Anda di halaman 1dari 9

STUDI STABILITAS SISTEM INTERKONEKSI SARAWAK –

KALIMANTAN BARAT
Daniel Prahara Eka Ramadhani
Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111

ABSTRAK–Perkembangan ekonomi suatu daerah kelistrikan di Provinsi Kalimantan Barat dengan


sering diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan sistem kelistrikan di daerah Sarawak sudah stabil atau
penambahan daya listrik. Kondisi ini tentunya harus belum.
segera diatasi dengan menambah kapasitas
1.3 Tujuan
pembangkitan pada daerah tersebut. Salah satu
caranya adalah dengan membeli daya dari negara Penelitian pada tugas akhir ini bertujuan
lain. Membeli daya dari negara lain memberikan sebagai berikut :
beberapa keuntungan, antara lain adalah biaya a. Mendapatkan hasil simulasi dari sistem
infrastruktur yang lebih rendah. Akan tetapi, hal ini interkoneksi Kalimantan Barat – Sarawak.
juga menambah masalah baru, yaitu sistem yang b. Mengetahui apakah sistem interkoneksi
telah diinterkoneksikan telah stabil atau tidak, yang telah disimulasikan memenuhi syarat –
utamanya jika terjadi gangguan besar . syarat kestabilan atau tidak.
Pada Tugas Akhir ini akan diteliti tentang
stabilitas transien sistem interkoneksi Sarawak – II. TEORI PENUNJANG
Kalimantan Barat dalam kemampuannya 2.2 Aliran Daya
mempertahankan keseimbangan sistem tenaga
listriknya saat terjadi gangguan besar berupa lepasnya Studi aliran daya digunakan untuk menentukan
pembangkit terbesar dari sistem dan gangguan nilai tegangan, arus, daya dan faktor daya atau daya
hubung singkat pada jalur interkoneksi yang reaktif pada berbagai titik dalam jaringan listrik
dilakukan dengan bantuan software ETAP. dalam keadaan operasional atau yang diharapkan
untuk operasi normal. Singkatnya, kegunaan studi
Kata kunci : Stabilitas Transien, Sistem Interkoneksi aliran daya adalah :
1. Mengetahui tegangan bus (magnitude dan
I. PENDAHULUAN
sudut).
1.1 Latar Belakang 2. Mengetahui daya pada bus (P, Q) dan power
faktor pada bus.
Dewasa ini, sistem tenaga listrik selalu
3. Mengetahui besar aliran dari P dan Q, dan
berkembang mengikuti kemajuan jaman. Semakin
arus yang lewat.
berkembangnya sistem berarti semakin tingginya
4. Mengetahui line losses dan total system loss.
konsumsi tenaga di wilayah tersebut. Tingginya
5. Mengetahui pembebanan saluran dan
konsumsi tenaga perlu diatasi dengan pembangunan
transformator.
pembangkit baru sehingga tingginya konsumsi daya
bisa diatasi. Akan tetapi, jika pembangunan 2.2 Kestabilan Sistem Daya
pembangkit baru tidak dimungkinkan, baik karena
Kestabilan sistem daya didefinisikan sebagai
masalah biaya maupun masalah ketersediaan lahan,
sifat sistem yang memungkinkan mesin bergerak
salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan
serempak dalam sistem dan berreaksi terhadap
melakukan interkoneksi antara beberapa wilayah,
gangguan dalam keadaan kerja normal serta kembali
dengan tujuan wilayah yang mengalami kekurangan
ke kondisi kerja semula bila keadaan menjadi normal
daya akan mendapat suplai daya dari wilayah yang
kembali. Dengan kata lain, stabilitas sistem daya
mempunyai kelebihan daya.
merupakan kemampuan suatu sistem tenaga listrik
Interkoneksi antara 2 atau lebih wilayah atau bagian komponennya untuk mempertahankan
tentunya mempunyai beberapa persyaratan. Ada sinkronisasi dan keseimbangan dalam sistem. Batas
banyak parameter – parameter yang harus dipenuhi dari stabilitas sistem adalah daya maksimum yang
agar interkoneksi dan transfer daya dapat dapat mengalir melalui suatu titik dalam sistem tanpa
berlangsung seperti yang diinginkan. Jika persyaratan menyebabkan hilangnya stabilitas.
– persyaratan itu telah dipenuhi, maka interkoneksi Berdasarkan sifat dan besarnya gangguan,
akan berjalan dengan baik. Akan tetapi, kondisi ideal masalah stabilitas dalam sistem tenaga listrik
sangat jarang bisa dicapai, sehingga terjadi gangguan dibedakan atas:
dalam sistem, seperti gangguan kestabilan.
1. Stabilitas steady-state merupakan
1.2 Permasalahan kemampuan dari suatu sistem tenaga
Permasalahan yang dibahas pada Tugas Akhir mempertahankan sinkronisasi antara mesin-
ini adalah apakah interkoneksi antara sistem mesin dalam sistem setelah mengalami

