Anda di halaman 1dari 25

PT PLN (Persero)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

BAB IV
CURRENT TRANSFORMER (TRAFO ARUS)
DAN
POTENSIAL TRANSFORMER (TRAFO TEGANGAN)

IV.1. PENDAHULUAN
Salah satu peralatan listrik pendukung Proteksi adalah Trafo arus/Current
Transformers (CT) dan potensial transformer (PT), dimana CT adalah peralatan
listrik yang dipergunakan dalam rangkaian arus bolak-balik, yang dapat
memperkecil arus besar menjadi arus kecil, dipergunakan untuk pengukuran atau
Proteksi, an PT adalah peralatan listrik yang dapat menurunkan tegangan tinggi
menjadi tegangan rendah.
Fungsi CT adalah untuk memperoleh arus yang sebanding dengan arus yang
hendak dipergunakan, dan untuk memisahkan sirkuit dari sistem yang arus nya
hendak diukur (yang selanjutnya di sebut sirkuit primer) terhadap sirkuit dimana
instrumen tersambung (yang selanjutnya disebut sirkuit sekunder dengan arus
sebesar 1 A atau 5 A yang dipergunakan untuk pengukuran atau proteksi).
Berbeda dari transformator tenaga dimana arusnya tergantung beban disisi
sekunder, tetapi pada trafo arus (CT) arusnya tidak tergantung beban sisi
sekunder, melainkan semata-mata tergantung dari arus disisi primernya. Pada
Current transformers sisi sekunder dapat mempunyai satu belitan atau bebe-
rapa belitan, tergantung dari desain atau kebutuhan pemakaiannya.
Karena pengukuran energi yang dominan adalah pemakaian arus dan
tegangannya, dimana arus dan tegangan yang diukur melebihi arus dan
tegangan nominal yang terdapat di kWhmeter untuk itu dibutuhkan suatu
peralatan instrument transformers yang dapat menurunkan arus dan tegangan.
Yaitu Trafo arus (current transformers) dan trafo tegangan (potensial
transformers). Pada bab ini menjelaskan tentang trafo arus dan trafo tegangan,
tujuannya adalah agar dapat diketahui ratio dan burden trafo arus atau trafo
tegangan yang akan dipergunakan untuk pengukuran dan proteksi.

IV.2. INSTRUMENS TRANSFORMERS


Kegunaan trafo instrumen antara lain:
a. Mengisolasi rangkaian meter dari sisi primer yang dipasok dengan tegangan
tinggi dan arus besar.
b. Menyediakan kemungkinan standar arus atau tegangan yang dipergunakan
untuk pengukuran atau proteksi.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 55


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Current transformers
Perbandingan antara belitan primer dan sekunder pada trafo arus dapat
dijelaskan menurut persamaan:

I1 N 2
= (IV.1)
I 2 N1

Persamaan diatas adalah untuk trafo arus ideal dimana tegangan sekunder = nol
dan arus magnetizing diabaikan.

Potensial transformers
Perbandingan antara belitan primer dan belitan sekunder tanpa beban adalah

E1 N1
= (IV.2)
E2 N2

Persamaan diatas adalah untuk trafo tegangan (potensial transformers) ideal


tanpa beban, arus beban = nol dan arus magnetizing diabaikan.

IV.3. ISTILAH DAN DEFINISI


a. Trafo instrumen (instrument transformers).
adalah trafo yang mana dipergunakan bersama dengan peralatan lain seperti:
relai proteksi, alat ukur atau rangkaian kontrol, yang dihubungkan ke arus
bolak-balik. Termasuk trafo instrumen adalah current transformers dan voltage
transformers.
b. Trafo arus (Current transformers).
Adalah trafo instrumen yang dipergunakan bersama dengan kWhmeter,
kVArmeter, ammeter dan overcurrent relay. Dimana trafo arus dapat
menurunkan arus besar menjadi arus kecil (1 A, 2 A atau 5 A).
c. Rated transformation ratio.
Adalah perbandingan antara arus primer pengenal dan arus sekunder
pengenal.
I
K = PS (IV.3)
I SN
Dimana:
IPS = arus primer pengenal (rated primary current)
ISN = arus sekunder pengenal (rated secundary current).

d. Kesalahan transformasi (transformasi error).


Adalah perbandingan antara arus primer dan arus sekunder
IP
Kn = (IV.4)
IS

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 56


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

e. Kesalahan arus (current error)


K n xI S − I P
ε(%) = x100% (IV.5)
IP
Dimana:
Kn = Perbandingan transformasi
ε = Kesalahan arus/perbandingan (%)
IS = Arus sekunder sebenarnya (Amp)
IP = Arus primer sebenarnya (Amp).
Karena adanya perbedaan antara arus yang masuk di sisi primer dengan arus
yang terbaca disisi sekunder, dapat menimbulkan perbedaan ratio
transformasi yang sebenarnya dengan kenyataannya.
Bila CT dipergunakan untuk pengukuran energi (kWh meter), kesalahan arus
ini sangat berpengaruh terhadap pengukuran energi.
f. kesalahan sudut fase (pergeseran sudut)
Secara vektor tegangan, adanya perbedaan antara sudut fase arus primer
dan arus sekunder, biasanya diekspresikan dalam minutes atau centiradians,
pergeseran sudut fase positif bila arus sekunder (vektor tegangannya) leading
terhadap arus primer (vektor tegangannya). Definisi ini diperuntukan untuk
arus atau tegangan berbentuk sinusoidal.
g. Burden.
Adalah impedansi dari belitan sekunder yang dinyatakan dalam ohm dan
faktor daya (power factor), atau dapat juga dinyatakan dalam daya semu (VA)
dimana belitan sekunder dari CT dapat menampung beban.
h. Composite error.
Adalah pada kondisi dibawah steady state, nilai rms mempunyai perbedaan
antara nilai sesaat dari arus primer dan nilai sesaat dari arus sekunder
sebenarnya yang dikalikan dengan ratio CT pengenal, composite error
diekspresikan dalam persen dari nilai rms arus primer yang dapat ditulis dalam
bentuk matematis, sebagai berikut
T
100 1
I P T ∫0
Composite error = (K N i S − i P ) 2 dt (IV.6)

Dimana :
KN = rated tranformation ratio
IP = Arus primer rms
iP = Nilai seketika (the instantaneous value) dari arus primer
iS = Nilai seketika (the instantaneous value) dari arus sekunder
T = Waktu dalam satu periode (one cycle) dalam detik.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 57


