doc
2. hal pengesahan ros.pdf
3. Kata Pengantar.doc
4. Daftar Isi.doc
5. Abstrak.doc
6. BAB I.doc
7. BAB II dan III.doc
8. matrik ros hal 1.pdf
9. matrik ros hal 2.pdf
10. Laporan Mingguan SMAGO ROSITA FIX.docx
11. SILABUS MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESI1 KELAS X.docx
12. RPP Mengenal Manusia Purba FIX.docx
13. RPP Pola Hunian.docx
14. RPP Asal Usul Nenek Moyang.docx
15. RPP Teknologi Praaksara.docx
16. ULANGAN HARIAN 1 KISI KISI.docx
17. ULANGAN HARIAN 1 SOAL.docx
ANALISIS UH 1 SEJARAH Kelas MIPA 1.pdf
ANALISIS UH 1 SEJARAH Kelas MIPA 2.pdf
ANALISIS UH 1 SEJARAH Kelas MIPA 3.pdf
LAPORAN PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN
SMA NEGERI 1 GODEAN
KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh :
(12406241014)
2015
PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
SMA NEGERI 1 GODEAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Rasa syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan dan nikmat yang tiada batas kepada setiap manusia, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)
dengan lancar.
Penulisan laporan PPL ini merupakan salah satu dari beberapa program yang
dilakukan dalam PPL yang wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa Universitas
Negeri Yogyakarta program S1-Kependidikan. Program PPL dilaksanakan selama 1
bulan dari tanggal 10 Agustus sampai 12 September 2015 di SMA Negeri 1 Godean.
Laporan PPL ini terdiri dari semua program kegiatan yang telah dilaksanakan
selama PPL di SMA Negeri 1 Godean. Selain itu laporan ini juga berisi mengenai
rincian anggaran dana serta lampiran kegiatan selama praktek mengajar di SMA
Negeri 1 Godean.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini telah banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Kedua orangtua yang selalu mendukung.
2. Bapak Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. selaku Rektor Universitas
Negeri Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Ngatman Soewito selaku Kepala Pusat Pengembangan PPL dan PKL
Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Bapak M. Nur Rokhman, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Lapangan Jurusan
Pendidikan Sejarah atas bimbingannya selama pelaksanaan PPL berlangsung.
5. Bapak Drs. H. Shobariman, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Godean, yang telah memberikan izin untuk melaksanakan PPL di SMA Negeri 1
Godean.
6. Ibu Dra. Modesta Noritriharsi selaku guru pembimbing PPL Sejarah di SMA
Negeri 1 Godean.
7. Teman-teman kelompok PPL SMA Negeri 1 Godean.
8. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Godean yang telah mendukung dan berpartisipasi
dalam program-program PPL UNY.
9. Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan PPL ini.
Penulis sudah berusaha maksimal untuk penyusunan laporan ini, namun jika
masih ada kekurangan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun yang berguna untuk menyempurnakan laporan ini, sehingga
kegiatan PPL di SMA Negeri 1 Godean ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Tentunya dapat bermanfaat untuk orang banyak tidak hanya untuk penulis sendiri.
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi .............................................................................. 2
B. Rancangan Program PPL.................................................................6
Lampiran
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
a. Keadaan gedung
Kondisi gedung sekolah dalam keadaaan baik. Bangunan ruang kelas
XII terdapat di lantai 2 dan masih relatif baru.
b. Keadaan prasarana/sarana
1) Prasarana/sarana kebersihan seperti tempat sampah sudah tersedia di
lingkungan sekolah, kamar mandi sudah memadai, kondisinya
bersih dan terawat.
2) Prasarana/sarana olah raga seperti lapangan sudah tersedia. Fasilitas
olah raga sudah dilengkapi dengan tempat penyimpanan peralatan
olah raga.
c. Keadaan personalia
1) SMA Negeri 1 Godean memiliki tenaga pendidik berjumlah 48
orang.
2) Karyawan berjumlah 20 orang.
d. Keadaan fisik lain (penunjang)
1) Tempat parkir sudah tersedia, dan sudah ada pembagian tempat
parkir untuk guru/karyawan, siswa, dan tamu namun masih kurang
tertata rapi.
2) Fasilitas peribadatan seperti masjid sudah ada, namun sedang
direnovasi sehingga untuk sementara kegiatan peribadatan
dilaksanakan di ruangan mushola.
3) Kantin sudah tersedia dalam keadaan baik, bersih dan mampu
memenuhi kebutuhan siswa.
4) Pos satpam sudah tersedia dan dalam kondisi baik.
e. Penataan ruang kerja
Dalam aspek penataan ruang kerja ada beberapa hal yang terkait yaitu
pencahayaan, suara, warna, dan juga letak dari perabot/alat kerja kantor.
1) Faktor keramaian suara dari pemukiman warga dan jalan raya tidak
mengganggu aktivitas guru, karyawan serta siswa SMA Negeri 1
Godean.
2) Warna di kelas atau di ruang kerja kantor sudah cukup baik dan
mendukung aktivitas guru, karyawan dan siswa.
3) Penataan letak barang baik di kelas atau di ruang kerja kantor sudah
cukup baik dan mendukung iklim kerja para guru, siswa, dan
didukung perangkat sekolah yang lain untuk menjalankan tugas
masing-masing.
1) Tenaga pendidik
SMA Negeri 1 Godean didukung oleh guru-guru yang
berpengalaman di dalam bidangnya masing-masing. Dari segi
kualitas tenaga pendidik SMA Negeri 1 Godean tidak diragukan
lagi karena sudah banyak guru yang berprestasi dalam
membimbing anak-anak baik dalam kegiatan pembelajaran
maupun non pembelajaran. Guru di SMA Negeri 1 Godean terdiri
dari guru tetap (PNS) dan guru tidak tetap (GTT).
2) Kondisi siswa
Dari tahun ke tahun SMA Negeri 1 Godean mendapat
kepercayaan untuk menjadi SMA yang menerima siswa dengan
nilai yang bagus. Keberhasilan ini juga turut didukung oleh
orangtua siswa yang memiliki semangat tinggi dalam memberikan
motivasi kepada anak-anaknya. SMA Negeri 1 Godean memiliki
2 program studi yaitu MIPA (Matematika IPA) dan IIS (Ilmu-
ilmu Sosial). Kelas X terdiri dari 3 kelas MIPA dan 3 kelas IIS,
kelas XI juga terdiri dari 3 kelas MIPA dan 3 kelas IIS.
Sedangkan, kelas XII terdiri dari 3 kelas MIPA dan 3 kelas IIS.
3) Lingkungan Sekolah
SMA Negeri 1 Godean memiliki kondisi lingkungan yang
sangat strategis karena berada di samping jalan raya, yaitu Jalan
Sidokarto, Godean dan Jalan Godean KM. 8,5. Di sekitar SMA
dan kategori sekolah. Program PPL yang penulis laksanakan tergolong dalam
kategori sekolah, khususnya SMA Negeri 1 Godean. Dengan demikian,
mahasiswa diharapkan dapat memberikan bantuan pemikiran, tenaga, dan
ilmu pengetahuan dalam merencanakan dan melaksanakan program
pengembangan pembelajaran di sekolah.
