Anda di halaman 1dari 6

Ulkus Duodenum

Duodenal ulcer atau ulkus duodenum adalah luka terbuka yang timbul di
dinding usus 12 jari, yaitu bagian awal dari usus halus. Luka di usus 12
jari ini dapat menyebabkan nyeri ulu hati hingga muntah darah.

Ulkus duodenum atau luka di usus 12 jari bukan disebabkan oleh merokok, stres,
atau makan makanan pedas, melainkan karena penggunaan obat pereda nyeri jenis
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dalam jangka panjang atau infeksi
bakteri Helicobacter pylori.

Walaupun tidak disebabkan oleh makanan pedas, rokok, ataupun stres, ketiga hal
tersebut bisa memperburuk kondisi ini dan menyebabkan luka sulit untuk
disembuhkan.

Gejala Ulkus Duodenum

Gejala utama ulkus duodenum adalah nyeri ulu hati. Nyeri ulu hati muncul sesekali,
terutama ketika perut kosong. Selain nyeri ulu hati, gejala lain yang dapat muncul
pada penderita ulkus duodenum adalah:

 Perut kembung
 Lemas
 Mual dan muntah
 Rasa terbakar di ulu hati hingga dada (heartburn)
 Nafsu makan menurun
 Sulit menarik napas

Kapan Harus ke Dokter

Segera temui dokter bila merasakan gejala di atas, terutama bila disertai dengan
gejala yang berbahaya, seperti:
 Muntah darah
 BAB berdarah
 BAB berwarna hitam seperti aspal
 Berat badan menurun drastis

Penyebab Ulkus Duodenum

Ulkus duodenum disebabkan oleh 2 hal, yaitu infeksi bakteri Helicobater pylori (H.
pylori) dan konsumsi obat pereda nyeri jenis obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
dalam jangka panjang.

Contoh OAINS adalah:

 Aspirin
 Ibuprofen
 Diclofenac
 Asam Mefenamat
 Piroxicam
 Meloxicam

Infeksi H. pylori dan konsumsi OAINS jangka panjang akan menyebabkan


perlindungan terhadap dinding usus 12 jari terganggu, sehingga bagian usus ini
rentan mengalami iritasi dan luka.

Tidak hanya obat OAINS, ada beberapa obat lain yang dapat menyebabkan ulkus
duodenum, di antaranya adalah kortikosteroid, fluorouracil, dan bisfosfonat.

Selain itu, ulkus duodenum juga dapat disebabkan oleh suatu penyakit,
seperti sindrom Zoolinger-Ellison, kanker lambung, kanker paru-paru, dan penyakit
akut, seperti stroke atau infeksi paru-paru.

Ada beberapa faktor yang dapat membuat kondisi ulkus duodenum bertambah buruk
atau menjadi sulit sembuh, antara lain:

 Berusia di atas 70 tahun


 Pernah menderita ulkus duodenum atau tukak lambung
 Sedang mengalami stres
 Gemar mengonsumsi makanan pedas
 Memiliki kebiasaan merokok
 Kecanduan alkohol

Diagnosis Ulkus Duodenum

Untuk menentukan penyebab keluhan yang dialami pasien, dokter akan terlebih
dahulu menanyakan riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Jika
mencurigai adanya ulkus duodenum, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan
berupa:

Pemeriksaan tinja

Untuk mengetahui adanya perdarahan pada saluran cerna, dokter dapat meminta
pemeriksaan darah samar, dengan mengambil sampel tinja penderita.

Foto Rontgen kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari

Pemeriksaan ini akan memperlihatkan gambaran kerongkongan, lambung, dan usus


12 jari, dengan bantuan sinar-x. Saat pemeriksaan, pasien akan diminta menelan
cairan khusus yang mengandung barium, agar luka dapat terlihat lebih jelas.

Gastrokopi

Dalam prosedur gastroskopi, sebuah selang kecil dengan kamera akan dimasukkan
melalui kerongkongan hingga ke usus 12 jari, untuk melihat langsung kondisi saluran
pencernaan. Jika diperlukan, dokter akan mengambil sampel jaringan untuk
dianalisis di laboratorium. Gunanya adalah untuk mengetahui penyebab luka secara
lebih akurat.

