1
Dalam tulisan ini, penulis menyimpulkan bahwa yang bertanggungjawab
dalam melaksanakan pendidikan Islam adalah : Orang tua, Guru, dan Masyarakat.
Sedangkan tanggungjawab pendidikan Islam yang harus dilaksanakan adalah :
Pendidikan Iman, Pendidikan Akhlak, Pendidikan Fisik, Pendidikan Akal,
Pendidikan Hati, dan Pendidikan Sosial.
Kata Kunci : Tangungjawab, Pendidikan Islam
2
BAB I
PENDAHULUAN
C. Rumusan Masalah
Siapa Saja Yang Bertanggung jawab Atas Pendidikan Islam?
Apa Saja Tanggung Jawab Pendidikan Islam?
D. Tujuan
Mengetahui Penanggung Jawab Pendidikan Islam
Mengetahui Tanggung Jawab Pendidikan Islam
1
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, cet. 4 (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 9.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak – anak
mereka , karena dari merekalah anak mula – mula menerima pendidikan terdapat
dalam kehidupan keluarga. Orang tua itu memegang peranan penting dalam
pendidikan anak – anaknya.
Berikut beberapa pendapat tentang tanggung jawab orang tua terhadap anak-
anaknya:
a. Menurut Hery Noor Aly orang tua adalah “ibu dan ayah dan masing-
masing mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan
anak”.2
b. Zakiyah Darajat mengemukakan bahwa “orang tua adalah pembina
pribadi utama dalam hidup anak”.3
c. M. Syafaat Habib mengatakan bahwa “Orang tua menempati tempat
pertama dan orang tualah yang mula-mula memperkenalkan adanya
Tuhan kepada anaknya, kemudian mengajarkan shalat, puasa dan
sebagainya”.4
Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua sekurang-
kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka:
a. Memelihara dan membesarkan anak.
b. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah
c. Memberi pengajaran
d. Membahagiakan anak5
Kesalahan terbesar orang tua saat ini adalah menyerahkan sepenuhnya
pendidikan anaknya pada lembaga pendidikan tempat anak tersebut belajar, tidak
memberikan dasar-dasar agama dari rumah, tidak mengontrol proses dan materi
yang diperoleh sang anak, sehingga keberadaan orang tua berfungsi hanya sebatas
membesarkan fisik anak, adapun agama, akhlak, dan pemikiran sang anak
dirampas oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, kita menginginkan anak
2
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 88.
3
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 55.
4
M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1982), h. 56.
5
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, h. 35.
4
yang shalih, bertauhid kepada Allah, berakhlak kepada orang tua dan
berpemahaman agama yang lurus, tetapi lembaga pendidikannya malah
mengarahkan anak menyembah kuburan, melakukan berbagai macam kesyirikan,
bid’ah, berakhlak buruk dan memiliki pemikiran liberal, sekuler.
2. Tanggung Jawab Guru Dalam Pendidikan Islam.
6
Suryosubroto B, Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1983),
h.26.
7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), 75.
5
c. Mu’addib adalah: orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggungjawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di
masa depan.
d. Mudarris adalah: orang yang memiliki kepekaan intelektual dan
informasi serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara
berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya,
memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya.
e. Mursyid adalah: orang yang mampu menjadi model atau
sentral identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan
dan konsultan bagi peserta didiknya.8
3. Tanggung Jawab Masyarakat Dalam Pendidikan Islam
ِ َو ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ َي ْدعُونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َو َيأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُرو
ف َو َي ْن َه ْونَ َع ِن
َْال ُم ْن َك ِر َوأُول ِئ َك ُه ُم ْال ُم ْف ِل ُحون
Arinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.".10
8
Ibid, h. 76.