Sebelum melaksanakan kegiatan PPL tentunya harus dipersiapkan
rancangan kegiatan PPL terlebih dahulu sehingga kegiatan PPL tersebut dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Rancangan kegiatan PPL tersebut
digunakan sebagai bahan acuan untuk pelaksanaan PPL di sekolah agar
terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Berikut ini adalah rancangan kegiatan PPL secara umum sebelum melakukan
praktek mengajar di kelas:
a. Observasi Kelas
Observasi kelas dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik
peserta didik, kelebihan dan kekurangan dalam proses
pembelajaran, keadaan lingkungan dan fasilitas penunjang proses
pembelajaran.
b. Konsultasi persiapan mengajar
Konsultasi dengan guru pembimbing mengenai kelas, waktu,
materi, silabus dan RPP yang dibutuhkan. Konsultasi ini
dilaksanakan secara rutin dimuali sejak observasi kelas.
c. Pembuatan perangkat pengajaran
Membuat persiapan mengajar yang meliputi pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media, dan alat
evaluasi.
d. Konsultasi pembuatan perangkat pengajaran
Konsultasi dengan guru pembimbing mengenai RPP, materi,
media, buku-buku sumber, dan alat evaluasi pembelajaran yang
telah dibuat sebelum pelaksanaan pengajaran di kelas.
e. Pelaksanaan praktik mengajar
Pelaksanaan praktik mengajar di kelas dilaksanakan minimal
dengan 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jadwal
mengajar disesuaikan dengan jadwal mengajar yang telah
ditentukan oleh guru pembimbing masing-masing.
f. Konsultasi pelaksanaan mengajar
BAB II
PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL
A. Persiapan
Kegiatan PPL merupakan kegiatan untuk melakukan praktek kependidikan
yang disekolah meliputi: melakukan praktek mengajar dan membuat administrasi
guru. Persiapan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi suatu
kegiatan, persiapan yang baik akan menunjang keberhasilan suatu program.
Dalam rangka mempersiapkan mahasiswa dalam pelaksanaaan kegiatan PPL
maka diadakan persiapan pada waktu mahasiswa masih berada di universitas,
berupa persiapan fisik maupun mental sehingga dapat mengatasi permasalahan
yang dapat muncul pada saat pelaksanaan program. Maka, sebelum diterjunkan
ke lokasi sekolah, UNY membuat berbagai program persiapan sebagai bekal
mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan PPL. Persiapan yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut.
a. Perangkat Pembelajaran
1) Satuan Pembelajaran
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
b. Proses Pembelajaran
1) Cara membuka pelajaran
2) Penyajian materi
3) Metode pembelajaran
4) Penggunaan bahasa
5) Cara memotivasi siswa
6) Teknik bertanya
7) Teknik menjawab
8) Teknik penguasaan kelas
9) Penggunaan media
10) Menutup pelajaran
c. Perilaku Siswa
1) Perilaku siswa di dalam kelas
2) Perilaku siswa di luar kelas
3) Interaksi siswa dengan siswa
4) Interaksi siswa dengan guru
Corak kehidupan
masyarakat Praaksara
(membentuk kelompok
metode picture and
picture dalam puzzle)
Corak kehidupan
16 14 September 2015 X MIPA 2 2-3
Masyarakat Praaksara
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang
telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan PPL, memberikan pengalaman yang sangat berharga
kepada mahasiswa untuk membentuk profesionalisme sebagai seorang
guru.
b. PPL memberikan gambaran yang nyata bagi mahasiswa mengenai
dunia pendidikan di lingkup sekolah.
c. PPL memberikan kesempatan belajar singkat dan nyata mahasiswa
dalam dunia pendidikan yang sesungguhnya.
d. PPL memperluas wawasan mahasiswa tentang tugas tenaga pendidik,
tidak hanya mengajar tetapi mahasiswa belajar untuk tertib dalam
adminitrasi kependidikan.
B. Saran
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) sangat berarti bagi praktikan
program studi kependidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Namun ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pihak yang terkait, antara lain :
1. Bagi Sekolah
a. Kedisiplinan dan tata tertib yang masih belum efektif hendaknya
ditingkatkan, sehingga memacu siswa untuk tidak datang terlambat.
b. Perlunya manajerial yang optimal terutama dalam mengatur padatnya
event-event non-akademik di SMA Negeri 1 Godean
c. Meningkatkan ketegasan pada siswa yang berlaku kurang sopan,
khususnya di dalam kelas.
d. Perlu adanya koordinasi yang baik antara pihak sekolah dengan siswa
dalam setiap penyelenggaraan kegiatan yang melibatkan sekolah.
e. Lebih meningkatkan kerjasama antara pihak sekolah baik guru, siswa,
ataupun karyawan dengan mahasiswa PPL.
DAFTAR PUSTAKA
TIM PP PPL dan PKL . 2012. Panduan Pengajaran Mikro Tahun 2015.
Yogyakarta: TIM PP PPL dan PKL Universitas Negeri Yogyakarta.
TIM PP PPL dan PKL. 2012. Panduan PPL UNY 2015. Yogyakarta: TIM PP PPL
dan PKL Universitas Negeri Yogyakarta.
Diunduh dari: Id.m.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_1 Godean pada Jumat, 4
September 2015 pukul 10.05.
LAMPIRAN
3. Rabu, 12/8/2015 Piket Harian di Ruang Piket Catatan presensi Siswa, Belum mengetahui Bertanya kepada guru piket
Catatan keterlambatan, prosedur piket harian dan
Catatan izin siswa yang belum hafal pembagian
meninggalkan sekolah kelas
8. Selasa, 18/8/2015 Mengajar kelas X MIPA 3 Siswa yang hadir sejumlah Belum bisa menguasai Meningkatkan rasa percaya
(Team Teaching) 32 anak. kelas/belum terbiasa diri saat mengajar.
KD 3.2. Memahami corak Mengajar secara team karena baru pertama kali
kehidupan masyarakat pada teaching bersama rekan mengajar
zaman praaksara PPL, Penyampaian materi,
Indikator diskusi kelompok, metode
3.2.4. Menganalisis jenis dan tugas seperti yang
manusia Praaksara tercantumkan dalam RPP.
3.2.5. Menganalisis corak Materi yang di ajarkan
kehidupan masyarakat adalah tentang
Praaksara Menganalisis jenis
Manusia Praaksara
(Mengenal Manusia
Purba)
Catatan keterlambatan,
Catatan izin siswa yang
meninggalkan sekolah
13. Senin, 24/8/2015 Mengajar kelas X MIPA 2 Siswa yang hadir sejumlah
LAPORAN MINGGUAN PELAKSANAAN PPL/MAGANG III
F02
Untuk
Mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta
14. Selasa, 25/8/2015 Mengajar Kelas X MIPA 3 Siswa yang hadir sejumlah Harus mengondisikan
KD 3.3. Menganalisis asal-usul 32 anak.
siswa terus menerus agar Mengingatkan siswa
nenek moyang bangsa Indonesia Penyampaian materi,
(Proto, Deutero Melayu dan metode dan tugas seperti tidak terlalu gaduh dalam
LAPORAN MINGGUAN PELAKSANAAN PPL/MAGANG III
F02
Untuk
Mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta
3
21 Rabu, 2/9/2015 Piket Harian di Ruang Piket Mencatat presensi Siswa,
Catatan keterlambatan,
Catatan izin siswa yang
keluar, serta menerima
tamu
Mendampingi kelas XII MIPA 1
mengerjkan tugas Seni Budaya
27 Rabu, 9/9/2015 Jalan Sehat dan Perlombaan Jalan Sehat dalam Rangka
dalam Rangka HAORNAS (Hari Hari Olah Raga Nasional
Olahrga Nasional) dengan rute kurang lebih 4
km di Sekitar Lingkungan
SMA N 1 Godean
LAPORAN MINGGUAN PELAKSANAAN PPL/MAGANG III
F02
Untuk
Mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Belajar
Waktu
1.1 Menghayati keteladanan
para pemimpin dalam
mengamalkan ajaran
agamanya.
1.2 Menghayati keteladanan
para pemimpin dalam
toleransi antar umat
beragama dan
mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya.
2. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
zaman pra-aksara, Hindu Budha dan Islam.
3. Memahami corak kehidupan masyarakat praaksara.
4. Menyajikan hasil penalaran mengenai corak kehidupan masyarakat pada zaman
praaksara dalam bentuk tulisan.
