Anda di halaman 1dari 7

3.6.Faktor Risiko……..…………………………………… …………….

25
3.7. Penatalaksanaan…………...………………………………………… 26
3.8. Penutup………………………………………………………………. 33
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 33

BAB IV HIV……………………………………………………………… 38
4.1. Pengertian…………………………………………………………….. 38
4.2. Penularan……………………………………………………………... 39
4.3. Faktor risiko………………………………………………………….. 40
4.4. Perjalanan Alamiah Infeksi HIV……………………………………... 43
4.5. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi………………………… 45
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 67

BAB V SIFILIS…………………………………………………………... 68
5.1 Pengertian……………………………………………………………. 68
5.2 Penularan…………………………………………………………….. 68
5.3 Klasifikasi……………………………………………………………. 68
5.4 Perjalanan Alamiah Infeksi Sifilis…………………………………… 69
5.5 Sifilis Kongenital……………………………………………………. 70
5.6 Pencegahan Penularan Sifilis dari Ibu ke Bayi………………………. 70
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 81
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Interpretasi Hasil Tes Serologis Hepatitis B6……………......................... 20


Tabel 2. Risiko Penularan HIV dari Ibu ke Anak1…………………....................... 40
Tabel 3. Faktor Risiko Penularan HIV dari Ibu ke Bayi1……................................. 42
Tabel 4. Stadium Klinis Infeksi Infeksi HIV menurut WHO……........................... 45
Tabel 5. Pemberian Obat ARV pada Ibu Hamil1……..……………......................... 57
Tabel 6. Efek Samping Obat dan Kontraindikasi Pemberian ARV1………………. 58
Tabel 7. Keuntungan dan Kerugian Jenis Persalinan1…..……................................. 59
Tabel 8. Jadwal Kunjungan Pemeriksaan pada Bayi pada Ibu dengan
HIV…..……............................................................................................................. 65
Tabel 9. Terapi Sifilis pada Ibu Hamil1,2……………………………...................... 76
Tabel 10. Risiko Penularan HIV dari Ibu ke Anak1………………….......................79
Tabel 11. Terapi Sifilis Kongenital Pada Bayi dengan Klinis terbukti/Kemungkinan
Besar Sifilis Kongenital1(lanjutan)………................................................................ 79
Tabel 12. Terapi Sifilis Kongenital Pada Bayi dengan Klinis Normal dan Titer
Serologi Nontreponema Kuantitatif Sama atau Tidak Melebihi 4X Lipat Titer
Ibu1…..…… 79
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kebijakan Kementrian Kesehatan dalam program Triple
Eliminasi……………………………………………………….… 7
Gambar 2. Kaskade Eliminasi HIV dari Ibu ke Anak di Asia dan
Pasif…………………………………………………..…….……. 9
Gambar 3. Pelayanan Triple Eliminasi HIV – Hepatitis B – Sifilis terpadu
periode antenatal-post partum-bayi 9 bulan…………………..…..
15
Gambar 4. Perjalanan alamiah hepatitis B kronik………………………..….. 21
Gambar 5. Risiko transmisi perinatal berdasarkan maternal viral
load7…………………………………………………..…………... 25
Gambar 6. Bagan tatalaksana Hepatitis B pada Ibu Hamil7…………………. 29
Gambar 7. Riwayat Perjalanan Alamiah Infeksi HIV dan AIDS1…………… 44
Gambar 8. Alur layanan KIE mengenai HIV, r8.Sifilis pada wanita usia
subur1…………………………………………………..…………. 46
Gambar 9. Alut test HIV-Sifilis atas inisiatif pemberian layanan kesehatan dan
konseling…………………………………………………………… 47
Gambar 10. Alur tes HIV untuk diagnosis dengan “Strategi Tiga Serial”1…….. 49
Gambar 11. Alur pemberian ARV pada Ibu Hamil1……………………………. 55
Gambar 12. Pemberian kontrimoksasol pada bayi dari ibu dengan HIV1 ……… 61
Gambar 13. Alur Tes Serologis Sifilis Tes Troponema dan Non Troponema1…. 73
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infeksi hepatitis B, HIV dan sifilis pada bayi lebih dari 90% tertular dari
ibunya. Prevalensi infeksi hepatitis B, HIV dan sifilis pada ibu hamil berturut turut
2,5%, 0,3%, dan 1,7%. Risiko penularan dari ibu ke anak untuk hepatitis B adalah
lebih dari 90%, HIV adalah 20-45%, dan untuk sifilis adalah 69-80%. Upaya
eliminasi penularan hepatitis B, HIV dan sifilis dilakukan secara bersama-sama
