Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN CA COLORECTAL DENGAN

KEBUTUHAN DASAR NUTRISI DI RUANG RATNA RSUP SANGLAH

OLEH:

I GEDE ABDI SARYA PERMANA


NIM. 1502105016

KELOMPOK 7

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN DASAR PROFESI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
A. Definisi Nutrisi
Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti karbohidrat, protein,
lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan dengan kepadatan nutrisi yang rendah,
seperti alkohol atau gula, adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi rendah
nutrisi (Potter & Perry, 2010). Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan
zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan
dalam aktivitas tubuh (Alimul, 2006). Gangguan pemenuhan nutrisi adalah
pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan metabolik yang
dibutuhakan oleh tubuh (Carpenito, 2006).
B. Klasifikasi Nutrisi
Nutrisi dibedakan atas makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien merupakan
nutrisi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang banyak, misalnya: karbohidrat,
lemak, protein, dan air. Sedangkan mikronutrien merupakan nutrisi yang diperlukan
oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit, misalnya: vitamin dan mineral. Komponen
nutrisi sebagai berikut :
 Karbohidrat
Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah di setiap makanan.
Karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan
karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada dapat menyebabkan terjadi
kelaparan dan berat badan menurun. Demikian sebaliknya, apabila jumlah
kalori yang tersedia atau berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi
dapat menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Jumlah
karbohidrat yang cukup dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan,
sukrosa, sirup, tepung, dan sayur-sayuran (Alimul, 2011).
 Lemak
Merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, dan K
yang larut dalam lemak. Komponen lemak terdiri atas lemak alamiah sekitar
98% (diantaranya trigliserida dan gliserol), sedangkan 2%-nya adalah asam
lemak bebas (diantaranya monogliserida, digleserida, kolesterol, serta
fosfolipid termasuk lesitin, sefalin, sfingomielin, dan serebrosid). Lemak
merupakan sumber yang kaya akan energi dan pelindung organ tubuh
terhadap suhu, seperti pembuluh darah, saraf, organ, dan lain lain. Lemak
juga dapat membantu memberikan rasa kenyang (penundaan waktu
pengosongan lambung). Komponen lemakdalam tubuh harus tersedia dalam
jumlah yang cukup sebab kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya
perubahan kulit, khususnya asam linoleat yang rendah dan berat badan
kurang. Namun, apabila jumlah lemak pada anak terlalu banyak dapat
menyebabkan terjadi hiperlipidemia, hiperkolesterol, penyumbatan pembuluh
darah, dan lain – lain. Jumlah lemak yang cukup dapat diperoleh dari susu,
mentega, kuning telur, dagig, ikan, keju, kacang – kacangan, dan minyak
sayur (Pudjiadi, 2001).
 Protein
Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel.
Selain itu, tersedianya protein dalam jumlah yang cukup pentig untuk
pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk menjaga
keseimbangan osmotik plasma. Protein terdiri atas dua puluh empat asam
amino, diantaranya sembilan asam amino esensial (seperti treonin, valin,
leusin, isoleusin, lisin, triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin) dan
selebihnya asam amino nonesensial. Protein tersebut dalam tubuh harus
tersedia dalam jumlah yang cukup. Jika jumlahnya berlebih atau tinggi dapat
memperburuk insufisiensi ginjal. Demikian juga jika jumlahnya kurang,
maka dapat menyebabkan kelemahan, edema, bahkan dalam kondisi lebih
buruk dapat menyebabkan kwasiorkor dan marasmus. Kwasiorkor terjadi
apabila kekurangan protein dan marasmus merupakan kekurangan protein
dan kalori. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari susu, telur,
daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan paid – padian.
(Pudjiadi, 2001).
 Air
Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai
medium untuk ion, transpor nutrien dan produk buangan, serta pengaturan
suhu tubuh. Sumber air dapat diperoleh dari air dan semua makanan (Alimul,
2011).
 Vitamin
Vitamin merupakan zat organic yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit
dan akan menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak memperolehnya
dalam jumlah yang mencukupi (Asmadi, 2008). Vitamin yang dibutuhkan
tubuh antara lain sebagai berikut (Pudjiadi, 2001) :
- Vitamin A (retinol) mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi mata,
pertumbuhan tulang dan gigi, serta pembentukan maturasi epitel. Vitamin
ini dapat diperoleh dari hati, minyak ikan, susu, kuning telur, margarin,
tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