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Situs-situs Peninggalan Manusia Praaksara
Peninggalan manusia purba untuk sementara ini yang paling banyak
ditemukan berada di Pulau Jawa. Meskipun di daerah lain tentu juga ada, tetapi para
peneliti belum berhasil menemukan tinggalan tersebut atau masih sedikit yang
berhasil ditemukan, misalnya di Flores. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa
penemuan penting fosil manusia di beberapa tempat.
a. Sangiran
Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapat kita
lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan tandus yang berada
diperbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal
dengan nama Situs Sangiran. Di dalam buku Harry Widianto dan Truman
Simanjuntak, Sangiran Menjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran
merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala Pleistosen yang
paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Lokasi
tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia, yang memberikan
petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu. Situs
Sangiran itu mempunyai luas delapan kilometer pada arah utara-selatan dan
tujuh kilometer arah timur-barat. Situs Sangiran merupakan suatu kubah
raksasa yang berupa cekungan besar di pusat kubah akibat adanya erosi di
bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai dengan perbukitan yang
bergelombang. Kondisi deformasi geologis itu menyebabkan tersingkapnya
berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan
binatang, termasuk artefak. Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiran
berupa endapan lempung hitam dan pasir fluvio-volkanik, tanahnya tidak subur
dan terkesan gersang pada musim kemarau.
Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864,
dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari wilayah
Sangiran. Semenjak dilaporkan Schemulling situs itu seolah-olah terlupakan
dalam waktu yang lama. Eugene Dubois juga pernah datang ke Sangiran, akan
tetapi ia kurang tertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada
1934, G.H.R von Koenigswald menemukan artefak litik di wilayah Ngebung
yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah
yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak
penemuan von Koenigswald, Situs Sangiran menjadi sangat terkenal berkaitan
dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectussecara sporadis dan
berkesinambungan. Homo erectus adalah takson paling penting dalam sejarah
manusia, sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens, manusia
modern.
Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik
manusia saja, akan tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang evolusi
budaya, binatang, dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang ditemukan dalam
seri geologis-stratigrafis yang diendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua
juta tahun, menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai
salah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secara resmi
sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar
Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pertemuan Pertama
Langkah Sintak Model Deskripsi Alokasi
Pembelajaran Pembelajaran Waktu
Kegiatan Guru membuka pertemuan 10
Pendahuluan dengan salam
Peserta didik dan guru berdoa
Guru mempresensi peserta
didik
Mempersiapkan kelas agar
lebih kondusif untuk memulai
proses KBM
Menyampaikan tujuan
Pembelajaran Tentang
mengenal manusia praaksara.
Kegiatan Inti Memuat kegiatan 60
**) Guru memberikan instruksi
kepada peserta didik untuk
duduk menurut kelompoknya.
Peserta didik duduk secara
berkelompok
Guru menyampaikan tugas
yang harus dilakukan oleh
masing-masing kelompok
Mengamati
Peserta didik menyiapkan buku,
mencari materi dan melakukan
pengamatan terhadap peta-peta
yang terkait serta browsing di
internet
Menanya
Siswa ditugaskan berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan
berkaitan dengan materi mengenal
manusia Praaksara.
Mengumpulkan
informasi/mencoba
Setiap siswa diminta berpartisipasi
aktif dalam memecahkan
pertanyaan-pertanyaan tentang
mengenal manusia praaksara.
Menalar/Mengasosiasikan
Setiap siswa mencatat hasil diskusi
dengan kelompoknya tentang
mengenal manusia praaksara.
Mengomunikasikan
Masing-masing kelompok
menyampaikan hasil
diskusinya di depan kelas dan
kelompok lain menanggapi
Kegiatan Peserta didik dibantu oleh guru 20
Penutup menyimpulkan materi tentang
mengenal manusia praaksara
Evaluasi untuk mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa membuat tugas materi asal
usul nenek moyang bangsa
Indonesia.
Peserta didik diberi informasi
mengenai materi yang akan
dibahas minggu berikutnya
Tes uraian:
1. Jelaskan Situs-situs Peninggalan Manusia Praaksara!
2. Jelaskan tentang jenis-jenis manusia Praaksara!
KUNCI JAWABAN:
b. Trinil terletak di Ngawi, Jawa Timur. Penelitian Eugene Dubois di Trinil pada endapan alluvial
Bengawan Solo menemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha
(utuh dan fragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak. Tengkorak Pithecanthropus
erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke belakang. Tulang kening sangat menonjol
dan di bagian belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum
berkembang.
c. Ngandong terletak di Blora, Jawa Tengah. Di situs ini ditemukan fosil Homo erectus Ngandong
berukuran besar dengan volume otak rata-rata 1.100 cc. Hal tersebut menunjukkan bahwa Homo
Erectus Ngandong lebih maju bila di bandingkan dengan Homo erectus yang ada di Sangiran. Sejak
tahun 1931, daerah Ngandong menjadi pusat penelitian arkeologi yang di rintis oleh tim survei
geologi Belanda (Teer Haar, Oppernoorth, dan Von Koenigswald). Tim tersebut menemukan 11
tengkorak dan 2 tibia atau tulang kering.
2.Meganthropus, Pithecanthropus, Homo
a. Meganthrophus
Penelitian manusia ini dilakukan oleh von Koenigswald di Sangiran tahun 1936 dan 1941 yang
menemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar. Jenis manusia ini dinamai dengan sebutan
Meganthropus paleojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purba ini memiliki
ciri rahang yang kuat dan badannya tegap.
b. Pithecanthrophus
Penelitian manusia ini dilakukan oleh Eugene Dubois tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di
pinggiran Bengawan Solo, di wilayah Ngawi. Setelah direkonstruksi terbentuk kerangka manusia,
tetapi masih terlihat tanda-tanda kera. Oleh karena itu jenis ini dinamakan Pithecanthropus
erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak. Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto,
sehingga disebut Pithecanthropus mojokertensis
c. Homo
Fosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh von Reitschoten di Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh
Eugene Dubois menyimpulkan sebagai jenis Homo. Ciri-ciri jenis manusia Homo ini muka lebar,
hidung dan mulutnya menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipun tidak semenonjol jenis
Pithecanthropus. Bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang. Hidup dan
perkembangan jenis manusia ini sekitar 40.000 – 25.000 tahun yang lalu. Tempat-tempat
penyebarannya tidak hanya di Kepulauan Indonesia tetapi juga di Filipina dan Cina Selatan.
Penggolongan dari manusia Homo ini antara lain adalah manusia wajak dan manusia liang bua.
Pedoman penskoran
Nomor soal skor
1 50
2 50
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (100)
Kriteria penilaian
100 : sempurna
93-99 : amat baik
84-92 : baik
75-83 : cukup
Di bawah 75 : kurang
PENUGASAN :
Siswa diberi tugas untuk membuat powerpoint presentation (Ppt) disertai dengan gambar ilustrasi
1. Tema : Asal usul dan Penyebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
2. Waktu : 1 minggu
3. Dikerjakan per kelompok
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa praaksara, Hindu-Buddha dan Islam.
3. Memahami corak kehidupan masyarakat praaksara.
4. Menyajikan hasil penalaran mengenai corak kehidupan masyarakat pada zaman
praaksara dalam bentuk tulisan.
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara
a. Pola Hunian
Dua karakter khas hunian purba yaitu, (1) kedekatan dengan sumber air dan
(2) kehidupan di alam terbuka. Pola hunian itu dapat dilihat dari letak geografis
situs-situs serta kondisi lingkungannya.
1) Lingkungan Sekitar Sungai
Situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo (Sangiran,
Sambungmacan, Trinil, Ngawi, dan Ngandong) merupakan contoh-
contoh dari adanya kecenderungan manusia purba menghuni lingkungan
di pinggir sungai. Kondisi itu dapat dipahami mengingat keberadaan air
memberikan beragam manfaat. Petunjuk yang dapat memberikan
gambaran jelas pada kita tentang kehidupan manusia purba adalah
sebaran sisa-sisa peralatan yang digunakan pada saat itu, yang umumnya
berada di dasar atau di sekitar sungai. Kehidupan di sekitar sungai itu
menunjukkan pola hidup manusia purba di alam terbuka.
