Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN PROFESI GURU

A. Rumusan Kompetensi Guru Secara Utuh

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara sederhana, guru berarti orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada
peserta didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak hanya di lembaga formal, tetapi bisa juga
di mesjid, di rumah, di mushala atau tempat lainnya. Guru menempati kedudukan
yang terhormat di masyarakat. Salah satu faktor yang menyebabkan hal itu adalah
faktor kewibawaan. Masyarakat menganggap bahwa guru adalah sosok yang pantas
digugu dan ditiru, bahkan ada sebuah peribahasa yang menyatakan bahwa guru
kencing berdiri, murid kencing berlari. Hal ini menunjukkan bahwa guru adalah sosok
teladan, sosok yang mengemban tugas mulia.
Tugas dan tanggungjawab seorang guru tidaklah sekedar mengajarkan ilmu
pengetahuan, melainkan lebih kompleks dari itu. Seorang guru tidak hanya
mengemban amanah sebagai pengajar, tetapi sekaligus sebagai seorang pendidik.
Dengan demikian menjadi seorang guru tidaklah mudah, menjadi guru tidak cukup
hanya berbekal pengetahuan saja, melainkan harus ditunjang dengan kompetensi
lain yang mendukung tugas dan tanggungjawabnya itu.
Pada masa kolonial Belanda, guru diangkat dari orang-orang yang semula tidak
terdidik dan terlatih secara khusus untuk menjadi guru, kemudian berangsur-angsur
mengalami perubahan hingga kini. Pada masa sekarang, untuk menjadi seorang
guru tidaklah mudah, sebagai contoh jika seseorang ingin menjadi guru di tingkat di
sekolah dasar, maka ia harus memiliki kualifikasi akademik minimal S1 (strata 1).
Sejak diterbitkannya undang-undang guru dan Dosen No. 14 tahun 2005 maka guru
memiliki payung hukum dan telah diakui bahwa tugas yang diembannya adalah
sebuah tanggung jawab yang memenuhi kriteria tanggung jawab professional.
Kehadiran UU Guru dan Dosen tersebut merupakan upaya dan perjuangan yang
panjang yang ditempuh oleh para guru di Indonesia agar diakui keberadaannya
sebagai sebuah profesi.
Sebagai sebuah jabatan profesi, maka seorang guru harus memiliki kompetensi
profesional. Kriteria jabatan professional menurut Soetjipto, et.al. (1994) adalah
bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu
yang khusus, memerlukan persiapan lama untuk memangkunya, memerlukan
latihan dalam jabatan yang bersinambungan, merupakan karier hidup dan
keanggotaan yang permanen, menentukan baku perilakunya, mementingkan
layanan, mempunyai organisasi professional, dan mempunyai kode etik yang ditaati
oleh anggotanya.
Menurut Djamarah (2005), guru adalah figur pemimpin, sekaligus arsitektur yang
membangun dan membentuk jiwa dan watak peserta didik. Dengan demikian guru
memiliki banyak tugas baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam
bentuk pengabdian dan aktualisasi diri. Hal ini juga memberikan pengertian bahwa
tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi melainkan sebagai suatu tugas
kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut seorang guru untuk mengembangkan
profesionalitasnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai sebuah profesi maka guru mengemban amanah untuk dapat mengajarkan,
membimbing, melatih dan mendidik peserta didik, serta mendorong tumbuh
kembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang utuh baik secara fisik,
maupun secara rohaniah.
Tugas kemanusiaan adalah salah satu segi dari tugas guru yang tak terlepas dari
kehidupan di masyarakat dan interaksi sosial. Dengan demikian tugas dan peranan
guru tidak hanya dibatasi oleh dinding atau tembok kelas, tetapi merupakan
penghubung antara sekolah dan masyarakat. Dalam kehidupannya di masyarakat,
seorang guru hendaknya menjadi model sebagai sosok individu yang utuh, memiliki
citra positif, teladan dan bahkan menjadi figur dari sebuah kualitas pendidikan itu
sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, maka menjadi seorang guru harus dilandasi oleh
panggilan jiwa sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik dan ikhlash. Guru
harus mendapatkan haknya secara proporsional dengan gaji yang layak dan patut
diperjuangkan melebihi profesi lainnya, sehingga keinginan peningkatan kompetensi
guru dan kualitas belajar peserta didik bukan hanya sebuah slogan di atas kertas.
Sebagai sebuah jabatan profesi, maka pemerintah memayungi jabatan guru dalam
Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005. Hal tersebut ditindalanjuti
dengan terbitnya Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru yang akan dibahas secara rinci dalam makalah ini.
B. Permasalahan
Beranjak dari pemikiran latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana Kompetensi Paedagogik Guru?
2. Bagaimana Kompetensi Kepribadian Guru?
3. Bagaimana Kompetensi Sosial Guru?
4. Bagaimana Kompetensi Profesional Guru?