karena infeksi hepatitis B, HIV dan sifilis memiliki pola penularan yang relatif
sama, yaitu melalui hubungan seksual, pertukaran atau kontaminasi darah dan
secara vertikal dari ibu ke anak. 1,2
Indonesia merupakan negara dengan endemik tinggi hepatitis B, terbesar
kedua di South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. Berdasarkan hasil
Riskesdas, diperkirakan diantara 100 orang Indonesia, 10 diantaranya telah
terinfeksi hepatitis B dan C, 14 juta diantaranya berpotensi menjadi kronis, dan dari
yang kronis tersebut, 1,4 juta orang berpotensi untuk menderita kanker hati. Setiap
tahun terdapat 5,3 juta ibu hamil. Hepatitis B (HBsAg) reaktif pada ibu hamil rata-
rata 2,7%, maka setiap tahun diperkirakan terdapat 150 ribu bayi yang 95%
berpotensi mengalami hepatitis kronis (sirosis atau kanker hati) pada 30
tahun ke depan.3
Lebih dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV positif. Penularan
tersebut dapat terjadi pada masa kehamilan, saat persalinan dan selama menyusui.
Tanpa pengobatan yang tepat dan dini, separuh dari anak yang terinfeksi HIV akan
meninggal sebelum usia dua tahun. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
(PPIA) atau Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT) merupakan
intervensi yang sangat efektif untuk mencegah penularan tersebut. Upaya ini
diintegrasikan dengan upaya eliminasi sifilis kongenital, karena sifilis dapat
mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan pada ibu dan juga ditularkan kepada
bayi seperti halnya pada infeksi HIV.3
Sifilis, sebagaimana infeksi menular seksual (IMS) lainnya, meningkatkan
risiko tertular HIV. Pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA), sifilis meningkatkan
daya infeksi HIV. Berbagai penelitian banyak negara melaporkan bahwa infeksi
sifilis dapat meningkatkan risiko penularan HIV sebesar 3-5 kali. Bila ibu hamil
yang terinfeksi sifilis tidak diobati dengan adekuat, maka 67% kehamilan akan
berakhir dengan abortus, lahir mati atau sifilis kongenital. Pencegahan penularan
sifilis dari ibu ke bayi dpat dilakukan dengan deteksi dini melalui skrining pada ibu
hamil dan mengobati ibu yang terinfeksi sifilis dan pasangannya. Secara umum
upaya tersebut sangat efektif, bahkan di daerah dengan prevalensi HIV yang sangat
rendah.
Ketiga kondisi diatas merupakan infeksi yang sering terjadi dan dapat
ditransmisikan dari ibu kepada bayi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk
mendeteksi dini penyakit tersebut pada ibu hamil dan pemberian penanganan yang
tepat untuk mencegah terjadinya kesalahan diagnosis dan terapi yang tidak adekuat.
World Health Organization (WHO) mencanangkan eliminasi penularan
penyakit infeksi dari ibu ke anak (mother-to-child transmission) di Asia dan pasifik
pada tahun 2018-2030. Tiga penyakit yang menjadi fokus adalah hepatitis B, HIV
dan sifilis. Tiga penyakit tersebut merupakan penyakit infeksi yang endemik di
wilayah Asia dan Pasifik. Penularan penyakit tersebut ke bayi dapat dicegah dengan
imunisasi, skrining dan pengobatan penyakit infeksi pada ibu hamil.
World Health Organization (WHO) menyarankan upaya pencegahan tersebut
dilakukan dengan pendekatan terkoordinasi untuk implementasi intervensi di
fasilitas pelayanan kesehatan. Upaya pencegahan tersebut menggunakan pelayanan
terpadu untuk ibu dan anak agar tercapai eliminasi. Upaya tersebut melibatkan
beberapa komponen pelayanan kesehatan, seperti: klinik antenatal, klinik PDP
(perawatan, dukungan, dan pengobatam) HIV, dan klinik anak.4

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak akibat infeksi
hepatitis B, HIV dan sifilis.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Membuat rekomendasi berdasarkan bukti ilmiah untuk membantu tenaga
kesehatan dalam melakukan skrining, diagnosis, tata laksana hepatitis B,
HIV dan sifilis guna untuk mencegah transmisi dari ibu ke anak.
2. Memberikan rekomendasi bagi fasilitas kesehatan untuk menyusun
kebijakan tatalaksana setempat.

