Biro Perencanaan
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rezeki dan kasih sayangnya, kami dapat menyelesaikan Laporan Kinerja Ekonomi
dan Sektor Industri Tahun 2017 Kementerian Perindustrian.
Laporan ini disusun dalam rangka menyampaikan perkembangan Kinerja
Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017. Laporan ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan gambaran kepada seluruh stakeholders terkait
perkembangan sektor industri.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih memerlukan masukan dan kritik
yang membangun untuk penyempurnaan dimasa mendatang. Kami
mengharapkan buku ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua
pihak dalam rangka pembangunan industri nasional dan perekonomian Indonesia.
Biro Perencanaan
2016 4,94% 5,21% 5,03% 4,94% 5,03% 2017 5,01% 5,01% 5,06% 5,19% 5,07%
INDONESIA 4,8% 5,0% 5,1% 5,3% USA 2,8% 1,4% 2,1% 2,3%
SINGAPURA 1,9% 2,0% 2,5% 2,6% CHINA 6,9% 6,7% 6,7% 6,5%
MALAYSIA 5,0% 4,2% 5,4% 4,7% JAPAN 1,1% 1,0% 1,5% 0,6%
THAILAND 2,9% 3,2% 3,7% 3,4% INGGRIS 2,1% 1,8% 1,6% 1,4%
PHILIPINA 6,0% 6,9% 6,6% 6,7% PERANCIS 1,0% 1,1% 1,5% 1,7%
Triwulan
Tahun Jumlah
I II III IV
2016 4,94 5,21 5,03 4,94 5,03
2017 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07
Sumber: BPS
Kontribusi Kelompok Industri Terhadap Nilai Total Industri Non Migas Tahun 2017
Tabel 2.1
Pertumbuhan PDB Berdasar Lapangan Usaha Tahun 2013 - 2017 (Y to Y)
Tahun Dasar 2010
(persen)
Gambar 2.1
Struktur PDB dan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017 (y to y)
Sumber: BPS,2018
Hal ini ditopang ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia pada umumnya
membaik dari TW III ke TW IV antara lain Tiongkok yang stagnan di 6,8%;
Amerika Serikat menguat dari 2,3% menjadi 2,5%; dan Jepang menguat dari
1,5% menjadi 2,0%. Selain itu, realisasi belanja pemerintah (APBN-P) pada
Triwulan IV-2017 mencapai Rp623,35 triliun (29,22 persen dari pagu tahun 2017),
sementara realisasi pada Triwulan IV-2016 mencapai Rp549,00 triliun (26,36
persen dari pagu tahun 2016).
Pertumbuhan industri pengolahan non migas pada tahun 2017 lebih tinggi
dibanding tahun sebelumnya meskipun masih belum mampu untuk lebih tinggi
6 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017
dari pertumbuhan ekonomi. Peluang penguatan pertumbuhan pada tahun 2018
mendatang masih terbuka lebar, seiring dengan kondisi perekonomian yang akan
menuju arah keseimbangan seiring dengan perbaikan ekonomi dunia. Menurut
Bank Dunia, pada tahun 2018 pertumbuhan Indonesia akan tumbuh sebesar 5,3%
didorong oleh berlanjutnya pertumbuhan investasi yang tinggi dan peningkatan
konsumsi yang tidak terlalu besar namun terus berlanjut. Pertumbuhan konsumsi
yang lebih tinggi akan didukung oleh harga komoditas yang kuat, inflasi yang
rendah, nilai Rupiah yang stabil, pasar tenaga kerja yang kuat dan penurunan
biaya pinjaman. Aliran investasi asing langsung dan belanja modal pemerintah
yang tinggi, terutama pada tahun 2017 diperkirakan akan mendorong belanja
investasi oleh sektor swasta.
Gambar 2.2
Pertumbuhan Ekonomi dan Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2017
Tabel 2.3
Peran Tiap Cabang Industri terhadap PDB Nasional
Tahun 2013 –2017 Atas Tahun Dasar 2010
(persen)
Berdasar Tabel 2.3 Industri pengolahan non migas pada Tahun 2017
memberikan kontribusi sebesar 17,88% terhadap PDB Nasional. Tren
pertumbuhan kontribusi terlihat sejak tahun 2012, secara perlahan kontribusi
industri pengolahan non migas mengalami peningkatan meskipun mengalami
penurunan kembali di tahun 2017. Diharapkan pada tahun 2018 menjadi titik balik
Gambar 2.3
Berdasarkan pada Gambar 2.2 kontribusi kelompok industri yang paling besar bagi
pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun 2017 adalah pada Industri
Makanan dan Minuman sebesar 34, 33%; Industri Barang Logam sebesar sebesar
10,40%; dan Industri Alat Angkutan sebesar 10,16%. Ketiga industri tersebut
secara konsisten selalu memberikan kontribusi yang tinggi bagi pertumbuhan
industri, sejalan dengan perannya untuk kontribusi terhadap PDB Nasional. Untuk
itu pada tahun-tahun mendatang perlu adanya kebijakan yang dapat melejitkan
industri-industri ini agar mampu memperluas pasarnya dan bersaing dalam pasar
internasional, karena tren ini akan menjadi ciri khas dalam pertumbuhan industri
Indonesia.
