CCCCCCCCCCCCC
CCCCCCCCCCCCC
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara sederhana, guru berarti orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada
peserta didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak hanya di lembaga formal, tetapi bisa juga
di mesjid, di rumah, di mushala atau tempat lainnya. Guru menempati kedudukan
yang terhormat di masyarakat. Salah satu faktor yang menyebabkan hal itu adalah
faktor kewibawaan. Masyarakat menganggap bahwa guru adalah sosok yang pantas
digugu dan ditiru, bahkan ada sebuah peribahasa yang menyatakan bahwa guru
kencing berdiri, murid kencing berlari. Hal ini menunjukkan bahwa guru adalah sosok
teladan, sosok yang mengemban tugas mulia.
Tugas dan tanggungjawab seorang guru tidaklah sekedar mengajarkan ilmu
pengetahuan, melainkan lebih kompleks dari itu. Seorang guru tidak hanya
mengemban amanah sebagai pengajar, tetapi sekaligus sebagai seorang pendidik.
Dengan demikian menjadi seorang guru tidaklah mudah, menjadi guru tidak cukup
hanya berbekal pengetahuan saja, melainkan harus ditunjang dengan kompetensi
lain yang mendukung tugas dan tanggungjawabnya itu.
Pada masa kolonial Belanda, guru diangkat dari orang-orang yang semula tidak
terdidik dan terlatih secara khusus untuk menjadi guru, kemudian berangsur-angsur
mengalami perubahan hingga kini. Pada masa sekarang, untuk menjadi seorang
guru tidaklah mudah, sebagai contoh jika seseorang ingin menjadi guru di tingkat di
sekolah dasar, maka ia harus memiliki kualifikasi akademik minimal S1 (strata 1).
Sejak diterbitkannya undang-undang guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 maka guru
memiliki payung hukum dan telah diakui bahwa tugas yang diembannya adalah
sebuah tanggung jawab yang memenuhi kriteria tanggung jawab professional.
Kehadiran UU Guru dan Dosen tersebut merupakan upaya dan perjuangan yang
panjang yang ditempuh oleh para guru di Indonesia agar diakui keberadaannya
sebagai sebuah profesi.
Sebagai sebuah jabatan profesi, maka seorang guru harus memiliki kompetensi
profesional. Kriteria jabatan professional menurut Soetjipto, et.al. (1994) adalah
bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu
yang khusus, memerlukan persiapan lama untuk memangkunya, memerlukan
latihan dalam jabatan yang bersinambungan, merupakan karier hidup dan
keanggotaan yang permanen, menentukan baku perilakunya, mementingkan
layanan, mempunyai organisasi professional, dan mempunyai kode etik yang ditaati
oleh anggotanya.
Menurut Djamarah (2005), guru adalah figur pemimpin, sekaligus arsitektur yang
membangun dan membentuk jiwa dan watak peserta didik. Dengan demikian guru
memiliki banyak tugas baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam
bentuk pengabdian dan aktualisasi diri. Hal ini juga memberikan pengertian bahwa
tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi melainkan sebagai suatu tugas
kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut seorang guru untuk mengembangkan
profesionalitasnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai sebuah profesi maka guru mengemban amanah untuk dapat mengajarkan,
membimbing, melatih dan mendidik peserta didik, serta mendorong tumbuh
kembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang utuh baik secara fisik,
maupun secara rohaniah.
Tugas kemanusiaan adalah salah satu segi dari tugas guru yang tak terlepas dari
kehidupan di masyarakat dan interaksi sosial. Dengan demikian tugas dan peranan
guru tidak hanya dibatasi oleh dinding atau tembok kelas, tetapi merupakan
penghubung antara sekolah dan masyarakat. Dalam kehidupannya di masyarakat,
seorang guru hendaknya menjadi model sebagai sosok individu yang utuh, memiliki
citra positif, teladan dan bahkan menjadi figur dari sebuah kualitas pendidikan itu
sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, maka menjadi seorang guru harus dilandasi oleh
panggilan jiwa sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik dan ikhlash. Guru
harus mendapatkan haknya secara proporsional dengan gaji yang layak dan patut
diperjuangkan melebihi profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi
guru dan kualitas belajar peserta didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.
Sebagai sebuah jabatan profesi, maka pemerintah memayungi jabatan guru dalam
Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005. Hal tersebut ditindalanjuti
dengan terbitnya Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru yang akan dibahas secara rinci dalam makalah ini.
B. Permasalahan
Beranjak dari pemikiran latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana Kompetensi Paedagogik Guru?
2. Bagaimana Kompetensi Kepribadian Guru?
3. Bagaimana Kompetensi Sosial Guru?
4. Bagaimana Kompetensi Profesional Guru?
D. Sistematika Uraian
Sistematika uraian makalah ini memuat tiga hal. Pertama Pendahuluan yang
berisikan latar belakang, masalah atau permasalahan, prosedur pemecahan
masalah dan sistematika uraian. Kedua Isi atau Pembahasan yang berisikan teori-
teori yang relevan dengan permasalahan dan uraian pembahasan. Ketiga adalah
Kesimpulan yang berisikan makna dari hasil diskusi/uraian yang telah dibuat.
B. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku guru itu
sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terppancar dalam prilaku
sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang
mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Di
Indonesia sikap pribadi yang dijiwai oleh filsafat pancasila yang mengagungkan
budaya bangsanya yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya
trmasuk dalam komponen kompetensi kepribadian guru, dengan demikian
pemahaman kompetensi kepribadian guru harus dimaknai sebagai suatu wujud
sosok manusia yang utuh.
Guru bukan hanya pelatih, pengajar dan pembimbing , tetapi juga sebagi cermin
tempat peserta didik dapat berkaca. Dalam relasi interpersonal antar guru dan
peserta didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi
contoh. Guru mampu menjadi orang yang mengerti diri peserta didik dengan segala
problematikanya, guru juga harus mempunyai wibawa sehingga peserta didik segan
terhadapnya.
Kemampuan pribadi guru menurut Sanusi (1991) mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebaga guru, dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya; 2) Pemahaman,
penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru;
dan yang terakhir, 3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai penutan,
teladan bagi para siswanya.
Sedangkan Kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai
berikut: 1) Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban
untuk meningkatkan iman dan ketakwaannya kepada Tuhannya; 2) Guru memiliki
kelebihan dibandingkan yang lain, oleh karena itu perlu dikembangkan rasa percaya
diri dan tanggung jawab; 3) Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang
berbeda dan beragam keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru
perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi
perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun
masyarakat; 4) Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam
menumbuhkembangkan budaya berfikir kritis di masyarakat; 5) Menjadi guru baik
tidak semudah membalikkan telapak tangan; 6) Guru mampu mengembangkan
dirinya sesuai dengan pembaharuan baik dalam bidang profesi maupun
spesialisasinya; 7) Guru mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara
nasional, kelembagaan, kurikuler sampai tujuan mata pelajaran; 8) Hubungan
manusiawi yaitu kemampuan guru untuk dapat berhubungan dengan orang lain atas
dasar saling menghormati antara satu dengan yang lainnya; 9) Pemahaman diri; 10)
Guru mampu melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan profesinya
sebagai innovator dan creator
Dari uraian diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa kepribadian guru
mencakup perilaku manusia cara individu yang dibatasi oleh norma-norma yang
berlaku bersumber kepada falsafah hidupnya serta nilai-nilai yang berkembang di
tempat guru berada.kompetensi kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yng
berhubungan dengan kemampuan pribadi dengan segala karakteristik yang
mendukung pelaksanaan tugas guru.
Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi kepribadian yang
harus dimiliki oleh guru yang diuraikan secara perinci sebagai berikut.
C. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya
sebagai bagian yang tidak dipisahkan dari masyarakat dan mampu
mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan Warga Negara . Lebih
dalam lagi kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri
kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya
sebagai guru.
Guru ada dan hidup di masyarakat. Masyaerakat dalam proses pembangunna
sekarang menganggap guru sebagai anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan , keterampilan yang cukup luas, yang mau ikut serta secara aktif dalam
proses pembangunan, guru diharapkan menjadi pelopor di dalam pelaksanaan
pembangunan. Fungsi kompetensi sosial guru, yaitu:
1. Motivator dan innovator dalam pembangunan pendidikan
Sebagai ilustrasi guur yang berada di desa berperan sebagai agen perubahan di
masyarakat desa berusaha aktif dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat desa
dengan senantiasa memberikan motivasi kepada masyarakat untuk ikut serta
menyukseskan program wajib belajar dan mendorong mereka untuk tetap
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Perintis dan pelopor pendidikan
Sebagai contoh kepeloporan yang dicontohkan guru dalam kegiatan penggalangan
dana dari masyarakat yang mampu untuk memberikan beasiswa bagi siswa
berprestasi yang kurang mampu di skeolahnya.
3. Penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan
Sebagai seorang guru yang memiliki kemampuan dalam ilmu pengetahuan dituntut
untuk senantiasa berusaha melakukan berbagai penemuan khususnya berkaitan
dengan permasalah pendidikan yang ada di masyarakat.sehingga diharapkan dari
penemuannya dapat dilakukan pencarian solusinya baik secara individu maupun
kelembagaan.
4. Pengabdian
Menyadari akan tuntutan yang lebih besar terhada tanggung jawab guru di
masyarakat maka guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan perlu melibatkan diri
dalam kegiatan di masyarakat yang relevan dengan dunia pendidikan terutama
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa .
Adapun yang menjadi ruang lingkup kompetensi sosial guru menurut (Sanusi,1991)
mengungkapkan bahwa “kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk
menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu
membawakan tugasnya sebagai guru”.
Menurut Amijaya (1984) menyatakan bahwa kompetensi kemasyarakatan atau
kompetensi sosial seorang guru sudah barang tentu erkaitan dengan kompetensi
profesionalnya. Jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru
menurut Wijaya (1994)adalah sebagai berikut: 1) Terampil berkomunikasi dengan
peserta didik dan orang tua; 2) Bersikap simpatik; 3) Dapat bekerja sama dengan
dewan pendidikan/komite sekolah; 4) Pandai bergaul dengan karyawan sekerja dan
mitra pendidikan; dan 5) Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi sosial yang harus
dimiliki oleh guru yang diuraikan secara perinci sebagai berikut.