Anda di halaman 1dari 13

PERCOBAAN 1

PNE: RANGKAIAN KONTROL

1.1 Tujuan
1. Mendemonstrasikan penggunaan kontrol langsung dan kontrol tidak langsung pada
sistem pneumatic
2. Mendemonstrasikan penggunaan kontrol kecepatan aliran udara pada sistem pneumatic
1.2 Teori Dasar
Penggunaan rangkaian kontrol langsung dan kontrol tidak langsung pada sistem pneumatik
harus mempertimbangkan volume silinder. Jika volume silinder tidak besar dapat menggunakan
kontrol langsung yang rangkaiannya ditunjukkan pada gambar 1.1. Sebaliknya, jika diameter
silinder besar penggunaan kontrol tidak langsung lebih sesuai karena sistem pneumatic
memerlukan jumlah udara banyak. Rangkaian kontrol tidak langsung tampak pada gambar 1.2.

Gambar 1.1 Rangkaian Kontrol Langsung (Single Acting Cylinder)


Gambar 1.2 Rangkaian Kontrol Tidak Langsung (Single Acting Cylinder)

Gambar 1.3 Rangkaian Kontrol Langsung (Double Acting Cylinder)

Gambar 1.4 Rangkaian Kontrol Tidak Langsung (Double Acting Cylinder)


Rangkaian kontrol kecepatan aliran udara digunakan untuk mengatur kecepatan maju atau
mundur silinder (single acting) atau double acting mengatur aliran udara masuk atau keluar,
sesuai dengan desain sistem pneumatik yang digunakan.
Gambar 1.5 Rangkaian Kontrol Kecepatan Aliran Udara
1.3 Alat dan Bahan
1. PC/Laptop
2. Software Fluidsim-P
3. Modul Ajar Pneumatik
4. Kompresor
1.4 Prosedur Percobaan
1. Buatlah projek baru di software fluidsim
2. Buatlah rangkaian kontrol langsung untuk single acting cylinder dan double acting
cylinder seperti gambar di bawah ini

Gambar 1.6 Rangkaian kontrol langsung single dan double acting


3. Simulasikan rangkaian tersebut dan amati hasilnya
4. Buatlah rangkaian kontrol tidak langsung untuk single acting cylinder dan double acting
cylinder seperti gambar di bawah ini
Gambar 1.7 Rangkaian kontrol tidak langsung single dan double acting
5. Simulasikan rangkaian tersebut dan amati hasilnya
6. Buatlah rangkaian kontrol kecepatan aliran udara untuk mengatur udara masuk dan
udara buang pada double acting cylinder

Gambar 1.8 Rangkaian kontrol kecepatan aliran udara


7. Simulasikan rangkaian tersebut dan amati hasilnya
8. Setelah selesai mensimulasikan di Fluidsim, berikutnya membuat rangkaian tsb di modul
pneumatik FESTO dan amati hasilnya
1.5 Hasil Simulasi
1.5.1. Simulasi rangkaian kontrol langsung single dan double acting

1.5.1.(A) Kondisi Awal Single Acting Silinder

1.5.1.(B) Kondisi Aktif Single Acting Silinder

1.5.1.(C) Kondisi Awal Double Acting Silinder


1.5.1.(D) Kondisi Aktif Double Acting Silinder

1.5.2. Simulasi rangkaian kontrol tidak langsung single dan double acting
1.5.3.

1.5.2.(A) Kondisi Awal Single Acting Silinder kontrol tidak langsung

1.5.2.(B) Kondisi Aktif Single Acting Silinder kontrol tidak langsung


1.5.2.(C) Kondisi Awal Double Acting Silinder kontrol tidak langsung

1.5.2.(D) Kondisi Aktif Double Acting Silinder kontrol tidak langsung

1.5.4. Simulasi rangkaian kontrol kecepatan aliran udara


1.5.2.(A) Kondisi Awal Double Acting Silinder kontrol tidak lansung dengan one way flow
control kiri

1.5.2.(B) Kondisi Aktif Double Acting Silinder kontrol tidak lansung dengan one way flow
control kiri

1.5.2.(C) Kondisi Aktif Double Acting Silinder kontrol tidak lansung dengan one way flow
control kanan

1.5.2.(D) Kondisi Double Single Acting Silinder kontrol tidak lansung dengan one way
flow control kanan