- Vitamin B kompleks (tiamin). Kekurangan vitamin dapat menyebabkan
penyakit anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema,
dan peningkatan kadar asam piruvat dalam darah. Kebutuhan vitamin ini
dapat diperoleh dari hati, daging, susu, padi, biji – bijian, kacang, dan lain-
lain.
- Vitamin B2 (riboflavin) vitamin ini harus tersedia dalam jumlah yang
cukup karena jika tidak akan menyebabkan fotofobia, penglihatan kabur,
dan gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, keju,
hati, daging, telur, ikan sayur – sayuran hijau, dan padi.
- Vitamin B12 (sianokobalamin) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan
anemia. Vitamin ini dapat diperoleh dari daging organ, ikan telur, susu, dan
keju.
- Vitamin C (asam askornat) kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan
lamanya proses penyembuhan luka. Vitamin ini dapat diperoleh dari tomat,
semangka, kubis, dan sayur – sayuran hijau.
- Vitamin D, berguna untuk mengatur penyerapan serta pengendapan
kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi permeabilitas membran usus,
juga mengatur kadar alkalin fosfatase serum. Kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan osteomalasia. Vitamin ini dapat
diperoleh dari susu, margarin, minyak sayur, minyak ikan, sinar matahari,
dan sumber ultaraviolet lain.
- Vitamin E berfungsi untuk meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A, dan
asam linoleat; disamping menstabilkan membran sel. Apabila kekurangan
vitamin ini dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah pada bayi
prematur dan kehilangan keutuhan sel syaraf. Vitamin E ini dapat diperoleh
dari minyak, biji – bijian dan kacang – kacangan.
- Vitamin K berfungsi untuk pembentukan protrombin, faktor koagulasi II,
VII, IX, dan X yang harus tersedia pada tubuh dalam jumlah yang cukup.
Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan pendarahan dan metabolisme
tulang yang tidak stabil. Vitamin ini tersedia dalam sayur – sayuran hijau,
daging, dan hati.
 Mineral
Mineral terdiri dari (Alimul,2011) :
- Kalsium
Berguna untuk pengaturan struktur tulang dan gigi, kontraksi otot,
iritabilitas saraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu.
Kalsium dapat diperoleh dari susu, keju, sayur – sayuran hijau, kerang,
dan lain – lain.
- Klorida
Berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta keseimbangan asam
dan basa. Klorida dapat diperoleh dari garam, daging, susu, dan telur.
- Kromium
Berguna untuk metabolisme glukosa dan metabolisme dalam insulin.
Kromium dapat diperoleh dari ragi.
- Tembaga
Berguna untuk produksi sel darah merah, pembentukan hemoglobin,
penyerapan besi, dan lain – lain. Tembaga dapat diperoleh dari hati,
daging, ikan padi, dan kacang – kacangan.
- Fluor
Berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan tulang sehingga jika
kekurangan fluor dapat menyebabkan karies gigi. Sumber fluor terdapat
dalam air, makanan laut, dan tumbuh – tumbuhan.
- Iodium
Kekurangan iodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Iodium dapat
diperoleh dari garam.
- Zat besi
Merupakan mineral yang menjadi bagian dari struktur hemoglobin untuk
pengangkutan CO2 dan O2. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan
anemia dan osteoporosis, sedangkan kelebihan zat besi menyebabkan
sirosis, gastritis, dan hemolisis. Zat besi dapat diperoleh dari hati, daging,
kuning telur, sayur – sayuran hijau, padi, dan tumbuh tumbuhan.
- Magnesium
Berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme karbohidrat dan sangat
penting dalam proses metabolisme. Kekurangan magnesium
menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia. Magnesium dapat
diperoleh dari biji – bijian, kacang – kacangan, daging, dan susu.
- Mangan
Berfungsi dalam aktivasi enzim. Mangan dapat diperoleh dari kacang –
kacangan, padi, biji – bijian, dan sayur – sayuran hijau.
- Fosfor
Merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang dan gigi. Kekurangan
fosfor dapat menyebabkan kelemahan oto. Fosfor dapat diperoleh dari
susu, kuning telur, kacang – kacangan, padi – padian, dan lain - lain.
- Kalium
Berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls syaraf, keseimbangan
cairan, dan pengaturan irama jantung. kalium dapat diperoleh dari semua
makanan.
- Natrium
Berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta pengaturan
keseimbangan asam, basa, dan cairan. Kekurangan natrium dapat
menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, dan hipotensi. Natrium dapat
diperoleh dari garam, susu, telur, tepung, dan lain – lain.
- Sulfur
Membantu proses metabolisme jaringan syaraf. Sulfur dapat diperoleh
dari makanan protein.
- Seng
Merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karbonik anhidrase yang
penting dalam pertukaran CO2. Seng dapat diperoleh dari daging, padi -
padian, kacang-kacangan, dan keju.