9
Djumransyah dan Abdul Malik Karim Amrullah,Pendidikan Islam, (Malang: UIN-
Malang Pers, 2007), h.99
10
Lihat : (QS. Ali Imron: 104)
6
Secara konseptual tanggung jawab masyarakat, antara lain: mengawasi
jalannya nilai sosio budaya, menyalurkan aspirasi masyarakat, membina dan
meningkatkan kualitas keluarga.11
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
فأما المؤمن فيوحده في الشدة، إال ليعبدون " إال ليوحدوني: " وقيل
، وأما الكافر فيوحده في الشدة والبالء دون النعمة والرخاء، والرخاء
عز وجل- بيانه قوله
13
(65 - )العنكبوت
Artinya:
11
Abd. Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta:
Grafindo Persada, 2005), h. 347.
12
Lihat Q.S. Adz Dzariyat (51) : 56
13
Al-Husein bin Mas’ud al-Baghawi, Tafsir al-Baghawi – Ma’alim at-Tanzil- ,Jilid : 7
(Riyadh : Daar ath-Thayyibah, 1412H), h.381
7
mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; Maka tatkala
Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah).
16
وهو قول و فعل ويزيد وينقص
Artinya:
Dan dia (iman Itu) terdiri dari perkataan dan perbuatan, bertambah dan
berkurang.
14
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyatul Awlad fil Islam, Juz :1, cet. 21 (Mesir : Penerbit
Darus Salam, 1992), h. 157
15
Ibid., h.158 - 159
16
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Beirut : Dar Ibnu Katsir, 2002),
h. 12
8
ي قَا َل َحدَّثَنَاُّ ام ٍر ْال َعقَ ِد
ِ َّللاِ ب ُْن ُم َح َّم ٍد قَا َل َحدَّثَنَا أَبُو َع َّ َُحدَّثَنَا َع ْبد
صا ِلحٍ َع ْن أ َ ِبي َ َار َع ْن أ َ ِبي ٍ َّللاِ ب ِْن دِين َّ ان ب ُْن ِب َال ٍل َع ْن َع ْب ِدُ سلَ ْي َم
ُ
ُ اْلي َم
ان ِ ْ سلَّ َم قَا َل َّ صلَّى
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َ ي ِِّ ع ْنهُ َع ْن النَّ ِب َّ ي
َ َُّللا َ ضِ ُه َري َْرة َ َر
17
ان
ِ اْلي َم ُ ش ْعبَةً َو ْال َحيَا ُء
ِ ْ ش ْعبَةٌ ِم ْن ُ َض ٌع َو ِستُّون ْ ِب
Artinya:
17
Ibid., h. 13
9
mengganggu orang lain, 37.menjauhkan diri dari perkara yang sia-sia,
38.menghilangkan gangguan dari jalanan.18
1. Faktor Ilmu
2. Faktor Amal Shaleh
3. Faktor Jihad
4. Faktor Penyerahan Diri dengan Mutlak dan Menyeluruh
5. Faktor Keridhoan Allah
6. Faktor Memakmurkan Masjid19
1. Alquran
2. Sunnah
3. Akal Sehat20
18
Ahmad bin Ali bin Hajar, Fathul Bari, bi syarhi shahihi al-Imam abi Abdillah
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, juz.1(Riyadh : al-Maktabah as-Salafiyah, 1379H), h. 52 - 53
19
Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Diadit Media, 2011), h. 225 - 228
20
Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan, Pengantar Studi Aqidah Islam (Jakarta
: Robbani Press, 1998), h.18
21
Hamzah Ya’qub, Etika Islam (Bandung : Diponegoro, 1996),h.11
10
luar, dan ; (4) perbuatan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan pura-pura
atau sandiwara.22
Akhlak adalah suatu bentuk karakter yang kuat di dalam jiwa yang
darinya muncul perbuatan yang bersifat keinginan pilihan (iradiyah ikhtiyariyah)
berupa baik atau buruk sesuai pembawaannya23
22
Amirulloh Syarbini,Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga, Studi tentang Model
Pendidikan Karakter dalam Keluarga Perspektif Islam ( Jogjakarta: Penerbit ar-Ruz Media, 2016)
h. 33
23
Abu Bakar Jabir al Jazairi, Minhajul Muslim, cet. X (Jakarta: Darul Haq, 2014), h. 347
24
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al-adabul mufrad (kairo : Mathba’ah as-salafiyah,
1375H), h. 78
11
Sebagaimana tersirat dalam hadis Rasulullah; bahwa tujuan risalah yang
dibawa Beliau adalah memperbaiki akhlak manusia, jika dilihat secara
menyeluruh, inti ajaran Islam adalah memperbaiki akhlak manusia kepada Allah,
akhlak kepada sesama muslim, akhlak terhadap manusia secara umum, dan akhlak
terhadap alam semesta.