C. Prosedur Pemecahan Masalah


Prosedur pemecahan masalah mengenai “Guru sebagai Pendidik Profesional” ini
berkaitan dengan masalah pengertian, fungsi, dan komponen-komponen guru
profesional yang mengacu kepada literatur-literatur atau teori-teori yang
berhubungan dengan permasalahan “Guru Sebagai Pendidik Professional”.

D. Sistematika Uraian
Sistematika uraian makalah ini memuat tiga hal. Pertama Pendahuluan yang
berisikan latar belakang, masalah atau permasalahan, prosedur pemecahan
masalah dan sistematika uraian. Kedua Isi atau Pembahasan yang berisikan teori-
teori yang relevan dengan permasalahan dan uraian pembahasan. Ketiga adalah
Kesimpulan yang berisikan makna dari hasil diskusi/uraian yang telah dibuat.

II. KOMPETENSI GURU


Menurut Rachman (Intisari, 1997) menyatakan bahwa seorang guru harus
memenuhi 5 kompetensi, yaitu: 1) Kompetensi idealisme, motivasi jauh ke depan,
keterikatan pada agama dan falsafah bangsa; 2) Kompetensi akademis, ilmu yang
akan diberikan harus dikuasai secara mendetail dan luas, serta mampu mentransfer
dan mentransformasikan pengetahuannya kepada anak didiknya; 3) Kompetensi
profesionalisme, memiliki legalitas formal untuk profesinya; 4) Kompetensi
kepribadian, seorang guru harus stabil, gembira, bersemangat, positif, partisipatif,
dan tidak pengeluh. Potensi-potensi kepribadian tersebut memungkinkan tumbuhnya
suatu komunikasi yang menghasilkan anak yang berwawasan luas dan berencana
ke depan; dan 5) Kompetensi sosial, guru harus mampu menempatkan dirinya
sebagai makhluk sosial yang berada di antara masyarakat, pemerintah dan harapan
orang tua serta anak.
Kehadiran Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memberi
peluang kepada pengajar (guru dan dosen) untuk bersikap professional. Dalam
Undang-Undang tersebut setidaknya ada empat kompetensi yang sepatutnya dimiliki
oleh guru dan dosen, yaitu: 1) Kompetensi Paedagogik; 2) Kompetensi Profesional;
3)Kompetensi Kepribadian; dan 4) Kompetensi Sosial.

A. Kompetensi Paedagogik Guru


Pedagogik artinya ilmu mendidik atau ilmu pendidikan, sedangkan pedagogi berarti
pendidikan. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogiek, kata turunan dari
perkataan paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”. Paedagogia
berasal dari kata “paedos/paes”, yang berarti anak, dan “agogos/ago”, yang berarti
mengantar atau membimbing. Paedagogos, berarti “seorang pelayan atau bujang
pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak
ke dan dari sekolah”. Dari kata paedagogos lahir kata paedagoog (bahasa belanda),
yang artinya pendidik atau ahli didik. Jadi secara harfiah pedagogik itu berarti
“pembantu laki-laki yang pekerjaannya mengantar anak majikannya ke sekolah”.
Secara kiasan pedagogik diartikan sebagai “seorang ahli yang membimbing anak ke
arah tujuan hidup tertentu”. Secara istilah pedagogik itu adalah ilmu pendidikan atau
ilmu mendidik, yang berarti ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan
tentang gejala-gejala perbuatan mendidik (Ngalim Purwanto, 2004). Menurut J.
Hoogveld “pedagogik adalah Ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke
arah tujuan tertentu, yaitu mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”.
Guru sepatutnya memahami pedagogik hingga dapat mengemban amanah dalam
membelajarkan peserta didik dengan langkah dan cara yang tepat sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007
terdapat 10 kompetensi paedagogik yang harus dimiliki oleh guru yang diuraikan
secara perinci sebagai berikut.

B. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku guru itu
sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terppancar dalam prilaku
sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang
mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Di
Indonesia sikap pribadi yang dijiwai oleh filsafat pancasila yang mengagungkan
budaya bangsanya yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya
trmasuk dalam komponen kompetensi kepribadian guru, dengan demikian
pemahaman kompetensi kepribadian guru harus dimaknai sebagai suatu wujud
sosok manusia yang utuh.
Guru bukan hanya pelatih, pengajar dan pembimbing , tetapi juga sebagi cermin
tempat peserta didik dapat berkaca. Dalam relasi interpersonal antar guru dan
peserta didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi
contoh. Guru mampu menjadi orang yang mengerti diri peserta didik dengan segala
problematikanya, guru juga harus mempunyai wibawa sehingga peserta didik segan
terhadapnya.
Kemampuan pribadi guru menurut Sanusi (1991) mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebaga guru, dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya; 2) Pemahaman,
penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru;
dan yang terakhir, 3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai penutan,
teladan bagi para siswanya.
Sedangkan Kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai
berikut: 1) Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban
untuk meningkatkan iman dan ketakwaannya kepada Tuhannya; 2) Guru memiliki
kelebihan dibandingkan yang lain, oleh karena itu perlu dikembangkan rasa percaya
diri dan tanggung jawab; 3) Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang
berbeda dan beragam keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru
perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi
perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun
masyarakat; 4) Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam
menumbuhkembangkan budaya berfikir kritis di masyarakat; 5) Menjadi guru baik
tidak semudah membalikkan telapak tangan; 6) Guru mampu mengembangkan
dirinya sesuai dengan pembaharuan baik dalam bidang profesi maupun
spesialisasinya; 7) Guru mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara
nasional, kelembagaan, kurikuler sampai tujuan mata pelajaran; 8) Hubungan
manusiawi yaitu kemampuan guru untuk dapat berhubungan dengan orang lain atas
dasar saling menghormati antara satu dengan yang lainnya; 9) Pemahaman diri; 10)
Guru mampu melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan profesinya
sebagai innovator dan creator
Dari uraian diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa kepribadian guru
mencakup perilaku manusia cara individu yang dibatasi oleh norma-norma yang
berlaku bersumber kepada falsafah hidupnya serta nilai-nilai yang berkembang di
tempat guru berada.kompetensi kepribadian merupakan sejumlah kompetensi yng
berhubungan dengan kemampuan pribadi dengan segala karakteristik yang
mendukung pelaksanaan tugas guru.
Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi kepribadian yang
harus dimiliki oleh guru yang diuraikan secara perinci sebagai berikut.

C. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya
sebagai bagian yang tidak dipisahkan dari masyarakat dan mampu
mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan Warga Negara . Lebih
dalam lagi kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri
kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya
sebagai guru.
Guru ada dan hidup di masyarakat. Masyaerakat dalam proses pembangunna
sekarang menganggap guru sebagai anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan , keterampilan yang cukup luas, yang mau ikut serta secara aktif dalam
proses pembangunan, guru diharapkan menjadi pelopor di dalam pelaksanaan
pembangunan. Fungsi kompetensi sosial guru, yaitu:
1. Motivator dan innovator dalam pembangunan pendidikan
Sebagai ilustrasi guur yang berada di desa berperan sebagai agen perubahan di
masyarakat desa berusaha aktif dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat desa
dengan senantiasa memberikan motivasi kepada masyarakat untuk ikut serta
menyukseskan program wajib belajar dan mendorong mereka untuk tetap
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Perintis dan pelopor pendidikan
Sebagai contoh kepeloporan yang dicontohkan guru dalam kegiatan penggalangan
dana dari masyarakat yang mampu untuk memberikan beasiswa bagi siswa
berprestasi yang kurang mampu di skeolahnya.
3. Penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan
Sebagai seorang guru yang memiliki kemampuan dalam ilmu pengetahuan dituntut
untuk senantiasa berusaha melakukan berbagai penemuan khususnya berkaitan
dengan permasalah pendidikan yang ada di masyarakat.sehingga diharapkan dari
penemuannya dapat dilakukan pencarian solusinya baik secara individu maupun
kelembagaan.
4. Pengabdian
Menyadari akan tuntutan yang lebih besar terhada tanggung jawab guru di
masyarakat maka guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan perlu melibatkan diri
dalam kegiatan di masyarakat yang relevan dengan dunia pendidikan terutama
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa .