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Misal:
CT 300/5 class proteksi 5P20
Arus maksimum CT = 300 x 20 = 6000 A, error 5%. Yang disebut error ini
adalah composite error, dimana saat CT menerima arus sebesar 6000 A,
garis-garis gaya magnit yang terdapat pada inti besi sisi sekunder ada kesa-
lahan dalam mendistribusikannya, sebesar 5%.

i. Security factor (Fs)

Faktor sekuriti (security factor) adalah Ratio dari sekuriti arus primer peng-enal
(IPS) dan arus primer pengenal (IP)
I
FS = PS (IV.7)
IP
Sekuriti dari meter yang dihubungkan ke CT, adalah kebalikan dari FS nya.
Sesuai standar security factor (FS) = FS5 atau Fs10.
j. Rated Short - Time Thermal Current (Ith)
Adalah nilai rms dari arus primer, dimana CT tidak rusak dalam waktu satu
detik, bila waktu arus thermal-hubung singkat pengenal dipakai dalam tiga
detik dipergunakan dalam satu detik. short time thermal current dapat
diperhitungkan dengan persamaan:
I th
I th,t = (IV.8)
t

k. Rated dynamic current (Idyn)


Adalah nilai puncak dari arus primer CT, tanpa ada kerusakan secara electric
dan mechanic yang dihasilkan dari tenaga electromagnetic:

Idyn = 2,5 x Ith (IV.9)

IV.4. RANGKAIAN CURRENT TRANSFORMERS (CT)


Current Transformers (CT) terdiri dari belitan primer, belitan sekunder dan inti
magnetik. Jika arus primer yang masuk ke CT ke teminal P1/K dan arus yang
mengalir ke sekunder dinamakan terminal S1/k, seperti terlihat pada gambar IV.1
(lihat arah arus sekunder IS yang masuk ke ampere meter). Selanjutnya pada sisi
primer terdapat terminal kedua yaitu P2/L dimana arusnya diperoleh dari P1/k
yang dialirkan ke beban dan S2/l disisi sekunder adalah terminal yang arusnya
diperoleh dari S1/k.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 58


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

IP P1/K P2/L

S1/k S2/l
IS
A

Gambar IV.1: Rangkaian equivalent CT(16)

Dalam hal ini, polaritas sisi sekunder harus disesuaikan dengan datangnya arus
di terminal sisi primer (pemasangan peralatan instrument tidak boleh terbaik).
Secara normal terminal S2/l harus ditanahkan untuk pengamanan sekunder CT
terhadap tegangan tinggi akibat kopling kapasitif (sesuai standar IEC), sehingga
sudut antara arus primer dan sekunder = nol, kalau S1/k yang ditanahkan maka
sudut arus antara primer dan sekunder menjadi = 1800. Dalam hal tergantung
arus yang masuk pada primer CT bila masuknya dari P2/L, maka yang dike-
tanahkan adalah pada S1/k.

IV.5. KELAS AKURASI (ACCURACY CLASS)


Adalah arus pada trafo arus yang dibatasi oleh kesalahan arus dan kesalahan
sudut fase. Dimana accuracy class sesuai dengan pemakaian, dijelaskan sebagai
berikut:
 Standar accuracy class yang dipergunakan untuk “pengukuran” seperti
terlihat pada tabel dibawah ini.
- Untuk kelas 0,1 – 0,2 – 0,5 dan 1, pada frekwensi pengenal kesalahan arus
dan pergeseran fase tidak melebihi dari nilai yang di tentukan seperti
terlihat pada tabel IV.1, bila burden sekunder mempunyai nilai 25% s/d
100% dari rated burden.
- Untuk kelas 0,2S dan 0,5S, dipergunakan untuk aplikasi khusus seperti
Kwh meter yang mempunyai arus antara 50 mA s/d 6 A dengan kesalahan
arus dan pergeseran fase antara 1% s/d 120% dari arus pengenal 5 A, tidak
melebihi dari nilai yang ditentukan seperti terlihat pada tabel IV.2, bila
burden sekunder mempunyai nilai 25% s/d 100% dari rated burden. Kelas
ini baik dipergunakan pada ratio 25/5, 50/5 dan 100/5 dengan arus
sekunder 5A.
- Untuk kelas 3 dan kelas 5, kesalahan arus dan pergeseran fase tidak
melebihi dari nilai yang ditentukan seperti terlihat pada tabel IV.3 bila
burden sekunder mempunyai nilai 50% s/d 100% dari rated burden.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 59


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Supaya kesalahan pengukuran tidak menyimpang jauh dari arus yang diukur,
perlu pemilihan yang tepat dari kelas ketelitian dan burden sekunder tidak
melebihi dari rated burden nya. Jadi trafo arus yang dipergunakan untuk
pengukuran dibutuhkan kelas ketelitian yang tinggi dan cepat jenuh saat
menerima arus yang besar.
Tabel IV.1 (IEC 1996): Batas kesalahan arus dan kesalahan fase kelas 0,1 – 1,0
Kelas +/- % kesalahan ratio arus +/- % pergeseran fase pada % dari arus
ketelitian pada % dari arus pengenal pengenal , menit (centiradians)
5 20 100 120 5 20 100 120
0,1 * 0,4 0,2 0,1 0,1 15 8 5 5
0,2** 0,75 0,35 0,2 0,2 30 15 10 10
0,5*> 1,5 0,75 0,5 0,5 90 45 30 30
1,0** 3,0 1,5 1,0 1,0 180 90 60 60
Tabel IV.2 (IEC 1996): Batas kesalahan untuk CT keperluan khusus
Kelas +/- % kesalahan ratio arus +/- % pergeseran fase pada % dari arus
ketelitian pada % dari arus pengenal pengenal , menit (centiradians))
1 5 20 100 120 1 5 20 100 120
0,2S** 0,75 0,35 0,2 0,2 0,2 30 15 10 10 10
0,5S** 1,5 0,75 0,5 0,5 0,5 90 45 30 30 30

Tabel IV.3 (IEC 1996): Batas kesalahan untuk kelas 3 dan 5


Kelas +/- % kesalahan ratio arus pada % dari Pemakaian
ketelitian arus pengenal
50 100
3 3 3 instruments
5 5 5 instruments
Dimana: * = untuk laboratorium
** = untuk Precision revenue metering
*> = untuk standard metering
 Standar accuracy class yang dipergunakan untuk “proteksi” adalah 5P , 10P.
tanda “P” adalah tanda “Proteksi”, dan angka 5 atau 10 adalah nilai kejenuhan
dalam %, seperti terlihat pada tabel IV.4.
CT yang dipergunakan untuk proteksi, yang dibutuhkan adalah tingkat isolasi
yang tinggi, dan tidak cepat jenuh saat arus besar masuk ke sisi primer CT,
karena output arus di sekunder diperlukan agar Relai proteksi bekerja
dengan pasti.
Adapun CT untuk proteksi yang ada: 5P10, 5P20, 10P10, 10P20.