Halaman 1 dari 9 halaman


Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
gangguan kecil. sistem tenaga listrik, atau bagian dari sistem tenaga
2. Stabilitas transient merupakan kemampuan listrik yang masih diijinkan untuk pengoperasian
dari suatu system tenaga mempertahankan yang stabil.
sinkronisasi setelah mengalami gangguan
besar yang bersifat mendadak selama sekitar III. SISTEM KELISTRIKAN
satu "swing" (yang pertama) dengan KALIMANTAN BARAT DAN SARAWAK
asumsi bahwa pengatur tegangan otomatis DAN SETUP SIMULASI
(Automatic Voltage Regulator) dan
A. Sistem Kalimantan Barat
governor belum bekerja.
3. Stabilitas dinamis terjadi bila setelah swing Sistem kelistrikan di Kalimantan Barat
pertama (periode stabilitas transien) sistem dikelola oleh PT. PLN Region V dan meliputi seluruh
belum mampu mempertahankan sinkronisasi wilayah provinsi Kalimantan Barat dengan kondisi
sampai sistem mencapai keadaan seimbang pembangkitnya sebagian besar merupakan PLTD.
yang baru.
A.1 Kondisi Eksisting Sistem Kelistrikan
2.2.1 Gangguan terhadap Stabilitas Kalimantan Barat
Gangguan terhadap stabilitas suatu sistem Energi listrik yang digunakan untuk mensuplai
dapat dibedakan menjadi dua yaitu[8]: kebutuhan energi di Kalimantan Barat pada tahun
1. Gangguan kecil 2008 – 2009 dipenuhi oleh 21 pembangkit listrik
Disebabkan oleh adanya fluktuasi beban. dengan mayoritas berupa PLTD dengan kapasitas
2. Gangguan besar berkisar antara 6.37 MW – 16 MW. Untuk lebih
Gangguan besar (bersifat mendadak) jelasnya bisa dilihat pada Tabel 1
dapat berupa hubung singkat, Tabel 1
pelepasan beban mendadak, dan Daftar pembangkit eksisting sistem Kalimantan Barat tahun 2009
sebagainya. Kapasitas Kapasitas
no ID no ID
Adapun gangguan-gangguan hubung singkat (MW) (MW)
pada sistem tiga fasa adalah sebagai berikut dan PLTD SEI RAYA PLTD SIANTAN
ditunjukkan pada gambar 1: 1 SWD1 8.8 1
PLTG-
37
a. Hubung singkat simetri HSD
b. Hubung singkat tak simetri 2 SWD2 8.8 2 SWD1 4
(asimetri) 3 SWD3 8.8 3 SWD2 4

Gambar 1 4 SWD4 8.8 4 SWD3 4


Jenis-jenis gangguan hubung singkat 5 SLZ1 7.92 5 SWD4 10.72
6 SLZ2 7.92 6 SLZ1 6.37
PLTD RENTAL-SEI
7 SLZ2 6.37
RAYA
SEWA1- PLTD -
1 14.60 8 15
MFO MFO
SEWA2-
2 16.00 PLTD RENTAL-SIANTAN
MFO
SEWA- SEWA1-
3 30.00 1 10.00
HSD MFO
SEWA2-
PLTD SINGKAWANG 2 10.00
MFO
1 PLTD1 16.00
2 PLTD2 7.92 Total 253.74

3 PLTD3 10.72

Pendistribusian daya listrik di Provinsi


Kalimantan Barat dilayani oleh 6 gardu induk Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2
2.2.2 Stabilitas Tegangan Tabel 2
Daftar GI Eksisting dan Beban Puncak yang ditanggung
Kestabilan adalah keadaan pada sistem daya
atau bagian dari sistem yang memungkinkan No NAMA GI Beban No NAMA GI Beban
bertambahnya gaya yang tersimpan antara bagian-
bagian dari sistem, sama atau lebih besar dari pada 1 GI SIANTAN 4 GI. MEMPAWAH
gaya yang menyebabkan gangguan dari Beban Puncak (
16.38
Beban Puncak (
9.46
keseimbangan antara bagian-bagian dari sistem. MW ) MW )
Batas kestabilan adalah harga maksimum dari MVAR 5.09 MVAR 2.94
daya yang mengalir melalui suatu titik tertentu pada

