BAB IV
CURRENT TRANSFORMER (TRAFO ARUS)
DAN
POTENSIAL TRANSFORMER (TRAFO TEGANGAN)
IV.1. PENDAHULUAN
Salah satu peralatan listrik pendukung Proteksi adalah Trafo arus/Current
Transformers (CT) dan potensial transformer (PT), dimana CT adalah peralatan
listrik yang dipergunakan dalam rangkaian arus bolak-balik, yang dapat
memperkecil arus besar menjadi arus kecil, dipergunakan untuk pengukuran atau
Proteksi, an PT adalah peralatan listrik yang dapat menurunkan tegangan tinggi
menjadi tegangan rendah.
Fungsi CT adalah untuk memperoleh arus yang sebanding dengan arus yang
hendak dipergunakan, dan untuk memisahkan sirkuit dari sistem yang arus nya
hendak diukur (yang selanjutnya di sebut sirkuit primer) terhadap sirkuit dimana
instrumen tersambung (yang selanjutnya disebut sirkuit sekunder dengan arus
sebesar 1 A atau 5 A yang dipergunakan untuk pengukuran atau proteksi).
Berbeda dari transformator tenaga dimana arusnya tergantung beban disisi
sekunder, tetapi pada trafo arus (CT) arusnya tidak tergantung beban sisi
sekunder, melainkan semata-mata tergantung dari arus disisi primernya. Pada
Current transformers sisi sekunder dapat mempunyai satu belitan atau bebe-
rapa belitan, tergantung dari desain atau kebutuhan pemakaiannya.
Karena pengukuran energi yang dominan adalah pemakaian arus dan
tegangannya, dimana arus dan tegangan yang diukur melebihi arus dan
tegangan nominal yang terdapat di kWhmeter untuk itu dibutuhkan suatu
peralatan instrument transformers yang dapat menurunkan arus dan tegangan.
Yaitu Trafo arus (current transformers) dan trafo tegangan (potensial
transformers). Pada bab ini menjelaskan tentang trafo arus dan trafo tegangan,
tujuannya adalah agar dapat diketahui ratio dan burden trafo arus atau trafo
tegangan yang akan dipergunakan untuk pengukuran dan proteksi.
Current transformers
Perbandingan antara belitan primer dan sekunder pada trafo arus dapat
dijelaskan menurut persamaan:
I1 N 2
= (IV.1)
I 2 N1
Persamaan diatas adalah untuk trafo arus ideal dimana tegangan sekunder = nol
dan arus magnetizing diabaikan.
Potensial transformers
Perbandingan antara belitan primer dan belitan sekunder tanpa beban adalah
E1 N1
= (IV.2)
E2 N2
Dimana :
KN = rated tranformation ratio
IP = Arus primer rms
iP = Nilai seketika (the instantaneous value) dari arus primer
iS = Nilai seketika (the instantaneous value) dari arus sekunder
T = Waktu dalam satu periode (one cycle) dalam detik.
Misal:
CT 300/5 class proteksi 5P20
Arus maksimum CT = 300 x 20 = 6000 A, error 5%. Yang disebut error ini
adalah composite error, dimana saat CT menerima arus sebesar 6000 A,
garis-garis gaya magnit yang terdapat pada inti besi sisi sekunder ada kesa-
lahan dalam mendistribusikannya, sebesar 5%.
Faktor sekuriti (security factor) adalah Ratio dari sekuriti arus primer peng-enal
(IPS) dan arus primer pengenal (IP)
I
FS = PS (IV.7)
IP
Sekuriti dari meter yang dihubungkan ke CT, adalah kebalikan dari FS nya.
Sesuai standar security factor (FS) = FS5 atau Fs10.
j. Rated Short - Time Thermal Current (Ith)
Adalah nilai rms dari arus primer, dimana CT tidak rusak dalam waktu satu
detik, bila waktu arus thermal-hubung singkat pengenal dipakai dalam tiga
detik dipergunakan dalam satu detik. short time thermal current dapat
diperhitungkan dengan persamaan:
I th
I th,t = (IV.8)
t
IP P1/K P2/L
S1/k S2/l
IS
A
Dalam hal ini, polaritas sisi sekunder harus disesuaikan dengan datangnya arus
di terminal sisi primer (pemasangan peralatan instrument tidak boleh terbaik).
