic ada hubungan yang signifikan antara sikap perawat dalam upaya
pencegahan dekubitus yaitu menunjukkan semakin baik sikap maka semakin baik
perilaku perawat dalam upaya pencegahan dekubitus.
54

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 45 responden di RSU
Dr. MM Dunda Limboto maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengetahuan perawat tentang decubitus di RSU Dr. MM Dunda Limboto
memiliki pengetahuan baik sebanyak 38 responden (84.4%) sedangkan
kurang sebanyak 7 responden (15.6%).
2. Sikap perawat tentang decubitus di RSU Dr. MM Dunda Limboto memiliki
sikap yang baik sebanyak 36 responden (80%) sedangkan kurang sebanyak 9
responden (20%).
3. Pencegahan dekubitus di rumah sakit dunda limboto dengan kategori baik 40
responden (84.4%) dan yang kurang 5 responden (11.1%)
4. Terdapat hubungan antara pengetahuan perawat terhadap pencegahan
dekubitus di RSU Dunda Limboto
5. Terdapat . hubungan antara sikap perawat terhadap pencegahan dekubitus di
RSU Dunda Limboto
5.2 Saran
1. Dengan adanya hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap
pencegahan decubitus ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar
melakukan penelitian lebih lanjut di tempat yang berbeda atau dengan
menggunakan variabel serta responden yang lain.
2. Bagi profesi keperawatan khususnya keperawatan medical bedah diharapkan
agar penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dalam hal penanganan
perawatan decubitus.
3. Bagi RS. MM Dunda Limboto diharapkan agar melakukan penelitian lebih
lanjut tentang program penanggulangan kejadian decubitus
4. Bagi Institusi PSIK UMG diharapkan agar penelitian ini dapat dijadikan
sumber informasi bagi PSIK UMG tentang hubungan pengetahuan dan sikap
perawat terhadap pencegahan decubitus.
55

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik. Jakarta :
Asdi Mahasatya

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta : EGC.

Azwar, S. (2002). Sikap manusia : Teori dan pengukurunannya. Jogjakarta :


pustaka pelajar.

Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Jogjakarta : pustaka pelajar.

Azwar, S. (2005). Sikap Manusia dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.


Yogjakarta

Dharma, K, (2011). Metodologi pebelitian keperawatan. Cetakan pertama. Trans


Info Media. Jakarta

Ghozali, I (2005). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.


Semarang: badan penerbit universitas diponegoro.

Ilyas, Y. (2002). Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian. Depok: Pusat Kajian
Ekonomi Kesehatan, Universitas Indonesia.

Kurniawan. (2009). Gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang dekubituas


di rumah sakit bhineka husada tangerang. Skripsi, universitas
pembangunan nasional veteran Jakarta.

Kusnanto, (2004). Pengantar profesidan praktik keperawatan profeional. Jakarta:


EGC.

Maulana, H. (2009). Promosi kesehatan. Jakarta: EGC.


56

Moore Z. and Patricia P. (2004). Nurses Attitude Behaviour and Perceived


Barriers Towards Pressure Ulcers Prevention.

Morison, M. (2003). Manajemen Luka. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S (2010). Ilmu kesehatan masyarakat : prinsip-prinsip dasar.


Cetakan ke-2. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S (2008). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik


keperawatan professional. Jakarta : salemba medika.

Nursalam.(2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Priharjo, Robert. (2008). Konsep dan persfektif praktik keperawatan professional.


Jakarta : EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan, konsep,
proses dan praktik. Jakarta: EGC.

Potter, Patricia A. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses,


dan praktik. Alih bahasa, renata komalasari. Ed-4. Jakarta. EGC

Purwaningsih. (2001). Analisis dekubitus pada pasien tirah baring di ruang A1,
B1, C1, D1 dan ruang B3 ORNA1 Rumah sakit Dr. Sardjito. Yogyakarta.
Skripsi, universitas muhammadiyah Surakarta.
57

Putri, Puri Kusuma Dewi. (2008). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengetahuan,


Sikap dan Terapan Iklan Layanan Masyarakat KB Versi Shireen
Sungakar dan Tengku Wisnu di TV terhadap Perilaku KB pada Wanita
atau Pria dalam Usia Subur. Jurnal Interaksi Volume 3, No. 2 Tahun
2008.

Rahadyan (2011). Hubungan pengetahuan tentang perawatan dekubitus dengan


pelaksanaan perawtan luka dekubitus di rumah sakit Dr. Moewardi
Surakarta. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakrta.

Septiyani, Maria. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Perawat


tentang Perawatan Luka Diabetes Menggunakan Teknik Moist Wound
Healing.

Setyajati (2002) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dekubitus pada


pasien tirah baring di Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta. Skripsi,
universitas muhammadiyah Surakarta.

Setyawan (2010). Hubungan tingkat pengetahuan, sikap dengan perilaku perawat


dalam upaya pencegahan dekubitus di RS Cakra Husada Klaten. Skripsi,
universitas muhammadiyah Surakarta.