Halaman 2 dari 9 halaman


Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Lanjutan Tabel 1 Tabel 4
Daftar GI dan Beban Puncak yang ditanggung pada tahun 2012
2 GI SEI RAYA 5 GI. KOTA BARU
Beban Puncak ( Beban Puncak (
19.44 14.88 No. NAMA GI Beban No. NAMA GI Beban
MW ) MW )
MVAR 6.04 MVAR 4.62
GI PLTU
GI. PARIT GI.SINGKAWAN 1 GI SIANTAN 7 KURA -
3 6
BARU G KURA
Beban Puncak ( Beban Puncak ( Beban
19.13 31.80 Beban Puncak
MW ) MW ) 21.79 Puncak ( 6.66
( MW )
MVAR 5.94 MVAR 9.88 MW )
Beban Pembangkit Beban Pembangkit Sei MVAR 6.77 MVAR 2.07
24.60 29.29
Siantan (MW) Raya (MW)
GI SEI GI
Total MW saat Total MVAR saat 2 8
162.12 RAYA SAMBAS
Beban Puncak Beban Puncak 33.91 Beban
Beban Puncak
25.86 Puncak ( 13.50
( MW )
3.1.2 Sistem Kelistrikan Kalimantan Barat pada MW )
Tahun 2012 MVAR 8.03 MVAR 4.19
GI. PARIT
Pada tahun 2012, pemenuhan kebutuhan listrik 3
BARU
9 GI TAYAN
akan dilayani dengan penambahan beberapa Beban
Beban Puncak
pembangkit baru dan penghentian operasi beberapa ( MW )
25.45 Puncak ( 11.20
pembangkit lama. Pada tahun ini SESCo akan mulai MW )
mensuplai kebutuhan daya sebesar 100 MW kepada MVAR 7.90 MVAR 3.48
sistem Kalimantan Barat. Tabel 3 akan menunjukkan GI.
GI
4 MEMPAWA 10
kondisi pembangkit pada tahun 2012 SANGGAU
H
Tabel 3 Beban
Beban Puncak
Daftar pembangkit sistem Kalimantan Barat pada tahun 2012 12.70 Puncak ( 14.90
( MW )
MW )
Kapasitas Kapasitas MVAR 3.95 MVAR 4.63
no ID no ID
(MW) (MW) GI
PLTD SEI RAYA PLTD SIANTAN GI. KOTA
5 11 BENGKAY
BARU
1 SWD1 8.8 1 SWD1 4 ANG
Beban
2 8.8 2 4 Beban Puncak
SWD2 SWD2 19.79 Puncak ( 16.15
( MW )
MW )
3 SWD3 8.8 3 SWD3 4
MVAR 6.15 MVAR 5.02
4 SWD4 8.8 4 SWD4 10.72 GI.SINGKA
6 Beban Pembangkit
5 SLZ1 7.92 5 SLZ1 6.37 WANG 20.00
Siantan (MW)
Beban Puncak
6 SLZ2 7.92 6 SLZ2 6.37 42.80
( MW )
PLTD - Beban Pembangkit
PLTD RENTAL-SEI RAYA 7 15 20.00
MFO MVAR 13.29 Sei Raya (MW)
1 SEWA1-MFO PLTD RENTAL-SIANTAN Total MW saat Total MVAR saat
14.60 246.47 64.34
Beban Puncak Beban Puncak
SEWA1-
2 SEWA2-MFO 1 STOP
16.00 MFO
Cogindo SEWA2-
3
(CDB)
13.68 2
MFO
STOP 3.2 Sistem Kelistrikan Sarawak
4 PLTD-Apung 20.00 PLTD SINGKAWANG Sistem kelistrikan di wilayah Sarawak dikelola
PLTD SANGGAU 1 PLTD 1 16.00 oleh Sarawak Electric Supply Company (SESCo).
1 PLTD 1 7.20 2 PLTD 2 7.92 Total kapasitas pembangkitan di wilayah ini
2 PLTD 2 2.80 3 PLTD 3 10.72 (termasuk IPP) adalah 877 MW pada tahun 2003.
PLTU
3 PLTD 3 6.40 3.2.1 Kondisi Eksisting Sistem Kelistrikan
P.KURA2
50 Sarawak
(Perpres
PLTU PARIT BARU 71/2006)
PLTU PLTU Gambut -
Skema pembangkitan sistem Sarawak tahun
1 Perpres 100 IPP 134 2009 terdiri atas 11% dengan tenaga air, 58% dengan
71/2006 (Kemitraan) turbin gas, 11.4% PLTU Batubara, dan 19% dengan
IPP SESCO - diesel. IPP mensuplai sebesar 318 MW.
2 50 100
(Kemitraan) Purchase
Selengkapnya pada tabel berikut.
3 Loan RRT 75 TOTAL 675.82