Ekspor Indonesia pada tahun 2017 sebesar US$ 168,73 miliar lebih tinggi
dari pada Ekspor Tahun 2016 sebesar US$ 145,18 miliar. Euforia perlambatan
ekonomi dan melemahnya permintaan dunia perlahan membaik terhadap produk-
produk Indonesia yang didorong dengan kenaikan harga komoditas ekspor
Indonesia menjadi beberapa penyebab dari peningkatan ekspor ini.
Gambar 2.4
Perkembangan Ekspor Impor Tahun 2014-2017
Bila dilihat dari ekspor impor produk industri, tahun 2015 – 2016 nilai
ekspor industri mengalami peningkatan dari US$ 108,60 miliar menjadi US$
109,76 miliar sedangkan nilai impor industri mengalami penurunan dari US$
109,51 miliar menjadi US$ 108,26 miliar.
Tabel 2.4
Perkembangan Ekspor Industri Non Migas Tahun 2013 - 2017
(USD Juta)
Perubah
No URAIAN 2013 2014 2015 2016 2017
an (%)
1 Industri Makanan 26.477,9 29.582,1 26.448,2 26.276,4 31.270,1 20,72
2 Industri Bahan Kimia dan
11.472,3 12.191,3 9.008,4 10.245,4 12.644,7 23,42
Barang dari Bahan Kimia
3 Industri Logam Dasar 9.578,1 9.851,9 8.606,9 8.249,3 11.867,5 43,86
4 Industri Pakaian Jadi 7.429,7 7.399,9 7.318,2 7.212,7 7.926,0 9,89
5 Industri Pengolahan
2.238,7 4.208,1 5.307,4 6.161,1 4.815,1 -21,85
Lainnya
6 Industri Karet, Barang
10.737,7 8.474,7 7.156,4 6.857,6 8.612,6 25,59
Dari Karet Dan Plastik
7 Industri Komputer,
Barang Elektronik Dan 7.821,1 7.460,6 6.404,3 5.871,7 6.111,8 4,09
Optik
8 Industri Kertas Dan
5.681,4 5.553,1 5.383,8 5.067,5 6.326,5 24,84
Barang Dari Kertas
9 Industri Kendaraan
Bermotor, Trailer Dan 4.152,2 4.809,7 4.756,9 5.141,7 5.894,7 14,64
Semi Trailer
10 Industri Kulit, Barang Dari
4.220,6 4.469,7 4.853,6 5.014,68 5.364,4 6,98
Kulit Dan Alas Kaki
11 Industri Tekstil 5.295,3 5.378,7 4.999,6 4.660,03 4.659,8 -0,01
12 Industri Peralatan Listrik 5.119,2 5.027,9 4.522,7 4.561,71 4.947,0 8,10
Total 12 Besar Industri 100.224,5 104.408,3 94.766,9 95.325,4 110.440,2 15,86
Tabel 2.5
Perkembangan Impor Industri Non Migas Tahun 2013 - 2017
(USD Juta)
Perubah
No URAIAN 2013 2014 2015 2016 2017
an (%)
Tabel 2.6
1 Industri Makanan 320 19.596,4 879 24.533,9 1.169 32.028,5 1.419 38.540,0 20,33
2 Industri Tekstil 72 1.451,5 185 2.724,5 284 3.209,8 333 7.863,2 144,97
Gambar 2.5
Bila dilihat lebih dalam lagi khususnya pada pola investasi industri dalam
negeri, maka dari Gambar 2.5 terlihat bahwa investasi paling besar dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir adalah pada industri makanan meskipun terjadi fluktuatif
pertumbuhan kontribusinya namun di tahun 2017 mampu lebih tinggi
dibandingkan tahun 2016. Disusul industri kimia dan farmasi, meskipun
mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Industri logam, mesin
dan elektronik yang mengalami pertumbuhan pada tahun 2017 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2016. Dominasi investasi pada 5 tahun ini harus dapat
dipertahankan dan juga harus mengembangkan investasi pada industri yang
belum berkembang. Sehingga dengan adanya paket-paket kebijakan yang telah
18 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017
dikeluarkan diharapkan akan makin mendorong peningkatan investasi pada
industri- industri tersebut.