Secara normal terminal S2/l harus ditanahkan untuk pengamanan sekunder CT
terhadap tegangan tinggi akibat kopling kapasitif (sesuai standar IEC), sehingga
sudut antara arus primer dan sekunder = nol, kalau S1/k yang ditanahkan maka
sudut arus antara primer dan sekunder menjadi = 1800. Dalam hal tergantung
arus yang masuk pada primer CT bila masuknya dari P2/L, maka yang dike-
tanahkan adalah pada S1/k.
Supaya kesalahan pengukuran tidak menyimpang jauh dari arus yang diukur,
perlu pemilihan yang tepat dari kelas ketelitian dan burden sekunder tidak
melebihi dari rated burden nya. Jadi trafo arus yang dipergunakan untuk
pengukuran dibutuhkan kelas ketelitian yang tinggi dan cepat jenuh saat
menerima arus yang besar.
Tabel IV.1 (IEC 1996): Batas kesalahan arus dan kesalahan fase kelas 0,1 – 1,0
Kelas +/- % kesalahan ratio arus +/- % pergeseran fase pada % dari arus
ketelitian pada % dari arus pengenal pengenal , menit (centiradians)
5 20 100 120 5 20 100 120
0,1 * 0,4 0,2 0,1 0,1 15 8 5 5
0,2** 0,75 0,35 0,2 0,2 30 15 10 10
0,5*> 1,5 0,75 0,5 0,5 90 45 30 30
1,0** 3,0 1,5 1,0 1,0 180 90 60 60
Tabel IV.2 (IEC 1996): Batas kesalahan untuk CT keperluan khusus
Kelas +/- % kesalahan ratio arus +/- % pergeseran fase pada % dari arus
ketelitian pada % dari arus pengenal pengenal , menit (centiradians))
1 5 20 100 120 1 5 20 100 120
0,2S** 0,75 0,35 0,2 0,2 0,2 30 15 10 10 10
0,5S** 1,5 0,75 0,5 0,5 0,5 90 45 30 30 30
Misal:
1. Ratio CT 300/5 class 5P20, berarti CT untuk proteksi ini, mampu
menampung arus sebesar 20 x 300 Amp = 6000 Amp dengan kesalahan
(error) sebesar 5% (seperti dijelaskan diatas).
2. CT 20 VA, 5P15.
20 VA adalah kemampuan CT dapat menampung beban maksimum
sebesar 20 VA
5 adalah kesalahan (error) dalam persen
P adalah Protection
15. adalah batas maksimum arus dari CT .
Bila pengaman (relai) invers definite minimum time (IDMT) dengan
stabilitas gangguan fase dan ketelitian waktu yang akurat tidak
diperlukan dapat mempergunakan klas 10P... Tetapi kalau ketelitian,
stabilitas gangguan fase dan ketelitian waktu yang akurat diperlukan,
dapat mempergunakan klas 5P...
IV.6. KEJENUHAN TRAFO ARUS (CURRENT TRANSFORMERS)
Kejenuhan trafo arus adalah arus yang masuk ke primer melebihi batas arus
yang telah ditentukan. Bahan elektromagnit (inti) pada belitan sekunder
dimana garis-garis gaya magnit (fluks) diperoleh dari arus primer tidak dapat
menampung arus tersebut, sehingga arus sekunder yang keluar tidak sesuai
yang diharapkan.
a) I
Pada gambar IV.2.b terlihat banyak fluks (Φ ) dalam inti besi, bila arus
primernya besar dan luas dari inti besi terbatas, terbatas pula jumlah fluks
yang mengalir di inti besi. Dengan kata lain, makin besar arus primer makin
padat fluks yang timbul di inti besi, sehingga inti besi tidak dapat lagi
menampung fluks yang harus dialirkan. Akibatnya tegangan eIVitasi (ES) tidak
mampu lagi naik.
Perbedaan kejenuhan antara trafo arus untuk pengukuran dan trafo arus untuk
proteksi, adalah pada tingkat kejenuhannya yang berbeda.
Dimana trafo arus untuk pengukuran harus lebih cepat jenuh dibandingkan
dengan trafo arus untuk proteksi, seperti terlihat pada gambar IV.3.
Trafo arus proteksi maupun pengukuran, saat di beri arus primer tertentu Arus
eIVitasi di sekunder akan belok, meskipun arus dinaikkan terus menerus,
tegangan eIVitasi (ES) tidak mampu lagi naik, terjadilah pembelokan dari grafik,
pembelokan grafik ini disebut knee point (titik lutut) yang diartikan sebagai lutut
manusia bengkok (tidak lurus).