1.6 Analisa
Pada praktikum mekatronika pertama ini melakukan percobaan sistem pneumatic dengan
rangkaian langsung dan tidak langsung. Percobaan dilakukan menggunakan aplikasi
fluidsim sebagai simulasi. Pada praktikum ini menggunakan beberapa rangkaian yang
berbeda, yang ditunjukkan pada poin 1.6.1, 1.6.2, dan 1.6.3.
1.6.1. Percobaan dengan rangkaian kontrol langsung single dan double acting
Pada percobaan 1.6.1. ini menggunakan rangkaian kontrol langsung single dan
double acting. Komponen pertama yang digunakan adalah compressor sebagai
pemproduksi udara untuk supply semua rangkaian pada percobaan, yang disimbolkan
dengan bentuk segitiga sama sisi dan untuk mengatur besar tekanan yang dihasilkan
yaitu dengan mengklik 2 kali pada komponen compressor.
Kemudian komponen yang digunakan selanjutnya adalah Air Service Unit. Pada
komponen ini terdapat filter, regulator, dan lubrication. Filter digunakan sebagai
peredam udara agar tidak bising, Regulator digunakan sebagai penstabil tekanan, dan
Lubrication (Pelumas) digunakan agar mengurangi keusangan pada peralatan
pneumatik. Sama seperti komponen compressor, untuk mengatur tekanan yaitu
dengan mengklik 2 kali pada komponen.
Komponen selanjutnya adalah Valve (katub), valve yang digunakan pada
percobaan 1.5.1 ini menggunakan valve 3/2 untuk single acting dan valve 5/2 untuk
double acting. Angka pertama menunjukkan jumlah lubang pada katub sedangkan
untuk angka kedua menunjukkan jumlah gerakan pada katub. Banyaknya gerakan
pada katub ditunjukkan dengan simbol banyaknya kotak pada komponen. Untuk
mengatur konfigurasi pada katub dapat dilakukan dengan klik 2 kali. Pada katub 3/2
poin 1 difungsikan sebagai input, poin 2 sebagai output, dan poin 3 sebagai udara
buang, udara buang ini berfungsi apabila pada poin 2 terdapat udara balik lalu
dialirkan pada poin 3 secara langsung, pada poin 3 ini terdapat peredam udara/
silencer. Pada katub 5/2 poin 1 sebagai input, poin 2 dan 4 sebagai output, poin 3 dan
5 berfungsi sebagai udara buang.
Komponen selanjutnya adalah actuator. Actuator yang digunakan pada
praktikum ini adalah single acting silinder (SAC) dan double acting silinder (DAC).
Perbedaan single dan double acting silinder ini ditunjukkan pada supply penggerak
silindernya. Sesuai dengan namanya, SAC terdapat 1 supply pada satu sisi untuk
menggerakkan silinder, serta dilengkapi dengan pegas/spring sebagai pembalik arah
jika tidak ada tekanan pada supply. Sedangkan untuk DAC terdapat 2 supply untuk
menggerakkan silinder yang berada di sisi kanan dan sisi kiri. Pada kondisi awal
salah satu pada supply memiliki tekanan untuk menggerakkan silinder. Sedangkan
untuk membalik arah silinder, supply sisi sebelahnya akan bergantian memberikan
tekanan.
Pada Gambar 1.5.1.(A) ditunjukkan rangkaian control langsung pada SAC
sebelum di running. Dapat dilihat bahwa udara dari compressor akan terhenti pada
poin 1 valve yang ditunjukkan dengan jalur warna biru tua, sedangkan jalur dari poin
2 menuju actuator berwarna biru muda, ini berarti belum ada udara yang mengalir
sehingga silinder pada actuator SAC belum bergerak. Untuk gambar pada State
Diagram ditunjukkan sinyal berjalan lurus kebawah tanda keadaan masih off untuk
valve dan retrack untuk silinder.
Kemudian ketika telah dirunning yang ditunjukkan pada Gambar 1.5.1.(B), jalur
dari poin 2 valve menuju actuator berubah menjadi berwarna biru tua dan silinder
terdorong menuju arah kanan, ini berarti ada udara yang mengalir pada jalur dan
memberi supply pada SAC. Ketika running tidak diaktifkan lagi maka tidak ada
udara pada jalur poin 2 menuju actuator sehingga pegas pada actuator SAC akan
kembali pada kondiri semula. Untuk gambar pada state diagram, valve saat
diaktifkan akan lansung naik keatas, sedangkan untuk silinder akan naik secara
berkala hingga batas saat silinder telah full forward.
Pada Gambar 1.5.1.(C) ditunjukkan rangkaian control langsung pada DAC
sebelum di running. Dapat dilihat bahwa jalur berwarna biru tua berada di jalur dari
compressor menuju Air Service Unit lalu poin 1 valve, lalu poin 2 valve, lalu menuju
actuator DAC. Ini berarti ada udara pada jalur sehingga menyebabkan silinder pada
actuator bergerak menuju arah kiri, sedangkan dari poin 4 valve menuju actuator sisi
sebelah kiri berwarna biru muda ini berarti tidak ada udara pada jalur. Untuk gambar
pada State Diagram ditunjukkan sinyal berjalan lurus kebawah tanda keadaan masih
off untuk valve dan retrack untuk silinder.
Setelah dirunning yang ditunjukkan pada 1.5.1.(D) dapat dilihat bahwa jalur yang
berwara biru tua berapa pada jalur poin 4 valve menuju actuator sisi kiri, dan silinder
bergerak forward, ini berarti ada udara pada jalur dan menyebabkan adanya
pembalikkan arah dari kondiri sebelum dirunning. Untuk gambar pada state diagram,
valve saat diaktifkan akan lansung naik keatas, sedangkan untuk silinder akan naik
secara berkala hingga batas saat silinder telah full forward.
1.6.2. Simulasi rangkaian kontrol tidak langsung single dan double acting
Pada Gambar 1.5.2.(A) ditunjukkan control tidak langsung pada SAC dalam
kondisi retrack dengan menggunakan 2 valve 3/2. Dengan udara masih tertahan pada
kedua valve, jadi tidak ada udara untuk forward silinder. Untuk gambar diagram
state, grafik masih dibawah untuk keduanya, tanda valve belumdiaktifkan dan
silinder masih retrack.
Pada Gambar 1.5.2.(B) Saat valve sebelah kiri diaktifkan maka akan bergeser
kekanan, kemudian udara akan masuk untuk menggeser valve sebelah kanan, disini
udara akan masuk melalui valve sebelah kanan menuju kesilinder untuk forward
silinder. Untuk diagram state, grafik pada valve akan langsung menuju keatas begitu
diaktifkan atau digeser, pada grafik solenoid akan perlahan menuju keatas hingga
silinder telah full forward.
Pada Gambar 1.5.2.(C) Ditunjukkan control tidak langsung pada DAC dalam
kondisi retrack dengan menggunakan 2 valve yaitu valve 3/2 dan valve 5/2. Dengan
udara yang masih tertahan di valve 3/2, dan udara masuk ke bagian kanan valve 5/2
untuk retrack silinder. Untuk diagram state, grafik masih dibawah untuk keduanya,
tanda valve belumdiaktifkan dan silinder masih retrack.
Pada gambar 1.5.2.(D) valve 3/2 digeser kekanan, maka udara masuk untuk
menggeser valve 5/2 kesebelah kanan, ini akan memasukkan udara kebagian kiri
silinder, dan akan membuang udara dibagian kanan silinder. kemudian silinder akan
forward. Untuk Diagram state, grafik pada valve akan langsung menuju keatas begitu
diaktifkan atau digeser, pada grafik solenoid akan perlahan menuju keatas hingga
silinder telah full forward.

1.6.3. Simulasi rangkaian kontrol kecepatan aliran udara


Pada Gambar 1.5.2.(A) Ditunjukkan control tidak langsung pada DAC dalam
kondisi retrack dengan menggunakan 2 valve yaitu valve 3/2 dan valve 5/2. Dengan
tambahan one way flow control 30% disebelah kiri. Dengan udara yang masih
tertahan di valve 3/2, dan udara masuk ke bagian kanan valve 5/2 untuk retrack
silinder. Untuk diagram state, grafik masih dibawah untuk keduanya, tanda valve
belumdiaktifkan dan silinder masih retrack.
Pada gambar 1.5.2.(B) valve 3/2 digeser kekanan, maka udara masuk untuk
menggeser valve 5/2 kesebelah kanan, udara akan melewati one way flow control
yang menghambat udara sebesar 30%, kemudian udara masuk kebagian kiri silinder,
dan akan membuang udara dibagian kanan silinder. kemudian silinder akan forward.
Untuk Diagram state, grafik pada valve akan langsung menuju keatas begitu
diaktifkan atau digeser, pada grafik solenoid akan perlahan menuju keatas selama8,5
detik untuk menuju full forward karena tertahan one way flow control.
Pada Gambar 1.5.2.(C) Ditunjukkan control tidak langsung pada DAC dalam
kondisi retrack dengan menggunakan 2 valve yaitu valve 3/2 dan valve 5/2. Dengan
tambahan one way flow control 30% disebelah kanan. Dengan udara yang masih
tertahan di valve 3/2, dan udara masuk ke bagian kanan valve 5/2 untuk retrack
silinder. Untuk diagram state, grafik masih dibawah untuk keduanya, tanda valve
belum diaktifkan dan silinder masih retrack.
Pada gambar 1.5.2.(D) valve 3/2 digeser kekanan, maka udara masuk untuk
menggeser valve 5/2 kesebelah kanan, kemudian udara masuk kebagian kiri silinder,
dan udara akan terbuang keseblah kanan silinder melewati one way flow control
yang menghambat udara sebesar 30%. kemudian silinder akan forward. Untuk
Diagram state, grafik pada valve akan langsung menuju keatas begitu diaktifkan atau
digeser, pada grafik solenoid akan perlahan menuju keatas selama 10 detik untuk
menuju full forward karena tertahan one way flow control.

1.7 Kesimpulan
1. Dengan terlaksananya simulasi ini kita dapat memahami cara kerja pneumatic
mengunakan valve yang mengontrol system single acting cylinder menggunakan pegas
dan angin.
2. Pada system control tidak langsung dapat mengendalikan valve menggunakan valve lain
dalam artian tidak diperlukan tombol manual atau mekanik.
3. Untuk penempatan one way flow control akan berbeda waktu forward atau retracknya
saat ditempatkan dikanan atau dikiri jalan masuk silinder, walaupun penggunaan one way
flow controlnya sama sama untuk forward atau retrack. Seperti pada percobaan diatas
walaupun untuk menghambat saat forward tetapi penempatan one way flow control
beebeda maka akan berbeda juga waktu full forwardnya

Anda mungkin juga menyukai