Tabel 2.7
Gambar 2.6
Peran Investasi PMA Tiap Cabang Industri Terhadap Investasi PMA Sektor
Industri Tahun 2013 - 2017
2,13
2,05
Perkembangan 274,06
262,09 Industri Logam,
Mesin & Elektronik
64,10 1,11%
Investasi Sektor 232,19 245,49
Industri (Rp Triliun) Industri Kimia &
Farmasi
48,03 -29,86%
Tabel 3.6
5 Besar Jenis Investasi Industri Negara Jepang (US$ miliar)
No Jenis Industri 2016 2017 %
1 Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer 1,14 0,45 -60,32
2 Alat Angkut Lainnya 0,62 0,31 -49,85
3 Kertas dan Barang dari Kertas 0,01 0,29 1770,93
4 Logam dasar 0,21 0,26 25,23
5 Barang Galian Bukan Logam 0,12 0,21 76,72
Tabel 3.7
Tabel 3.8
ERP
Industry 4.0
Industry 3.0 • Cyber Physical
Systems
Industry 2.0 • Automation • Internet of things
• Computers and
Industry 1.0 • Mass production electronics
• Networks
• Assembly line
• Mechanization
• Electrical energy
• Steam power
• Weaving loom
2,87
IOT
INTERNET OF THINGS
ai
Hingga saat ini dunia telah melalui tiga revolusi industri, dimana yang pertama
ditandai oleh penggunaan mesin uap untuk menggantikan tenaga manusia dan
hewan yang berlangsung selama kurang lebih 86 tahun; yang kedua melalui
penerapan konsep produksi massal dan mulai dimanfaatkannya tenaga listrik yang
berlangsung selama 99 tahun, dan yang ketiga ditandai dengan penggunaan
teknologi otomasi dalam kegiatan industri selama kurang lebih 42 tahun
belakangan ini (Gambar 1).
2.0 dan Inggris dengan High Value Manufacturing Catapult (HVMC) nya
telah meluncurkan kebijakan terkait 4IR di negara masing-masing pada tahun
2011. Adapun negara-negara Asia yang telah maju disektor produksinya,
seperti RRC, Korea Selatan dan Jepang mulai meluncurkan kebijakan 4IR-nya
pada 2014. RRC mengusung tema Made In China 2025, Korea Selatan
mempopulerkannya dengan Manufacturing Innovation 3.0 dan Jepang
mengistilahkannya dengan Revitalization/Robotics Strategy.
Salah satu yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi dampak tersebut
adalah melalui kebijakan publik. Indonesia sendiri memiliki modal dasar yang
cukup, didukung dengan berbagai indikator positif bagi dunia perindustrian yang
telah diakui oleh berbagai institusi global, seperti naiknya peringkat Indonesia
dalam Global Competitiveness Ranking.
1. Adanya tujuan yang jelas – dimana hal ini kemudian lazim disebut sebagai
aspirasi. Aspirasi ini sangat penting untuk mendorong hasil dari implementasi
Industri 4.0. Tujuan dan aspirasi haruslah jelas, berorientasi aksi, memiliki
target yang terukur, dan memberikan efek ungkit yang besar untuk
mengimplementasikan Industri 4.0 di suatu negara.
2. Sektor prioritas ataupun prioritas teknologi – suatu kebijakan publik yang baik
terkait Industri 4.0 senantiasa menjelaskan prioritas implementasinya, baik
dalam tataran sektor maupun dalam tataran teknologi. Hal ini menjadi sangat
perlu, mengingat kemampuan dan sumber daya suatu negara, terutama
pemerintahnya sangat terbatas, sehingga harus memfokuskan kepada
prioritas sektor atau teknologi yang memiliki daya ungkit terbesar untuk
pencapaian aspirasinya.
4. Agenda nasional – Karena sifatnya yang begitu luas dan sangat strategis,
hampir seluruh implementasi Industri 4.0 merupakan agenda nasional, dan
tidak merupakan agenda salah satu kementerian atau kelembagaan tertentu.
Agenda nasional memungkinkan untuk koordinasi lintas sectoral yang lebih
baik, dukungan pemangku kepentingan yang lebih luas, dan menandakan
besarnya komitmen dan pengaruh Industri 4.0 terhadap keberlangsungan
ekonomi dan penguasaan teknologi suatu negara di kemudian hari.
6. Negara tujuan ekspor terbesar antara lain Amerika Serikat, Tiongkok, dan
Jepang. Sedangkan investasi asing terbesar antara lain Jepang, Singapura,
dan Tiongkok.