Adapun yang menjadi ruang lingkup kompetensi sosial guru menurut (Sanusi,1991)
mengungkapkan bahwa “kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk
menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu
membawakan tugasnya sebagai guru”.
Menurut Amijaya (1984) menyatakan bahwa kompetensi kemasyarakatan atau
kompetensi sosial seorang guru sudah barang tentu erkaitan dengan kompetensi
profesionalnya. Jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru
menurut Wijaya (1994)adalah sebagai berikut: 1) Terampil berkomunikasi dengan
peserta didik dan orang tua; 2) Bersikap simpatik; 3) Dapat bekerja sama dengan
dewan pendidikan/komite sekolah; 4) Pandai bergaul dengan karyawan sekerja dan
mitra pendidikan; dan 5) Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi sosial yang harus
dimiliki oleh guru yang diuraikan secara perinci sebagai berikut.

D. Kompetensi Profesional Guru


Kompetensi professional yang merupakan kemampuan dasar guru menurut
(Cooper, 1984) terbagi ke dalam empat komponen, yaitu: 1) mempunyai
pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia; 2) mempunyai pengetahuan
dan kemampuan bidang studi yang dibinanya; 3) mempunyai sikap yang tepat
tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya; dan 4)
mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.
Sedangkan menurut Johnson (1980) komponen kompetensi professional bagi guru
yaitu: 1) Penguasaan materi pelajaran; 2) Penguasaan dan penghayatan atas
landasan dan wawasan kependidikan; 3) Penguasaan proses kependidikan dan
keguruan. Lebih lanjut Depdikbud (1980) merinci ketiga kelompok kemampuan
tersebut menjadi sepuluh kemampuan dasar, yaitu: 1) Penguasaan bahan pelajaran
beserta konsep-konsep dasar keilmuannya; 2) Pengelolaan konsep belajar
mengajar; 3) Pengelolaan kelas; 4) Penggunaan media dan sumber pembelajaran;
5) Penguasaan landasan-landasan kependidikan; 6) Pengelolaan interaksi belajar
mengajar; 7) Penilaian prestasi belajar siswa; 8) Pengenalan fungsi dan program
bimbingan dan penyuluhan; 9) Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi
sekolah; dan 10) Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian
pendidikan untuk kepentingan peingkatan mutu pengajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli seperti tersebut diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Kompetensi Profesional adalah kompetensi yang berkaitan dengan penguasaan
guru terhadap materi pelajaran yang luas dan mendalam yang memungkinkan guru
membimbing dan mengajar peserta didik yang memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam kurikulum yang berlaku.
2. Kompetensi professional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan
dengan profesi yang memenuhi berbagai keahlian dibidang pendidikan atau
keguruan.
3. Kompetensi professional merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan
tentang belajar dan tingkah laku manusia , bidang studi yang dibinanya , sikap yang
tepat tentang lingkungan PBM dan mempunyai keterampilan dalam teknik
mengajar.

Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi profesional yang


harus dimiliki oleh guru yang diuraikan secara perinci sebagai berikut.