Pada tahun 2012 sendiri akan ada penambahan


4 GI baru untuk melayani pertumbuhan penduduk di
provinsi Kalimantan Barat. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 4 berikut

Halaman 3 dari 9 halaman


Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Tabel 5 3.2.1 Sistem Kelistrikan Sarawak pada 2012
Daftar pembangkit eksisting sistem Sarawak
Daya Kebutuhan energi di wilayah Sarawak pada
Daya tahun 2012 dipenuhi oleh 44 buah pembangkit yang
Terbang
Generator ID Terbangki Generator ID
t (MW)
kit tersebar di 5 lokasi. Selengkapnya dapat dilihat pada
(MW) tabel berikut.
BIAWAK_G1 12.14 BINTULU_G5 34.4 Tabel 7
BIAWAK_G2 12.14 BINTULU_G6 34.4 Daftar pembangkit sistem Sarawak tahun 2012
Daya Daya
BIAWAK_G3 12.14 BINTULU_G7 107.7
Generator ID Terbangkit Generator ID Terbangkit
BIAWAK_G4 13.87 BINTULU_G8 107.7 (MW) (MW)
BIAWAK_G5 32.64 BINTULU_G9 107.7 BIAWAK_G1 3.36 COAL_G2 50
BIAWAK_G6 32.64 BINTULU_G10 107.7 BIAWAK_G2 3.36 COAL_G3 55
BIAWAK_G3 3.36 COAL_G4 55
COAL_G1 50 MIRI_GB 3.2
BIAWAK_G4 3.84 BATA_G1 23.2
COAL_G2 50 MIRI_GB 8.5
BIAWAK_G5 32.64 BATA_G2 23.2
COAL_G3 55 MIRI_GB 8.5
BIAWAK_G6 32.64 BATA_G3 23.2
COAL_G4 55 MIRI_GB 3.2
COAL_G1 50 BATA_G4 23.2
BATANG AI_G1 23.2 MIRI_GB 3.2
BATANG AI_G2 23.2 MIRI_G2 11 BINT_G1 35.84 MIRI_G2 11
BINT_G2 35.84 MIRI_G3 11
BATANG AI_G3 23.2 MIRI_G3 11
BINT_G3 35.84 MIRI_G4 7
BATANG AI_G4 23.2 MIRI_G4 7
BINT_G4 36 MIRI_G5 7
BINTULU_G1 35.84 MIRI_G5 7
BINT_G5 34.4 MIRI_G6 8.5
BINTULU_G2 35.84 MIRI_G6 8.5
BINT_G6 34.4 MIRI_G17 33.24
BINTULU_G3 35.84 MIRI_G17 33.24
BINTULU_G4 36 TOTAL (MW) 1165.83 BINT_G7 107.7 BAKN_G1 300
BINT_G8 107.7 BAKN_G2 300
Tabel 6
Daftar pembebanan eksisting sistem Sarawak BINT_G9 107.7 BAKN_G3 300
BINT_G10 107.7 BAKN_G4 300
NORMAL NORMAL
MV MV MIRI_GB 3.2 BAKN_G5 300
ORGANIC MW ORGANIC MW
AR AR
CUSTOMER CUSTOMER MIRI_GB 8.5 BAKN_G6 300
27.8
COAL_G1 3.00 1.37 SGO__33 61.06 MIRI_GB 8.5 BAKN_G7 300
7
COAL_G2 3.00 1.37 MAMB_33 24.63 9.16 MIRI_GB 3.2 BAKN_G8 300
23.4 MIRI_GB 3.2 MIRI_G3 11
COAL_G3 5.00 1.68 MUTB_33 51.76
6 TOTAL PEMBANGKITAN (MW) 3529.48
18.3
COAL_G4 5.00 1.68 SEJK_33 38.90
5 Tabel 8
43.8 Daftar pembebanan sistem Sarawak tahun 2012
MATA_33 102.66 PRIO2_33 12.78 5.05
3
`NORMAL NORMAL
BIAW_33 15.34 8.66 BIA2_33 0.96 0.52 ORGANIC MW MVAR ORGANIC MW MVAR
30.2 CUSTOMER CUSTOMER
PRIO_33 69.89 ENKI_33 3.70 1.09
4
COAL_G1 3.00 1.37 BIA2_33 0.96 0.52
SRAM_33 6.50 2.17 BINT_33 15.21 5.03
10.5 COAL_G2 3.00 1.37 ENKI_33 3.70 1.09
BETG_33 3.35 1.15 KIDU_33 34.89
9
COAL_G3 5.00 1.68 SRAM_33 1.14 36.12
KEM_33 3.53 0.93 SMDS_33 0.45 0.11
COAL_G4 5.00 1.68 BETG_33 4.33 36.12
SARI_33 21.19 9.95 LPG__33 4.25 1.34
121.6
19.0 MATA_33 52.43 KEM_33 7.60 36.12
TJMN_33 7.74 2.38 KMN_33 58.05 4
4
OYAR_33 31.07 9.94 BIN2_33 4.14 1.34 BIAW_33 18.18 10.36 SARI_33 3.91 36.12

