Anda di halaman 1dari 9

ISSN Cetak: 2087-4286; ISSN On Line: 2580-6017

Power System Stabilizer Untuk Perbaikan Kestabilan .............................................................. (Nita Indriani P)

Power System Stabilizer Untuk Perbaikan Kestabilan


Frekuensi Pada Sistem Single Machine Menggunakan
Firefly Algorithms (FA)
Oleh:
Nita Indriani Pertiwi
Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Kalimantan
Email: nitaindriani@itk.ac.id

ABSTRAK

Kontinuitas dan kehandalan sebuah sistem akan menjamin kestabilan pada sebuah
sistem. Sebab itu, agar bisa menjaga kestabilan sebuah sistem merupakan hal yang sangat
penting. Paper ini menyajikan perbaikan respon frekuensi pada sistem single machine dengan
penambahan Power System Stabilizer (PSS) pada sistem eksitasi generator. PSS akan
membantu meredam osilasi pada frekuensi dan sudut rotor yang terjadi akibat gangguan
berupa perubahan beban. Akan dilakukan optimasi parameter PSS dengan Firefly Algorithms
(FA) sehingga dihasilkan respon frekuensi dan sudut rotor yang lebih baik.

Keyword: PSS, Frekuensi, FA

I. PENDAHULUAN

Kestabilan dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sistem tenaga listrik untuk
dapat kembali pada kondisi normal saat terjadi gangguan. Adanya ketidakstabilan pada sistem
tenaga listrik dapat berdampak buruk pada sistem, karena hal ini dapat menyebabkan
terjadinya lepas sinkron pada generator. Apabila permasalahan kestabilan tidak dapat diatasi
dan terjadi lepas sinkron pada generator maka hal ini akan menyebabkan terputusnya suplai
tenaga listik [1].
Terdapat tiga hal penting dalam permasalahan kestabilan, yaitu kestabilan frekuensi,
tegangan dan sudut rotor. Kestabilan frekuensi merupakan kemampuan sistem tenaga listrik
untuk menjaga frekuensi tetap stabil pada nilai ratingnya saat terjadi gangguan. Kestabilan
tegangan mengacu pada kemampuan sistem untuk menjaga tegangan pada tiap bus pada nilai
rating. Sementara kestabilan sudut rotor mengacu pada kemampuan sistem agar dapat
mempertahankan kondisi sinkron generator.
Salah satu gangguan penyebab terjadinya ketidakstabilan adalah akibat adanya perubahan
beban pada generator. Perubahan beban pada sistem tenaga listrik sangat mempengaruhi

1
JURNAL INTAKE---- Vol. 7, Nomor 1, April 2016

kondisi frekuensi dan sudut rotor generator. Ketika beban naik maka frekuensi akan berkurang,
sebaliknya ketika beban turun maka frekuensi akan meningkat. Hal ini mengakibatkan
terjadinya osilasi pada frekuensi dan sudut rotor generator. Berbagai metode telah dilakukan
untuk meningkatkan performa kestabilan pada sistem tenaga listrik. Salah satunya adalah
dengan menambahkan peralatan tambahan PSS pada sistem eksitasi generator atau Automatic
Voltage Regulator (AVR).

PSS merupakan blok kontrol tambahan yang berfungsi untuk membantu peredaman terhadap
osilasi rotor generator dengan mengontrol eksitasi generator menggunakan sinyal stabilisasi
[2]. Pada paper ini digunakan algoritma FA untuk mendapatkan parameter–parameter pada
PSS. Dengan demikian analisis pengaruh PSS pada kestabilan sistem dapat dilakukan.

II. METODE

A. Blok Diagram Single Machine


Sistem Single Machine terdiri dari generator sinkron yang yang dilengkapi dengan
governor, turbin dan sistem eksitasi serta AVR. Turbin digunakan untuk memutar rotor
generator. Turbin ini akan diputar mengunakan sumber energi tertentu misalnya angin, air,

2
ISSN Cetak: 2087-4286; ISSN On Line: 2580-6017
Power System Stabilizer Untuk Perbaikan Kestabilan .............................................................. (Nita Indriani P)

batubara,dan lain-lain. Sedangkan sistem eksitasi berfungsi untuk memberikan arus dc pada
rotor generator sehingga akan dihasilkan tegangan ketika rotor .
Sementara itu, governor dan AVR merupakan sistem kontrol pada sistem tenaga listrik.
Governor digunakan untuk mengontrol besarnya energi yang digunakan untuk memutar turbin.
Besarnya energi yang akan diberikan oleh governor ke turbin akan disesuaikan dengan
perubahan frekuensi generator. AVR digunakan untuk mengatur besarnya eksitasi yang akan
diberikan ke generator. Nilai eksitasi ini disesuaikan dengan perubahan tegangan yang terjadi
di generator. Blok diagram yang digunakan pada paper ini merupakan blok diagram sistem
single machine pada umumnya, namun parameter yang digunakan didapatkan dari referensi
[3]. Parameter dari blok diagram dapat dilihat pada tabel 1.
Gambar 1 merupakan blok diagram single machine yang telah ditambahkan blok PSS orde
satu. Selain itu terdapat pula kontroler PID dimana parameter dari
kontroler ini didapatkan pula dari referensi.

