Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

THYPOID

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah Metodologi Keperawatan fasilitator : Novita Surya Putri,S,Kep. Ns

Disusun Oleh :

Rudi Kurniawan ( 201601028 )


Siti Nur Fatimah ( 201601029 )
Tony Oktareza Putra ( 201601030 )
Yenni Nurita Sari ( 201601031 )
Yuliana Fransiska ( 201601032 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2017
A. DEFINISI
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella thyposa. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang terinfeksi kuman salmonella (Haryono,
2012).
Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella parathypi A,B,C ( Syaifullah Noer, 2010).
Thypoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala
sistemik yang disebabkan oleh salmonella thyposa, salmonella thypi A,B,C (Mansoer
Orief.M.2010).

B. ETIOLOGI
Etiologi dari thypoid adalah salmonella thypi atau salmonella thyposa, basil
gram negatif yang bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora ( Suriyadi,
Yuliani Rita, 2009).
Salmonella thyposa, basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getar dan tidak
berspora, masa inkubasi 10-20 hari dan hanya didapatkan pada manusia. Penularan
penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Ada dua sumber penularan salmonella thypi yaitu pasien dengan demam
thypoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam
thypoid dan masih terus mengekresi salmonella thypi dalam tinja dan air kemih
selama lebih dari 1 tahun.

C. GAMBARAN KLINIS
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa.
Masa tunas 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi melalui makanan,
sedangkan melalui minuman yang terlama 30 hari.
Gambaran klinis yang biasa ditemukan adalah :
1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten
dan suhu tidak tinggi sekali
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat bau nafas tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(regaden). Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung
(meteorismus).
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis
sampai somnolen, jarang terjadi stupor, koma atau gelisah (kecuali
penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
D. PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F
yaitu Food(makanan), Fingers (jari tangan atau kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat)
dan Feses.
Feses dan muntah pada penderita thypoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap di makanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperlihatkan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang sehat melalui
mulut kemudian kuman masuk kedalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan
oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Didalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk
kedalam aliran darah dan mencapai ke sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel tersebut
kemudian melepaskan kuman kedalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi demam thypoid dapa dibagi atas dua bagian yaitu :
1. Komplikasi Intestinal
a. Pendarahan usus : Dapat terjadi pada saat demam masih tinggi, ditandai
dengan suhu mendadak turun, nadi meningkat atau cepat dan kecil, tekanan
darah menurun.
b. Perfurasi usus : Komplikasi ini dapat terjadi pada minggu ketiga dan suhu
sudah turun
2. Komplikasi Ekstraintestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : Kegagalan sirkulasi (rejantan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : Anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia
hemolitik.
c. Komplikasi paru : Pneumonia, empiema, dan pleuritis
d. Komplikasi hepar dan kandung empedu : Hepatitis, kolesistisis
e. Komplikasi ginjal : Glomerulus nefritis, pyelonefritis, perinepritis

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan darah terapi
1. Terdapat gambaran leukopenia
2. Limpositosis relatif
3. Ameosinofila pada permulaan sakit
4. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Pemeriksaan ini pada demam thypoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya thypoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam thypoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam thypoid.
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutini yang bersifat spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam klien
dengan thypoid juga terdapat pada orang yang pernah di vaksinasikan.
Nilai widal biasanya angka kelipatan :
1. 1/32
2. 1/64
3. 1/160
4. 1/320
5. 1/640
Biasanya peningkatan nilai uji widal 4x (selama 2-3 minggu) dinyatakan
(+). Nilai 1/160 masih dilihat terlebih dahulu dalam 1 minggu kedepan
apakah ada kenaikan nilai. Jika ada maka dinyatakan (+), dan jika 1x
pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640 langsung dinyatakan (+).

G. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
a. Pasien di istirahatkan selama 7 hari sampai demam turun atau bahkan 14 hari
untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila
ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein
b. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari
3. Pengobatan
a. Klorampenikol
b. Tiampenikol
c. Kotrimoxazol
d. Amoxilin dan ampiallin
H. PATHWAY

Salmonella typhi

Sebagiaan di Masuk ke saluran cerna melalui


musnahkan di lambung makanan dan minuman

Peningkatan produksi Peredangan pada saluran


asam lambung cerna

Merangsang pelepasan zat


Mual, muntah
pirogen oleh leokosit

Penurunan nafsu Zat pirogen beredar dalam


makan darah

Berat badan menurun Hipotalamus

Merespon dengan
Nutrisi kurang dari
meningkatnya suhu tubuh
kebutuhan tubuh

Demam THYPOID

Inlfamasi kuman Bed rest


Peningkatan suhu pada usus halus
tubuh

Illeum terminalis kelemahan


Hipertermi

Ileum terminalis
Intoleransi aktivitas

Sebagian menetap dan


hidup di illeum terminalis

Tubuh kehilangan Perdarahan dan perforasi


banyak cairan

Kekurangan volume cairan


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENDERITA THYPOID

PENGKAJIAN, Meliputi :