20.8 28.0 PRIO_33 82.82 36.12 TJMN_33 4.13 36.12


DESH_33 61.67 PUJT_33 85.99
0 7
15.4 SGO__33 72.34 36.12 OYAR_33 24.75 36.12
SALI_33 24.97 8.90 TUDN_33 47.10
1
14.4 MAMB_33 29.18 36.12 DESH_33 9.04 36.12
PETI_33 11.79 4.68 SEJK_132 19.20
0
MUTB_33 61.33 36.12 SALI_33 36.30 36.12
SMELTER MUKH_132 13.66 5.92
TOTAL SEJK_33 46.10 36.12 PETI_33 72.06 36.12
PRESSMETAL 29.5 942.4 366.
90.00 PEAK
132 8 3 07 PRIO2_33 15.14 36.12 BINT_33 29.18 36.12
LOAD

Halaman 4 dari 9 halaman


Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Lanjutan Tabel 8 tidak semua data tegangan dan perubahannya pada
bus-bus utama tercantum pada tabel 10
KIDU_33 40.75 36.12 SMELTER
Tabel 10
PRESSMETAL Perubahan Nilai Tegangan yang Terjadi
SMDS_33 0.52 36.12 90.00 29.58
132
PRESSMETAL 510.0 BUS kV % Magnitude kV
LPG__33 4.96 36.12 167.63
132 0
3601_PUJT 33.000 93.74 30.933
MANUFACTURING - Bus268 11.000 93.74 10.311
KMN_33 67.81 36.12
TOKUYAMA
MIRI_1 11.000 93.74 10.311
POLYSILICO 100.0
BIN2_33 4.83 36.12 32.87 3101_MATA 33.000 111.67 36.852
N2 0
MAMB_33 33.000 106.91 35.279
100.4 SOLAR
PUJT_33 36.12 80.00 26.29 ENKI_33 33.000 108.86 35.922
5 GLASS
SRAM_33 33.000 105.22 34.722
TKYM_132 -
140.0 KEMR 33.000 107.37 35.433
TUDN_33 55.02 36.12 POLYSILICO 46.02
0 MAMBANG 132.000 107.48 141.87
N1
CRYSTAL- COAL 132.000 105.70 139.518
SEJK_132 28.53 36.12 PULLING 25.00 5.26 SEJK 132.000 105.71 139.536
(SAMAJAYA) MUTB 132.000 106.13 140.095
KSAM 132.000 107.17 141.458
MUKH_132 16.28 36.12 MATA 275.000 113.22 311.346
MAMBANG 275.000 113.44 311.970
EXPORT
BENGKAYANG_2 275.000 112.86 310.355
SALCO_275 GI_SINGKAWAN 150.000 106.16 159.233
100. 32.87 BRUNEI_1 200 65.74
(SABAH) GI PLTU KURA 150.000 105.02 157.527
WESTKALI 100 32.87 GI BENGKAYAN 150.000 110.56 165.840
Bus249 132.000 106.41 140.465
2350.88 1483.26 Bus230-1 33.000 108.38 35.765
TOTAL PEAK LOAD
MW MVAR
Dari studi aliran daya maka dapat dilihat
3.3 Setup Simulasi
bahwa sistem interkoneksi Sarawak – Kalimantan
Simulasi aliran daya pada tugas akhir ini Barat pada tahun 2012 berada dalam kondisi yang
menggunakan metode iterasi Newton Rapshon. buruk. Penurunan tegangan yang terjadi memang
Informasi mengenai sistem adalah : masih di dalam standar ANSI C84-1, yaitu -10%
untuk nilai undervoltage. Akan tetapi, bus – bus yang
• Frequency : 50 Hz mengalami overvoltage ada yang mengalami
• Unit Sistem : Metric kenaikan tegangan sampai sebesar 13.44%. Hal ini
• Max Iteration : 1000 sudah jauh melampaui standar ANSI C84-1, yaitu
• Error Tolerance : 0.000 (MVA), 0.000000 +4% dalam keadaan normal dan +6%. Oleh karena
(PU), 0.0000 (%) itu perlu diadakan perbaikan sistem.
IV. SIMULASI DAN ANALISIS 4.2 Gangguan Stabilitas Transien Akibat
4.1 Simulasi Aliran Daya Lepasnya Pembangkit
Dari hasil simulasi aliran daya yang dilakukan Unit pembangkit terbesar pada sistem
dengan pembebanan beban puncak didapatkan hasil- Sarawak – Kalimantan Barat adalah Bakun Power
hasil sebagai berikut : Station. Stabilitas transien yang akan dianalisis
Tabel 9 adalah dampak gangguan lepasnya pembangkit
Hasil Analisis Load Flow terhadap frekuensi sistem dan aliran daya ke daerah
lain. Beberapa parameter yang diamati antara lain
Reactive
Active Power
PF adalah:
Power Power Magtitude
(MVAR) (%) a) Frekuensi sistem sebelum, selama dan
(MW) (MVA)
setelah mengalami gangguan lepasnya
Swing Bus 394.672 16.275 75.598 97.78 pembangkit.
Generators 2428.840 178.194 2435.368 99.7 b) Pembebanan saluran transmisi.
Total Demand 2823.513 243.374 2833.982 99.6
Total Motor
2769.234 974.790 2935.792 94.3
Untuk sistem interkoneksi besar dengan
Load banyak pembangkit dan kapasitas pembangkitan tiap
Total Static Load 0.000 -384.940
unit pembangkit kecil persentasenya terhadap
Apparent Losses 54.279 -346.476
System kapasitas total sistem, pelepasan pembangkit terbesar
0.000 0.000 akan hanya akan berpengaruh kecil. Akan tetapi,
Mismatch
Angka-angka di atas merupakan laporan pada sistem interkoneksi Sarawak – Kalimantan
ringkasan total kebutuhan daya hasil simulasi sistem Barat, kapasitas pembangkitan Bakun P/S adalah
interkoneksi Sarawak – Kalimantan Barat pada tahun besar jika dibandingkan dengan pembangkit lain (3
2012. Tabel 9 akan menunjukkan besar tegangan dan kali kapasitas pembangkit gas di Bintulu), oleh
perubahan tegangan pada bus utama. Sebagai catatan, karena itu, diharapkan simpangan frekuensi dari