Adapun klasifikasi nutrisi sebagai berikut :


 Kurang dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu, yang tidak puasa, mengalami atau berisiko
mengalami ketidakadekuatan asupan atau metabolisme nutrien untuk
kebutuhan metabolisme dengan atau tanpa disertai penurunan berat
badan (Carpenito, 2012). Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan metabolik (Wilkinson, 2011). Kekurangan
nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakcukupan asupan nutrisi kebutuhan matabolisme (Alimul,
2006).
Tanda klinis (Alimul, 2006):
 Berat badan 10-20% dibawah normal
 Tinggi badan dibawah ideal
 Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar.
 Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
 Adanya penurunan albumin serum
 Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab (Alimul, 2006):
 Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna
kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
 Disfagia karena adanya kelainan
 Penurunan absrobsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi
laktosa.
 Nafsu makan menurun
 Lebih dari Kebutuhan Nutrisi
Kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan
berat badan yang berhubungan dengan asupan yang melebihi
kebutuhan metabolik. (Carpenito, 2012). Asupan nutrisi yang melebihi
kebutuhan metabolik. (Wilkinson, 2011). Kelebihan nutrisi
merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai
resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme
secara berlebih.
Tanda klinis (Alimul, 2006):
 Berat badan lebih dari 10% berat ideal
 Obesitas (lebih dari 20% berat ideal).
 Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada
wanita
 Adanya jumlah asupan yang berlebihan
 Aktivitas menurun atau monoton.
Kemungkinan penyebab (Alimul, 2006) :
 Perubahan pola makan
 Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman.
 Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal (Alimul, 2006).Perubahan pola
makan normal yang mengakibatkan perubahan berat badan (Taylor,
2010). Munculnya resiko perubahan pola makan normal yang
mengakibatkan peningkatan berat badan (Taylor, 2010).
 Malnutrisi
Kurang nutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan
kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai
masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan
yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya
kelemahan otot, dan penurunan energi, pucat pada kulit, membrane
mukosa , konjungtiva, dan lain–lain (Alimul, 2006).
 Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan
(Alimul, 2006).
 Anoreksia Nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan
badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi
(Alimul, 2006).
C. Pemeriksaaan Penunjang dan Diagnosis Nutrisi
Salah satu cara untuk memeriksa status gizi adalah dengan membandingkan berat
badan dengan tinggi badan atau biasa disebut Indeks Massa Tubuh (IMT). Cara
menghitung IMT adalah (Depkes RI, 2019) :
 IMT = BB (Kg)/TB2(dalam meter)
Dengan acuan hasil :
Untuk perempuan
Kurus : <17 kg/m2
Normal : 17-23 kg/m2
Kegemukan : 23-27 kg/m2
Obesitas : > 27 kg/m2
Untuk laki-laki
Kurus : <18 kg/m2
Normal : 18-25 kg/m2
Kegemukan : 25-27 kg/m2
Obesitas : > 27 kg/m2
D. Penatalaksanaan Gangguan KDM Nutrisi
a) Pemberian nutrisi melalui oral
b) Pemberian nutrisi melalui pipa lambung
c) Pemberian nutrisi melalui parenteral
(Kemenkes RI, 2018)