Setiadi (2009). Metedeologi kesehatan. Jakarta

Sugiyono (2013). Metedeologi penelitian kombinasi. Bandung : alfabet


58

Kuisioner
I. Kuisioner Pengetahuan
1. Apakah yang dimaksud dengan dekubitus?
a. Kerusakan kulit
b. Luka yang tidak sembuh
c. Penonjolan tulang pada area kulit
d. Kerusakan struktur / fungsi kulit karena tekanan eksternal

2. Apakah yang Bapak / ibu ketahui tentang Faktor predisposisi dari


resiko dekubitus?
a. Gangguan psikomotor
b. Gangguan input sensor dan motoric
c. Gangguan komunikasi verbal
d. Gangguan mobilisasi

3. Faktor penyebab dari terjadinya dekubitus adalah?


a. Intensitas tekanan dan toleransi jaringan.
b. Tidak terjadi pergerakan
c. Tirah baring yang lama
d. Tidak terjadi mobilisasi pada pasien

4. Dimanakan tempat yang sering terjadi dekubitus?


a. Sakrum dan bagian tumit
b. Bagian belakang
c. Bagian paha
d. Bagian tangan

5. Ada berapa tahapan proses dekubitus?


a. 1
b. 2
c. 3
59

d. 4

6. Manakah tindakan keperawatan yang dapat mencegah dekubitus?


a. Merubah posisi pasien minimal 2 jam sekali
b. Menganjurkan kepada keluarga untuk minum obat teratur
c. Menganjurkan keluarga agar pasien makan yang bergizi
d. Menganjurkan kepada pasien untuk miring kiri dan miring
kanan

7. Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai dekstruksi ekstensif,


kerusakan jaringan atau kerusakan otot, atau struktur penyangga
seperti tendon, kapsul sendi, dll termasuk dalam tahapan dekubitus
yang keberapa?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4

8. Yang termasuk Prinsip perawatan luka dekubitus adalah?


a. Debridemen, pembersihan dan pembalutan
b. Debridemen dan pembatasan gerak
c. Pembersihan, pembalutan dan pembatasan gerak
d. Debridement, pembersihan dan pembatasan gerak

9. Dekubitus yang telah mengalami ulkus, masalah apa yang harus


kita perhatikan?
a. Vaskularisasi
b. Kelemababan
c. Lingkungan
d. Terapi Cairan
60

10. Apakah tujuan dari perawatan dekubitus?


a. Melindungi individu dari kerusakan fisiologis lebih lanjut
b. Agar tidak bertambah kerusakan luka
c. Agar tidak mengalami nekrosis
d. Melindungi individu dari kerusasakan kulit
61

II. Kuisioner Sikap Perawat


No Pernyataan T.S K.S S SS
1 Saya bersedia melakukan perubahan posisi
kurang dari 2 jam sekali
2 Saya akan menganjurkan makanan yang
adekuat pada pasien
3 Saya segera melaporkan kepada dokter
ketika terjadi tanda-tanda peradangan pada
kulit
4 Saya akan bertanggung jawab memberikan
perawatan pelayanan pada pasien yang
mengalami tirah baring yang lama
5 Saya menghargai keputusan keluarga atau
pasien di dalam memberikan perawatan
terutama pasien tirah baring lama
6 Saya akan memasase daerah kemerahan
dengan menggunakan lotion
7 Saya akan memberikan bedak anti gatal di
sekitar area yang mengalami peradangan
8 Saya akan bertanggung jawab kepada
keluarga dan pasien untuk mengajarkan
ROM minimal 2x sehari
62
Lampiran 5

Kuesioner Pencegahan Dekubitus


No Pernyataan TP K S SS
K
1 Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari merubah
posisi pasien sedikitnya 2 jam sekali
2 Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari
menganjurkan pasien untuk duduk di kursi roda
setiap 10 menit
3 Bila penderita dapat duduk, dapat didudukkan di
kursi. Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari
menggunakan bantalan untuk penyangga ke 2
kaki dan bantal – bantal kecil untuk menahan
tubuh penderita
4 Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari
mengganti posisi tidur penderita setiap hari
dengan cara mengganjalnya dengan bantal atau
bantalan busa
5 Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari
menganjurkan masukan nutrisi yang tepat dan
cairan yang adekuat
6 Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari
melaporkan adanya area kemerahan dengan
segera pada tim kesehatan lainnya
7 Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari menjaga
agar kulit tetap bersih dan kering
8 Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari menjaga
agar linen tetap kering, bersih dan bebas dari
kerutan/ tidak kusut dan benda keras.
9 Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari
memandikan pasien dan memberi perhatian
63

khusus pada daerah-daerah yang berisiko


mengalami tekanan atau gesekan
10 Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari
memasase sekitar daerah kemerahan dengan
menggunakan lotion.
11 Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari memberi
sedikit bedak tabur yang mengandung calamine,
zinc, camphor yang bermanfaat untuk mencegah
kerusakan kulit akibat garukan karena gatal.
12 Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari
melakukan latihan ROM minimal 2 kali sehari
13 Apakah Bapak / Ibu / Saudara / saudari
memeriksa kesesuaian dan penggunaan penahan
atau restrein
64

Lampiran

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN


Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan dan Sikap perawat dengan kejadian
dekubitus di RS. Dunda Limboto
Peneliti : Meylin Ahmad
NIM : CO1413392
Saya Meylin Ahmad (Mahasiswa Program S1 Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo), bermaksud mengadakan
penelitian untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap perawat dengan
kejadian dekubitus di RS. Dunda Limboto. Hasil penelitian ini direkomendasikan
sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.
Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak
negative bagi siapapun. Peneliti berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak
responden dengan cara menjaga kerahasiaan data yang diperoleh, baik dalam
proses pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian hasil data pasien.
Peneliti juga menghargai keinginan responden untuk tidak berpartisipasi dalam
penelitian ini. Melalui penjelasan singkat ini, peneliti sangat mengharapkan
partisipasi bapak/ibu untuk menjadi responden penelitian. Terima kasih atas
kesediaan dan partisipasinya.

Responden Peneliti

………………. Meylin Ahmad

Anda mungkin juga menyukai