Kejenuhan dari trafo arus, berhubungan dengan peralatan instrumen yang
tersambung pada trafo arus tersebut. Dimana pemakaian arusnya
mempergunakan arus bolak-balik, tetapi yang diukur oleh peralatan instrumen
adalah nilai rms (root mean square) besaran bolak balik tersebut sesuai
frekwensi sistemnya.
ES
Knee point
IeIVct
Pada gambar IV.3. terlihat, bagaimana pengukuran arus bolak balik berbentuk
sinusoidal (setengah perioda) menjadi rms berbentuk segiempat, dengan nilai
luas dari kedua bidang tersebut sama. Bila gelombang sinusoidal dengan
frekwensi 50 Hz selama 1 detik, maka nilai rmsnya tetap positif (diatas) garis
horizontal.
Pengukuran rms gelombang sinus
frekwensi 50 hz adalah nilai arus
rata2 selama perioda ½ gelom-
bang sinus itu ( perioda 10 ms )
Dari penjelasan diatas bahwa peralatan instrumen mengukur nilai rms dari arus
bolak balik, bila arus primer yang masuk ke trafo arus melebihi batas arusnya,
maka fluks di inti besi menjadi penuh, sehingga rms di sisi primer dan disisi
sekunder turun, seperti terlihat pada gambar IV.5.
a) b)
Gambar IV.5: gelombang sinusoidal dari arus Current Transformers
Gambar IV.5 a, terlihat saat sisi primer dari trafo arus diberi arus bolak balik,
yang tidak melebihi arus yang telah ditentukan (dibawah batas jenuh)b akan
terdapat arus rms di primer, selanjutnya disisi sekunder akan mengalir juga
arus bolak balik, yang menimbulkan arus rms di sekunder arus rms ini yang
mengerjakan peralatan proteksi (OCR).
Gambar IV.5 b, terlihat saat sisi primer memperoleh arus besar (diatas batas
jenuh), arus sinusoidal di sisi sekunder menjadi cacat (menuju nol) kecacatan
ini berlangsung sampai arus bolak baliknya kembali dibawah batas jenuhnya,
dalam hal ini nilai rms disisi sekunder turun.
Karena penurunan nilai rms (dibawah arus sekunder trafo arus), dapat
mengakibatkan Over current relay tidak bekerja.
Jadi dengan kejenuhan ini, kalau trafo arus tersambung ke peralatan pro-teksi
(OCR), maka relai tidak trip.
IV.7. BURDEN
Beban yang dihubungkan ke sekunder dikatakan sebagai burden, dimana trafo
arus dengan batasannya dapat menampung beban pada sisi sekunder. Beban
ini dinyatakan dalam ohm impedansi atau VA. Misal bur-den impedansi 0,5
ohm dapat di ekspresikan juga pada 12,5 VA dengan arus 5 A.
Sebagai pengaman CT, khususnya di klas proteksi perlu membatasi arus yang
besar yang masuk ke CT, sesuai standar IEC untuk membatasi arus adalah 5P
atau 10P. Pada karakteristik utama dari CT adalah: akurasi rendah, kejenuhan
tegangan (saturation voltage) tinggi dan tidak ada kesalahan gulungan. Dimana
kejenuhan tegangan diberikan sebagai accuracy limit factor (ALF). Bila terdapat
arus lebih dari arus peng-enal primer, menjadikan akurasi/ketelitian pengenal
penuh pada burden pengenal yang dihubungkannya., ini dikatakan sebagai
nilai minimum. dengan ra-tio/perbandingan antara kejenuhan tegangan dan
tegangan pada arus pengenal dan burden pada sisi sekunder Pertambahan
nilai kejenuhan dapat diperki-rakan dengan persamaan dibawah ini(1).