TABEL IV.4 : Batas kesalahan (accuracy class) proteksI(16)


Kelas Kesalahan arus +/- % pergeseran sudut fase Composied error
ketelitian pada arus dari arus pengenal Rated accuracy
primer limit primery
(%) current
minutes centiradians
5P ±1 ±60 ±1,8 5
10P ±3 - - 10
15P ±5 - - 15

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 60


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Misal:
1. Ratio CT 300/5 class 5P20, berarti CT untuk proteksi ini, mampu
menampung arus sebesar 20 x 300 Amp = 6000 Amp dengan kesalahan
(error) sebesar 5% (seperti dijelaskan diatas).
2. CT 20 VA, 5P15.
20 VA adalah kemampuan CT dapat menampung beban maksimum
sebesar 20 VA
5 adalah kesalahan (error) dalam persen
P adalah Protection
15. adalah batas maksimum arus dari CT .
Bila pengaman (relai) invers definite minimum time (IDMT) dengan
stabilitas gangguan fase dan ketelitian waktu yang akurat tidak
diperlukan dapat mempergunakan klas 10P... Tetapi kalau ketelitian,
stabilitas gangguan fase dan ketelitian waktu yang akurat diperlukan,
dapat mempergunakan klas 5P...
IV.6. KEJENUHAN TRAFO ARUS (CURRENT TRANSFORMERS)
Kejenuhan trafo arus adalah arus yang masuk ke primer melebihi batas arus
yang telah ditentukan. Bahan elektromagnit (inti) pada belitan sekunder
dimana garis-garis gaya magnit (fluks) diperoleh dari arus primer tidak dapat
menampung arus tersebut, sehingga arus sekunder yang keluar tidak sesuai
yang diharapkan.

Bagaimana Current transformers dapat jenuh, dijelaskan sebagai berikut:


Φ
IP IS

a) I

Φ Gambar IV.2: Transformator ideal


(a) = pandangan samping
IP IS (b) = pandangan atas
b)

Diambil contoh transformator sederhana seperti terlihat pada gambar IV.2a,


arus primer IP masuk ke belitan primer, arus ini akan membangkitkan medan
fluks (Φ ) di inti besi. Fluks ini akan mengalir di inti besi karena fluks berubah-
ubah sesuai dengan gelombang sinusoidal daripada arus,
akan menginduksikan ke sisi sekunder yang disebut gaya gerak listrik (GGL),
sehingga dibelitan sekunder mengalir arus IS.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 61


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Bagaimana kalau fluks (Φ ) dalam inti besi tidak berubah?

Pada gambar IV.2.b terlihat banyak fluks (Φ ) dalam inti besi, bila arus
primernya besar dan luas dari inti besi terbatas, terbatas pula jumlah fluks
yang mengalir di inti besi. Dengan kata lain, makin besar arus primer makin
padat fluks yang timbul di inti besi, sehingga inti besi tidak dapat lagi
menampung fluks yang harus dialirkan. Akibatnya tegangan eIVitasi (ES) tidak
mampu lagi naik.
Perbedaan kejenuhan antara trafo arus untuk pengukuran dan trafo arus untuk
proteksi, adalah pada tingkat kejenuhannya yang berbeda.
Dimana trafo arus untuk pengukuran harus lebih cepat jenuh dibandingkan
dengan trafo arus untuk proteksi, seperti terlihat pada gambar IV.3.
Trafo arus proteksi maupun pengukuran, saat di beri arus primer tertentu Arus
eIVitasi di sekunder akan belok, meskipun arus dinaikkan terus menerus,
tegangan eIVitasi (ES) tidak mampu lagi naik, terjadilah pembelokan dari grafik,
pembelokan grafik ini disebut knee point (titik lutut) yang diartikan sebagai lutut
manusia bengkok (tidak lurus).
Kejenuhan dari trafo arus, berhubungan dengan peralatan instrumen yang
tersambung pada trafo arus tersebut. Dimana pemakaian arusnya
mempergunakan arus bolak-balik, tetapi yang diukur oleh peralatan instrumen
adalah nilai rms (root mean square) besaran bolak balik tersebut sesuai
frekwensi sistemnya.
ES

Kurva CT untuk proteksi

Knee point

Kurva CT untuk pengukuran

IeIVct

Gambar IV.3: Kurva maknetisasi CT

Pada gambar IV.3. terlihat, bagaimana pengukuran arus bolak balik berbentuk
sinusoidal (setengah perioda) menjadi rms berbentuk segiempat, dengan nilai
luas dari kedua bidang tersebut sama. Bila gelombang sinusoidal dengan

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 62


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

frekwensi 50 Hz selama 1 detik, maka nilai rmsnya tetap positif (diatas) garis
horizontal.
Pengukuran rms gelombang sinus
frekwensi 50 hz adalah nilai arus
rata2 selama perioda ½ gelom-
bang sinus itu ( perioda 10 ms )

10mS Waktu (detik)


Atau luas segi empat yang ter-
bentuk dari nilai arus rata2 dan
waktu 10 ms  sama dengan luas
yang dibentuk oleh ½ gelombang
sinus untuk perioda 10 ms juga.
Nilai ini disebut rms
Waktu (detik)

Gambar IV.4 Nilai rms arus bolak-balik

Dari penjelasan diatas bahwa peralatan instrumen mengukur nilai rms dari arus
bolak balik, bila arus primer yang masuk ke trafo arus melebihi batas arusnya,
maka fluks di inti besi menjadi penuh, sehingga rms di sisi primer dan disisi
sekunder turun, seperti terlihat pada gambar IV.5.

RATIO CT NORMAL RATIO CT ERROR

BATAS JENUH INTI +

RMS ARUS PRIMER

nilai rmsnya menjadi kecil.

BATAS JENUH INTI -

RMS ARUS SEKUNDER

ARUS RMS SEKUNDER C.T


PROPORTIONAL  O.C ARUS RMS SEKUNDER CT
KERJA NORMAL TIDAK PROPORTIONAL
O.C BISA TIDAK KERJA

a) b)
Gambar IV.5: gelombang sinusoidal dari arus Current Transformers

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 63


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Gambar IV.5 a, terlihat saat sisi primer dari trafo arus diberi arus bolak balik,
yang tidak melebihi arus yang telah ditentukan (dibawah batas jenuh)b akan
terdapat arus rms di primer, selanjutnya disisi sekunder akan mengalir juga
arus bolak balik, yang menimbulkan arus rms di sekunder arus rms ini yang
mengerjakan peralatan proteksi (OCR).
Gambar IV.5 b, terlihat saat sisi primer memperoleh arus besar (diatas batas
jenuh), arus sinusoidal di sisi sekunder menjadi cacat (menuju nol) kecacatan
ini berlangsung sampai arus bolak baliknya kembali dibawah batas jenuhnya,
dalam hal ini nilai rms disisi sekunder turun.
Karena penurunan nilai rms (dibawah arus sekunder trafo arus), dapat
mengakibatkan Over current relay tidak bekerja.
Jadi dengan kejenuhan ini, kalau trafo arus tersambung ke peralatan pro-teksi
(OCR), maka relai tidak trip.