a. Riwayat kesehatan sekarang


Klien dari rumah mengatakan panas, panas naik turun dan panas tingginya
pada malam hari. Kemudian klien dibawa keluarganya ke praktek bidan swasta dan
diberikan terapi obat-obatan paracetamol, tetapi setelah beberapa hari tidak kunjung
sembuh. Kemudian keluarga klien membawa klien ke rumah sakit, tepatnya di UGD
RSUD Blambangan Banyuwangi tanggal 26 Agustus 2017 jam 16.30 dengan keluhan
panas sejak 10 hari yang lalu. Panas naik turun dan panas tingginya pada malam hari
disertai mual muntah. Kemudian dari UGD diberi obat-obatan dan dianjurkan untuk
rawat inap di RPD 2, kemudian pada tanggal 26 Agustus 2017 jam 17.15, klien
dibawa ke RPD 2. Pada saat pengkajian, tanggal 28 Agustus 2017 jam 14.30, klien
mengatakan badannya panas, panas naik turun dan panas tingginya pada malam hari.
b. Riwayat kesehatan sebelumnya
Klien mengatakan klien tidak punya penyakit masa lalu atau menular.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarga klien tidak mempunyai penyakit keturunan, dan menular
seperti penyakit jantung, DM, TBC, hepatitis.
d. Riwayat psikososial
Klien nampak cemas dan gelisah
e. Pola fungsi kesehatan
Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya nafsu makan pasien berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus
f. Pola istirahat dan tidur
Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada
perutnya, mual dan muntah, bahkan diare.
g. Pemeriksaan fisik yang terdiri dari :
1. Keadaan umum
Bagaimana keadaan pasien apakah letih, lemah atau sakit berat
2. Tanda-tanda vital
Bagaimana suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah pasien
3. Kepala
Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala
4. Wajah
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis atau tidak, serta ikterik
atau tidak, keadaan pupil, palpebra, dan apakah ada gangguan dalam
penglihatan
5. Hidung
Bentuk hidung, keadaan bersih atau tidak, ada atau tidaknya sekret pada
hidung, serta cairan yang keluar, ada sinus atau tidak dan apakah ada
gangguan dalam penciuman
6. Mulut
Bentuk mulut, membran mukosa kering atau lembab, lidah kotor atau tidak,
apakah ada kemerahan atau tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam
menelan
7. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena
jugularis
8. Thoraks
Bagaimana bentuk dada, simetris atau tidak, kaji pola pernapasan, apakah ada
wheezing atau ronchi, apakah ada gangguan pada pernapasan
9. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering atau tidak, apakah ada nyeri
tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lalu pemeriksaan bising
usus, apakah terjadi peningkatan bising usus atau tidak.
10. Genetalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin, warna rambut
kelamin
11. Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh atau tidak, turgor kulit kering atau tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas
12. Ekstremitas
Apakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot, serta kelainan
bentuk

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan infeksi salmonella thypii
2. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan atau bed rest
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tubuh banyak kehilangan
banyak cairan
4. INTERVENSI
DX 1
1. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
suhu tubuh normal.
2. Kriteria hasil : Suhu tubuh normal 36,5 – 37,5
3. Intervensi : a. Observasi suhu tubuh klien
R/ mengetahui perubahan suhu tubuh
b. Beri kompres dengan air hangat ( air biasa ) pada daerah aksila,
lipat paha, temporal, bila terjadi panas
R/ melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah
c. Anjurkan untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap
keringat seperti katun.
R/ menjaga kebersihan badan
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik
R/ menurunkan panas dengan obat

DX 2
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diarapkan
nutrisi terpenuhi
2. Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi terpenuhi, nafsu makan meningkat, berat
badan naik
3. Intervensi : a. Kaji pola nutrisi pasien
R/ mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturann
waktu makan
b. Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai
R/ meningkatkan Status makanan yang disukai dan menghindari
pemberian makanan yang tidak disukai
c. Anjurkan tirah baring/ pembatasan aktifitas selama fase akut
R/ penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh
d. Timbang berat badan setiap hari
R/ mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan
e. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
R/ mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
R/ mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan
makanan yang tidak boleh dikonsumsi

DX 3
1. Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
dapat beraktifitas secara optimal
2. Kriteria hasil : Mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri
3. Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas makan dan minum
R/ untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi
b. Dekatkan keperluan klien dalam jangkauannya
R/ untuk mempermudah klien dalam melakukan aktivitas
c. Motivasi klien untuk istirahat total
R/ supaya klien dapat mengurangi aktivitas
d. Anjurkan klien untuk istirahat total
R/ supaya tidak kambuh lagi
e. Ciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan gerakan
otot secara berkala sesuai dengan indikasi
DX 4
1. Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 3x24 jam diarapkan
kebutuhan cairan dalam tubuh dapat terpenuhi
2. Kriteria hasil : Kebutuhan cairan dalam tubuh dapat terprnuhi, intake dan
output balance
Intervensi :
a. Mengobservasi derajad dehidrasi, frekwensi, jumlah karakteristik BAB
Hasil : BAB ± 5x/m konstensi encer
b. Anjurkan pada keluarga untuk memberi minum sesering mungkin
Respon : mencegah dehidrasi
DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan medical bedah sistem pencernaan. Yogyakarta : gosyen
publishing.
Syaifullah, Noer. 2010. Perawatan pasien penyakit dalam. Yogyakarta : Diva press
Mansoer, Orief, M. 2010. Laporan pendahuluan Edisi IV EGC, Jakarta : FKUI
Suriadi, Yuliani Rits. 2009. Medical bedah untuk mahasiswa. Yogyakarta : gosyen
publishing

Anda mungkin juga menyukai