Halaman 5 dari 9 halaman


Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
pelepasan unit pembangkit Bakun diharapkan
menjadi sangat besar.
4.2.1 Akibat Gangguan terhadap Frekuensi
Dari hasil simulasi stabilitas transien
didapatkan hasil sebagai berikut :
− Frekuensi transien minimal : 49.57 Hz
− Frekuensi steady state : 49.84 Hz
Gambar 4
Respon frekuensi generator Bakun_G2

− Frekuensi puncaknya sebesar 55.45 Hz.


− Frekuensi steady state sebesar 50.012 Hz
Hasil plot dari daya terbangkit generator
sebelum, selama dan setelah terjadi gangguan hubung
singkat pada saluran interkoneksi Bakun – Simi
adalah sebagai berikut :
Gambar 2
Respon frekuensi pada sistem
4.2.2 Akibat Gangguan terhadap Pembebanan
Saluran
Dari simulasi stabilitas transien didapat hasil
sebagai berikut :
Gambar 5
Daya generator Bakun_G2 saat terjadi gangguan
150
Berdasarkan gambar diatas dapat diuraikan
100
sebagai berikut :
− Pada waktu t = 1 detik mulai terjadi hubung
50 singkat pada saluran interkoneksi Bakun –
Simi.
− Daya generator turun hingga nilai 12.21
Gambar 3
MW
Pembebanan pada saluran interkoneksi Sarawak – Kalimantan Frekuensi Sistem
Barat
Dari hasil simulasi stabilitas transien
− Daya sebelum gangguan : 101.6 MW
didapatkan hasil yang dapat dilihat pada gambar 4.5
− Daya setelah gangguan : 63.5 MW berikut
4.3 Gangguan Stabilitas Transien Akibat
Gangguan Hubung Singkat di Saluran Transmisi
Pada bagian ini akan ditunjukkan hasil
simulasi stabilitas transien pada sistem jika terjadi
gangguan hubung singkat di saluran transmisi dari
bus pembangkit Bakun (saluran interkoneksi Bakun -
Simi) dengan asumsi bahwa pada t = 1 terjadi
gangguan dan cb baru terbuka pada t = 2. Beberapa
parameter yang diamati antara lain adalah: Gambar 6
a) Frekuensi dan daya generator Bakun_G2 Respon frekuensi sistem saat terjadi gangguan
sebelum, selama dan setelah mengalami Dari gambar 4.5 dapat diamati bahwa pada
gangguan lepasnya pembangkit saat t = 1 salah satu saluran mengalami hubung
b) Frekuensi sistem sebelum, selama dan singkat. Akibatnya, frekuensi sistem mengalami
setelah mengalami gangguan lepasnya kenaikan dari nilai nominalnya yaitu 50 Hz.
pembangkit. Frekuensi kemudian akan mengalami steady state
c) Nilai tegangan pada Bus yang terhubung setelah 20 detik. Dari hasil simulasi diketahui bahwa
dengan saluran transmisi. simpangan nilai frekuensi sudah berada dalam
kondisi yang tidak diijinkan, yaitu naiknya frekuensi
4.3.1 Akibat Gangguan terhadap Frekuensi, Daya, sampai lebih dari 10%.
dan Tegangan
Jika terjadi gangguan hubung singkat pada Tegangan pada Bus Simi
saluran interkoneksi Bakun – Simi, dengan simulasi Hasil plot dari nilai tegangan pada bus Simi
akan didapat respon generator sebagai berikut: sebelum, selama dan setelah terjadi gangguan hubung