2
S n + R CT * I sn
n=n * (IV.10)
ALF S + R 2
CT * I sn
Dimana :
Sn = Burden pengenal (VA)
S = Burden sesungguhnya (VA)
Isn = Arus pengenal sekunder (A)
RCT = Tahanan dalam CT pada 750C (ohm)
nALF = accuracy limit factor.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 64
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi
Untuk melindungi peralatan ukur dari arus besar, yang ditimbulkan karena
adanya gangguan hubung singkat disisi primer, batasan arus sekunder adalah
Fs x arus pengenalnya dimana pengamanan peralatan metering tinggi bila FS
rendah . dengan spesifikasi faktor yang ada FS5 atau FS10, ini adalah sebagai
nilai maksimum pada burden pengenalnya bila burden rendah dari burden
pengenalnya. Nilai saturasi /kejenuhan bertambah diperkirakan sebagai nilai n,
sebagai berikut:
2
S n + R CT * I sn
n=F * (IV.11)
S S+R 2
CT * I sn
Dalam memenuhi klas akurasi yang tinggi (misal: CL0,2S) dalam hal ini tanda S
adalah saturation. Arus pemaknitan dalam inti harus dapat meneruskan suatu
nilai yang rendah. Sebagai konsekwensi kerapatan garis gaya (flux density) di
inti yang rendah. ketelitian tinggi dan jumlah ampere lilit rendah menghasilkan
faktor kejenuhan (FS ) tinggi, untuk memenuhi ketelitian yang tinggi dengan
faktor kejenuhan rendah, pada umumnya bahan inti maknetik dibuat dari
campuran nickel dan besi.
Adapun burden current transformers sesuai IEC 60044-1 adalah 2,5 VA, 5 VA,
7,5VA, 10VA, 15VA, 20 VA dan 30VA.
Catatan: klas akurasi baik, bila burden antara 25% s/d 100% dari burden
pengenal.
Tabel IV. 5: Nilai kapasitas (VA) dari tiap alat ukur dan proteksi(16)
Ammeter dengan jarum besi 0,70 – 1,5 VA
Wattmeter 0,20 – 5,00 VA
Cosϕ meter 2,00 - 6,00 VA
kWhmeter : mekanik 0,40 – 3,5 VA
: elektronik 0,40 – 1,5 VA
KVArmeter : mekanik 0,40 – 3,5 VA
: elektronik 0,40 – 1,5 VA
Over Current Relay 0,20 – 8,00 VA
Ground Fault Relay 0,20 – 8,00 VA
Contoh:
1. Current Transformers mempunyai ratio 100/5-5 , dihubungkan ke alat ukur
seperti terlihat gambar IV.6 dibawah ini.
kWh kVArh
A W VAR
1S2
1S1
Perhitungan daya:
Alat ukur Jenis mekanik Jenis elektronik
Ampere meter 1 VA 1 VA
kWh meter 3,5 VA 1,5 VA
KW meter 3,5 VA 1,5 VA
kVArh meter 3,5 VA 1,5 VA
Kabel yang dipergunakan 2 IV 4 mm2 (kira2) 4,5 VA 4,5 VA
TOTAL = 16 VA 10 VA
Bila alat ukur mempergunakan jenis mekanik dapat dipilih burden trafo arus
sebesar 20 VA dan kalau mempergunakan jenis elektronik dapat dipilih
burden sebesar 10 VA.
Khusus pole untuk proteksi (2S1—2S2), bila daya Relai yang
mempergunakan elektronik sebesar 2 VA, dalam hal ini tidak ada
permasalahan dengan burden CT.
0,1 ohm
1S2
Relai
1S1 6 VA
1S2
1S2
1S1
1S1 kWh kVArh
kVArh A W
kWh VAR
A W VAR
2S2
2S2 Tahanan udara besar
di hubung singkat (short) Terjadi pemanasan di
2S1 kumparan sekunder
2S1
a) b)
1S2
Tidak boleh di hubung singkat
1S3
2S1
F 51/50 F 51/50G
2S3
Pola (mould)
Resin
Belitan primer
Belitan
sekunder
Belitan sekunder
Untuk
Untuk Proteksi
pengukuran
Teriminal sekunder
Arus 300 Amp adalah arus primer dan 5-5 adalah arus sekunder untuk
pengukuran dan proteksi
Penandaan primer P1 -- P2 atau C1 -- C2 atau K -- L
Penandaan sekunder inti ke 1 1S1 -- 1S2 ---> pengukuran
Penandaan sekunder inti ke 2 2S1 -- 2S2 ---> Relai arus lebih.
P1 P2
isolasi
penghantar
P1(C1) P2(C2)
(NS/NP)UP
ε
US
δ
∆U/US IV 100% δ
- δ +
US IV 100% (UP/US)IV(NS/NP)IV100%
a) b)
Sama seperti penjelasan pada trafo arus bahwa vektor tegangan seperti terlihat
pada gambar IV 12a terdapat pergeseran sudut sebesar δ dan gambar IV 12b
menjelaskan dari gambar 12a yang dipresentasikan dalam bentuk garis dengan
tegangan sekunder sebagai refrensi vektor diambil dimensi 100%, lebih dari itu
pada sistem koordinat sebagai ujung dari refrensi vektor dikatakan dalam persen.