Sehingga tidak ada pertentangan antara tujuan risalah Islam dengan
tujuan penciptaan manusia; yaitu beribadah kepada Allah.
، َ َع ْن قَتَادَة، ٌس ِعيد َ َحدَّثَنَا: قَا َل، يم ُّ َحدَّثَنَا ْال َم ِ ِّك
َ ي ب ُْن إِب َْرا ِه
ي
َ ض ِ َر، َشة َ سأ َ ْلتُ َعا ِئ َ َع ْن، ارة َ ب ِْن أ َ ْوفَى
َ : قَا َل، س ْع ِد ب ِْن ِهش ٍَام َ َع ْن ُز َر
ْ فَقَا َل, سلَّ َم
" : ت َّ صلَّى
َ َّللاُ َع َل ْي ِه َو َّ سو ِل
َ َِّللا ِ ُ َع ْن ُخل، َّللاُ َع ْن َها
ُ ق َر َّ
" ََكانَ ُخلُقُهُ ْالقُ ْرآن
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami al-Makky bin Ibrahim, berkata : telah
menceritakan kepada kami Said, dari Qatadah, dari Zurarah bin Aufa, dari Sa’d
bin Hisyam, berkata : aku bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullah saw,
maka Aisyah menjawab : “akhlak Rasulullah adalah Alquran”
12
Seorang peserta didik akan meniru gurunya dan teman-temannya, baik
sengaja atau tidak disengajanya dalam perkataan maupun perbuatan, mereka juga
akan merasakan sama dengan yang dirasakan guru dan teman-temannya.25
25
Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani, al- Hadyu an-Nabi fi Tarbiyati al-Awlad fi Dhau’i
al-Kitabi wa as-Sunnah (Kumpulan karya Said bin Ali bin Wahf al-Qahthani no 93, 2011), h. 145
26
Lihat QS. al-Baqarah 247
13
daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" nabi
(mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah Telah memilih rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha luas
pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Dalam ayat tersebut Allah memotivasi umat Islam dengan kisah raja
Thalut, bahwa Allah memberi kekuasaan kepada siapapun yang dia kehendaki,
dan diantara orang yang Allah kehendaki mendapatkan kekuasaan adalah orang
yang memiliki pengetahuan dan kekuatan fisik.
Orang tua hendaknya khawatir jika meninggalkan generasi yang lemah
dalam segala hal, ekonomi, fisik, iman dan lain-lain, Allah swt. berfirman:
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan
yang benar”.27
Abdullah Nashih Ulwan menyebutkan metode dalam mendidik fisik
peserta didik:
a. Kewajiban orang tua memberi nafkah
b. Menjaga pola makan dan minum yang sehat
c. Mewaspadai penyakit menular
d. Menyembuhkan penyakit dengan berobat
e. Melaksanakan kaedah laa dharara wa laa dhiraar
(tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan
diri sendiri ataupun orang lain)
27
Lihat Q.S. an-Nisa’ (4) : 9
14
f. Membiasakan peserta didik berolahraga dan
menunggang kuda
g. Membiasakan peserta didik hidup hemat dan menjauhi
pemborosan
h. Membiasakan peserta didik hidup keras dan
bersungguh-sungguh serta menjauhkan mereka dari
sifat lemah.28
4. Tanggung Jawab Pendidikan Akal
28
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyatul Awlad fil Islam, h. 213 - 220
29
Ja’far Abdullah al-Wardi, al-Kulliyah al-Khams, haqiqatuha wa atsaruha (maktabu
Jaib al-Mushthafa, 2006), h.13
30
Abdullah Nashih ‘Ulwan, Tarbiyatul Awlad fil Islam, h. 255
15
Setidaknya ada 5 hal yang mendasari pendidikan Islam bertanggung
jawab terhadap pendidikan akal peserta didik, yaitu:
31
Ibid. h. 260-262
32
Ibid. h. 301
33
Ibid.