Untuk menentukan penyebab ulkus duodenum, terutama untuk memastikan


infeksi H. pylori,akan dilakukan pemeriksaan yang meliputi:

 Tes darah, untuk memeriksa antibodi yang muncul akibat infeksi pylori.
 Tes tinja, untuk memeriksa pertumbuhan bakteri pylori dalam tinja selama
beberapa hari.
 Tes napas urea (urea breath test), untuk mendeteksi adanya gas
karbondioksida tertentu pada hembusan napas, bila terdapat infeksi pylori.
Sebelum pemeriksaan, penderita akan diminta menelan pil khusus berbahan
urea.

Pengobatan Ulkus Duodenum

Pengobatan ulkus duodenum diberikan sesuai penyebab dan tingkat keparahannya.


Jika ulkus duodenum disebabkan oleh infeksi bakteri H. pylori, dokter akan
memberikan kombinasi obat khusus setidaknya selama satu minggu, untuk
membunuh kuman tersebut.

Setelah pengobatan selesai, dokter akan memastikan infeksi sudah bersih dengan
melakukan ulang pemeriksaan terhadap infeksi H. pylori. Jika infeksi bakteri tersebut
masih ada, dokter akan mengulangi terapi kombinasi dengan pemberian antibiotik
yang berbeda.

Jika ulkus duodenum disebabkan oleh penggunaan OAINS jangka panjang, obat
yang akan diberikan adalah:

 Obat untuk menetralkan asam lambung, yaitu antasida.


 Obat untuk menurunkan produksi asam lambung,
seperti lansoprazole atau omeprazole.
 Obat yang melindungi permukaan usus 12 jari, seperti sukralfat.

Obat tersebut akan dikonsumsi selama beberapa minggu agar luka tidak terbentuk
kembali.

Pilihan lain untuk pengobatan ulkus duodenum adalah operasi, namun hanya
dilakukan untuk mengatasi ulkus duodenum yang parah, di mana lapisan usus 12
jari sudah berlubang.

Komplikasi Ulkus Duodenum

Jika ulkus duodenum tidak diobati, dapat terjadi komplikasi berupa:

Anemia akibat perdarahan saluran pencernaan


Perdarahan ini menyebabkan penderita kehilangan darah, sehingga timbul anemia.
Bila perdarahan terjadi tiba-tiba dalam jumlah banyak, penderita dapat
mengalami syok. Dalam kondisi ini, penderita perlu dirawat di rumah sakit dan
mendapatkan transfusi darah.

Luka parut pada saluran pencernaan

Ulkus atau luka ini dapat menyebabkan usus 12 jari meradang, bengkak, dan
terbentuk luka parut. Luka parut ini akan menghalangi jalannya makanan, yang
dapat menimbulkan keluhan mudah kenyang, muntah, dan berat badan turun.

Infeksi rongga perut (peritonitis)

Ulkus dapat menyebabkan lubang di dinding usus 12 jari, sehingga isi usus keluar
ke rongga perut. Keluarnya isi usus ini menyebabkan infeksi serius pada rongga
perut yang disebut peronitis.

Pencegahan Ulkus Duodenum

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ulkus
duodenum serta bertambah parahnya penyakit ini, yaitu:

 Konsultasikan dengan dokter mengenai manfaat dan risiko penggunaan obat


antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dalam jangka panjang, serta tanyakan
apakah ada obat yang dapat menggantikannya.
 Mengonsumsi OAINS setelah makan.
 Berolahraga secara rutin.
 Mengonsumsi makanan kaya vitamin, seperti sayuran, kacang-kacangan, dan
buah-buahan.
 Tidur cukup.
 Berhenti merokok.
 Kelola stres dengan baik, dan bila perlu, konsultasikan dengan psikolog atau
psikiater.
 Kurangi konsumsi alkohol.

Anda mungkin juga menyukai