Bila δ sangat kecil sudutnya kesalahan tegangan ε dan kesalahan fase langsung
terbaca dalam persen pada axis tersebut (ε = 1% = 1 centiradians = 34,4
minute).
Kesalahan tegangan positif bila tegangan sekunder melebihi tegangan
pengenalnya dan kesalahan fase positif bila tegangan sekunder leading dari
primernya, arah positif nantinya akan turun dalam axis ε dan axis δ akan
kekanan.
Kesalahan tegangan
100.(K n Vs − Vp )
R.E(%) = (IV.13)
Vp
Dimana:
R.E = ratio error (%)
Kn = ratio nominal
Vs = tegangan sekunder
Vp = Tegangan primer.
Kalau alat ukur yang dipergunakan memakai digital dengan daya (VA) rendah hal
ini dapat mem-perkecil total burden yang rendah sampai 25 % dari burden
pengenalnya seperti terlihat pada grafik 2 , dan grafik 3 dimana perbandingan PT
antara CL0,2 dan CL0,5.
kesalahan
ratio (%) CL0,5
CL0,2
+0,5
80% rated voltage
+0,2
0
-0,2 120% rated voltage
-0,5
0 50 100%
Rated burden
CL0,5
CL0,2
+20
Pergeseran fase(%) 80% rated voltage
+10
-10
-0,20
120% rated voltage
0 50 100%
Rated burden
Total kapasitas beban (VA) yang disambung ke CT tidak boleh melebihi dari
burden yang dipilih.
Contoh:
Beban yang akan disambung ke CT yang terpasang di Gardu Induk sebagai
berikut:
Perhitungan daya:
Alat ukur Jenis mekanik Jenis elektronik
Ampere meter 1 VA 1 VA
kWh meter 3 VA 1 VA
KW meter 3 VA 1 VA
kVArh meter 3 VA 1 VA
Kabel 2 IV 4 mm2 = 20 m 1,36 VA 1,36 VA
Total daya = 11,36 VA 5,36 VA
Kalau mempergunakan alat ukur jenis mekanik Burden dipilih 15 VA, kalau je-nis
elektronik dipilih 7,5 VA.
Beban terpasang di pelanggan > 200 kVA
Alat ukur Jenis mekanik Jenis elektronik
kWh meter 3,5 VA 1,5 VA
kVArh meter 3,5 VA 1,5 VA
Kabel 2 IV 4 mm2 = 10 m 0,68 VA 0,68 VA
Total daya = 7,68 VA 3,68 VA
Kalau mempergunakan alat ukur jenis mekanik Burden dipilih 10 VA, jenis
elektronik dipilih 5,0 VA.atau 7,5 VA
Bagaimana kita menghitung kejenuhan CT untuk klas proteksi dengan
mempergunakan faktor keje-nuhan inti dan tegangan knee (VK), dimana akurasi
CT masih bisa dicapai?
Contoh:
Ratio CT 300/5 , 5P10, RCT = 0,07 ohm, burden 10VA. Burden kenyataan 7,5 VA,
untuk perhitungan diambil persamaan (10) diatas, sebagai berikut:
2
10 + 5 * 0,07
n = 10 = 12,7
2
7,5 + 5 * 0,07
Artinya: Dengan klas proteksi 5P10 dan burden CT 7,5 VA, CT tersebut akan
jenuh pada arus 12,7 IV arus pengenalnya = 12,7 x 5 = 63,5 A disisi sekunder,
bagaimana kalau dilihat dari sisi primer (ICT).
(ICT) = 63,5 x 300/5 = 3810 A.
Bila kapasitas transformator tenaga misal: di gardu induk = 60 MVA dan XT =
12,6%., tegangan 20 kV maka arus maksimum yang keluar dari sumber adalah
E 1 60.000
If = * I nT = * A = 13.746,4 A
XT 12,6% 3 * 20
Dari perhitungan diatas bahwa If > ICT, maka CT tersebut akan jenuh.
Didasarkan pada VK yang diujikan, CT akan jenuh pada arus 59,45 A sisi sekunder
atau 59,45 x 300/5 = 3567,57 A sisi primer.
Jadi permasalahan ini bisa dilihat kalau CT terpasang pada outgoing feeder atau
pada pelanggan TM terpasang dekat dari sumber, harus dihitung terlebih dahulu
besarnya arus gangguan dan kejenuhan CT.
- Pemilihan Accuracy class
Untuk alat ukur kWhmeter dan kVArhmeter: dianjurkan mempergunakan CL0,2S
Klas proteksi: karena dibutuhkan ketelitian waktu yang akurat dianjurkan
mempergunakan klas 5P.
Bila CT terpasang di outgoing feeder, pemilihan klas proteksi dianjurkan
mempergunakan klas 5P20 atau lebih dengan ratio disesuaikan beban (Amp).
- Pemilihan arus thermal pengenal (Ith)
Arus thermal pengenal diberikan 100, 200, 300 dst x arus pengenal CT dalam
“kA”, yang diambil dari arus gangguan hubung singkat di sistem, bila
diperhitungkan arus gangguan hubung singkat 10 kA, maka arus thermal pengenal
= 10 kA (Ith= 10 kA), arus primer pengenal dimisalkan 100 A, maka dapat
ditentukan arus thermal pengenal:
10.000A
I th = = 100xIn
100A
Kalau mempergunakan alat ukur jenis mekanik Burden dipilih 10 VA, kalau
jenis elektronik dipilih 5,0 VA. Atau 7,5 VA.
2. Pemasangan PT di GI atau PLTD.
Biasanya pemasangan PT untuk outgoing di Gardu Induk atau di PLTD
dipergunakan untuk beberapa alat ukur yang terpasang di Cubicle outgoing,
diambil 10 cubicle dengan alat ukur: Volt meter, kWhmeter, kVArhmeter,
Wattmeter, cosϕmeter , penjelasannya sebagai berikut:
PENYULANG
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
BUSBAR
PT PT METER
Dari contoh no 2 diatas, kalau mempergunakan alat ukur jenis mekanik burden
dipilih 225 VA, kalau jenis elektronik dipilih 150 VA. Dengan contoh ini dapat
dilihat besarnya burden yang dipergunakan untuk alat ukur. Bila pemilihan
burdennya tidak sesuai dengan alat ukur yang akan dipasang, berpengaruh
terhadap pengukurannya, dengan ini sebaiknya pemasangan PT di outgoing
feeder untuk satu atau 2-3 buah cubicle dengan beberapa alat ukur yang
terpasang.
Disamping itu tegangan kWhmeter (pemakaian pengukuran jenis mekanik) di
penyulang 1 (dengan asumsi tahanan kontak 0,6 ohm) sebesar 100/√3 = 57,74
volt - ∆V = 57,74 - 0,225 = 57,51 volt. Tegangan di penyulang 4 menjadi 56,83 volt
dan di penyulang 10 menjadi 55,48 volt. Padahal kWhmeter dengan klas ketelitian
yang tinggi (klas 0,2 atau klas 0,3), total jatuh tegangan dari trafo tegangan yang
masuk ke kWhmeter harus ≤ 0,05 % s/d 0,1 % IV tegangan pengenal sekunder
PT(1).
Dengan penjelasan diatas terdapat kerugian pengukuran pada penyulang 4 s/d
penyulang 10 yang melebihi standar jatuh tegangan yang masuk ke kWh meter..
- Class accuracy: diambil dari tabel 5 atau tabel 6 sesuaikan pemakaian standar
nya dan diambil yang mempunyai kesalahan rendah.
IV.11. KESIMPULAN.
1. Pemilihan Trafo arus dan trafo tegangan yang dipergunakan untuk meter
traksaksi tenaga listrik perlu dihitung terlebih dahulu beban yang akan disambung
dan tegangan yang dipergunakan.
2. Sesuaikan burden beban yang tersambung pada CT dan PT. Yang tidak boleh
melebihi 100% burden pengenal CT atau PT.
3. Kerugian pengukuran adalah akibat dari pemilihan instrument transformers yang
tidak sesuai.
4. Bila CT di pasang pada outgoing feeder, untuk menjaga kejenuhannya perlu
dihitung besarnya arus gangguan hubung singkat 3 fase.
5. Bila CT yang terpasang pada incoming feeder, diambil dari In transformator
tenaganya.
6. Nameplate CT dan PT harus terbuat dari plat aluminium (bukan dari kertas).