E. Pengkajian KDM Nutrisi


Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi
pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi:
a. Identitas
Melakukan pengkajian yang meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur,
status perkawinan, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir, tanggal
masuk, nomor register, diagnosa medis, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola
makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan
yang lebih disukai, yang dapat digunakan untuk membantu
merencanakan jenis makanan untuk sekarang dan rencana makanan
untuk masa selanjutnya.
- Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat dilakukan
pengkajian
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien bercerita tentang riwayat penyakit, perjalanan dari rumah
ke rumah sakit
- Riwayat Penyakit Dahulu
Data yang diperoleh dari pasien, apakah pasien mempunyai
penyakit di masa lalu maupun sekarang
- Riwayat Penyakit Keluarga
Data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien,
apakah keluarga ada yang memiliki riwayat penyakit menurun
maupun menular.
c. Tingkat Aktifitas sehari-hari
Pola Istirahat /Tidur
- Waktu tidur
Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum sakit dan
dilakukan di rumah, waktu tidur yang diperlukan oleh pasien
untuk dapat tidur selama di rumah sakit.
- Waktu bangun
Waktu yang diperlukan untuk mencapai dari suatu proses
NERM ke posisi yang rileks, waktu bangun dapat dikaji pada
saat pasien sebelum sakit dan pada saat pasien sudah di rumah
sakit.
- Masalah tidur
Apa saja masalah-masalah tidur yang dialami oleh pasien pada
saat sebelum sakit dan pada saat sudah masuk di rumah sakit
- Hal-hal yang mempermudah tidur
Hal-hal yang dapat membuat pasien mudah untuk dapat tidur
secara nyenyak
- Hal-hal yang mempermudah pasien terbangun
Hal-hal yang menyangkut masalah tidur yang menyebabkan
pasien secara mudah terbangun.
Pola Eliminasi
- Buang Air Kecil
Berapa kali dalam sehari, adakah kelainan, berapa banyak,
dibantu atau secara mandiri
- Buang Air Besar
Kerutinan dalam eliminasi alvi setiap harinya, bagaimanakah
bentuk dari BAB pasien (encer, keras, atau lunak)
- Kesulitan BAK / BAB
Kesulitan-kesulitan yang biasanya terjadi pada pasien yang
kebutuhan nutrisinya kurang, diet nutrisi yang tidak adekuat
- Upaya mengatasi BAK / BAB
Usaha pasien untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pola
eliminasi
Pola Makan dan Minum
- Jumlah dan jenis makanan
Seberapa besar pasien mengkonsumsi makanan dan apa saja
makanan yang di konsumsi
- Waktu pemberian makanan
Rentang waktu yang diperlukan pasien untuk dapat
mengkonsumsi makanan yang di berikan
- Jumlah dan jenis cairan
Berapakah jumlah dan apasajakah cairan yang bisa dikonsumsi
oleh pasien yang setiap harinya di rumah maupun dirumah sakit
- Waktu pemberian cairan
Waktu yang di butuhkan pasien untuk mendapatkan asupan
cairan
- Masalah makan dan minum
Masalah-masalah yang dialami pasien saat akan ataupun setelah
mengkonsumsi makanan maupun minuman
Kebersihan Diri / Personal Hygiene
- Pemeliharaan badan
Kebiasaan pasien dalam pemeliharaan badan setiap harinya
mulai dari mandi, keramas, membersihkan kuku dan lain-lain
- Pemeliharaan gigi dan mulut
Rutinitas membersihkan gigi, berapa kali pasien menggosok
gigi dalam sehari
- Pola kegiatan lain
Kegiatan yang biasa dilakukan oleh pasien dalam pemeliharaan
badan
Data Psikososial
- Pola komunikasi
Pola komunikasi pasien dengan keluarga atau orang lain, orang
yang paling dekat dengan pasien
- Dampak di rawat di Rumah Sakit
Dampak yang ditimbulkan dari perawatan di Rumah Sakit
Data Spiritual
- Ketaatan dalam beribadah
- Keyakinan terhadap sehat dan sakit
- Keyakinan terhadap penyembuhan
(Alimul, 2006)
PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran
Composmentis, somnolen, koma, delirum
b. Tanda-tanda vital
Ukuran dari beberapa kriteria mulai dari tekanan darah, nadi, respirasi, dan
suhu
c. Pemeriksaan Kepala
Pada kepala yang dapat kita lihatadalah bentuk kepala, kesimetrisan,
penyebaran rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut
d. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : adakah sianosis, bentuk dan struktur wajah
e. Pemeriksaan Mata
Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dan
kesimetrisan
f. Pemeriksaan Hidung
Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan cuping hidung,
keadaan membrane mukosa dari hidung
g. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi yang akut
atau kronis
h. Pemeriksaan Leher
Inspeksi : adakah kelainan pada kulit leher
Palpasi : palpasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau bengkok),
adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembendungan vena jugularis
i. Pemeriksaan Integumen
Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada kulit,
tekstur, warna kulit
j. Pemeriksaan Thorax
Inspeksi dada, bagaimana bentuk dada, bunyi normal
k. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi: mendeteksi letak jantung, apakah ada pembesaran
jantung
Perkusi : mendiagnosa batas-batas diafragma dan abdomen
Auskultasi : bunyi jantung I dan II
l. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bagaimana bentuk abdomen (simetris, adakah luka, apakah ada
pembesaran abdomen)
Auskultasi : mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 kali dalam 1 menit
Perkusi : apakah ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak), lambung
(timpani)
Palpasi : adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan palpasi
m. Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi : keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis, warna dari
kulit disekitar genetalia
Palpasi : adakah benjolan, adakah nyeri saat di palpasi
n. Pemeriksaan Anus
Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada anus
o. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Kesimetrisan otot, pemeriksaan abdomen, kekuatan otot, kelainan pada
anus
p. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran atau meninggal ringan, syaraf otak, fungsi motorik,
fungsi sensorik
q. Pemeriksaan Status Mental
Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan bahasa,
dan motivasi
r. Pemeriksaan Tubuh Secara Umum
Kebersihan, normal, postur
s. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, hemoglobin,
glukosa, elektrolit, dan lain-lain.
(Alimul, 2006)
F. Pengkajian pada Pasien Ca Colorectal
 Aktivitas/istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada
abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan
pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur.
 Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan: perubahan
pada tekanan darah.
 Integritas ego
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stress ( misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religius/ spiritual)
Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi,
cacat, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak merasakan, rasa bersalah, kehilangan.
Tanda : Kontrol, depresi.
Menyangkal, menarik diri, marah.
 Eliminasi
Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada
defekasi pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana
kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara
pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan
yang menyertainya. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan di
rumah.
Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik
dengan observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan faeces.
Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase, asites,
pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra
klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan
colok dubur.
 Makanan/cairan
Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak
dan komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu
makanan, ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah,
nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun.
Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema
 Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur
sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.
 Nyeri/kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
 Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang perokok).
Pemajanan asbes
 Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari
lama/berlehihan.
Tanda: Demam.
Ruam ku1it, ulserasi
 Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan perubahan pada
tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun
Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes
genital.
 Interaksi sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
 Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan,
atau bantuan)
Masalah tentang fungsi/ tanggungjawab peran penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan
kanker payudara
 Riwayat pengobatan
Pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang
diberikan.