Halaman 6 dari 9 halaman


Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
singkat pada saluran interkoneksi Bakun – Simi 4.4.1 Akibat Gangguan terhadap Frekuensi dan
adalah sebagai berikut: Tegangan
− Pada waktu t = 1 detik tegangan bus turun
1. Frekuensi Generator:
menjadi 20 % dari tegangan aslinya (275
Hasil plot dari frekuensi generator
kV).
Bakun_G9 sebelum, selama dan setelah terjadi
− Pada saat t = 2, gangguan telah hilang. gangguan pada bus Bakun adalah sebagai berikut :
Terjadi kenaikan tegangan sampai 144.53 %
− Tegangan steady state bernilai 100.22% dari
tegangan nominal bus

Gambar 9
Respon frekuensi generator Bakun_G2
Berdasarkan gambar 4.8 diatas maka dapat
Gambar 7
Tegangan bus Simi saat terjadi gangguan
diuraikan sebagai berikut :
• Frekuensi puncaknya sebesar 52.992 Hz.
4.3.2 Akibat Gangguan terhadap Pembebanan • Frekuensi steady state sebesar 50.01 Hz pada
Saluran t = 20
Dari simulasi stabilitas transien dengan Gangguan pada bus ini ternyata juga
menggunakan software ETAP 4.0 didapat hasil plot berpengaruh pada generator Bintulu_G9 yang berada
pembebanan saluran sebagai berikut : 259 km dari bus yang mengalami gangguan. Respon
frekuensinya adalah sebagai berikut :

Gambar 8 Gambar 10
Beban saluran saat terjadi gangguan Respon frekuensi generator Bintulu_G9
Dari gambar 8 dapat diketahui bahwa
setelah mengalami gangguan hubung singkat di Berdasarkan gambar 10 diatas maka dapat
saluran Bakun – Simi, beban saluran Simi – Bintulu diuraikan sebagai berikut :
mengalami penurunan pada t = 1 dan kenaikan secara • Frekuensi puncaknya sebesar 52.583 Hz.
tiba – tiba di t = 2. Selengkapnya bisa dilihat pada • Frekuensi steady state sebesar 50.01 Hz
tabel berikut pada t = 20
Tabel 11
Perubahan pembebanan saluran transmisi
2. Daya Generator
Steady Hasil plot dari daya terbangkit generator
Asli Terendah Tertinggi
State sebelum, selama dan setelah terjadi gangguan hubung
Daya singkat pada bus Bakun adalah sebagai berikut:
228.4 3.60 434.05 228.2
(MW)

4.4 Gangguan Stabilitas Transien Akibat Fault di


Bus
Pada bagian ini akan ditunjukkan hasil
simulasi stabilitas transien pada sistem jika terjadi
fault di salah satu bus pada sistem. Bus yang akan
disimulasikan mengalami gangguan adalah bus
pembangkit Bakun. Beberapa parameter yang diamati Gambar 11
antara lain adalah: Daya terbangkit generator Bakun_G2
a) Frekuensi generator Bakun_G2 dan Berdasarkan gambar 4.10 diatas maka dapat
Bintulu_G9 diuraikan sebagai berikut :
b) Frekuensi dan tegangan pada bus Mambang. • Daya terbangkit turun sampai 0 MW saat
terjadi gangguan.