III. KESIMPULAN DAN SARAN


Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa)
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan . Pendidik, peserta didik (siswa) dan tujuan
pendidikan merupakan komponen utama pendidikan ketiganya membentuk suatu
triangle, jika hilang salah satu komponen , hilang pulalah hakikat pendidikan . Dalam
situasi-situasi tertentu tugas guru dapat Sebagai pendidik professional guru bukan
saja dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus
memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional. Sebagaimana yang tercantum
dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
menyatakan bahwa: ”Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.”
Guru adalah sebuah profesi yang sangat mulia baik di mata peserta didik,
masyarakat juga yang paling penting adalah guru adalah pekerjaan yang paling
mulia di mata Tuhan Yang Maha Esa, namun hal ini akan terwujud manakala profesi
ini dilaksanakan dengan tulus ikhlas dan rasa senang serta cinta terhadap anak
sebagai perserta didik sebagai titipan dari sang maha pencicpta yang harus dididik
dan dibesarkan dengan hal-hal yang positif.
Dalam tugasnya guru senantiasa harus memperhatikan empat kompetensi yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
professional. Keempat kompetensi tersebut merupakan suatu pernyataan atau
rumusan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama
dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap
kompetensi pedagogik, professional, kepribadian, dan sosial guru yang layak dan
berkompeten. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan
pengajaran, pelaksanaan pengajaran, evaluasi hasil belajar, penelitian kelas, dan
pengembangan pesertu didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Misi pendidikan dan pengajaran di lembaga pendidikan ekarang berjalan mau tidak
mau ditata kembali, manakala keluaran lembaga pendidikan guru di masa depan
mampu menujkkan kompetensinya sebagai manusia Indonesia baru. Dalam era
globalisasi seperti saat ini disamping guru memiliki keempat komptensi yang telah di
sebutkan di atas juga guru harus dapat menyesyuaikan diri mengikuti
perkembangan zaman yaitu dengan cara menguasai teknologi katrena pendidikan
bersifat dinamis dan teknologi tidak dapat dipisahkan dan saling mendukung terhapa
kemajuan pendidikan.hal sesuai dengan salah satu falsafah yang menyatakan baha
jika ingin menguasai dunia maka harus memenguasai teknologi.
Kedua belas kemampuan yang dikemukakan oleh Rath berkenaan dengan
pelaksanaan pengajaran dan pengembangan kemampuan dalam mengajar. ada
satu hal yang tidak dinyatakan secara eksplisit Rath yaitu penguasaan materi atau
bahan pelajaran. Penguasaan kemampuan proses harus terjalin secara utuh dengan
penguasaan isi, baik yang berasal dari disiplin ilmu dari kehidupan masyarakat. Dua
kemampuan terakhir dari Rath tidak berkenaa dengan teknis pengajaran, tetapi
dengan kegiatan yang lebih luas, yaitu partisipasi dalam kegiatan di sekolah dalam
masyarakat biasa dan masyarakat professional. Untuk dapat berpartisipasi dalam
situasi-situasi tersebut selain harus menguasai kemampuan tekns pendidikan dan
penguasaan bidang studi juga penguasaan kemampuan social, seperti
kepemimpinan, hubugan social, dan komunikasi dengan orang lain.
Sepuluh kemampuan dasar yang dirumuskan Depdikbud sebenarnya baru
merupakan rincian kelompok kemampuan pertama (kemampuan professional),
belum dirinci lebih jauh, padahal cukup penting. Diantara kemampuan sosial dan
personal yang paling mendasar yang harus dikuasai guru adalah idealisme,
Idealisme dalam pendidikan. Penguasaan dan penggunaan dua belas kemampuan
dari Depdikbud, hanya akan optimal apabila didasari oleh adanya idealisme, yaitu
cita - cita luhur yang ingin dicapai dengan pendidikan.
Perbuatan mendidik harus dilandasi oleh sikap dan keyakinan sebagai pengabadian
pada nusa, bangsa, dan kemanusiaan, untuk mencerdaskan bangsa, untuk
melahirkan generasi pembangunan atau generasi penerus yang lebih andal, dan
sebagainya. Kalau perbuatan mendidik hanya di dorong oleh kebutuhan
memperoleh nafkah, maka guru-guru hanya akan bekerja ala kadarnya, bekerja
secara mekanistis dan formalitas. Idealisme seharusnya dimliki oleh setiap profesi,
karyawan, bahkan setiap orang. Idealisme dalam perbuatan mendidik akan
menumbuhkan rasa cinta terhadap pekerjaan pendidikan , terhadap para siswanya
dan sebagainya. Dengan dasar rasa cinta itu guru akan berbuat yang terbaik bagi
peserta didik, bagi pendidikan. Idealisme dan rasa cinta mendasari dan menjiwai
semua perilaku mendidik, menghidupkan kemampuan-kemampuan professional
yang dimiliki. tanpa idealisme dan rasa cinta itu kemapuan-kemampuan professional
yang dimiliki hanya akan seperti lampu yang kekurangan minyak. Berdasarkan
keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Seorang guru harus bisa
membuat anak menyadari pentingnya mempelajari setiap mata pelajaran; 2)
Seorang guru harus bisa membuat anak terbiasa terhadap apa yang tidak
dikenalnya dengan memberi latihan yang kontinyu, konsisten, dan konsekwen (3K),
untuk menumbuhkan sense of regularity (kesadaran keteraturan); 3) Seorang guru
harus bisa memberitahukan pemahaman atau membimbing anak menemukan
pemahaman; dan 4) Seorang guru harus bisa membimbing anak untuk
mengamalkan ilmu pengetahuan sesuai dengan harmoni kehidupan (sense of
harmony).

Anda mungkin juga menyukai