16
a. Malu menyuarakan kebenaran (khajal)
b. Takut
c. Minder disebabkan merasa ada kekurangan pada dirinya
d. Dengki
e. Marah yang tak terkendali34
6. Tanggung Jawab Pendidikan Sosial
a. Taqwa
b. Persaudaraan
c. Kasih sayang
d. Itsar (mendahulukan orang lain)
e. Memaafkan
f. Berani
2. Memperhatikan hak-hak orang lain
34
Ibid. h.302
35
Ibid. h.353
17
a. Hak orang tua
b. Hak saudara
c. Hak guru
d. Hak teman
e. Hak orang yang lebih tua
36
Ibid. h.354-465
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
‘Ulwan, Abdullah Nashih, Tarbiyatul Awlad fil Islam, Juz :1, cet. 21 (Mesir :
Penerbit Darus Salam, 1992)
al Jazairi, Abu Bakar Jabir, Minhajul Muslim, cet. X (Jakarta: Darul Haq, 2014)
al-Baghawi, Al-Husein bin Mas’ud, Tafsir al-Baghawi – Ma’alim at-Tanzil- ,Jilid
: 7 (Riyadh : Daar ath-Thayyibah, 1412H)
al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, Shahih al-Bukhari (Beirut : Dar Ibnu Katsir,
2002)
----------, al-adabul mufrad (kairo : Mathba’ah as-salafiyah, 1375H)
al-Buraikan, Ibrahim Muhammad bin Abdullah, Pengantar Studi Aqidah Islam
(Jakarta : Robbani Press, 1998)
al-Qahthani, Said bin Ali bin Wahf, al- Hadyu an-Nabi fi Tarbiyati al-Awlad fi
Dhau’i al-Kitabi wa as-Sunnah (Kumpulan karya Said bin Ali bin Wahf
al-Qahthani no 93, 2011)
al-Wardi, Ja’far Abdullah, al-Kulliyah al-Khams, haqiqatuha wa atsaruha
(maktabu Jaib al-Mushthafa, 2006)
Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)
Djumransyah dan Abdul Malik Karim Amrullah,Pendidikan
Islam, (Malang: UIN-Malang Pers, 2007), h.99
Habib, M. Syafa’at, Buku Pedoman Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1982), h. 56.
Ibnu Hajar, Ahmad bin Ali, Fathul Bari, bi syarhi shahihi al-Imam abi Abdillah
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, juz.1(Riyadh : al-Maktabah as-
Salafiyah, 1379H)
Muslihah, Eneng, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Diadit Media, 2011)
Nata, Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam, cet. 4 (Jakarta: Rajawali Pers, 2013)
Noer Aly, Hery, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999)
Saleh, Abd. Rahman, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa,
(Jakarta: Grafindo Persada, 2005), h. 347.
20
Suryosubroto B, Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, (Jakarta: Bina Aksara,
1983)
Syarbini, Amirulloh,Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga, Studi tentang
Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga Perspektif Islam ( Jogjakarta:
Penerbit ar-Ruz Media, 2016)
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992)
Ya’qub, Hamzah, Etika Islam (Bandung : Diponegoro, 1996)
21