2) Lingkungan Gua
Manusia purba juga memanfaatkan berbagai sumber daya lingkungan
yang tersedia, termasuk tinggal di gua-gua. Mobilitas manusia purba
yang tinggi tidak memungkinkan untuk menghuni gua secara menetap.
Keberadaan gua-gua yang dekat dengan sumber air dan sumber bahan
makanan mungkin saja dimanfaatkan sebagai tempat persinggahan
sementara, sehingga tidak meninggalkan jejak pada kita. Kemungkinan
lain bahwa gua-gua di kala itu belum atau baru sebagian terbentuk dan
gua-gua yang sudah terbentuk tidak dalam lingkungan yang
menyediakan berbagai sumberdaya yang diperlukan manusia. Adapun
gua ini sering disebut sebagai Abris sous roche.
3) Lingkungan Pantai
Di alam terbuka itu ada juga manusia purba yang yang tinggal sekitar
pantai. Mereka meninggalkan sisa-sisa kehidupan mereka berupa
Kjokkenmoddinger atau sampah dapur yang berwujud bukit dengan
tmpukan kulit siput dan kerang yang telah mengeras.
Ciri berikutnya ialah transisi permukiman nenek moyang dari nomaden ke
tempat tinggal menetap. Manusia purba di Indonesia diperkirakan sudah hidup
menjelajah (nomaden) untuk jangka waktu yang lama. Mereka mengumpulkan
bahan makanan (food gathering) dalam lingkup wilayah tertentu dan
berpindah-pindah. Mereka hidup dalam komunitas-komunitas kecil dengan
mobilitas yang tinggi. Lama hunian di suatu lingkungan eksploitasi dipengaruhi
oleh ketersediaan bahan makanan. Manakala lingkungan sekitar sudah tidak
menjanjikan bahan makanan, mereka berpindah ke lingkungan baru di tepian
sungai untuk membuat persinggahan baru. Mulailah berkembang pola hunian
bertempat tinggal sementara, misalnya di gua-gua. Inilah masa transisi sebelum
manusia itu bertempat tinggal tetap.
b. Mengenal Api
Bagi manusia purba, proses penemuan api merupakan bentuk inovasi
yang sangat penting. Berdasarkan data arkeologi, penemuan api kira-kira
terjadi pada 400.000 tahun yang lalu. Penemuan pada periode manusia
Homo erectus. Penemuan api juga memperkenalkan manusia pada teknologi
memasak makanan, yaitu memasak dengan cara membakar dan
menggunakan bumbu dengan ramuan tertentu. Manusia juga menggunakan
api sebagai senjata. Api pada saat itu digunakan manusia untuk menghalau
binatang buas yang menyerangnya. Api dapat juga dijadikan sumber
penerangan. Melalui pembakaran pula manusia dapat menaklukkan alam,
seperti membuka lahan untuk garapan dengan cara membakar hutan.
Kebiasaan bertani dengan menebang lalu bakar (slash and burn) adalah
kebiasaan kuno yang tetap berkembang sampai sekarang.
c. Berburu Meramu-Bercocok Tanam
Untuk mempertahankan hidupnya mereka menerapkan pola hidup
nomadenatau berpindah-pindah tergantung dari bahan makanan yang
tersedia. Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu yang masih sederhana.
Hal ini terutama berkembang pada manusia Meganthropus dan
Pithecanthropus. Masa manusia purba berburu dan meramu itu sering
disebut dengan masa food gathering. Mereka hanya mengumpulkan dan
menyeleksi makanan karena belum dapat mengusahakan jenis tanaman
untuk dijadikan bahan makanan. Dalam perkembangannya mulai ada
sekelompok manusia purba yang bertempat tinggal sementara, misalnya di
gua-gua, atau di tepi pantai.
Peralihan Zaman Mesolitikum ke Neolitikum menandakan adanya
revolusi kebudayaan dari food gathering menuju food producing dengan
Homo sapien sebagai pendukungnya. Mereka tidak hanya mengumpulkan
makanan tetapi mencoba memproduksi makanan dengan menanam.
Kegiatan bercocok tanam dilakukan ketika mereka sudah mulai bertempat
tinggal, walaupun masih bersifat sementara.
Kegiatan manusia bercocok tanam terus mengalami perkembangan.
Peralatan pokoknya adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong.
Kemudian berkembang ke alat lain yang lebih baik. Dengan dibukanya lahan
dan tersedianya air yang cukup maka terjadilah persawahan untuk bertani.
Hal ini berkembang karena saat itu, yakni sekitar tahun 2000 – 1500 S.M
ketika mulai terjadi perpindahan orang-orang dari rumpun bangsa
Austronesia dari Yunnan ke Kepulauan Indonesia. Begitu juga kegiatan
beternak juga mengalami perkembangan. Seiring kedatangan orang-orang
dari Yunnan yang kemudian dikenal sebagai nenek moyang kita itu, maka
kegiatan pelayaran dan perdagangan mulai dikenal. Dalam waktu singkat
kegiatan perdagangan dengan sistem barter mulai berkembang. Kegiatan
bertani juga semakin berkembang karena mereka sudah mulai bertempat
tinggal menetap.
d. Sistem Kepercayaan
Masyarakat zaman praaksara terutama periode zaman neolitikum sudah
mengenal sistem kepercayaan. Mereka sudah memahami adanya kehidupan
setelah mati. Mereka meyakini bahwa roh seseorang yang telah meninggal
akan ada kehidupan di alam lain. Terkait dengan itu maka kegiatan ritual
yang paling menonjol adalah upacara penguburan orang meninggal. Dalam
tradisi penguburan ini, jenazah orang yang telah meninggal dibekali berbagai
benda dan peralatan kebutuhan sehari-hari, misalnya barang-barang
perhiasan, periuk dan lain-lain yang dikubur bersama mayatnya.
Batu-batu besar ini menjadi lambang perlindungan bagi manusia yang
berbudi luhur juga memberi peringatan bahwa kebaikan kehidupan di akhirat
hanya akan dapat dicapai sesuai dengan perbuatan baik selama hidup di
dunia. Hal ini sangat tergantung pada kegiatan upacara kematian yang
pernah dilakukan untuk menghormati leluhurnya. Oleh karena itu, upacara
kematian merupakan manifestasi dari rasa bakti dan hormat seseorang
terhadap leluhurnya yang telah meninggal.
Sistem kepercayaan masyarakat praaksara yang demikian itu telah
melahirkan tradisi megalitik (zaman megalitikum = zaman batu besar).
Mereka mendirikan bangunan batu-batu besar seperti menhir, dolmen,
punden berundak, dan sarkofagus. Sistem kepercayaan dan tradisi batu besar
seperti dijelaskan di atas, telah mendorong berkembangnya kepercayaan
animisme. Kepercayaan animisme merupakan sebuah sistem kepercayaan
yang memuja roh nenek moyang. Di samping animisme, muncul juga
kepercayaan dinamisme. Menurut kepercayaan dinamisme ada benda-benda
tertentu yang diyakini memiliki kekuatan gaib, sehingga benda itu sangat
dihormati dan dikeramatkan.
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pertemuan Pertama
Langkah Sintak Model Deskripsi Alokasi
Pembelajaran Pembelajaran Waktu
Kegiatan Guru membuka pertemuan 10
Pendahuluan dengan salam
Peserta didik dan guru berdoa
Guru mempresensi peserta
didik
Mempersiapkan kelas agar
lebih kondusif untuk memulai
proses KBM
Menyampaikan tujuan
Pembelajaran Tentang corak
kehidupan masyarakat
praaksara.
Memuat kegiatan
Kegiatan Inti Guru memberikan instruksi 60
**) kepada peserta didik untuk
duduk menurut kelompoknya.
Peserta didik duduk secara
berkelompok
Guru menyampaikan tugas
yang harus dilakukan oleh
masing-masing kelompok
Mengamati
Peserta didik menyiapkan buku,
mencari materi dan melakukan
pengamatan terhadap peta-peta
yang terkait serta browsing di
internet
Menanya
Siswa ditugaskan berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan
berkaitan dengan materi corak
kehidupan masyarakat Praaksara.
Mengumpulkan
informasi/mencoba
Setiap siswa diminta berpartisipasi
aktif dalam memecahkan
pertanyaan-pertanyaan tentang
corak kehidupan masyarakat
praaksara
Menalar/Mengasosiasikan
Setiap siswa mencatat hasil diskusi
dengan kelompoknya tentang corak
kehidupan masyarakat praaksara
Mengomunikasikan
Masing-masing kelompok
menyampaikan hasil
diskusinya di depan kelas dan
kelompok lain menanggapi
Kegiatan Peserta didik dibantu oleh guru 20
Penutup menyimpulkan materi tentang
mengenal manusia praaksara
Evaluasi untuk mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran
Siswa membuat tugas materi
corak kehidupan masyarakat
praaksara
Peserta didik diberi informasi
mengenai materi yang akan
dibahas minggu berikutnya
Kunci Jawaban:
1. Dua karakter khas hunian purba yaitu, (1) kedekatan dengan sumber air dan (2) kehidupan di
alam terbuka. Pola hunian itu dapat dilihat dari letak geografis situs-situs serta kondisi
lingkungannya. ada di lingkungan dekat sungai seperti situs Sangiran, Lingkungan Gua seperti
peninggalan Abris Sous Roche, serta lingkungan pantai dengan adanya kjokkenmoddinger.
Pada periode manusia Homo erectus telah ditemukan api. Penemuan api juga memperkenalkan
manusia pada teknologi memasak makanan atau food producing. Melalui pembakaran pula
manusia dapat menaklukkan alam, seperti membuka lahan untuk garapan dengan cara
membakar hutan. Kebiasaan bertani dengan menebang lalu bakar (slash and burn).
manusia Meganthropus dan Pithecanthropus. Masa manusia purba berburu dan meramu itu
sering disebut dengan masa food gathering. Mereka hanya mengumpulkan dan menyeleksi
makanan karena belum dapat mengusahakan jenis tanaman untuk dijadikan bahan makanan.
Peralihan Zaman Mesolitikum ke Neolitikum menandakan adanya revolusi kebudayaan dari
food gathering menuju food producing dengan Homo sapien sebagai pendukungnya. Mereka
tidak hanya mengumpulkan makanan tetapi mencoba memproduksi makanan dengan menanam.
Kegiatan bercocok tanam dilakukan ketika mereka sudah mulai bertempat tinggal, walaupun
masih bersifat sementara.
Masyarakat zaman praaksara terutama periode zaman neolitikum sudah mengenal sistem
kepercayaan. Mereka sudah memahami adanya kehidupan setelah mati. Kepercayaan animisme
merupakan sebuah sistem kepercayaan yang memuja roh nenek moyang. Di samping animisme,
muncul juga kepercayaan dinamisme. Menurut kepercayaan dinamisme ada benda-benda
tertentu yang diyakini memiliki kekuatan gaib, sehingga benda itu sangat dihormati dan
dikeramatkan. Hal ini terwujud dalam tradisi megalitikum (batu besar).
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Skor Maksimal (100)
Kriteria penilaian
90- 100 : Sangat lengkap
89-80 : Lengkap
79-70 : Kurang lengkap
PENUGASAN :
Siswa diberi tugas untuk membuat artikel mengenai Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara
1. Tema : Revolusi Kebudayaan masa Praaksara
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
masa praaksara, Hindu-Buddha dan Islam.
3. Menganalisis asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutero Melayu dan
Melanesoid)
4. Menyajikan kesimpulan-kesimpulan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia
(Proto, Deutero Melayu dan Melanesoid) dalam bentuk tulisan.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Menurut Sarasin bersaudara, penduduk asli Kepulauan Indonesia adalah ras berkulit
gelap dan bertubuh kecil. Mereka mulanya tinggal di Asia bagian tenggara. Ketika
zaman es mencair dan air laut naik hingga terbentuk Laut Cina Selatan dan Laut Jawa,
sehingga memisahkan pegunungan vulkanik Kepulauan Indonesia dari daratan utama.
Beberapa penduduk asli Kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah
pedalaman, sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Penduduk asli itu
disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin. Ras yang masuk dalam kelompok ini
adalah suku bangsa Hieng di Kamboja, Miaotse, Yao-Jen di Cina, dan Senoi di
Semenanjung Malaya.
Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra
dan Toala di Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia. Mereka
mempunyai hubungan erat dengan nenek moyang Melanesia masa kini dan orang Vedda
yang saat ini masih terdapat di Afrika, Asia Selatan, dan Oceania. Vedda itulah manusia
pertama yang datang ke pulau-pulau yang sudah berpenghuni. Mereka membawa budaya
perkakas batu. Kedua ras Melanesia dan Vedda hidup dalam budaya mesolitik.
Pendatang berikutnya membawa budaya baru yaitu budaya neolitik. Para pendatang baru
itu jumlahnya jauh lebih banyak daripada penduduk asli. Mereka datang dalam dua
tahap. Mereka itu oleh Sarasin disebut sebagai Proto Melayu dan Deutro Melayu.
Kedatangan mereka terpisah diperkirakan lebih dari 2.000 tahun yang lalu.
1. Proto Melayu
Proto Melayu diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar
dari Madagaskar sampai pulau-pulau paling timur di Pasifik. Mereka diperkirakan
datang dari Cina bagian selatan. Ras Melayu ini mempunyai ciri-ciri rambut lurus, kulit
kuning kecoklatan-coklatan, dan bermata sipit. Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka
bermigrasi ke Indocina dan Siam, kemudian ke Kepulauan Indonesia. Mereka itu mula-
mula menempati pantai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat.
Ras Proto Melayu membawa peradaban batu di Kepulauan Indonesia. Ketika datang para
imigran baru, yaitu Deutero Melayu (Ras Melayu Muda). Mereka berpindah masuk ke
pedalaman dan mencari tempat baru ke hutan-hutan sebagai tempat huniannya. Ras
Proto Melayu itu pun kemudian mendesak keberadaan penduduk asli. Kehidupan di
dalam hutan-hutan menjadikan mereka terisolasi dari dunia luar, sehingga memudarkan
peradaban mereka. Penduduk asli dan ras proto melayu itu pun kemudian melebur.
Mereka itu kemudian menjadi suku bangsa Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
Kehidupan mereka yang terisolasi itu menyebabkan ras Proto Melayu sedikit
mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu maupun Islam dikemudian hari. Para ras
Proto Melayu itu kelak mendapat pengaruh Kristen sejak mereka mengenal para
penginjil yang masuk ke wilayah mereka untuk memperkenalkan agama Kristen dan
peradaban baru dalam kehidupan mereka. Persebaran suku bangsa Dayak hingga ke
Filipina Selatan, Serawak, dan Malaka menunjukkan rute perpindahan mereka dari
Kepulauan Indonesia. Sementara suku bangsa Batak yang mengambil rute ke barat
menyusuri pantai-pantai Burma dan Malaka Barat. Beberapa kesamaan bahasa yang
digunakan oleh suku bangsa Karen di Burma banyak mengandung kemiripan dengan
bahasa Batak.
2. Deutero Melayu
Deutero Melayu merupakan ras yang datang dari Indocina bagian utara. Mereka
membawa budaya baru berupa perkakas dan senjata besi di Kepulauan Indonesia, atau
Kebudayaan Dongson. Mereka seringkali disebut juga dengan orang-orang Dongson.
Peradaban mereka lebih tinggi daripada rasa Proto Melayu. Mereka dapat membuat
perkakas dari perunggu. Peradaban mereka ditandai dengan keahlian mengerjakan logam
dengan sempurna. Perpindahan mereka ke Kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute
persebaran alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia, yaitu
berupa kapak persegi panjang. Peradaban ini dapat dijumpai di Malaka, Sumatera,
Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam bidang pengolahan tanah mereka mempunyai kemampuan untuk membuat
irigasi pada tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka ciptakan, dengan membabat
hutan terlebih dahulu. Ras Deutero Melayu juga mempunyai peradaban pelayaran lebih
maju dari pendahulunya karena petualangan mereka sebagai pelaut dibantu dengan
penguasaan mereka terhadap ilmu perbintangan. Perpindahan ras Deutero Melayu juga
menggunakan jalur pelayaran laut. Sebagian dari ras Deutero Melayu ada yang mencapai
Kepulauan Jepang, bahkan kelak ada yang hingga sampai Madagaskar. Kedatangan ras
Deutero Melayu di Kepulauan Indonesia makin lama semakin banyak. Mereka pun
kemudian berpindah mencari tempat baru ke hutan-hutan sebagai tempat hunian baru.
Pada akhirnya Proto dan Deutero Melayu membaur dan selanjutnya menjadi penduduk
di Kepulauan Indonesia. Pada masa selanjutnya mereka sulit untuk dibedakan. Proto
Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara, serta Toraja di
Sulawesi. Sementara itu, semua penduduk di Kepulauan Indonesia, kecuali penduduk
Papua dan yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua, adalah ras Deutero Melayu.
3. Melanesoid
Ras lain yang juga terdapat di Kepulauan Indonesia adalah ras Melanesoid. Mereka
tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan benua
Australia. Di Kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua. Bersama dengan Papua-
Nugini dan Bismarck, Solomon, New Caledonia dan Fiji, mereka tergolong rumpun
Melanesoid. Menurut Daldjoeni suku bangsa Melanesoid sekitar 70% menetap di Papua,
sedangkan 30% lagi tinggal di beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua-Nugini.
Pada mulanya kedatangan Bangsa Melanesoid di Papua berawal saat zaman es terakhir,
yaitu tahun 70.000 SM. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika
suhu turun hingga mencapai kedinginan maksimal, air laut menjadi beku. Permukaan
laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan permukaan saat ini. Pada saat itulah
muncul pulau-pulau baru. Adanya pulau-pulau itu memudahkan mahkluk hidup
berpindah dari Asia menuju kawasan Oseania.
Bangsa Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga ke Papua, selanjutnya
ke Benua Australia, yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang terhubungan
dengan Papua. Bangsa Melanesoid saat itu hingga mencapai 100 ribu jiwa meliputi
wilayah Papua dan Australia. Peradaban bangsa Melanesoid dikenal dengan
paleotikum.Pada saat masa es berakhir dan air laut mulai naik lagi pada tahun 5000 S.M,
kepulauan Papua dan Benua Australia terpisah seperti yang dapat kita lihat saat ini. Pada
saat itu jumlah penduduk mencapai 0,25 juta dan pada tahun 500 S.M. mencapai 0,5
jiwa. Asal mula bangsa Melanesia, yaitu Proto Melanesia merupakan penduduk pribumi
di Jawa. Mereka adalah manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua,
sebelum zaman es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi pada saat
itu. Di Papua manusia Wajak hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang muara-
muara sungai. Mereka hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-
tumbuhan serta akar-akaran, serta berburu di hutan belukar. Tempat tinggal mereka
berupa perkampungan-perkampungan yang terbuat dari bahan-bahan yang ringan.
Rumah-rumah itu sebenarnya hanya berupa kemah atau tadah angin, yang sering
didirikan menempel pada dinding gua yang besar. Kemah-kemah dan tadah angin itu
hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur dan berlindung, sedangkan aktifitas lainnya
dilakukan di luar rumah. Bangsa Proto Melanesoid terus terdesak oleh bangsa Melayu.
Mereka yang belum sempat mencapai kepulauan Papua melakukan percampuran dengan
ras baru itu. Percampuran bangsa Melayu dengan Melanesoid menghasilkan keturunan
Melanesoid-Melayu, saat ini mereka merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan
Maluku.
4. Negrito Weddid
Sebelum kedatangan kelompok-kelompok Melayu tua dan muda, negeri kita sudah
terlebih dulu kemasukkan orang-orang Negrito dan Weddid. Sebutan Negrito diberikan
oleh orang-orang Spanyol karena yang mereka jumpai itu berkulit hitam mirip dengan
jenis-jenis Negro. Sejauh mana kelompok Negrito itu bertalian darah dengan jenis-jenis
Negro yang terdapat di Afrika serta kepulauan Melanesia (Pasifik), demikian pula
bagaimana sejarah perpindahan mereka, belum banyak diketahui dengan pasti.
Kelompok Weddid terdiri atas orang-orang dengan kepala mesocephal dan letak
mata yang dalam sehingga nampak seperti berang; kulit mereka coklat tua dan tinggi
rata-rata lelakinya 155 cm. Weddid artinya jenis Wedda yaitu bangsa yang terdapat di
pulau Ceylon (Srilanka). Persebaran orang-orang Weddid di Nusantara cukup luas,
misalnya di Palembang dan Jambi (Kubu), di Siak (Sakai) dan di Sulawesi pojok
tenggara (Toala, Tokea dan Tomuna).
Periode migrasi itu berlangsung berabad-abad, kemungkinan mereka berasal dalam
satu kelompok ras yang sama dan dengan budaya yang sama pula. Mereka itulah nenek
moyang orang Indonesia saat ini.
Sekitar 170 bahasa yang digunakan di Kepulauan Indonesia adalah bahasa
Austronesia (Melayu-Polinesia). Bahasa itu kemudian dikelompokkan menjadi dua oleh
Sarasin, yaitu Bahasa Aceh dan bahasa-bahasa di pedalaman Sumatra, Kalimantan, dan
Sulawesi. Kelompok kedua adalah bahasa Batak, Melayu standar, Jawa, dan Bali.
Kelompok bahasa kedua itu mempunyai hubungan dengan bahasa Malagi di
Madagaskar dan Tagalog di Luzon. Persebaran geografis kedua bahasa itu menunjukkan
bahwa penggunanya adalah pelaut-pelaut pada masa dahulu yang sudah mempunyai
peradaban lebih maju. Di samping bahasa-bahasa itu, juga terdapat bahasa Halmahera
Utara dan Papua yang digunakan di pedalaman Papua dan bagian utara Pulau Halmahera
E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pertemuan Pertama
Langkah Sintak Model Deskripsi Alokasi
Pembelajaran Pembelajaran Waktu
Kegiatan Guru membuka pertemuan 10
Pendahuluan dengan salam
Peserta didik dan guru
berdoa
Guru mempresensi peserta
didik
Mempersiapkan kelas agar
lebih kondusif untuk
memulai proses KBM
Menyampaikan tujuan
Pembelajaran Tentang Asal
usul dan Persebaran Nenek
Moyang Bangsa Indonesia.
Kegiatan Inti 60
**)
Memuat kegiatan
Guru memberikan instruksi
kepada peserta didik untuk
duduk menurut
kelompoknya.
Peserta didik duduk secara
berkelompok
Guru menyampaikan tugas
yang harus dilakukan oleh
masing-masing kelompok
Mengamati
Peserta didik menyiapkan buku,
mencari materi dan melakukan
pengamatan terhadap peta-peta
yang terkait serta browsing di
internet
Menanya
Siswa ditugaskan berdiskusi
untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan berkaitan dengan
materi Asal Usul dan Persebaran
Nenek Moyang Bangsa
Indonesia.
Mengumpulkan
informasi/mencoba
Setiap siswa diminta
berpartisipasi aktif dalam
memecahkan pertanyaan-
pertanyaan tentang Asal Usul dan
Persebaran Nenek Moyang
Bangsa Indonesia.
Menalar/Mengasosiasikan
Setiap siswa mencatat hasil
diskusi dengan kelompoknya
tentang Asal Usul dan Persebaran
Nenek Moyang Bangsa
Indonesia.
Mengomunikasikan
Masing-masing kelompok
menyampaikan hasil
diskusinya di depan kelas
dan kelompok lain
menanggapi
Kegiatan Peserta didik dibantu oleh guru 20
Penutup menyimpulkan materi tentang
Asal Usul dan Persebaran
nenek Moyang Bangsa
Indonesia.
Evaluasi untuk mengukur
ketercapaian tujuan
pembelajaran
Siswa membuat tugas materi
asal usul nenek moyang bangsa
Indonesia.
Peserta didik diberi informasi
mengenai materi yang akan
dibahas minggu berikutnya
Tes uraian:
1. Jelaskan asal daerah nenek moyang bangsa Indonesia!
2. Jelaskan keterkaitan antara rumpun bangsa Proto, Deutro Melayu dan Melanesoid
dengan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia!
KUNCI JAWABAN:
1. Beberapa suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra dan
Toala di Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia. Mereka mempunyai
hubungan erat dengan nenek moyang Melanesia masa kini dan orang Vedda yang saat ini
masih terdapat di Afrika, Asia Selatan, dan Oceania. Jika dilihat dari ras Proto Melayu
(Melayu Tua), mereka diperkirakan datang dari Cina bagian selatan. Dari Cina bagian
selatan (Yunan) mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam, kemudian ke Kepulauan
Indonesia. Penduduk asli dan ras proto melayu itu pun kemudian melebur. Mereka itu
kemudian menjadi suku bangsa Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
Jika dilihat dari ras Deutero Melayu (Melayu Muda), mereka datang dari Indocina bagian
utara. Mereka membawa budaya baru berupa perkakas dan senjata besi di Kepulauan
Indonesia, atau Kebudayaan Dongson. Pada akhirnya Proto dan Deutero Melayu membaur
dan selanjutnya menjadi penduduk di Kepulauan Indonesia. Proto Melayu meliputi
penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara, serta Toraja di Sulawesi.
Jika dilihat dari ras Melanesoid, yang tinggal di Papua. Asal mula bangsa Melanesia, yaitu
Proto Melanesia merupakan penduduk pribumi di Jawa. Mereka adalah manusia Wajak
yang tersebar ke timur dan menduduki Papua, sebelum zaman es berakhir dan sebelum
kenaikan permukaan laut yang terjadi pada saat itu. Bangsa Proto Melanesoid terus terdesak
oleh bangsa Melayu. Mereka yang belum sempat mencapai kepulauan Papua melakukan
percampuran dengan ras baru itu. Percampuran bangsa Melayu dengan Melanesoid
menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu, saat ini mereka merupakan penduduk Nusa
Tenggara Timur dan Maluku.
JIka dilihat dari ras Negrito Weddid, sejarah perpindahan mereka, belum banyak diketahui
dengan pasti. Persebaran orang-orang Weddid di Nusantara cukup luas, misalnya di
Palembang dan Jambi (Kubu), di Siak (Sakai) dan di Sulawesi pojok tenggara (Toala,
Tokea dan Tomuna).
Periode migrasi itu berlangsung berabad-abad, kemungkinan mereka berasal dalam satu
kelompok ras yang sama dan dengan budaya yang sama pula. Mereka itulah nenek moyang
orang Indonesia saat ini.
2. Proto dan Deutero Melayu membaur dan selanjutnya menjadi penduduk di Kepulauan
Indonesia. Pada masa selanjutnya mereka sulit untuk dibedakan. Proto Melayu meliputi
penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara, serta Toraja di Sulawesi. Sementara
itu, semua penduduk di Kepulauan Indonesia, kecuali penduduk Papua dan yang tinggal di
sekitar pulau-pulau Papua, adalah ras Deutero Melayu.
Pedoman penskoran
Nomor soal Skor
1 50
2 50
∑ Skor perolehan
Nilai = X 100
Kriteria penilaian
100 : sempurna
93-99 : amat baik
84-92 : baik
75-83 : cukup
Di bawah 75 : kurang
Godean, 24 Agustus 2015
Mengetahui Mahasiswa PPL
Guru Mata Pelajaran,
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati keteladanan para pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya.
2. Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada
zaman pra-aksara, Hindu Budha dan Islam.
3. Menganalisis berdasarkan tipologi hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang
berada di lingkungan terdekat.
4. Menalar informasi mengenai hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang
berada di lingkungan terdekat dan menyajikannya dalam bentuk tertulis.
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Hasil-hasil Kebudayaan Batu Zaman Praaksara
Kebudayaan zaman batu di era praaksara dibagi menjadi beberapa zaman atau
tahap perkembangan. Dalam buku R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan
Indonesia I, dijelaskan bahwa kebudayaan zaman batu ini dibagi menjadi tiga yaitu,
Paleolitikum, Mesolitikum dan Neolitikum.
a. Paleolitikum (Zaman Batu Tua)
Zaman ini bertepatan dengan zaman neozoikum pada akhir Tersier dan awal
Quartair, pada masa inilah muncul jenis manusia purba. Peralatan pertama yang
digunakan oleh manusia purba adalah alat-alat dari batu dan juga dari tulang.
Peralatan ini berkembang pada zaman paleolitikum atau zaman batu tua.
Paleolitikum dikatakan zaman batu tua karena hasil kebudayaan terbuat dari
batu yang relatif masih sederhana dan kasar. Kebudayaan zaman Paleolitikum ini
ini terbagi menjadi Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
1) Kebudayaan Pacitan
Berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur. Von Koenigswald dalam
penelitiannya pada tahun 1935 telah menemukan beberapa hasil teknologi
bebatuan atau alat-alat dari batu di daerah Punung. Alat batu itu masih kasar,
dan bentuk ujungnya agak runcing, tergantung kegunaannya. Alat batu ini
sering disebut dengan kapak genggam atau kapak perimbas. Kapak ini
digunakan untuk menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-
umbian. Di samping kapak perimbas, di Pacitan juga ditemukan alat batu yang
disebut dengan chopper sebagai alat penetak. Di Pacitan juga ditemukan alat-
alat serpih.
2) Kebudayaan Ngandong
Berkembang di daerah Ngandong dan juga Sidorejo, dekat Ngawi. Di
daerah ini banyak ditemukan alat-alat dari batu dan juga alat-alat dari tulang.
Alat-alat dari tulang ini berasal dari tulang binatang dan tanduk rusa yang
diperkirakan digunakan sebagai penusuk atau belati. Selain itu, ditemukan juga
alat-alat seperti tombak yang bergerigi. Di Sangiran juga ditemukan alat-alat
dari batu, bentuknya indah seperti kalsedon. Alat-alat ini sering disebut dengan
flakke. Sebaran artefak dan peralatan paleolitik cukup luas sejak dari daerah-
daerah di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB),
Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Halmahera.
Zaman Logam
Mengakhiri zaman batu di masa neolitikum mulailah zaman logam. Sebagai
bentuk masa perundagian. Zaman logam di Kepulauan Indonesia ini agak berbeda
bila dibandingkan dengan yang ada di Eropa. Di Eropa zaman logam ini
mengalami tiga fase, zaman tembaga, perunggu dan besi. Di Kepulauan Indonesia
hanya mengalami zaman perunggu dan besi. Zaman perunggu merupakan fase
yang sangat penting dalam sejarah. Beberapa contoh benda-benda kebudayaan
perunggu itu antara lain: kapak corong, nekara, moko, berbagai barang perhiasan.
Beberapa benda hasil kebudayaan zaman logam ini juga terkait dengan praktik
keagamaan misalnya nekara.
5. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Pertemuan Pertama
Langkah Sintak Model Deskripsi Alokasi
Pembelajaran Pembelajaran Waktu
Kegiatan Guru membuka pertemuan 10
Pendahuluan dengan salam
Peserta didik dan guru berdoa
Guru mempresensi peserta
didik
Mempersiapkan kelas agar
lebih kondusif untuk memulai
proses KBM
Menyampaikan tujuan
Pembelajaran Tentang hasil-
hasil kebudayaan batu zaman
Praaksara
Menanya
Siswa ditugaskan berdiskusi untuk
menyusun gambar puzzle dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan
berkaitan dengan materi hasil-hasil
kebudayaan batu zaman Praaksara
Mengumpulkan
informasi/mencoba
Setiap siswa diminta berpartisipasi
aktif dalam menyusun puzzle
pertanyaan-pertanyaan hasil-hasil
kebudayaan batu zaman Praaksara
Menalar/Mengasosiasikan
Setiap siswa mencatat hasil diskusi
dengan kelompoknya tentang hasil-
hasil kebudayaan batu zaman
Praaksara
Mengomunikasikan
Masing-masing kelompok
menyampaikan hasil susunan
puzzle dan diskusinya di
depan kelas dan kelompok
lain menanggapi
Kegiatan Peserta didik dibantu oleh guru 20
Penutup menyimpulkan materi tentang
mengenal manusia praaksara
Evaluasi untuk mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran
Peserta didik diberi informasi
mengenai materi yang akan
dibahas minggu berikutnya
PENUGASAN :
Siswa diberi tugas kelompok untuk membuat peta konsep dalam kertas A4 dengan kreasinya
masing-masing
1. Tema : Paleolitikum (kelompok 1 dan 2), Mesolitikum (Kelompok 3 dan 4),
Neolitikum (Kelompok 5 dan 6), Megalitikum (Kelompok 7 dan 8).
2. Waktu : 2 hari
3. Dikerjakan per kelompok
PENILAIAN
NO STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR BENTUK TES TEKNIK Jumlah Item
TES
1 3. Memahami dan 3.2 Memahami corak 1. Menjelaskan Tertulis Uraian 1
menerapkan pengetahuan kehidupan pengertian Praaksara Objektif
faktual, konseptual, masyarakat pada 2. Menjelaskan proses Tertulis Uraian 2
prosedural dalam ilmu masa praaksara alam terjadinya Objektif
pengetahuan, teknologi, Kepulauan
Indonesia
seni, budaya, dan
3. Mengidentifikasi Tertulis Uraian 1
humaniora dengan jenis flora dan fauna Objektif
wawasan kemanusiaan, di Kepulauan
kebangsaan, kenegaraan, Indonesia
dan peradaban terkait 4. Menganalisis jenis Tertulis Uraian 4
fenomena dan kejadian, manusia Praaksara Objektif
serta menerapkan 5. Menganalisis jenis Tertulis Uraian 2
pengetahuan prosedural manusia Praaksara Non-
pada bidang kajian yang Objektif
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
TOTAL 10
Soal Ulangan Harian 1
Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X
A
Petunjuk:
Jawablah pertanyaan berikut dengan lengkap!
Percayalah pada kemampuan diri anda sendiri, kerjakan dengan jujur.
4. Alfred Russel Wallace yang membagi Indonesia dalam dua wilayah yang berbeda
berdasarkan ciri khusus baik fauna maupun floranya. Pembagian itu adalah Paparan
Sahul di sebelah timur, Paparan Sunda di sebelah barat. Zona di antara paparan
tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah Wallacea yang merupakan pembatas fauna
yang membentang dari Selat Lombok hingga Selat Makassar ke arah utara. Fauna-
fauna yang berada di sebelah barat garis pembatas itu disebut denganIndo-Malayan
region. Di sebelah timur disebut dengan Australia Malayan region. Garis itulah yang
kemudian kita kenal dengan Garis Wallacea.
Bagian barat spesies Asia, Sumatra Kalimantan Jawa dan pulau sekitarnya pernah satu
dengan Asia. Bagian timur spesies Australia ernah jadi satu dengan benua australia.
Papua dan pulau sekitarnya. Peralihan nus tenggara dan maluku
Garis batas antara Indonesia bagian barat dan bagian tengah ada;ah Garis Wallacea
dan garis batas antara Indonesia tengah dan timur disebut weber 10
5. Manusia purba merupakan 5
Jenis manusia yang hidup pada zaman praaksara atau sebelum tulisan ditemukan
6. A. Trinil 15
Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah
administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Ekskavasi yang dilakukan oleh
Eugene Dubois di Trinil Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial
Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus,
dan beberapa buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang menunjukkan pemiliknya
telah berjalan tegak.
B. Ngandong
Fosil Homo Erectus juga ditemukan di Ngandong. Tengkorak homo erectus
Ngandong berukuran besar dengan volume otak rata-rata 1.100 cc. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Homo Erectus Ngandong lebih maju bila di bandingkan dengan
Homo erectus yang ada di Sangiran. Diperkirakan manusia ngandong berumur antara
300.000-100.000 tahun lalu. Berdasarkan Kajian Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Arkeologi Nasional, di sepanjang daerah aliran Sungai Bengawan Solo di wilayah
Kabupaten Blora terdapat 16 teras endapan yang membentang di kecamatan kradenan.
Kedungtuban dan Cepu. Salah satunya adalah Teras Ngandong. Sejak tahun 1931,
daerah ngandong menjadi pusat penelitian arkeologi yang di rintis oleh tim survei
geologi Belanda (Teer Haar, Oppernoorth, dan Von Koenigswald).
7. A. Sangiran sangat penting bagi penelitian manusia purba 10
Sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala
Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia.
Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia, yang memberikan
petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu.
B. Sangiran menjadi World Heritage List UNESCO
Pengakuan tersebut tentu didasari berbagai pertimbangan yang kompleks. Satu
di antaranya karena di wilayah tersebut tersimpan ribuan peninggalan manusia purba
yang menunjukkan proses kehidupan manusia dari masa lalu. Sangiran telah menjadi
sentra kehidupan manusia purba. Berbagai penelitian dari para ahli juga dilakukan di
sekitar Sangiran. Beberapa temuan fosil di Sangiran telah mendorong para ahli untuk
terus melakukan penelitian termasuk di luar Sangiran
8. A. Meganthrophus 15
Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitian von Koenigswald di
Sangiran tahun 1936 dan 1941 yang menemukan fosil rahang manusia yang
berukuran besar. Dari hasil rekonstruksi ini kemudian para ahli menamakan jenis
manusia ini dengan sebutan Meganthropus paleojavanicus, artinya manusia raksasa
dari Jawa. Jenis manusia purba ini memiliki ciri rahang yang kuat dan badannya tegap.
Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah tumbuh-tumbuhan. Masa hidupnya
diperkirakan pada zaman Pleistosen Awal.
B. Pithecanthrophus
Jenis manusia ini didasarkan pada penelitian Eugene Dubois tahun 1890 di
dekat Trinil, sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, di wilayah Ngawi. Setelah
direkonstruksi terbentuk kerangka manusia, tetapi masih terlihat tanda-tanda kera.
Oleh karena itu jenis ini dinamakan Pithecanthropus erectus, artinya manusia kera
yang berjalan tegak. Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto, sehingga disebut
Pithecanthropus mojokertensis. Jenis manusia purba yang juga terkenal sebagai
rumpun Homo erectusini paling banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan jenis
manusia purba ini hidup dan berkembang sekitar zaman Pleistosen Tengah.
9. A. Homo sapiens diartikan sebagai manusia sempurna 5
Homo sapiens artinya ‘manusia sempurna’ baik dari segi fisik, volume otak
maupun postur badannya yang secara umum tidak jauh berbeda dengan manusia
modern.
B. Homo sapiens diartikan sebagai manusia bijak
Kadang-kadang Homo sapiensjuga diartikan dengan ‘manusia bijak’ karena
telah lebih maju dalam berfikir dan menyiasati tantangan alam.
10. Cara mengetahui kehidupan manusia purbi dengan 2 cara yaitu 10
Fosil atau dengan melalui sisa sisa tulang hewan tumbuhan manusia yang teklah
membantu. Yg kedua dngan artefak atau peninggalan peralatan manusia atau
perlengkapan kehidupan manusia sebagai hasil budaya sperti alat ruma tangga
bangunan perhiasan atau senjata
TUGAS REMIDI
ULANGAN HARIAN SEJARAH 1