 Pemeriksaan Fisik
 Kepala : kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi atau kotor. Rambut
mudah patah saat dicabut, hitam tanpa uban, dan bersih.
 Mata : mata klien secara umum normal, bentuk simetris, konjungtiva
tampak anemis, sklera tidak ikterik, pupil dapat merespon terhadap
cahaya, palpebra normal, tidak ada oedema. Lensa mata normal, jernih,
visus mata kanan dan kiri normal. Tampak garis kehitaman pada kelopak
mata klien bagian bawah.
 Hidung : Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, polip, epistaksis,
gangguan indera pencium, atau secret.
 Mulut : Mulut klien normal, dimana gigi klien normal, tidak ada lubang,
dan tidak ada gigi palsu. Bibir klien kering, tidak stomatitis, dan tidak
sianosis. Gusi klien berwarna merah, lidah klien tampak kotor.
 Telinga : telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada gangguan
pendengaran.
 Leher : leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku
kuduk, tidak ada hematoma, tida ada lesi.
 Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri tekan, tidak hipremis, dan tidak
ada pembesaran tonsil.
 Dada : bentuk dada klien normal
 Pulmo : Inspeksi : pengembangan dada simetris. Palpasi : Fremitus taktil
kanan sama dengan kiri. Perkusi : pulmo kanan dan kiri sonor. Auskultasi :
vesikuler pada pulmo kanan dan kiri
 Cor : Inspeksi: ictus cordis tidak nampak. Palpasi : Ictus cordis teraba pada
mid clavicula sic 5, Perkusi : menunjukkan batas jantung normal.
 Auskultasi : Bunyi jantung I (SI) di ruang intercosta V sebelah kiri, Bunyi
jantung II (SII) di ruang intercosta II sebelah kanan, Bunyi jantung III
(SIII) tidak ada, murmur tidak ada.
 Abdomen : inspeksi : bentuk agak cembung. Palpasi : adanya nyeri tekan
pada perut bawah. Auskultasi : peristaltik permenit.
 Genetalia : Laki-laki : normal, tidak ada perdarahan.
 Rektum : Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada
tumor.
 Ekstremitas :
atas : Kekuatan otot ka/ki : 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif
bawah : kekuatan otot ka/ki: 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif
G. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
H. Patofisiologi Ca Colorectal
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi
dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi,
kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar
dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh
minuman yang beralkohol, khususnya bir. Kanker kolon dan rektum terutama
berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam
usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang
kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan
meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar,
tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai
striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi
rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum
dan kolon asendens. Tumor dapat menyebar melalui :
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam
kandung kemih (vesika urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe
perikolon dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon
mengalirkan darah balik ke sistem portal.
(Guyton & Hall, 2007)

