Anda di halaman 1dari 8

BORANG PORTOFOLIO NON BEDAH

Nama Peserta: dr. Risnawati


Nama Wahana: RS Tk. II Pelamonia Makassar
Topik: Bronkopneumonia
Tanggal (Kasus): 15 Juli 2019
Nama Pasien: An. W A No. RM: 612778
Tanggal Presentasi: 1 Agustus 2019 Pendamping: dr. Asniwati A. Malkab
Tempat Presentasi: RS Tk. II Pelamonia Makassar
Objek Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Pasien anak perempuan, 2 tahun 2 bulan MRS Tk. II Pelamonia keluhan sesak sejak 5 jam
sebelum masuk rumah sakit. Pasien menderita batuk lendir serta pilek sejak 3 hari yang lalu.
Pasien juga demam naik turun sejak 3 hari SMRS, tidak menggigil, tidak mengalami kejang.
Pasien tidak mengalami mual serta muntah. BAK dengan jumlah cukup, warna kuning. BAB
tidak mengalami gangguan, konsistensi padat. Riwayat minum obat paracetamol.
Tujuan: menegakkan diagnosis kasus medik dan memberikan pertolongan pertama sesuai
kompetensi serta melakukan rujukan yang tepat
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
Bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan e-mail Pos
Membahas: diskusi

Data Pasien: Nama: An. WA No. Registrasi: 615419


Nama Klinik: RS Tk. II Pelamonia Makassar
Data Utama Untuk Bahan Diskusi:
Diagnosis/Gambaran Klinis:
Pasien anak perempuan, 2 tahun 2 bulan MRS Tk. II Pelamonia keluhan sesak sejak 5 jam
sebelum masuk rumah sakit. Pasien menderita batuk lendir serta pilek sejak 3 hari yang lalu.
Pasien juga demam naik turun sejak 3 hari SMRS, tidak menggigil, tidak mengalami kejang.
Pasien tidak mengalami mual serta muntah. BAK dengan jumlah cukup, warna kuning. BAB
tidak mengalami gangguan, konsistensi padat. Riwayat minum obat paracetamol.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan frekuensi pernapasan 40x/menit, inspeksi terdapat retraksi
dinding dada, palpasi taktil fremitus meningkat pada kedua sisi kanan dan kiri, perkusi sonor
seluruh lapangan paru, dan auskultasi terdengar ronkhi basah pada kedua daerah lobus bawah
paru kiri. Kedua konjuctiva tampak anemis, dan turgor menurun. Status gizi pasien juga kesan
gizi cukup dengan berat badan 11 kg.
Riwayat Pengobatan:
Riwayat minum obat paracetamol
Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Riwayat penyakit lain (-).
Riwayat Keluarga:
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-).

1
BORANG PORTOFOLIO NON BEDAH

Lain-lain:
Riwayat Imunisasi: Ibu pasien mengatakan telah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai
jadwal imunisasi.
Daftar Pustaka:
1. IDAI. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I 2012. Badan Penerbit IDAI.
Jakarta. 20012. Halaman 351-358.
2. Latief A. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit standar WHO. Jakarta: Depkes; 2009.
3. Matondang, Cory dkk. Diagnosis Fisik pada Anak edisi II. CV Sagung Seto, Jakarta. 2003
4. Bennet NJ, Steele RW. Pediatric pneumonia [internet]. USA: Medscape LLC.; 2014
[Disitasi 2014 Sep 17]. Tersedia dari: http://emedicine.medscape.com/article/967822-
medication
5. Rahajoe, Nastini N. Buku ajar respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;
2010.
6. Mason RJ, Broaddus VC, Martin T, King TE, Schraugnagel D, Murray JF, et al. Murray
and Nadel’s text book of respiratology medicine volume 1. Edisi ke-1. Netherland:
Elseiver Saunders; 2005.
Hasil Pembelajaran:
1. Menegakkan diagnosis bronkopneumonia.
2. Memberikan penanganan primer pada pasien dengan diagnosis bronkopneumonia.
3. Mekanisme terjadinya gejala yang ditemukan pada bronopneumonia.
4. Melakukan rujukan ke dokter spesialis anak untuk penanganan pasien lebih lanjut.

2
BORANG PORTOFOLIO NON BEDAH

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif
Pasien anak perempuan, 2 tahun 2 bulan MRS Tk. II Pelamonia keluhan sesak sejak 5 jam
sebelum masuk rumah sakit. Pasien menderita batuk lendir serta pilek sejak 3 hari yang lalu.
Pasien juga demam naik turun sejak 3 hari SMRS, tidak menggigil, tidak mengalami kejang.
Pasien tidak mengalami mual serta muntah. BAK dengan jumlah cukup, warna kuning. BAB
tidak mengalami gangguan, konsistensi padat. Riwayat minum obat paracetamol.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan frekuensi pernapasan 40x/menit, inspeksi terdapat retraksi
dinding dada, palpasi taktil fremitus meningkat pada kedua sisi kanan dan kiri, perkusi sonor
seluruh lapangan paru, dan auskultasi terdengar ronkhi basah pada kedua daerah lobus bawah
paru kiri. Kedua konjuctiva tampak anemis, dan turgor menurun. Status gizi pasien juga
kesan gizi cukup dengan berat badan 11 kg.
2. Objektif
PEMERIKSAAN FISIS
 SP: SS/GB/CM, BB = 11 kg (Status Gizi Cukup) = -3SD
 GCS = 15 E4M6V5
 HR = 104x/menit P = 40 x/menit, S = 38,20C
 Pemeriksaan regional:
 Kepala : dalam batas normal
 Hidung : pernapasan cuping hidung
 Leher : dalam batas normal
 Thorax:
 Inspeksi : Bentuk simetris dengan perbandingan anteroposterior:lateral kanan
kiri=2:1, terdapat retraksi dinding dada
 Palpasi : tactil fremitus meningkat pada kedua sisi kanan dan kiri.
 Perkusi : sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : ronchi basah halus pada kedua daerah lobus bawah paru
 Jantung: dalam batas normal
 Abdomen: kembung, peristaltik (+) kesan Normal
 Ekstremitas: dalam batas normal
 Genitalia: tidak dilakukan pemeriksaan
 Pemeriksaan fisis neurologis dalam batas normal.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Thoraks PA

Bercak Infiltrat tersebar pada kedua lapangan paru


Kesan : Bronkopneumoni Bilateral

3
BORANG PORTOFOLIO NON BEDAH

 Darah Rutin dan LED (24 Juli 2019)

Pemeriksaan Hasil Kadar normal


WBC 22.26 x 103/uL 5.00-17.5 103/uL
Ht 40% 34-46%
RBC 5.35x103/uL 3.40-5.20 106/uL
PLT 550 x 103/uL 150-450 103/uL
LED 13 mm/jam 0-20 mm/jam

 Hasil SpO2 : 98%


3. Assessment
Pneumonia merupakan infeksi yang mengenai parenkim paru. Bronkopneumonia
disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan benda-benda asing. Bronkopneumonia didefinisikan sebagai peradangan
akut dari parenkim paru pada bagian distal bronkiolus terminalis dan meliputi bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli.1
Berdasarkan data WHO, kejadian infeksi pneumonia di Indonesia pada balita
diperkirakan antara 10-20% pertahun. Insiden penyakit ini pada Negara berkembang
termasuk indonesia hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan risiko
kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari
seluruh penyakit pada anak di bawah umur 2 tahun. Insiden pneumonia pada anak ≤5
tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang
10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian pertahun
pada anak balita dinegara berkembang.2
Gejala Klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam
kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan dirumah
sakit. Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah
imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis
yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur
diagnostic invasive, etiologi noninfeksi yang relative lebih sering, dan faktor patogenesis.
Disamping itu, kelompok usia pada anak merupakan faktor penting yang menyebabkan
karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu dipertimbangkan dalam tatalaksana
pneumonia.3
Bronkopneumoni biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris bagian atas selama
beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat celcius dan kadang
disertai kejang karena demam tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu pernapasan cepat dan
dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang
disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tetapi
setelah beberapa hari, mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan :
a. Inspeksi : pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi
4
BORANG PORTOFOLIO NON BEDAH

sela iga.
b. Palpasi : fokal fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit
c. Perkusi : Sonor memendek sampai beda
d. Auskultasi : Suara pernafasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai ronki basah
halus sampai sedang.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang
terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.3
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit
dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal
atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri
leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung
jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED.3
Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Kelainan foto rontgen toraks pada
pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis. Umumnya pemeriksaan
yang diperlukan untuk menunjang diagnosis pneumonia hanyalah pemeriksaan posisi AP.4
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari:4
a. Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,
peribronchial cuffing dan hiperaerasi
b. Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram. Konsolidasi
dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris atau terlihat sebagai
lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbatas yang tidak terlalu
tegas dan menyerupai lesi tumor paru disebut sebagai round pneumonia
c. Bronkopneumonia ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru berupa
bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial
Diagnosis5
Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis. Dari anamnesa didapatkan gejala non
respiratorik dan gejala respiratorik. Dasar diagnosis tergantung umur, beratnya penyakit
dan jenis organisme penyebab. Pada bayi/anak kecil (balita) pemeriksaan auskultasi sering
tidak jelas, maka nafas cepat dan retraksi/tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
dipakai sebagai parameter. Kriteria nafas cepat, yaitu :
 Umur < 2 bl : ≥ 60x/menit
 2 bl-< 12 bl : ≥ 50x/menit
 12 bl-5 th : ≥ 40x/menit
 ≥ 5 tahun : ≥ 30x/menit
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi melalui
kultur, karena pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan
kuman penyebab tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan
pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut
bronkopneumonia dibedakan berdasarkan :
 Bronkopneumonia sangat berat : Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup
minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
 Bronkopneumonia berat : Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih
5
BORANG PORTOFOLIO NON BEDAH

sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
 Bronkopneumonia : Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat : >
60 x/menit pada anak usia < 2 bulan, > 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun,
> 40 x/menit pada anak usia 1 – 5 tahun.
 Bukan bronkopenumonia : Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti
diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.
Selain kriteria diagnosis diatas, dapat juga digunakan kriteria berikut, ditegakkan bila
ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :
 Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
 Demam tinggi atau Hiperpireksia.
 Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
 Foto thorax menunjukkan adanya infiltrat berupa bercak-bercak (bronko) difus
merata (lober) pada satu atau beberapa lobus
 Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
Penatalaksanaan6
Penatalaksanaan pada pasien ini, yaitu terapi suportif berupa pemberian O2 1 L/menit
sudah tepat. Oksigen diberikan untuk mengatasi hipoksemia, menurunkan usaha untuk
bernapas, dan mengurangi kerja miokardium. Oksigen penting diberikan kepada anak yang
menunjukkan gejala adanya tarikan dinding dada (retraksi) bagian bawah yang dalam;
SpO2 <90%; frekuensi napas 60 x/menit atau lebih; merintih setiap kali bernapas untuk
bayi muda; dan adanya head nodding (anggukan kepala). Pemberian Oksigen melalui
nasal pronge yaitu 1- 2 L/menit atau 0,5 L/menit untuk bayi muda.
Untuk kebutuhan cairan, sesuai dengan berat badan yaitu 11 Kg, sehingga pasien
diberikan cairan D5 melalui mikrodrip infus dengan 15 tetes per menit. D5 terdiri dari 100
cc D5% dengan 25 cc NaCl, dimana kandungan dekstrosa 50 g (200 kkal), Na 38,5
mEq/L, Cl 38,5 mEq/L, Ca 200 mg/dL, dan total Osm 353. Sedangkan untuk mengatasi
demamnya pasien diberikan antipiretik parasetamol intravena yang diberikan selama
pasien demam. Dosis yang digunakan adalah 10-15 mg/kgBB/kali pemberian. Dapat
diulang pemberiannya setiap 4-6 jam.
Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis.
Pada kasus ini, dipilih antibiotik ceftriaxon yang merupakan antibiotik sefalopsorin
generasi ketiga dengan aktivitas yang lebih luas terhadap bakteri gram negatif. Dosis
cefotaxime yaitu 25-50 mg/KgBB/hari, dalam dua dosis pemberian. Antibiotik cefotaxime
diberikan sebanyak 350 mg dua kali sehari secara intra vena.
4. Plan
Diagnosis: Bronkopneumonia
Terapi:
 Anjuran opname di Ruangan RPI
 O2 1-2 lpm via nasal kanul
 Nebulizer combivent
 IVFD Dextrose 5% 15 tpm mikrodrips
 Inj. Ceftriaxon 350mg/12jam/iv
 Inj. Dexametason 1 mg/8jam/iv

6
BORANG PORTOFOLIO NON BEDAH

 Inf. Paracetamol 80mg/8jam/iv


 Ambroxol syr 3x1/2 cth
 Little U syr 1x1/2 cth
Konsultasi: perlu dilakukan konsultasi ke dokter spesialis anak.
Rujukan: pada kasus ini, rujukan tidak perlu dilakukan karena kondisi pasien yang relatif
stabil serta masih dapat ditindaklanjuti menggunakan sarana dan prasarana yang ada.
Kontrol: pantau tanda-tanda vital dan hidrasi yang adekuat, observasi gangguan bersihan
jalan napas.
Prognosis: Dubia ad Bonam

Makassar, Agustus 2019

Peserta, Pendamping,

dr. Risnawati dr. Asniwati A. Malkab


7
BORANG PORTOFOLIO NON BEDAH

Anda mungkin juga menyukai