IV.7. BURDEN
Beban yang dihubungkan ke sekunder dikatakan sebagai burden, dimana trafo
arus dengan batasannya dapat menampung beban pada sisi sekunder. Beban
ini dinyatakan dalam ohm impedansi atau VA. Misal bur-den impedansi 0,5
ohm dapat di ekspresikan juga pada 12,5 VA dengan arus 5 A.
Sebagai pengaman CT, khususnya di klas proteksi perlu membatasi arus yang
besar yang masuk ke CT, sesuai standar IEC untuk membatasi arus adalah 5P
atau 10P. Pada karakteristik utama dari CT adalah: akurasi rendah, kejenuhan
tegangan (saturation voltage) tinggi dan tidak ada kesalahan gulungan. Dimana
kejenuhan tegangan diberikan sebagai accuracy limit factor (ALF). Bila terdapat
arus lebih dari arus peng-enal primer, menjadikan akurasi/ketelitian pengenal
penuh pada burden pengenal yang dihubungkannya., ini dikatakan sebagai
nilai minimum. dengan ra-tio/perbandingan antara kejenuhan tegangan dan
tegangan pada arus pengenal dan burden pada sisi sekunder Pertambahan
nilai kejenuhan dapat diperki-rakan dengan persamaan dibawah ini(1).
2
S n + R CT * I sn
n=n * (IV.10)
ALF S + R 2
CT * I sn

Dimana :
Sn = Burden pengenal (VA)
S = Burden sesungguhnya (VA)
Isn = Arus pengenal sekunder (A)
RCT = Tahanan dalam CT pada 750C (ohm)
nALF = accuracy limit factor.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 64
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Untuk melindungi peralatan ukur dari arus besar, yang ditimbulkan karena
adanya gangguan hubung singkat disisi primer, batasan arus sekunder adalah
Fs x arus pengenalnya dimana pengamanan peralatan metering tinggi bila FS
rendah . dengan spesifikasi faktor yang ada FS5 atau FS10, ini adalah sebagai
nilai maksimum pada burden pengenalnya bila burden rendah dari burden
pengenalnya. Nilai saturasi /kejenuhan bertambah diperkirakan sebagai nilai n,
sebagai berikut:
2
S n + R CT * I sn
n=F * (IV.11)
S S+R 2
CT * I sn

Dalam memenuhi klas akurasi yang tinggi (misal: CL0,2S) dalam hal ini tanda S
adalah saturation. Arus pemaknitan dalam inti harus dapat meneruskan suatu
nilai yang rendah. Sebagai konsekwensi kerapatan garis gaya (flux density) di
inti yang rendah. ketelitian tinggi dan jumlah ampere lilit rendah menghasilkan
faktor kejenuhan (FS ) tinggi, untuk memenuhi ketelitian yang tinggi dengan
faktor kejenuhan rendah, pada umumnya bahan inti maknetik dibuat dari
campuran nickel dan besi.
Adapun burden current transformers sesuai IEC 60044-1 adalah 2,5 VA, 5 VA,
7,5VA, 10VA, 15VA, 20 VA dan 30VA.
Catatan: klas akurasi baik, bila burden antara 25% s/d 100% dari burden
pengenal.
Tabel IV. 5: Nilai kapasitas (VA) dari tiap alat ukur dan proteksi(16)
Ammeter dengan jarum besi 0,70 – 1,5 VA
Wattmeter 0,20 – 5,00 VA
Cosϕ meter 2,00 - 6,00 VA
kWhmeter : mekanik 0,40 – 3,5 VA
: elektronik 0,40 – 1,5 VA
KVArmeter : mekanik 0,40 – 3,5 VA
: elektronik 0,40 – 1,5 VA
Over Current Relay 0,20 – 8,00 VA
Ground Fault Relay 0,20 – 8,00 VA
Contoh:
1. Current Transformers mempunyai ratio 100/5-5 , dihubungkan ke alat ukur
seperti terlihat gambar IV.6 dibawah ini.

kWh kVArh
A W VAR

1S2

1S1

Gambar IV.6: Pemasangan peralatan pengukuran

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 65


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Perhitungan daya:
Alat ukur Jenis mekanik Jenis elektronik
Ampere meter 1 VA 1 VA
kWh meter 3,5 VA 1,5 VA
KW meter 3,5 VA 1,5 VA
kVArh meter 3,5 VA 1,5 VA
Kabel yang dipergunakan 2 IV 4 mm2 (kira2) 4,5 VA 4,5 VA
TOTAL = 16 VA 10 VA
Bila alat ukur mempergunakan jenis mekanik dapat dipilih burden trafo arus
sebesar 20 VA dan kalau mempergunakan jenis elektronik dapat dipilih
burden sebesar 10 VA.
Khusus pole untuk proteksi (2S1—2S2), bila daya Relai yang
mempergunakan elektronik sebesar 2 VA, dalam hal ini tidak ada
permasalahan dengan burden CT.

2. Bila arus sekunder pengenal (rated secundary current) dari CT 5 A dan


beban relai 10 VA pada arus 5 A, tahanan penghantar 0,1 ohm tentukanlah
burden CT yang dipilih.
Penyelesaian:

0,1 ohm

1S2
Relai
1S1 6 VA

Gambar IV.7: Pemasangan proteksi pada CT

Daya penghantar = I2R


= 52 x 0,1 = 2,5 VA untuk penghantar dari CT ke relai
Maka daya penghantar seluruh penghantar (dari CT ke relai dan dari relai
CT) = 2 x 2,5 VA = 5 VA
Daya relai = 6 VA
Total daya beban = (6 + 5) VA = 11 VA
Maka pemilihan burden CT, diambil dengan burden 15 VA, pada arus se-
kunder 5 A.
Dalam hal ini, perhitungan untuk burden CT seperti diatas adalah:
− Tahanan relai.
− Tahanan dari penghantar yang menghubungkan antara CT dan relai (2
kali).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 66


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

3. Arus pengenal sekunder CT sebesar 5 A, setting relai di set 2,5 A, daya


pemakaian relai 2,5 VA dan relai di set 2 VA, tentukanlah Burden CT (VA)
yang efektif untuk menampung relai tersebut.
Penyelesaian:
2
I 
P0 = Pa  S 
 IP 
Dimana:
P0 = burden VA dari relai dengan setting yang dipilih
Pa = burden VA efektif dari CT
IS = Arus pengenal sekunder dari CT
IP = Arus setting relai
Dari persamaan diatas diperoleh,
2
 5 
P0 = 2 x  
 2,5 
= 2 x 4 VA
= 8 VA.
Pemilihan untuk burden CT, dipilih yang mendekati atau lebih besar sedikit
dari 8 VA, tetapi perhitungan diatas hanya diperhitungkan untuk relainya saja,
belum penghantar yang menghubungkan antara CT dan relai.