Halaman 7 dari 9 halaman


Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
• Daya masih berosilasi antara 183 – 185 MW • Pada waktu t = 1 detik tegangan bus turun
pada t=20 menjadi 149.0225 kV
• Undervoltage terendah mencapai 125.98 kV
Pada generator Bintulu_G9 didapat hasil
sebagai berikut • Tegangan steady state sebesar 270.06 kV
Pada subbab ini diasumsikan terjadi hal
sebagai berikut :
• Gangguan terjadi pada saat t = 1
• CB membuka 0.2 detik setelah gangguan,
sehingga gangguan hilang
Pemilihan sampel nilai tegangan pada bus
Mambang dikarenakan bus ini adalah bus yang
Gambar 12 tersambung dengan saluran interkoneksi Sarawak –
Daya terbangkit generator Bintulu_G9 Kalimantan Barat.
Berdasarkan gambar 12 diatas maka dapat 4.4.2 Akibat Gangguan terhadap Pembebanan
diuraikan sebagai berikut : Saluran
• Daya terbangkit turun sampai 13.8 MW saat Dari simulasi stabilitas transient didapat
terjadi gangguan. hasil seperti yang ditunjukkan pada gambar 15
• Daya masih berosilasi antara 99.5 – 100.2 berikut ini:
MW pada t=20

3. Frekuensi pada Bus Mambang


Hasil plot dari nilai frekuensi pada Bus
mambang Sebelum, selama dan setelah terjadi
gangguan pada bus Bakun adalah sebagai berikut:

Gambar 15
Beban saluran saat terjadi gangguan
Dari gambar 4.14 dapat diketahui bahwa
setelah mengalami gangguan di bus Bakun, aliran
beban pada saluran Simi – Bintulu (line 221)
mengalami penurunan nilai daya sampai -13.22 MW.
Gambar 13 Hal ini berarti daya mengalir ke arah yang
Frekuensi bus Mambang saat terjadi gangguan berlawanan. Pada saluran 225 (Bintulu - Smaj), daya
Berdasarkan gambar 4.12 diatas maka dapat terendah yang tercatat pada saluran adalah 0 MW.
diamati bahwa: Selengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut
• Nilai frekuensi tertinggi adalah 52.925 Hz
Tabel 4.4
• Frekuensi steady state sebesar 50.4 Hz pada Perubahan pembebanan saluran transmisi
t = 20
Asli Terendah Tertinggi Steady State
4. Tegangan pada Bus Mambang (MW) (MW) (MW) (MW)
Hasil plot dari daya terbangkit generator Line
260.227 - 13.22 1625.70 260.12
sebelum, selama dan setelah terjadi gangguan hubung 221
singkat pada saluran interkoneksi Bakun – Simi Line
203.571 0 1031.36 203.43
adalah sebagai berikut 225
Line
96.32 3.29 134.4 92.43
187

V. KESIMPULAN
1. Simulasi load flow perlu dilakukan untuk
mengetahui kondisi sistem tenaga dalam keadaan
beban nominal dan untuk mengetahui bahwa
modeling sistem tenaga bekerja dengan baik.
Gambar 14 2. Dari hasil simulasi load flow, dan transient
Tegangan bus Mambang saat terjadi gangguan
stability, dapat diketahui bahwa sistem
Berdasarkan gambar 14 diatas dapat diamati
interkoneksi antara Kalimantan Barat dengan
bahwa:
Serawak :

Halaman 8 dari 9 halaman


Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
a. Sistem masih aman jika terjadi gangguan
lepas generator terbesar, perubahan
frekuensi dan tegangan tidak signifikan,
walaupun cukup mempengaruhi besar daya
terkirim ke sistem Kalimantan Barat.
b. Jika terjadi gangguan hubung singkat pada
saluran transmisi dengan lokasi pembangkit
terbesar, sistem masih aman dan tidak ada
pengaruh sama sekali ke jumlah daya
terkirim ke wilayah Kalimantan Barat,
karena jaraknya yang cukup jauh dari lokasi
c. Gangguan pada bus pembangkit besar harus
dihindari karena menyebabkan
ketidakstabilan sistem

DAFTAR PUSTAKA
C.F. Wagner, and R.D Evans., ”Symetrical
Components”, McGraw-Hill, New
York,1993.
Gross, Charles A., ”Power System Analysis”, John
Wiley and Sons, Inc., Canada, 1986.
Hutauruk T. S., ”Analisa Sistem Tenaga”, Jilid 1.
Bandung, 1992.
John J. Graigner, and William D. Stevenson, Jr.,
”Power System Analysis”, McGraw-Hill,
International Edition, 1994.
Ontoseno Penangsang. Prof, Diktat Kuliah Analisis
Sistem Tenaga 2, 2007
Ontoseno Penangsang. Prof, Diktat Kuliah
Peningkatan Kualitas Daya Listrik, 2007

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di
Surabaya pada tanggal 24
Mei 1987 dengan nama
lengkap Daniel Prahara Eka
Ramadhani, merupakan
putra pertama dari dua
bersaudara dari pasangan
Denny M. E. Soedjono dan Sri Hartini. Tempat
tinggal di Perumahan ITS Jl. Hidrodinamika III / T –
54 Surabaya.

Halaman 9 dari 9 halaman


Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai