Anda di halaman 1dari 1

Bacaan dan renungan Sabda Tuhan Jumat Pekan PraPaskah ke-1, 15 Maret 2019

DAMAI

Renungan kita pada hari ini bertema: Damai. Seorang lelaki menyetir mobilnya
di sepanjang jalan utama dengan perasaan lega dan lepas. Meninggalkan jalan
itu, ia memasuki jalan tol dengan perasaan yang sama. Ia nampak tenang dan
menikmati begitu nyaman menyetir mobilnya, ketika suasana kota Jakarta hari
itu jauh sekali dari keramaian dan kepadatan kendaraan seperti biasanya.
Jakarta sedang liburan berhubungan dengan hari raya salah satu agama.

Lelaki itu menungkapkan bahwa dalam urusan menyetir pada hari itu, ia sangat
damai. Tidak ada kepadatan, keramaian, bunyi mesin dan klakson tanpa henti,
membawa suasana tenang dan aman. Kurangnya asap kendaraan mengurangi
juga rasa sesak dalam pernafasan sehingga ada kepuasan batin. Tidak nampak
kelelahan dan perih di wajah para pengemudi yang tentu menghadirkan rasa
suka kepada para penumpang. Semua itu membawa damai dalam hati.

Rasa damai di dalam hati dan di dalam diri kita tercipta berkat kelengkapan
faktor-faktor pendukungnya. Salah satu faktor itu ialah seperti yang dikisahkan
dalam certia tadi. Dengan tidak ada suasana yang kacau, ribut, gangguan, ramai
atau padat, kita menjadi tenang dan terciptalah rasa damai. Seseorang dapat
mencari jalan dengan menghindari suasana itu, dan ditempat yang sepi untuk
menikmati keadaan jauh dari segala macam keramaian, ia mengalami
kedamaian. Di dalam keadaan tenang dan sepi, ada kedamaian.

Ada faktor lain yang merupakan suatu cara penciptaan rasa damai, yaitu dengan
menghadirkan keadilan. Jika setiap orang dikondisikan hidup di dalam jalur
perjalanannya masing-masing, dengan hak dan kewajibannya terjamin secara
benar, terjadilah keadilan. Setiap orang menjalankan hidup dengan benar, dan
ikut menciptakan kehidupan bersama yang harmonis, di situ terciptalah
kedamaian. Dengan cara seperti ini, Injil kita pada hari ini menyadarkan kita
tentang pentingnya keadilan itu yang harus dibuat dan diciptakan nyata, supaya
kedamaian benar-benar merupakan perwujudan kasih Tuhan sendiri.

Dengan contoh tentang sikap berdamai dahulu dengan lawan atau musuh
sebelum datang ke hadirat Tuhan untuk berdoa dan bersyukur, Yesus di sini
sangat menekankan tentang bersikap adil. Nampaknya pihak musuh atau lawan
ditinggalkan atau tidak dipedulikan, sedangkan kita langsung saja berbicara
dengan Tuhan. Ini sungguh tidak adil. Maka keadilan menuntut supaya masalah
dengan lawan diselesaikan demi sebuah solusi yang dapat diterima semua pihak,
dan setelah itu baru menjadi sebuah doa dan ungkapan syukur.

Nabi Yesaya meminta suatu pertobatan yang tulus, dan kita hendaknya
menjadikan cara menciptakan perdamaian melalui terciptanya keadilan sebagai
ungkapan tobat kita di dalam masa Pra Paskah ini.

Marilah kita berdoa. Dalam nama... Ya Tuhan, semoga Roh-Mu memenuhi kami
dengan karunia keadilan dan perdamaian sejati. Kemuliaan... Dalam nama ...

Anda mungkin juga menyukai