Tabel 1
Parameter blok diagram Single Machine
Parameter Gain (K) Time Constant (T)
Turbine 1 0,5
Governor 1 0,2
Amplifier 10 0,1
Exciter 1 0,4
Generator Field 0,8 1,4
Sensor 1 0,05
Inertia 10
Regulation 0,05

Tabel 2
Parameter PID
Parameter Nilai
Kp 1
Ki 0,25
Kd 0,3

3
JURNAL INTAKE---- Vol. 7, Nomor 1, April 2016

B. Power System Stabilizer (PSS)


PSS pada dasarnya terdiri dari serangkaian blok yang diletakkan pada kontrol eksitasi dan
AVR dari generator sinkron. Blok PSS umumnya terdiri dari blok Gain, Washout Filter dan
blok Lead/Lag seperti dapat dilihat pada gambar 2.

∆wi sTw ∆V1i 1+ sTA ∆V2i 1+ sTB ∆Vp


KSTAB
1+ sTw 1+ sTC 1+ sTD
Gain Washout Compensation
Gambar 2. Blok Diagram PSS Konvensional [4].

∆wi 1+ sT1 1+ sT3 1+ sT5 output


Gain
1+ sT2 1+ sT4 1+ sT6
Gambar 3. Blok diagram PSS yang digunakan.

Blok Gain berfungsi sebagai pengatur penguatan agar diperoleh besaran yang diinginkan,
blok Washout Filter merupakan High Pass Filter yang akan mengatur on-off dari PSS
sedangkan blok Lead/Lag atau compensation berfungsi untuk mengatur kondisi lag antara input
eksitasi dan torsi generator. Input dari PSS ini dapat berupa respon frekuensi atau kecepatan
rotor generator yang didapatkan dari sistem. Namun pada paper ini input PSS yang digunakan
adalah frekuensi dari rotor generator. Selanjutnya respon ini akan diolah pada PSS sehingga
didapatkan sinyal output yang akan diberikan pada sistem eksitasi generator.
Blok diagram PSS yang digunakan pada paper ini dapat dilihat pada gambar 3. Dari gambar
3 dapat dilihat bahwa terdapat parameter K, dan T1-T6 yang akan digunakan pada PSS.
Seluruh parameter ini akan didapatkan menggunakan FA.

C. Implementasi Algoritma FA
FA adalah salah satu metode optimasi yang mengadaptasi perilaku individual dalam suatu
kawanan di alam. Algoritma FA yang umum diketahui melakukan adaptasi pada perilaku sosial
kawanan burung di alam. Kata partikel pada FA menunujukkan seekor burung dalam

4
ISSN Cetak: 2087-4286; ISSN On Line: 2580-6017
Power System Stabilizer Untuk Perbaikan Kestabilan .............................................................. (Nita Indriani P)

kawanannya. Kawanan diasumsikan mempunyai jumlah yang tetap dengan setiap partikel
memiliki posisi awal pada lokasi yang acak dalam ruang multidimensi.
Setiap partikel diasumsikan memiliki dua karakteristik yaitu posisi dan kecepatan. Setiap
partikel bergerak dalam ruang tertentu dan akan mengingat posisi terbaik yang pernah dilalui
(dalam bentuk sumber makanan atau fungsi nilai objektif). Partikel akan menyampaikan
informasi atau posisi yang baik sehingga partikel-partikel lain akan menyesuaikan posisi dan
kecepatan masing-masing berdasarkan informasi yang diterima [5].
Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan optimasi dengan FA adalah sebagai
berikut [5] :
1. Melakukan inisiasi awal jumlah partikel (N)
2. Menentukan posisi tiap partikel (X) dan range X secara random. Selanjutnya menetapkan
posisi (X) dan kecepatan tiap partikel selama iterasi.

()
()

Dimana kecepatan awal partikel ditetapkan bernilai 0 dan iterasi di set 1 ( i = 1).
3. Menetukan parameter Pbest dan Gbest , dimana Pbest dan Gbest masing-masing adalah
posisi terbaik dari partikel j dan posisi terbaik dari seluruh partikel.
4. Menghitung kecepatan dan posisi partikel j pada itersi ke- i
() ( ) [ ( )] ( )
[ ( )]
() ( ) ( )...............................................(2)
Dimana c1 dan c2 masing- masing adalah learning rates untuk kemampuan individu
(cognitive) dan pengaruh sosial (group) yang biasanya bernilai 2, sedangkan r1 dan r2
adalah bilangan acak.
5. Cek apakah solusi yang sekarang sudah konvergen.
Dari simulasi single machine dengan PSS yang menggunakan FA didapatkan parameter PSS
seperti pada tabel 3.