3. Jika pada Current Transformers terdapat 2 buah kumparan sekunder (1S1-2S2


dan 2S1-2S2) untuk pengukuran dan proteksi, tetapi yang dipergu-nakan
hanya pengukurannya (1S1-1S2) saja, maka kumparan sekunder CT (2S1-
2S2), harus dihubung singkat seperti terlihat pada gambar IV.7a, hal ini untuk
menghindari terjadinya lompatan elektron disekitar dua terminal tersebut
dengan media udara dimana udara mempunyai tahanan tinggi (R>>).
Sehingga timbul pemanasan yang berlebih pada kumparan sekunder CT
(2S1-2S2), selanjutnya CT dapat terbakar seperti terlihat pada gambar IV.7b.

1S2
1S2
1S1
1S1 kWh kVArh
kVArh A W
kWh VAR
A W VAR

2S2
2S2 Tahanan udara besar
di hubung singkat (short) Terjadi pemanasan di
2S1 kumparan sekunder
2S1

a) b)

Gambar IV.7: a. Sekunder CT sisi Proteksi di hubung singkat(14)


b. Sekunder CT sisi Proteksi terbuka
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 67
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

4. Ada Current Transformer (CT) tiap kumparannya mempunyai 2 kumparan ,


dengan masing-masing CT mempunyai tiga buah terminal (1S2-1S2-1S3)
dan (2S1-2S2-2S3). Bila 2 terminal dari masing-masing kumparan
dipergunakan untuk pengukuran dan proteksi, maka untuk terminal yang
ketiga tidak boleh dihubung singkat (harus terbuka).

1S1 kWh kvarh


A W VA

1S2
Tidak boleh di hubung singkat
1S3
2S1
F 51/50 F 51/50G

2S2 Tidak boleh di hubung singkat

2S3

Gambar IV.8: Sisi sekunder CT terdapat 3 terminal

IV.8. KONSTRUKSI CURRENT TRANSFORMERS


Konstruksi current transformers seperti terlihat pada gambar IV.9 dimana
didalam CT terdapat belitan primer, belitan sekunder dan inti maknetik pada
sekunder terdiri dari dua buah belitan yaitu yang dipergunakan untuk
pengukuran dan proteksi.
Teriminal primer

Pola (mould)

Resin

Belitan primer
Belitan
sekunder
Belitan sekunder
Untuk
Untuk Proteksi
pengukuran

Teriminal sekunder

Gambar IV.9: Konstruksi Current Transformers dengan 2 belitan disisi sekunder

Beberapa macam konstruksi current transformers:


- Current transformers dengan 2 belitan pada sisi sekunder
Misal : 300 / 5-5 A (lihat gambar IV.10)
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 68
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Arus 300 Amp adalah arus primer dan 5-5 adalah arus sekunder untuk
pengukuran dan proteksi
Penandaan primer P1 -- P2 atau C1 -- C2 atau K -- L
Penandaan sekunder inti ke 1 1S1 -- 1S2 ---> pengukuran
Penandaan sekunder inti ke 2 2S1 -- 2S2 ---> Relai arus lebih.
P1 P2

1S1 1S2 2S1 2S2

Inti & Kumparan sekunder

isolasi

penghantar

1S1 1S2 2S1 2S2

Gambar IV.10: CT dengan 2 buah belitan sekunder(14)

- Current transformers dengan 4 belitan pada sisi sekunder


Current transformers jenis ini banyak dipergunakan di Pusat Listrik atau di
Gardu Induk, karena dari konstruksinya efisien ditinjau dari segi tempat
pemasangannya (lihat gambar IV.11)

P1(C1) P2(C2)

Gambar 8: dua belitan sekunder

1S1 1S2 2S1 2S2 3S1 3S2 4S1 4S2

Gambar IV.11: CT dengan 4 buah belitan sekunder(14)

Penandaan primer P1 -- P2 atau C1 -- C2 atau K -- L


Penandaan sekunder inti ke 1 1S1 - 1S2 ---> Pengukuran
Penandaan sekunder inti ke 2 2S1 - 2S2 ---> Proteksi
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 69
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Penandaan sekunder inti ke 3 3S1 - 3S2 ---> Proteksi


Penandaan sekunder inti ke 4 4S1 - 4S2 ---> Proteksi

IV. 9 TRAFO TEGANGAN


Trafo tegangan/voltage transformers /potensial transformers adalah suatu
peralatan listrik yang dapat memperkecil tegangan tinggi menjadi tegangan
rendah, yang dipergunakan dalam rangkaian arus bolak-balik.
Fungsi trafo tegangan adalah untuk memperoleh tegangan yang sebanding
dengan tegangan yang hendak dipergunakan dan untuk memisahkan sirkuit dari
sistem dengan tegangan tinggi (yang selanjutnya di sebut sirkuit primer)
terhadap sirkuit dimana alat ukur (instrumen) tersambung (yang selanjutnya
disebut sirkuit sekunder). Beda dengan transformator tenaga yang dibutuhkan
adalah tegangan dan daya keluarannya tetapi pada trafo tegangan yang
dibutuhkan adalah tingkat ketelitiannya dan penurunan tegangannya yang
disesuaikan dengan alat ukur.

IV.9.1. KESALAHAN PERALATAN


Jika jatuh tegangan pada trafo tegangan tidak diperhitungkan, dalam hal ini tidak
ada kesalahan pada tegangan primer, maka dapat dijelaskan perbandingan
antara tegangan primer dan sekunder seperti terlihat pada persamaan (1) diatas.
Tetapi kenyataannya tidak mungkin, karena terdapat tegangan jatuh dalam
tahanan belitan, hal ini berpengaruh pada perbandingan tegang-an antara primer
dan sekunder.
NS
US = xU P −∆U (IV.12)
NP
Dimana:
∆U = tegangan jatuh.
Kesalahan dalam reproduksi PT akan nampak pada amplitude dan fase,
kesalahan pada amplitude dikatakan sebagai kesalahan tegangan atau
kesalahan ratio dan kesalahan pada fase dikatakan sebagai pergeseran fase.
∆U ε

(NS/NP)UP
ε
US
δ
∆U/US IV 100% δ
- δ +
US IV 100% (UP/US)IV(NS/NP)IV100%

a) b)

Gambar IV 12: Vektor memperlihatkan tegangan sekunder


sebagai refrensi diambil 100%
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 70
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Sama seperti penjelasan pada trafo arus bahwa vektor tegangan seperti terlihat
pada gambar IV 12a terdapat pergeseran sudut sebesar δ dan gambar IV 12b
menjelaskan dari gambar 12a yang dipresentasikan dalam bentuk garis dengan
tegangan sekunder sebagai refrensi vektor diambil dimensi 100%, lebih dari itu
pada sistem koordinat sebagai ujung dari refrensi vektor dikatakan dalam persen.
Bila δ sangat kecil sudutnya kesalahan tegangan ε dan kesalahan fase langsung
terbaca dalam persen pada axis tersebut (ε = 1% = 1 centiradians = 34,4
minute).
Kesalahan tegangan positif bila tegangan sekunder melebihi tegangan
pengenalnya dan kesalahan fase positif bila tegangan sekunder leading dari
primernya, arah positif nantinya akan turun dalam axis ε dan axis δ akan
kekanan.
Kesalahan tegangan
100.(K n Vs − Vp )
R.E(%) = (IV.13)
Vp

Dimana:
R.E = ratio error (%)
Kn = ratio nominal
Vs = tegangan sekunder
Vp = Tegangan primer.

IV.9.2. TEGANGAN PRIMER DAN SEKUNDER PENGENAL


Tegangan primer dari PT adalah tegangan pengenal yang diperoleh dari sistem
dan tegangan sekunder pengenal diperoleh dari tegangan primer.
Potensial transformer yang dipasang diluar (outdoor) secara normal dihubungkan
antara fase dan tanah, untuk sistem tiga fase, dimana nilai standar tegangan
primer pengenal adalah 1/√3 kali dari nilai tegangan pengenal sistem. Dan
tegangan sekunder pengenal yang dipergunakan dinegara-negara eropa, adalah:
100/√3 atau 110/√3 volt
Pemilihan dari potensial transformer untuk me-tering 80-120% dari tegangan
pengenal dan untuk proteksi antara 0,05 s/d 1,5 atau 1,9 dari tegangan pengenal
sebagai faktor tegangan.
Sesuai standar IEC, faktor tegangan PT,sebagai berikut:
- 1,9 kali tegangan pengenal untuk PT tidak dike-tanahkan.
- 1,5 kali tegangan pengenal untuk PT diketanahkan solid.
Lamanya kenaikan tegangan ini adalah sebesar 30 detik.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 71


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

IV.9.3..ACCURACY CLASS DAN RATED BURDEN PT


Rated burden PT secara normal dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Bila burden digunakan untuk komponen metering dan proteksi, kelas akurasi
untuk metering dipilih harus lebih baik daripada untuk proteksi.
- Burden dari PT adalah penjumlahan dari total bur-den dari semua beban yang
disambung ke PT. Kesa-lahan arus dan pergeseran fase tidak melebih dari
nilai yang ditentukan seperti tabel 5 atau tabel 6 , bila burden sekunder
antara 25% s/d 100% dari burden pengenal.
Tabel 5: Acuracy classes sesuai IEC 60044-2
range Limits of errors

Class burden% Voltage% Ratio % Phase Application


Displacement
min
0,1 25-100 80-120 0,1 5 laboratory
25-100
< 10 VA Precision and revenue
0,2 80-120 0,2 10
0-100% metering
Pf=1
Standard revenue
0,5 25-100 80-120 0,5 20
metering
1,0 25-100 80-120 1,0 40 Industrial grade meters
3,0 25-100 80-120 3,0 - Instruments
3P 25-100 5-Vf 3,0 120 Protection
6P 25-100 5-Vf 6,0 240 Protection
Vf = faktor tegangan
Contoh:
Peralatan metering 30 VA, klas akurasi 0,2 dan proteksi = 70 VA , klas akurasi
3P, maka pemilihan PT sebesar 100 VA dengan klas akurasi 0,2.
Bila beban proteksi yang sifatnya emergency saja, maka burden untuk PT yang
dipergunakan untuk metering dan relaying. dapat mempergunakan burden 70 VA.
Klas untuk metering sesuai IEC 600044-2 baik bila tegangan pengenal 80-100%
dan burden 25-100%. Dari burden pengenal. Kelas untuk proteksi baik dari 5%
s/d Vf kali tegangan pengenal bila burden 25% s/d 100% dari burden pengenal.
Sesuai standar daya keluaran trafo tegangan pengenal dengan pf 0,8 lagging,
adalah 10; 15; 25; 30; 50; 75; 100; 150, 200; 300; 400; 500 VA.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 72


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Tabel 6: Acuracy classes sesuai IEEE C57.13


Range
Power error at
Class metered load PF Appplication
Burden % Voltage %
0,6-1,0

0,3 0-100 90-100 0,3 Revenue metering


0,6 0-100 90-110 0,6 Standad metering
1,2 0-100 90-100 1,2 Relaying
Standard VA PF
burdens
M 35 0,20
W 12,5 0,10
IV 25 0,70
Y 75 0,85
Z 200 0,85
ZZ 400 0,85

Kalau alat ukur yang dipergunakan memakai digital dengan daya (VA) rendah hal
ini dapat mem-perkecil total burden yang rendah sampai 25 % dari burden
pengenalnya seperti terlihat pada grafik 2 , dan grafik 3 dimana perbandingan PT
antara CL0,2 dan CL0,5.
kesalahan
ratio (%) CL0,5
CL0,2
+0,5
80% rated voltage
+0,2

0
-0,2 120% rated voltage

-0,5
0 50 100%
Rated burden

Grafik 2: Grafik kesalahan ratio CL0,2 dan CL0,5(1)

CL0,5
CL0,2
+20
Pergeseran fase(%) 80% rated voltage
+10

-10

-0,20
120% rated voltage
0 50 100%
Rated burden

Grafik 3: Grafik pergeseran fase CL0,2 dan CL0,5(1)

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 73


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

IV.10. BAGAIMANA KITA MEMILIH CT DAN PT


Perlu kita ketahui, bahwa alat ukur seperti kWhmeter kVArhmeter, ampere meter
dls, memper-gunakan arus kecil dan tegangan rendah, tetapi arus dan tegangan
yang masuk dari sistem besar dimana tegangan pada sistem distribusi
mempergunakan tegangan 20.000 volt dengan arus besar. Untuk itu dibutuhkan
trafo arus dan trafo tegangan yang tepat pemilihannya, sebagai berikut:
1. MEMILIH TRAFO ARUS:
- Pemilihan tegangan tinggi peralatan, Tegangan per-alatan listrik diberikan
dalam “V” atau “kV” misal: 12 kV, 20 kV, 24 kV, 125 kV
- Pemilihan ratio transformator pengenal (selection of rated transformer ratio)
Pemilihan arus primer
Diperhitungkan dengan persamaan, sebagai berikut:
SN = √3 x U x I
Dimana:
SN = daya dari pelanggan (kVA)
U = tegangan fase –fase (kV)
I = arus masing-masing fase (Amp)
Contoh:
Daya pelanggan 630 kVA tarif TM/TM/TM te-gangan 20 kV, pemilihan ratio CT
adalah
630 kVA
I= = 18 A
3x20 V
Maka dipilih ratio CT pada sisi primer sebesar 20 A, bila CT dipergunakan untuk
pengukuran dan proteksi dipilih ratio 20/5-5.
Daya pelanggan TR 197 kVA tarif TR/TR/TR te-gangan 380 volt, pemilihan ratio
CT, adalah
197 kVA
I= = 299 A
3x380 V
Maka dipilih ratio CT pada sisi primer sebesar 300 A atau 300/5.
Untuk memperoleh ratio CT dan klas proteksi yang tepat pada CT yang
terpasang pada outgoing feeder, yang pasokannya diperoleh dari gardu Induk
atau PLTD, diambil dari Kuat Hantar Arus (KHA) kawat.
Bila dipasang pada incoming feeder di gardu Induk atau di Pusat Listrik, perlu
dihitung kapasitas trans-formator tenaga.
Pemilihan arus sekunder,

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 74


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Arus sekunder dalam ampere 1 A dan 5 A , secara umum arus sekunder


pengenal dipilih 5A, tetapi bila lokasi peralatan instrumen jauh dari trafo arus
dipilih 1 A. kalau beban sekunder diambil da-lam impedansi (ohm) diperhi-
tungkan dalam VA, sebagai berikut:

P(VA) = IS2 (A) IV Z (ohm).


Bila IS = 5 A, P(VA) = 25 IV Z.
Bila IS = 1 A, P(VA) = 1 IV Z.
- Pemilihan burden
Beban yang akan dihubungkan ke sekunder trafo arus menentukan daya aktif
dan reaktif di terminal sekunder yang berhubungan dengan burden trafo arus,
nilai VA dari tiap beban yang akan disambung dapat dilihat pada tabel 1
dibawah ini dan sebagai tam-bahan burden trafo arus (VA) adalah pemakaian
kabel yang menghubungkan trafo arus ke alat ukur.
Tabel 7: Nilai VA dari tiap alat ukur dan proteksi
Ammeter dengan jarum besi 0,70 – 1,5 VA
Wattmeter 0,20 – 5,00 VA
Cosϕ meter 2,00 - 6,00 VA
kWhmeter : mekanik 0,40 – 3,5 VA
: elektronik 0,40 – 1,5 VA
KVArmeter : mekanik 0,40 – 3,5 VA
: elektronik 0,40 – 1,5 VA
Over Current Relay 0,20 – 8,00 VA
Ground Fault Relay 0,20 – 8,00 VA

Tabel 8: Nilai tahanan dari kabel jenis NYY


Φ (mm2) R (Ω/km)
4 IV 1,5 14,47
4 IV 2,5 8,71
4 IV 4 5,45
4 IV 6 3,62
4 IV 10 2,16
4 IV 16 1,36
4 IV 25 0,863

Total kapasitas beban (VA) yang disambung ke CT tidak boleh melebihi dari
burden yang dipilih.
Contoh:
Beban yang akan disambung ke CT yang terpasang di Gardu Induk sebagai
berikut:

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 75


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Perhitungan daya:
Alat ukur Jenis mekanik Jenis elektronik
Ampere meter 1 VA 1 VA
kWh meter 3 VA 1 VA
KW meter 3 VA 1 VA
kVArh meter 3 VA 1 VA
Kabel 2 IV 4 mm2 = 20 m 1,36 VA 1,36 VA
Total daya = 11,36 VA 5,36 VA

Kalau mempergunakan alat ukur jenis mekanik Burden dipilih 15 VA, kalau je-nis
elektronik dipilih 7,5 VA.
Beban terpasang di pelanggan > 200 kVA
Alat ukur Jenis mekanik Jenis elektronik
kWh meter 3,5 VA 1,5 VA
kVArh meter 3,5 VA 1,5 VA
Kabel 2 IV 4 mm2 = 10 m 0,68 VA 0,68 VA
Total daya = 7,68 VA 3,68 VA
Kalau mempergunakan alat ukur jenis mekanik Burden dipilih 10 VA, jenis
elektronik dipilih 5,0 VA.atau 7,5 VA
Bagaimana kita menghitung kejenuhan CT untuk klas proteksi dengan
mempergunakan faktor keje-nuhan inti dan tegangan knee (VK), dimana akurasi
CT masih bisa dicapai?
Contoh:
Ratio CT 300/5 , 5P10, RCT = 0,07 ohm, burden 10VA. Burden kenyataan 7,5 VA,
untuk perhitungan diambil persamaan (10) diatas, sebagai berikut:
2
10 + 5 * 0,07
n = 10 = 12,7
2
7,5 + 5 * 0,07

Artinya: Dengan klas proteksi 5P10 dan burden CT 7,5 VA, CT tersebut akan
jenuh pada arus 12,7 IV arus pengenalnya = 12,7 x 5 = 63,5 A disisi sekunder,
bagaimana kalau dilihat dari sisi primer (ICT).
(ICT) = 63,5 x 300/5 = 3810 A.
Bila kapasitas transformator tenaga misal: di gardu induk = 60 MVA dan XT =
12,6%., tegangan 20 kV maka arus maksimum yang keluar dari sumber adalah
E 1 60.000
If = * I nT = * A = 13.746,4 A
XT 12,6% 3 * 20

Dari perhitungan diatas bahwa If > ICT, maka CT tersebut akan jenuh.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 76


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Bila kita ingin mengetahui kejenuhan CT dengan mempergunakan tegangan knee


(VK), dapat dije-laskan sebagai berikut:
VK = 22 volt, RCT = 0,07 ohm, klas 10 VA 5P10 ratio CT = 300/5. pemakaian
(burden) = 7,5 VA
Rrelai + Rkawat = 7,5 VA/(5A)2 = 0,3 ohm.
VK 22
If = = = 59,45 A
R total (0,07 + 0,3)

Didasarkan pada VK yang diujikan, CT akan jenuh pada arus 59,45 A sisi sekunder
atau 59,45 x 300/5 = 3567,57 A sisi primer.
Jadi permasalahan ini bisa dilihat kalau CT terpasang pada outgoing feeder atau
pada pelanggan TM terpasang dekat dari sumber, harus dihitung terlebih dahulu
besarnya arus gangguan dan kejenuhan CT.
- Pemilihan Accuracy class
Untuk alat ukur kWhmeter dan kVArhmeter: dianjurkan mempergunakan CL0,2S
Klas proteksi: karena dibutuhkan ketelitian waktu yang akurat dianjurkan
mempergunakan klas 5P.
Bila CT terpasang di outgoing feeder, pemilihan klas proteksi dianjurkan
mempergunakan klas 5P20 atau lebih dengan ratio disesuaikan beban (Amp).
- Pemilihan arus thermal pengenal (Ith)
Arus thermal pengenal diberikan 100, 200, 300 dst x arus pengenal CT dalam
“kA”, yang diambil dari arus gangguan hubung singkat di sistem, bila
diperhitungkan arus gangguan hubung singkat 10 kA, maka arus thermal pengenal
= 10 kA (Ith= 10 kA), arus primer pengenal dimisalkan 100 A, maka dapat
ditentukan arus thermal pengenal:
10.000A
I th = = 100xIn
100A

- Pemilihan arus dynamic pengenal (Idyn)


Arus dynamic pengenal diambil dari arus thermal pengenal, sebagai berikut:
Idyn = 2,5 x Ith
Dimisalkan Ith = 10 kA, maka
Idyn = 2,5 x 10 kA
= 25 kA.

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 77


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

2. MEMILIH TRAFO TEGANGAN


Sesuai tarip dasar listrik bahwa pelanggan yang mempunyai daya > 201 kVA s/d
30,5 MVA mem-pergunakan tegangan 20.000 volt, karena pada meter transaksi
jual beli tenaga listrik mempergunakan te-gangan rendah, dibutuhkan trafo
tegangan sebagai berikut:
- Tegangan : 20.000/√3 / 100/√3 , sisi sekunder disesuaikan dengan tegangan
alat ukur.
- Burden : dihitung beban yang akan disambung ke PT (VA) sama seperti
pada CT.
Contoh: Pemasangan di pelanggan TM
Alat ukur Jenis mekanik Jenis elektronik
kWh meter 3,5 VA 1,5 VA
kVArh meter 3,5 VA 1,5 VA
Kabel 2 IV 4 mm2 = 10 0,68 VA 0,68 VA
m
Total daya = 7,68 VA 3,68 VA

Kalau mempergunakan alat ukur jenis mekanik Burden dipilih 10 VA, kalau
jenis elektronik dipilih 5,0 VA. Atau 7,5 VA.
2. Pemasangan PT di GI atau PLTD.
Biasanya pemasangan PT untuk outgoing di Gardu Induk atau di PLTD
dipergunakan untuk beberapa alat ukur yang terpasang di Cubicle outgoing,
diambil 10 cubicle dengan alat ukur: Volt meter, kWhmeter, kVArhmeter,
Wattmeter, cosϕmeter , penjelasannya sebagai berikut:
PENYULANG
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

BUSBAR

PT PT METER

PENGAWATAN SEKUNDER PT METER INCOMING

Alat ukur Jenis mekanik Jenis elektronik


10 Voltmeter 15 VA 15 VA
10 Wattmeter 35 VA 15 VA
10 kWh meter 35 VA 15 VA
10 kVArh meter 35 VA 15 VA
10 Cosϕ meter 60 VA 60 VA
Kabel 2 IV 4 mm2 = 8 0,262 VA 0,262 VA
m
Daya PT 1,063 VA 0,588 VA
Total daya = 217,39 VA 137,39 VA

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 78


PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Proteksi Distribusi

Dari contoh no 2 diatas, kalau mempergunakan alat ukur jenis mekanik burden
dipilih 225 VA, kalau jenis elektronik dipilih 150 VA. Dengan contoh ini dapat
dilihat besarnya burden yang dipergunakan untuk alat ukur. Bila pemilihan
burdennya tidak sesuai dengan alat ukur yang akan dipasang, berpengaruh
terhadap pengukurannya, dengan ini sebaiknya pemasangan PT di outgoing
feeder untuk satu atau 2-3 buah cubicle dengan beberapa alat ukur yang
terpasang.
Disamping itu tegangan kWhmeter (pemakaian pengukuran jenis mekanik) di
penyulang 1 (dengan asumsi tahanan kontak 0,6 ohm) sebesar 100/√3 = 57,74
volt - ∆V = 57,74 - 0,225 = 57,51 volt. Tegangan di penyulang 4 menjadi 56,83 volt
dan di penyulang 10 menjadi 55,48 volt. Padahal kWhmeter dengan klas ketelitian
yang tinggi (klas 0,2 atau klas 0,3), total jatuh tegangan dari trafo tegangan yang
masuk ke kWhmeter harus ≤ 0,05 % s/d 0,1 % IV tegangan pengenal sekunder
PT(1).
Dengan penjelasan diatas terdapat kerugian pengukuran pada penyulang 4 s/d
penyulang 10 yang melebihi standar jatuh tegangan yang masuk ke kWh meter..
- Class accuracy: diambil dari tabel 5 atau tabel 6 sesuaikan pemakaian standar
nya dan diambil yang mempunyai kesalahan rendah.

IV.11. KESIMPULAN.

1. Pemilihan Trafo arus dan trafo tegangan yang dipergunakan untuk meter
traksaksi tenaga listrik perlu dihitung terlebih dahulu beban yang akan disambung
dan tegangan yang dipergunakan.
2. Sesuaikan burden beban yang tersambung pada CT dan PT. Yang tidak boleh
melebihi 100% burden pengenal CT atau PT.
3. Kerugian pengukuran adalah akibat dari pemilihan instrument transformers yang
tidak sesuai.
4. Bila CT di pasang pada outgoing feeder, untuk menjaga kejenuhannya perlu
dihitung besarnya arus gangguan hubung singkat 3 fase.
5. Bila CT yang terpasang pada incoming feeder, diambil dari In transformator
tenaganya.
6. Nameplate CT dan PT harus terbuat dari plat aluminium (bukan dari kertas).

Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 79

Anda mungkin juga menyukai