1.3 Sasaran
1. Seluruh tenaga medis di layanan kesehatan primer hinga rumah sakit yang
terlibat dalam penanganan kasus ibu hamil dengan hepatitis B, HIV dan
sifilis.
2. Penentu kebijakan kesehatan dari pihak medis dan non-medis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kemkes RI. Pedoman eliminasi penularan Human Immunodeficiency Virus
(HIV), Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2017. 2017.
2. FKM UI. FKM UI berkontribusi aktif pada triple eliminasi Hepatitis B, HIV
dan Sifilis. Online. Diakses pada 11 mei 2019 di
htpss://www.fkm.ui.ac.id/fkm-ui-berkontribusi-aktif-pada-triple-eliminasi-
hiv-sifilis-dan-hepatitis-b/.
3. Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak Pedoman Pelaksanaan pencegahan penularan HIV dan Sifilis dari
ibu ke anak bagi tenaga kesehatan. Jakarta : Kesehatan RI. 2014.
4. FK Unair. Triple Eliminasi HIV, Hepatitis B, dan Sifilis menyelamatkan
bayi dari komplikasi penyakit infeksi. Online. Diakses pada 11 mei 2019 di
http://fk.unair.ac.id/triple-eliminasi-hiv-hepatitis-b-dan-sifilis-
menyelamatkan-bayi-dari-komplikasi-penyakit-infeksi/
BAB II
SINERGISITAS POGI DALAM PROGRAM
TRIPLE ELIMINASI

Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif. Untuk memastikan sumber daya manusia
yang produktif tersebut, negara wajib menyelenggarakan upaya kesehatan yang
komprehensif bagi anak agar setiap anak sebagai generasi penerus bangsa
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sejak dalam kandungan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2016 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, negara, Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, keluarga, dan orang tua wajib mengusahakan agar anak yang
lahir terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan/atau
menimbulkan kecacatan.1
Intervensi eliminasi penularan HIV, hepatitis B dan sifilis (EMTCT) sebagi
bagian dari komponen standar pelayanan reproduksi, maternal, neonatal dan anak,
yang selama ini dilaksanakan secara terpisah, belum terkoordinasi, menyebabkan
terjadinya kesenjangan, duplikasi atau tumpeng tindih pelayanan. Hal ini juga
berdampak pada kurangnya akses yang diperoleh kaum perempuan dan
pasangannya atau keluarga. Hal ini juga menyebabkan terlewatnya peluang untuk
menggunakan sumber daya yang tersedia secara efisien dan mencegah tercapainya
hasil yang optimal. Kolaborasi dan sinergi antar program sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan aksesibilitas, efektivitas dan efisiensi intervensi EMTCT yang lebih
baik melalui pencegahan infeksi pada usia reproduksi, pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan, skrining antenatal, pengobatan dan vaksinasi pada bayi baru lahir.
Upaya Triple Eliminasi Hepatitis B, HIV dan sifilis harus mampu dilakukan secara
Bersama-sama karena infeksi ini umumnya memiliki pola penularan yang relatif
sama, yaitu melalui hubungan seksual, pertukaran/kontaminasi darah dan secara
vertical dari ibu ke anak.1,2
World Health Organization (WHO) mencanangkan eliminasi penularan
penyakit infeksi dri ibu ke anak (mother-to-child transmission) di Asia dan Pasifik
pada tahun 2018-2030. Tiga penyakit yang menjadi yang menjadi fokus adalah
HIV, hepatitis B, dan sifilis. Tiga penyakit tersebut merupakan penyakit infeksi
yang endemik di wilayah Asia dan Pasifik. Penularan penyakit tersebut ke bayi
dapat dicegah dengan imunisasi, skrining dan pengobatan penyakit infeksi pada ibu
hamil.
World Health Organization (WHO) menyarankan upaya pencegahan tersebut
dilakukan dengan pendekatan terkoordinasi untuk implementasi intervensi di
fasilitas pelayanan kesehatan. Upaya pencegahan tersebut menggunakan pelayanan
terpadu untuk ibu dan anak agar tercapai eliminasi. Upaya tersebut melibatkan
beberapa komponen pelayanan kesehatan, seperti: klinik antenatal, klinik PDP
(perawatan, dukungan, dan pengobatan) HIV, dan klinik anak.3
Sebagai bentuk tanggung jawab negara dalam menjamin kelangsungan
hidup anak maka dilakukan upaya untuk memutus rantai penularan hepatitis B, HIV
dan sifilis melalui Triple Eliminasi. Upaya Triple Eliminasi hepatitis B, HIV dan
sifilid memiliki pola penularan yang relatif sama, yaitu ditularkan melalui
hubungan seksual, pertukaran/kontaminasi darah, dan secara vertikal dari ibu ke
anak. Triple Eliminasi Hepatitis B, HIV dan sifilis Bersama-sama dilakukan untuk
memastikan bahwa sekalipun ibu terinfeksi hepatitis B, HIV dan sifilis sedapat
mungkin tidak menular ke anaknya. Oleh karena itu, diperlukan suatu pedoman
untuk mencapai Triple Eliminasi hepatitis B,

Anda mungkin juga menyukai