5
JURNAL INTAKE---- Vol. 7, Nomor 1, April 2016

Tabel 3
Parameter PSS
Parameter Nilai
Gain (K) 52.331
T1 0.6149
T2 0.1851
T3 -0.0799
T4 0.1503
T5 0.9725
T6 0.1240

III. HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

Analisis kestabilan pada paper ini akan dilakukan dengan mengamati respon frekuensi serta
sudut rotor sebelum dan setelah menggunakan PSS. Selain itu akan dilihat pula error yang
terjadi pada respon frekuensi sistem baik sebelum maupun sesudah menggunakan PSS. Kedua
respon akan dibandingkan sehingga dapat dilakukan analisis pengaruh penggunaan PSS pada
sistem single machine ini.

A. Respon Perubahan Frekuensi

Untuk menguji kestabilan pada sistem single machine, maka diberikan gangguan pada
sistem single machine berupa perubahan beban sebesar 0,05 pu pada detik ke- 20. Perubahan
beban pada simulasi dilakukan dengan memberikan input step function. Dari hasil simulasi
diperoleh respon perubahan frekuensi dalam satuan per unit (pu) yang ditunjukkan pada
Gambar 4.
Sebuah sistem yang stabil seharusnya memiliki respon frekuensi yang tetap pada titik 0.
Pada titik 0 ini merupakan kondisi tidak adanya perubahan frekuensi pada sistem atau sistem
memiliki frekuensi sesuai dengan rating. Selain itu kestabilan sistem juga dapat dilihat dari
waktu yang dibutuhkan oleh sistem untuk kembali pada kondisi stabil, semakin cepat sebuah
sistem dapat kembali ke kondisi stabil maka sistem tersebut dikatakan semakin stabil.

6
ISSN Cetak: 2087-4286; ISSN On Line: 2580-6017
Power System Stabilizer Untuk Perbaikan Kestabilan .............................................................. (Nita Indriani P)

0.005

Perubahan Frekuensi (p.u)


-0.005

-0.01

-0.015

-0.02

-0.025
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Gambar 4. Respon perubahan frekuensi saat terjadi gangguan

-4
x10
18
16
14

12

10

6
4

0
-2
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Time (s)
Gambar 5. Error pada respon frekuensi generator

Dari gambar 4, grafik biru menunjukkan respon frekuensi sebelum menggunakan PSS
sedangkan grafik merah adalah respon frekuensi setelah menggunakan PSS.
Berdasarkan grafik pada gambar 4 terlihat bahwa dengan menambahkan PSS pada sistem
single machine, mampu mengurangi osilasi frekuensi akibat adanya perubahan beban. Selain

7
JURNAL INTAKE---- Vol. 7, Nomor 1, April 2016

itu waktu yang dibutuhkan agar frekuensi kembali pada kondisi stabil pada sistem dengan PSS
lebih cepat dibandingkan dengan sistem tanpa PSS.
Saat dilakukan pengamatan terhadap error respon frekuensi dari kedua grafik dapat dilihat
bahwa sistem yang tidak menggunakan PSS (grafik biru ) memiliki error yang lebih besar
dibanding sistem dengan PSS (grafik merah). Pengamatan ini dilakukan dengan melihat luasan
dari penyimpangan respon frekuensi terhadap titik stabil (0). Perbedaan error pada sistem
sebelum dan sesudah menggunakan PSS dapat dilihat pada gambar 5.

B. Respon Perubahan Sudut Rotor


Selain dilakukan pengamatan terhadap respon frekuensi dilakukan pula pengamatan pada
respon sudut rotor seperti ditunjukkan pada gambar 6.

-0.01

-0.02

-0.03

-0.04

-0.05

-0.06
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Time (s)
Gambar 6. Respon perubahan sudut rotor generator

Dari gambar diatas, grafik biru menunjukkan respon sudut rotor ketika terjadi gangguan
tanpa menggunakan PSS sementara grafik merah merupakan sudut rotor ketika menggunakan
PSS. Dari kedua grafik dapat dilihat bahwa penggunaan PSS dapat mengurangi osilasi pada
sudut rotor generator ketika terjadi perubahan beban.

8
ISSN Cetak: 2087-4286; ISSN On Line: 2580-6017
Power System Stabilizer Untuk Perbaikan Kestabilan .............................................................. (Nita Indriani P)

IV. KESIMPULAN

Hasil simulasi menunjukkan bahwa penambahan PSS pada sistem single machine dapat
mengurangi osilasi ketika terjadi gangguan perubahan beban. Penggunaan algoritma FA untuk
menentukan parameter PSS cukup berhasil namun optimasi parameter yang dilakukan masih
belum optimal. Hal ini dapat diakibatkan kurangnya iterasi saat simulasi serta penentuan batas
maksimum dan minimum parameter PSS yang tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Stevenson, William, “Element of Power System Analysis”, Fourth Edition, McGraw-
Hill,Inc, New York. 1983.
[2] P. Kundur, “Power System Stability and Control”, McGraw-Hill,Inc, New York, Ch. 12.
1994.
[3] Saadat, H., “Power System Analysis”,Second Edition, McGraw-Hill International
Edition., Singapore, 2004.
[4] Robandi, Imam. “Desain Sistem Tenaga Modern”, Penerbit ANDI, Yogyakarta.2006.
[5] Singiresu S. Rao., “Engineering Optimization, Theory and Practice”, Fourth Edition,
John Wiley & Sons, New York, 2009.

Anda mungkin juga menyukai