I. Pathway KDM Nutrisi pada Pasien dengan Ca Colorectal

Penurunan peristaltik

Penurunan vitamin, lemak, air, natrium, dan


klorida

Iritasi mukosa kolon

Kegagalan proliferasi normal

Kolonosit

Adenomatosa

Kanker colorectal

Kolostomi

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
J. Nursing Care Plan

NO TUJUAN & KRITERIA


DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Manajemen Nutrisi NIC Label : Manajemen Nutrisi
keperawatan selama ... x
nutrisi kurang dari 1. Tentukan jumlah kalori dan 1. Memonitor jumlah asupan
24 jam diharapkan mual
kebutuhan tubuh pasien berkurang dengan jenis nutrisi yang dibutuhkan kalori dan jenis nutrisi
kriteria hasil/evaluasi :
berhubungan oleh pasien untuk memenuhi 2. Menciptakan suasana yang
NOC Label : Status
dengan intake kebutuhan gizi mendukung dalam
Nutrisi
makanan yang 2. Ciptakan lingkungan yang menkonsumsi makanan
1. Asupan makanan dan
kurang. optimal pada saat 3. Memantau asupan nutrisi
cairan dari skala 2
mengkonsumsi makanan 4. Mengawasi naik turunnya
(banyak menyimpang
3. Monitor kalori dan asupan berat badan
dari rentang normal)
makanan pasien
ditingkatkan menjadi
4. Monitor kecenderungan
skala 4 (sedikit
terjadinya kenaikan atau
menyimpang dari
penurunan berat badan pada
rentang normal)
pasien
A. Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1. Ketidakseimbangan nutrisi S : pasien mengatakan nafsu makan
kurang dari kebutuhan tubuh meningkat dan badan tidak terasa lemas
berhubungan dengan intake O :- klien makan 3x sehari
makanan yang kurang. - klien menghabiskan satu porsi
makanan dari rumah sakit
- BB naik 0,5 kg dari 58 menjadi 58,5
A : masalah kebutuhan nutrisi kurang
dapat teratasi sebagian
P : lanjutkan diet makanan sehat dan
pantau asupan nutrisi untuk pasien
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Hidayat. (2006). Pengantar KDM dan Proses Keperawatan Buku 2.


Jakarta: Salemba Medika.
Alimul, Hidayat. (2011). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Asmadi.(2008). Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta:Salemba Medika
Carpenito, L.J. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.13.Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2019). Indeks massa tubuh. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/
(Diakses pada 19 Juli 2019).
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC
Kemenkes RI. (2018). Dietetik penyakit tidak menular. Diunduh dari
http://bppsdmk.kemkes.go.id/(Diakses pada 20 Juli 2019).
Perry & Potter. (2010). Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan Buku
3 Ed.7.Jakarta:EGC
Pudjiadi, S. (2001) Ilmu Gizi Klinis pad a Anak, Jakarta:Fakultas
kedokteranUniversitas Indonesia.
Taylor. (2010). Diagnosis keperawatan dengan rencana asuhan. Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Wilkinson, J. (2011). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai