Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KINERJA

EKONOMI & SEKTOR INDUSTRI


TAHUN 2017

Biro Perencanaan
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rezeki dan kasih sayangnya, kami dapat menyelesaikan Laporan Kinerja Ekonomi
dan Sektor Industri Tahun 2017 Kementerian Perindustrian.
Laporan ini disusun dalam rangka menyampaikan perkembangan Kinerja
Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017. Laporan ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan gambaran kepada seluruh stakeholders terkait
perkembangan sektor industri.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih memerlukan masukan dan kritik
yang membangun untuk penyempurnaan dimasa mendatang. Kami
mengharapkan buku ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua
pihak dalam rangka pembangunan industri nasional dan perekonomian Indonesia.

Jakarta, Februari 2018

Biro Perencanaan

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Kondisi Perekonomian Global pada Tahun 2017 ...................................... 1
1.2 Tujuan dan Sasaran ............................................................................. 4

BAB II KINERJA EKONOMI DAN INDUSTRI INDONESIA......................... 5


2.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017 ....................................................... 5
2.2. Perkembangan Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2017 .......... 8
2.3 Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Non Migas Pada
Tahun 2017 ...................................................................................... 13
2.4 Perkembangan Investasi Indonesia Pada Tahun 2017 ........................... 16

BAB III NEGARA TUJUAN EKSPOR DAN INVESTASI 2017 .................... 22


3.1 Negara Tujuan Ekspor Industri ............................................................ 22
3.2 Negara dengan Nilai Investasi Asing Terbesar Sektor Industri ................ 24

BAB IV REVOLUSI INDUSTRI 4.0 ........................................................... 27


4.1 Industri 4.0 ....................................................................................... 27
4.2 Sektor Prioritas Implementasi 4IR ....................................................... 29

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 32

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 ii


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan PDB Indonesia 2016 -


2017………………………………………………………………………….. 1

Tabel 1.2 Perkembangan dan Prognosa GDP Beberapa Negara


2
ASEAN ……………………………………………………………………….
Tabel 1.3 Perkembangan dan Prognosa Beberapa Negara
G20…………………………………………………………………………… 2

Tabel 2.1 Pertumbuhan PDB Berdasar Lapangan Usaha Tahun 2013


- 2017 (Y to Y)Tahun Dasar 2010 …………………………………. 5
Tabel 2.2 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas 2013 - 2017
Menurut Cabang-Cabang Industri Tahun Dasar
2010............................................................................. 9
Tabel 2.3 Peran Tiap Cabang Industri terhadap PDB Nasional
Tahun 2013-2017 Atas Tahun Dasar 2010
………………………………………………………………………………….. 11

Tabel 2.4 Perkembangan Ekspor Industri Non Migas Tahun 2013 - 14


2017...............................................................................

Tabel 2.5 Perkembangan Impor Industri Non Migas Tahun 2013 –


2017 ………………………………………………………………………….. 15

Tabel 2.6 Investasi PMDN Tahun 2014 – 2017 ……………………………… 17

Tabel 2.7 Investasi PMA Tahun 2014 – 2017 ………………………………… 19

Tabel 3.1 5 Besar Negara Tujuan Ekspor (US$ miliar) …………………… 22

Tabel 3.2 5 Besar Jenis Industri yang di Ekspor Ke Amerika Serikat… 23


Tabel 3.3 5 Besar Jenis Industri yang di Ekspor Ke Tiongkok …………. 23
Tabel 3.4 5 Besar Jenis Industri yang di Ekspor Ke Jepang ……………. 24
Tabel 3.5 5 Negara Nilai Investasi Asing Terbesar Sektor Industri ….. 24
Tabel 3.6 5 Besar Jenis Investasi Industri Negara Jepang ……………… 25
Tabel 3.7 5 Besar Jenis Investasi Industri Negara Singapura …………. 25
Tabel 3.8 5 Besar Jenis Investasi Industri Negara Tiongkok …………… 26

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 iii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur PDB dan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017......... 6

Gambar 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Tahun dan Industri Pengolahan Non


Migas Tahun 2017............………………………........................ 8

Gambar 2.3 Kontribusi Kelompok Industri terhadap Nilai Total Industri


Non Migas Tahun 2017 …………………………………………………. 12

Gambar 2.4 Perkembangan Ekspor Impor Tahun 2014 - 2017 ……………. 13

Gambar 2.5 Peran Investasi PMDN Tiap Cabang Industri Terhadap


Investasi PMDN Sektor Industri Tahun 2013-2017............. 18

Gambar 2.6 Peran Investasi PMA Tiap Cabang Industri Terhadap


Investasi PMA Sektor Industri Tahun 2013-2017…….……….
20

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 iv


BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan Pertumbuhan PDB Indonesia 2016-2017
TW I TW II TW III TW IV JUMLAH TW I TW II TW III TW IV JUMLAH

2016 4,94% 5,21% 5,03% 4,94% 5,03% 2017 5,01% 5,01% 5,06% 5,19% 5,07%

Sumber: BPS, diolah Kemenperin

Perkembangan & Prognosa GDP Perkembangan & Prognosa GDP


Beberapa Negara ASEAN Beberapa Negara G20
2015 2016 2017 2018* 2015 2016 2017 2018*

INDONESIA 4,8% 5,0% 5,1% 5,3% USA 2,8% 1,4% 2,1% 2,3%

SINGAPURA 1,9% 2,0% 2,5% 2,6% CHINA 6,9% 6,7% 6,7% 6,5%

MALAYSIA 5,0% 4,2% 5,4% 4,7% JAPAN 1,1% 1,0% 1,5% 0,6%

THAILAND 2,9% 3,2% 3,7% 3,4% INGGRIS 2,1% 1,8% 1,6% 1,4%

VIETNAM 6,7% 6,2% 6,3% 6,3% KANADA 0,9% 1,5% 3% 2,1%

PHILIPINA 6,0% 6,9% 6,6% 6,7% PERANCIS 1,0% 1,1% 1,5% 1,7%

Sumber: IMF World Economic Outlook Data Base 2017


* Prognosa

Struktur PDB & Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017 (y to y)


Struktur PDB (%) Pertumbuhan Ekonomi (%)
17,88 Non Migas 20,16 Industri Pengolahan 4,27 4,84 Non Migas
13,14 Pertanian 3,81
13,01 Perdagangan 4,44
10,38 Konstruksi 6,79
7,57 Pertambangan 0,69
5,41 Transportasi & Pergudangan 8,49
4,20 Jasa Keuangan & Asuransi 5,48
3,80 Informasi & Komunikasi 9,81
3,70 Adm. Pemerintahan 2,06
3,29 Jasa Pendidikan 3,66
2,85 Akomodasi & Makan Minum 5,55
2,79 Real Estat 3,68
1,76 Jasa Lainnya 8,66
1,75 Jasa Perusahaan 8,44
1,19 Pengadaan Listrik & Gas 1,54
1,07 Jasa Kesehatan & Keg. Sosial 6,79
0,07 Pengadaan Air 4,61
25 20 15 10 5 0 0 2 4 6 8 10
Sumber: BPS, diolah Kemenperin
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Perekonomian Global pada Tahun 2017

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak awal tahun 2017 sangat


menggembirakan (lihat Tabel 1.1) selain mengalami kenaikan tiap triwulannya
juga lebih tinggi bila dibandingkan periode yang sama tahun 2016, PDB Indonesia
pada triwulan I-2017 sebesar 5,01%, pada triwulan II-2017 sebesar 5,01%,
triwulan III-2017 5,06% dan triwulan IV-2017 mengalami pertumbuhan cukup
pesat yaitu 5,19%. Sehingga pertumbuhan PDB Indonesia secara kumulatif pada
tahun 2017 sebesar 5,07%, pertumbuhan positif ini lebih baik dari tahun 2016
sehingga roda perekonomian di Indonesia mulai berjalan dengan lebih baik.
Tabel 1.1
Perkembangan Pertumbuhan PDB Indonesia 2016 -2017

Triwulan
Tahun Jumlah
I II III IV
2016 4,94 5,21 5,03 4,94 5,03
2017 5,01 5,01 5,06 5,19 5,07
Sumber: BPS

Pertumbuhan ekonomi Indonesia ini bila dibandingkan dengan beberapa


negara ASEAN (lihat Tabel 1.2) mengalami pertumbuhan sama halnya dengan
Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, dan Vietnam kecuali Philipina yang
mengalami pelambatan pertumbuhan. Pertumbuhan Indonesia tahun 2016
sebesar 5,03% dan pada tahun 2017 sebesar 5,07% sedangkan Malaysia pada
tahun 2016 sebesar 4,2% dan pada tahun 2017 sebesar 5,4%. Untuk Negara
Singapura, Thailand dan Vietnam mengalami peningkatan dibandingkan
pertumbuhan tahun sebelumnya. Meskipun demikian untuk prognosa tahun 2018
dari beberapa Negara ASEAN tersebut diperkirakan akan tumbuh dibandingkan
tahun 2017.

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 1


Tabel 1.2
Perkembangan dan Prognosa GDP Beberapa Negara ASEAN
GDP (%)
No Negara
2015 2016 2017* 2018**
1 Indonesia 4,8 5,0 5,1 5,3
2 Singapura 1,9 2,0 2,5 2,6
3 Malaysia 5,0 4,2 5,4 4,7
4 Thailand 2,9 3,2 3,7 3,4
5 Vietnam 6,7 6,2 6,3 6,3
6 Philipina 6,0 6,9 6,6 6,7
Sumber: IMF World Economic Outlook Data Base 2017

Tentu saja perkembangan ekonomi di Indonesia dan ASEAN tersebut


dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi dunia, bila dilihat dari beberapa negara
G20 (lihat Tabel 1.3), China stagnan dan USA mengalami pertumbuhan yang
cukup besar bila dibandingkan dengan tahun 2016. Inggris, Jepang dan Perancis
juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Negara yang diharapkan
tumbuh yaitu China ternyata tidak mengalami pertumbuhan yang lebih baik pada
tahun 2016.
Tabel 1.3
Perkembangan dan Prognosa Beberapa Negara G20
GDP (%)
No Negara 2015 2016 2017* 2018**
1 USA 2,8 1,4 2,1 2,3
2 China 6,9 6,7 6,7 6,5
3 Japan 1,1 1,0 1,5 0,6
4 Inggris 2,1 1,8 1,6 1,4
5 Kanada 0,9 1,5 3 2,1
6 Perancis 1,0 1,1 1,5 1,7
Sumber: IMF World Economic Outlook Data Base 2017

Kondisi ekonomi global pada tahun 2018 diproyeksikan akan tumbuh


meskipun masih diwarnai ketidakpastian. Beberapa isu yang berkembang antara
lain:

2 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017


1. Ketidakpastian politik baik di zona euro (pemilihan di Italia, tantangan koalisi
di Jerman, dan tekanan separatis di Spanyol) dan Inggris (risiko Brexit yang
"keras") dapat merusak pertumbuhan. Akibatnya, diperkirakan pertumbuhan
zona euro akan turun menjadi 2,2% pada 2018, sementara pertumbuhan
Inggris akan turun menjadi 1,1%.
2. Lonjakan pertumbuhan Jepang akan memudar. Sementara ekonomi akan
terus tumbuh pada 2018, momentum akan mereda relatif terhadap 2017,
diperkirakan pertumbuhan akan melunak menjadi 1,2% pada 2018. Yen yang
lemah kemungkinan akan mendukung ekspor dan pariwisata, namun hal ini
dapat diimbangi oleh pertumbuhan yang lebih lembut di mitra dagang utama
Jepang, terutama China.
3. Momentum China akan melemah. Masalah mendasar China mengenai
kelebihan kapasitas industri, hutang, dan kekurangan perumahan tetap tidak
terselesaikan. Masalah struktural dan respons kebijakan pemerintah ini akan
menjadi hambatan ekonomi, secara umum, dan permintaan investasi,
khususnya.
4. Kinerja dunia yang sedang berkembang akan meningkat secara bertahap. Di
Asia, India akan pulih dari kejutan kebijakan kembarnya demonetisasi dan
pengenaan pajak barang dan jasa. Pada saat bersamaan, Indonesia,
Malaysia, Filipina dan Vietnam akan mempertahankan pertumbuhan 5-6%
5. Harga komoditas akan bervariasi dan mudah berubah. Sementara harga
minyak naik pada akhir 2017, dan OPEC dan Rusia sepakat untuk
memperpanjang batas produksi untuk satu tahun lagi, pertumbuhan cairan
non-OPEC akan terus berlanjut pada harga. Pertumbuhan yang lebih lambat
di China, melemahnya kebijakan moneter yang longgar di negara maju,
mengurangi ekonomi China, dan dolar AS yang masih kuat dan sedikit
menguat semua akan bertindak sebagai hambatan terhadap harga komoditas
6. The Fed akan terus menaikkan suku bunga, dan beberapa bank sentral
lainnya mungkin mengikuti

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 3


1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari analisa ini adalah :

1. Menyajikan perkembangan perekonomian dan industri tahun 2017;

2. Menyajikan perkembangan isu yang menyangkut dengan perekonomian


dan industri terkini.

Sasaran yang ingin dicapai adalah memberikan gambaran dan informasi


atas analisa perkembangan ekonomi dan industri terkini kepada para Pimpinan
Kementerian Perindustrian dengan harapan dapat memberikan masukan yang
bermanfaat bagi pimpinan Kementerian Perindustrian dalam pengambilan
kebijakan pengembangan sektor industri.

4 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017


BAB II
KINERJA EKONOMI DAN INDUSTRI INDONESIA
Pertumbuhan & Kontribusi Sektor Industri 2017
TARGET * TARGET **
2017 2018 2019 2017 2018 2019

Pertumbuhan 4,84% 5,67% 6,24% Kontribusi 17,88% 18,6-19,1% 18,8-19,4%

5 Besar Pertumbuhan Sektor Industri 5 Besar Kontribusi Sektor Industri


TARGET *
2017 2018 2019 2017
Industri Makanan & Industri Makanan &
Minuman 9,23% 8,64% 8,81% Minuman 6,14%

Industri Logam Industri Barang Logam;


Dasar 5,87% 4,44% 5,60% Komputer, Barang
Elektronik, Optik; & 1,86%
Peralatan Listrik

Industri Mesin & Industri Alat


Perlengkapan 5,55% 6,94% 7,08% Angkutan 1,82%

Industri Kimia, Industri Kimia,


Farmasi & Obat 4,53% 6,38% 7,55% Farmasi & Obat 1,74%
Tradisional Tradisional

Industri Tekstil Industri Tekstil


dan Pakaian Jadi 3,76% 2,79% 3,06% dan Pakaian Jadi 1,11%

Sumber: BPS, diolah Kemenperin


* Target Outlook Industri 2018
** Target RENSTRA

Kontribusi Kelompok Industri Terhadap Nilai Total Industri Non Migas Tahun 2017

(34,33%) Industri Makanan dan Minuman


(10,4%) Industri Barang Logam, Komputer, Barang Elektronik,
_ Optik, dan Peralatan Listrik
(10,16%) Industri Alat Angkutan
(9,72%) Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional
(6,19%) Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
(5,02%) Industri Pengolahan Tembakau
(4,07%) Industri Logam Dasar
(3,99%) Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan
-- dan Reproduksi Media Rekaman
(3,69%) Industri Barang Galian bukan Logam
(3,53%) Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
(3,36%) Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang
- Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
(1,77%) Industri Mesin dan Perlengkapan
(1,52%) Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
(1,39%) Industri Furnitur
(0,85%) Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan
Pemasangan Mesin dan Peralatan
Sumber: BPS, diolah Kemenperin
BAB II
KINERJA EKONOMI DAN INDUSTRI INDONESIA

2.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017


Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2017 (y to y), sesuai PDB atas
dasar harga konstan 2010 tumbuh sebesar 5,07% dibanding pertumbuhan tahun
2016 sebesar 5,03%. Data selengkapnya tersaji pada tabel berikut :

Tabel 2.1
Pertumbuhan PDB Berdasar Lapangan Usaha Tahun 2013 - 2017 (Y to Y)
Tahun Dasar 2010
(persen)

No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.20 4.24 3.75 3.36 3.81


2 Pertambangan dan Penggalian 2.53 0.43 -3.42 0.95 0.69
3 Industri Pengolahan 4.37 4.64 4.33 4.26 4.27
a. Industri Migas -2.64 -2.12 -1.13 2.84 -0.32
b. Industri Non Migas 5.45 5.61 5.05 4.43 4.84
4 Pengadaan Listrik dan Gas 5.23 5.90 0.90 5.39 1.54
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
5
Daur Ulang 3.32 5.24 7.07 3.60 4.61
6 Konstruksi 6.11 6.97 6.36 5.22 6.79
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
7
dan Sepeda Motor 4.81 5.18 2.54 4.03 4.44
8 Transportasi dan Pergudangan 6.97 7.36 6.71 7.45 8.49
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.80 5.77 4.31 5.17 5.55
10 Informasi dan Komunikasi 10.39 10.12 9.70 8.88 9.81
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 8.76 4.68 8.58 8.90 5.48
12 Real Estate 6.54 5.00 4.11 4.69 3.68
13 Jasa Perusahaan 7.91 9.81 7.69 7.36 8.44
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
14
Jaminan Sosial Wajib 2.56 2.38 4.63 3.19 2.06
15 Jasa Pendidikan 7.44 5.47 7.33 3.80 3.66
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.96 7.96 6.69 5.15 6.79
17 Jasa lainnya 6.40 8.93 8.08 8.02 8.66
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.56 5.01 4.88 5.03 5.07
Sumber: BPS diolah Kemenperin *angka sementara **angka sangat sementara

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 5


Sinyal pertumbuhan secara nyata telah terlihat pada awal tahun meskipun
pada akhir tahun 2017 mengalami pelambatan sehingga pertumbuhan sektor
industri tidak seperti yang ditargetkan diatas 5%. Pertumbuhan 2017 masih
ditopang oleh sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 20,16%;
sektor pertanian sebesar 13,14%; dan perdagangan besar dan eceran sebesar
13,01%. Sedangkan untuk laju pertumbuhan yang pesat tumbuhnya pada tahun
2017 antara lain sektor informasi dan komunikasi sebesar 9,81%; jasa lainnya
sebesar 8,66%; dan transportasi & pergudangan sebesar 8,49%.

Gambar 2.1
Struktur PDB dan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017 (y to y)

Sumber: BPS,2018

Hal ini ditopang ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia pada umumnya
membaik dari TW III ke TW IV antara lain Tiongkok yang stagnan di 6,8%;
Amerika Serikat menguat dari 2,3% menjadi 2,5%; dan Jepang menguat dari
1,5% menjadi 2,0%. Selain itu, realisasi belanja pemerintah (APBN-P) pada
Triwulan IV-2017 mencapai Rp623,35 triliun (29,22 persen dari pagu tahun 2017),
sementara realisasi pada Triwulan IV-2016 mencapai Rp549,00 triliun (26,36
persen dari pagu tahun 2016).

Pertumbuhan industri pengolahan non migas pada tahun 2017 lebih tinggi
dibanding tahun sebelumnya meskipun masih belum mampu untuk lebih tinggi
6 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017
dari pertumbuhan ekonomi. Peluang penguatan pertumbuhan pada tahun 2018
mendatang masih terbuka lebar, seiring dengan kondisi perekonomian yang akan
menuju arah keseimbangan seiring dengan perbaikan ekonomi dunia. Menurut
Bank Dunia, pada tahun 2018 pertumbuhan Indonesia akan tumbuh sebesar 5,3%
didorong oleh berlanjutnya pertumbuhan investasi yang tinggi dan peningkatan
konsumsi yang tidak terlalu besar namun terus berlanjut. Pertumbuhan konsumsi
yang lebih tinggi akan didukung oleh harga komoditas yang kuat, inflasi yang
rendah, nilai Rupiah yang stabil, pasar tenaga kerja yang kuat dan penurunan
biaya pinjaman. Aliran investasi asing langsung dan belanja modal pemerintah
yang tinggi, terutama pada tahun 2017 diperkirakan akan mendorong belanja
investasi oleh sektor swasta.

Risiko terhadap perkiraan perekonomian condong ke sisi penurunan.


Tanda-tanda adanya pertumbuhan konsumsi rumah tangga bersifat tentatif, dan
terdapat banyak sinyal beragam (mixed signals), terutama sampai memasuki
triwulan keempat. Mengingat bahwa komponen ini memiliki porsi lebih dari
separuh dari PDB, penurunan konsumsi rumah tangga akan berdampak kuat pada
total pengeluaran. Sementara perekonomian Indonesia telah mengalami beberapa
diversifikasi ekonomi dalam beberapa tahun terakhir ini, kinerja perekonomian
masih terkait erat dengan komoditas. Dengan demikian, penurunan harga
komoditas yang lebih tajam dari yang diperkirakan, seperti batubara, secara
signifikan dapat melemahkan nilai tukar perdagangan (terms-of-trade) negara dan
memberi tekanan eksternal terhadap neraca pembayaran eksternal (external
balances) serta penerimaan pemerintah, dan menghambat pertumbuhan. Di sisi
lain, kenaikan harga minyak yang tajam dapat menyebabkan kombinasi inflasi dan
penurunan daya beli konsumen yang lebih tinggi, dan/atau beban subsidi yang
lebih besar bagi keseluruhan sektor publik dan gejolak di pasar keuangan global.
Sementara itu, karena Bank Sentral A.S. melanjutkan normalisasi kebijakan
moneternya, baik dalam hal meningkatkan tingkat suku bunga Federal Funds dan
mengurangi neracanya, pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat dari

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 7


perkiraan dapat memicu gejolak di pasar keuangan. Gejolak tersebut dapat
mengakibatkan arus modal keluar yang tiba-tiba dari negara-negara pasar
berkembang termasuk Indonesia, dan memicu kenaikan tajam biaya pinjaman dan
volatilitas, sehingga dapat menghambat investasi. Namun demikian, ada juga
beberapa risiko eksternal yang menguntungkan termasuk kemungkinan
pertumbuhan yang lebih tinggi dari perkiraan di negara-negara maju terbesar dan
negara-negara EMDEs (Emerging Markets and Developing Economies – Negara-
negara Pasar Berkembang dan Negaranegara Berkembang) – yang mencerminkan
pemulihan oleh karena adanya investasi yang lebih menonjol di Amerika Serikat
dan Wilayah Eropa, atau pemulihan yang kuat di negara-negara eksportir
komoditas yang besar.

2.2. Perkembangan Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun


2017

Perkembangan pertumbuhan industri non migas Tahun 2017 menunjukkan


trend pertumbuhan dari tahun sebelumnya, dimana pada Tahun 2017 tumbuh
4,84%, sebelumnya 4,43%. Pertumbuhan industri pengolahan non migas masih
dibawah pertumbuhan ekonomi yang tumbuh sebesar 5,07%.

Gambar 2.2
Pertumbuhan Ekonomi dan Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2017

Sumber : BPS diolah Kemenperin, 2018

8 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017


Berdasarkan gambar 2.2 pertumbuhan industri pengolahan non migas
sejak triwulan I tahun 2017 sudah pada posisi yang baik berada di atas
pertumbuhan triwulan tahun sebelumnya meskipun masih dibawah pertumbuhan
ekonomi, namun pertumbuhannya mengalami perlambatan pada triwulan II dan
naik pada triwulan III lalu mengalami perlambatan di akhir tahun. Penyebab
utama dari pertumbuhan industri pengolahan non migas diasumsikan oleh BPS
karena peningkatan produksi Industri Besar, Menengah, Kecil dan Mikro yang
tercermin dari peningkatan indeks triwulan IBS dan IMK serta permintaan
(demand) luar negeri untuk komoditas non migas yang menunjukkan perbaikan
tercermin dari peningkatan ekspor.
Tabel 2.2
Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas 2013 - 2017
Menurut Cabang-Cabang Industri Tahun Dasar 2010
(persen)

No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**

1 Industri Makanan dan Minuman 4,07 9,49 7,54 8,33 9,23


2 Industri Pengolahan Tembakau -0,27 8,33 6,24 1,58 -0,84
3 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 6,58 1,56 -4,79 -0,09 3,76
4 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 5,23 5,62 3,97 8,36 2,22
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus
5 dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan 6,19 6,12 -1,63 1,74 0,13
dan Sejenisnya
Industri Kertas dan Barang dari Kertas;
6 -0,53 3,58 -0,16 2,16 0,33
Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman
7 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 5,10 4,04 7,61 5,48 4,53
8 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik -1,86 1,16 5,04 -8,50 2,47
9 Industri Barang Galian bukan Logam 3,34 2,41 6,03 5,47 -0,86
10 Industri Logam Dasar 11,63 6,01 6,21 0,99 5,87
Industri Barang Logam; Komputer, Barang
11 9,22 2,94 7,83 4,33 2,79
Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik
12 Industri Mesin dan Perlengkapan -5,00 8,67 7,58 5,05 5,55
13 Industri Alat Angkutan 14,95 4,01 2,40 4,52 3,68
14 Industri Furnitur 3,64 3,60 5,17 0,46 3,71
Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi
15 -0,70 7,65 4,66 -3,04 -1,72
dan Pemasangan Mesin dan Peralatan
Industri Non Migas 5,45 5,61 5,05 4,43 4,84
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,56 5,01 4,88 5,03 5,07

Sumber: BPS diolah Kemenperin *angka sementara **angka sangat sementara

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 9


Beberapa sektor yang terkena imbas perlambatan bahkan ada yang
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya berdasar pada tabel 2.2, yaitu
cabang industri pengolahan tembakau yang turun -0,84% dari sebelumnya -
1,58%; dan industri barang galian bukan logam turun -0,86% dari sebelumnya
5,47%. Pertumbuhan negatif ini perlu segera diantisipasi mengingat sektor-sektor
tersebut ada yang merupakan sektor padat karya. Sehingga dimungkinkan
perusahaan melakukan rasionalisasi jumlah karyawan untuk menjaga operasional
produksi.

Sementara itu, cabang industri yang menunjukkan peningkatan


pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya adalah industri makanan dan minuman
tumbuh sebesar 9,23% dari sebelumnya 8,33%; industri tekstil dan pakaian jadi
tumbuh sebesar 3,76% dari sebelumnya -0,09%; industri karet, barang dari karet
dan plastik tumbuh sebesar 2,47% dari sebelumnya -8,50%; industri logam dasar
tumbuh sebesar 5,87% dari sebelumnya 0,99%; dan industri furnitur tumbuh
sebesar 3,71% dari sebelumnya 0,46%.

Beberapa kendala yang diduga mempengaruhi pelambatan antara lain: Penurunan


produksi Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional yang disebabkan oleh
kontraksi yang terjadi pada produk-produk Bahan Kimia dan Barang dari Kimia;
Harga gas dan kuota gas sebagai bahan baku; Kebijakan bea masuk tidak
memihak industri dalam negeri (BM produk jadi kecil (5 %), sedangkan bahan
baku tinggi (25%); Banjirnya produk impor karena FTA; dan Belum diketahuinya
tingkat kandungan lokal industri Farmasi untuk masing-masing jenis obat.

Melihat peranan cabang-cabang industri terhadap PDB Nasional maka


dapat diberlakukan fokus penanganan pada cabang industri yang memiliki
kontribusi paling besar. Berdasarkan pada Tabel 2.3 cabang industri yang secara
konsisten memiliki kontribusi paling besar pada tahun 2017 adalah Industri
Makanan dan Minuman sebesar 6,14%; Industri Barang Logam sebesar 1,86%;
dan Industri Alat Angkutan sebesar 1,82%. Ketiga industri tersebut konsisten

10 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017


memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB Nasional di sektor Industri
pengolahan non migas selama 5 tahun ini.

Tabel 2.3
Peran Tiap Cabang Industri terhadap PDB Nasional
Tahun 2013 –2017 Atas Tahun Dasar 2010
(persen)

No Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016* 2017**

1 Industri Makanan dan Minuman 5,14 5,32 5,61 5,97 6,14


2 Industri Pengolahan Tembakau 0,87 0,91 0,94 0,94 0,90
3 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 1,36 1,32 1,21 1,16 1,11
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas
4 0,26 0,27 0,27 0,28 0,27
Kaki
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan
5 Gabus dan Barang Anyaman dari 0,70 0,72 0,68 0,65 0,60
Bambu, Rotan dan Sejenisnya
Industri Kertas dan Barang dari Kertas;
6 Percetakan dan Reproduksi Media 0,78 0,80 0,76 0,72 0,71
Rekaman
Industri Kimia, Farmasi dan Obat
7 1,65 1,70 1,82 1,80 1,74
Tradisional
Industri Karet, Barang dari Karet dan
8 0,80 0,76 0,75 0,64 0,63
Plastik
9 Industri Barang Galian bukan Logam 0,73 0,73 0,72 0,72 0,66
10 Industri Logam Dasar 0,78 0,78 0,78 0,72 0,73
Industri Barang Logam; Komputer,
11 Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan 1,95 1,87 1,97 1,95 1,86
Listrik
12 Industri Mesin dan Perlengkapan 0,27 0,31 0,32 0,32 0,32
13 Industri Alat Angkutan 2,02 1,96 1,91 1,91 1,82
14 Industri Furnitur 0,26 0,27 0,27 0,26 0,52
Industri Pengolahan Lainnya; Jasa
15 Reparasi dan Pemasangan Mesin dan 0,17 0,18 0,18 0,17 0,15
Peralatan
Industri Non Migas 17,74 17,88 18,20 18,21 17,88
Industri Pengolahan 21,03 21,08 20,99 20,51 20,16

Sumber: BPS diolah Kemenperin *angka sementara **angka sangat sementara

Berdasar Tabel 2.3 Industri pengolahan non migas pada Tahun 2017
memberikan kontribusi sebesar 17,88% terhadap PDB Nasional. Tren
pertumbuhan kontribusi terlihat sejak tahun 2012, secara perlahan kontribusi
industri pengolahan non migas mengalami peningkatan meskipun mengalami
penurunan kembali di tahun 2017. Diharapkan pada tahun 2018 menjadi titik balik

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 11


kembali untuk awal pertumbuhan industri pengolahan non migas, terlebih lagi
dengan beberapa paket kebijakan yang mendukung dalam pembangunan industri
serta program-program yang didalamnya dirancang untuk meningkatkan
kontribusi industri nasional terhadap pertumbuhan ekonomi.

Gambar 2.3

Kontribusi Kelompok Industri Terhadap Nilai Total Industri Non Migas


Tahun 2017

Sumber: BPS diolah Kemenperin, 2018

Berdasarkan pada Gambar 2.2 kontribusi kelompok industri yang paling besar bagi
pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun 2017 adalah pada Industri
Makanan dan Minuman sebesar 34, 33%; Industri Barang Logam sebesar sebesar
10,40%; dan Industri Alat Angkutan sebesar 10,16%. Ketiga industri tersebut
secara konsisten selalu memberikan kontribusi yang tinggi bagi pertumbuhan
industri, sejalan dengan perannya untuk kontribusi terhadap PDB Nasional. Untuk
itu pada tahun-tahun mendatang perlu adanya kebijakan yang dapat melejitkan
industri-industri ini agar mampu memperluas pasarnya dan bersaing dalam pasar
internasional, karena tren ini akan menjadi ciri khas dalam pertumbuhan industri
Indonesia.

12 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017


2.3 Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Non Migas
Pada Tahun 2017

Ekspor Indonesia pada tahun 2017 sebesar US$ 168,73 miliar lebih tinggi
dari pada Ekspor Tahun 2016 sebesar US$ 145,18 miliar. Euforia perlambatan
ekonomi dan melemahnya permintaan dunia perlahan membaik terhadap produk-
produk Indonesia yang didorong dengan kenaikan harga komoditas ekspor
Indonesia menjadi beberapa penyebab dari peningkatan ekspor ini.

Gambar 2.4
Perkembangan Ekspor Impor Tahun 2014-2017

Sumber : BPS diolah Kemenperin, 2018

Berdasarkan Gambar 2.3, total nilai ekspor meskipun mengalami


penurunan dari tahun 2014 hingga 2016 secara berturut-turut sebesar US$ 175,98
miliar; US$ 150,36 miliar; dan US$ 144,43 miliar namun pada tahun 2017
mengalami peningkatan sebesar US$ 168,73 miliar. Total nilai impor dari tahun
2014 – 2016 secara berurut-turut sebesar US$ 178,17 miliar; 142,69 miliar, dan
US$ 135,65 miliar namun pada tahun 2017 mengalami peningkatan juga sebesar
US$ 156,89 miliar. Bila dibandingkan antara ekspor dan impor, tahun 2015, 2016,
dan 2017 neraca perdagangan Indonesia surplus sedangkan pada tahun 2014

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 13


defisit. Meskipun terjadi neraca positip, namun total nilai ekspor Indonesia selalu
mengalami penurunan. Sama halnya dengan total nilai impor Indonesia yang
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

Bila dilihat dari ekspor impor produk industri, tahun 2015 – 2016 nilai
ekspor industri mengalami peningkatan dari US$ 108,60 miliar menjadi US$
109,76 miliar sedangkan nilai impor industri mengalami penurunan dari US$
109,51 miliar menjadi US$ 108,26 miliar.

Selanjutnya bila dilhat Perkembangan Ekspor dan Impor Industri


Pengolahan Non Migas berdasarkan 12 besar produk industri sampai dengan
tahun 2017, selengkapnya tersaji pada tabel berikut ini:

Tabel 2.4
Perkembangan Ekspor Industri Non Migas Tahun 2013 - 2017
(USD Juta)

Perubah
No URAIAN 2013 2014 2015 2016 2017
an (%)
1 Industri Makanan 26.477,9 29.582,1 26.448,2 26.276,4 31.270,1 20,72
2 Industri Bahan Kimia dan
11.472,3 12.191,3 9.008,4 10.245,4 12.644,7 23,42
Barang dari Bahan Kimia
3 Industri Logam Dasar 9.578,1 9.851,9 8.606,9 8.249,3 11.867,5 43,86
4 Industri Pakaian Jadi 7.429,7 7.399,9 7.318,2 7.212,7 7.926,0 9,89
5 Industri Pengolahan
2.238,7 4.208,1 5.307,4 6.161,1 4.815,1 -21,85
Lainnya
6 Industri Karet, Barang
10.737,7 8.474,7 7.156,4 6.857,6 8.612,6 25,59
Dari Karet Dan Plastik
7 Industri Komputer,
Barang Elektronik Dan 7.821,1 7.460,6 6.404,3 5.871,7 6.111,8 4,09
Optik
8 Industri Kertas Dan
5.681,4 5.553,1 5.383,8 5.067,5 6.326,5 24,84
Barang Dari Kertas
9 Industri Kendaraan
Bermotor, Trailer Dan 4.152,2 4.809,7 4.756,9 5.141,7 5.894,7 14,64
Semi Trailer
10 Industri Kulit, Barang Dari
4.220,6 4.469,7 4.853,6 5.014,68 5.364,4 6,98
Kulit Dan Alas Kaki
11 Industri Tekstil 5.295,3 5.378,7 4.999,6 4.660,03 4.659,8 -0,01
12 Industri Peralatan Listrik 5.119,2 5.027,9 4.522,7 4.561,71 4.947,0 8,10
Total 12 Besar Industri 100.224,5 104.408,3 94.766,9 95.325,4 110.440,2 15,86

Total Industri 115.158,6 119.753,7 108.603,4 110.504,1 125.023,3 13,14


Sumber: BPS diolah Kemenperin

14 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017


Perkembangan Ekspor Industri Non Migas Tahun 2017 menunjukkan
bahwa industri pengolahan lainnya mengalami penurunan nilai yang besar dengan
nilai sebesar ekspor sebesar USD 4.815,1 juta atau mengalami penurunan nilai
ekspor sebesar 21,85% dibanding nilai ekspor tahun 2016, sedangkan industri
tekstil mengalami penurunan sebesar -0,01% dibanding nilai ekspor tahun 2016.
Meskipun demikian, secara umum kinerja ekspor industri pengolahan non migas
sampai dengan tahun 2017 naik sebesar 13,14% dibandingkan tahun 2016.

Tabel 2.5
Perkembangan Impor Industri Non Migas Tahun 2013 - 2017
(USD Juta)

Perubah
No URAIAN 2013 2014 2015 2016 2017
an (%)

1 Industri Bahan Kimia dan


21.883,3 21.918,1 19.186,6 17.742,5 20.510,3 15,60
Barang Dari Bahan Kimia
2 Industri Mesin dan
Perlengkapan ytdl (yang tidak 22.012,8 21.120,9 18.580,2 17.489,8 17.905,8 2,38
termasuk dalam lainnya)
3 Industri Komputer, Barang
15.864,6 14.666,6 12.862,0 13.076,0 14.943,6 14,28
Elektronik dan Optik
4 Industri Logam Dasar 15.727,2 13.959,6 11.810,7 11.139,2 13.935,7 25,10

5 Industri Makanan 9.651,6 9.724,3 8.338,8 9.474,6 9.655,9 1,91

6 Industri Tekstil 6.647,7 6.744,1 6.512,9 6.705,4 6.964,6 3,87

7 Industri Peralatan Listrik 7.466,5 7.118,7 6.625,4 6.655,4 7.786,6 17,00

8 Industri Kendaraan Bermotor,


9.020,0 7.091,0 5.248,8 5.316,6 6.731,4 26,61
Trailer dan Semi Trailer
9 Industri Barang Logam,
Bukan Mesin dan 5.075,1 5.370,2 4.788,1 4.503,3 4.671,3 3,73
Peralatannya
10 Industri Karet, Barang Dari
3.618,9 3.472,3 3.110,1 3.349,7 3.845,7 14,81
Karet dan Plastik
11 Industri Kertas dan Barang
3.249,2 3.245,1 2.683,5 2.670,9 3.004,7 12,50
Dari Kertas
12 Industri Alat Angkutan
4.632,5 2.961,6 3.033,7 2.818,0 3.396,7 20,53
Lainnya
Total 12 Besar Industri 124.849,8 117.393,1 102.781,3 100.941,4 113.352,3 12,30

Total Industri 132.079,2 124.564,2 109.515,7 108.241,0 122.151,6 12,85

sumber: BPS diolah Kemenperin

Perkembangan impor industri pengolahan non migas tahun 2017


menunjukkan peningkatan nilai impor pada hampir semua sektor industri,

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 15


beberapa diantaranya yaitu pada industri kendaraan bermotor, trailer dan semi
trailer sebesar 26,61%; industri logam dasar sebesar 25,10; industri alat angkut
lainnya sebesar 20,53%; dan industri peralatan listrik sebesar 17,00%. Secara
umum kinerja impor industri pengolahan non migas sampai dengan tahun 2017
tumbuh sebesar 12,85% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Neraca ekspor-impor Hasil Industri Pengolahan Non Migas tahun 2017 adalah
USD 2,87 miliar (neraca surplus).

Meskipun impor meningkat namun kegiatan impor ini diharapkan sebagai


pemenuhan bahan baku untuk aktivitas produksi pada dunia industri. Pada kinerja
neraca perdagangan khususnya sektor industri pengolahan non migas mengalami
surplus. Hal ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada sektor tersebut.

2.4 Perkembangan Investasi Indonesia Pada Tahun 2017

Perkembangan investasi untuk Sektor Sekunder atau Sektor Industri di


Indonesia pada tahun 2017 menunjukkan penurunan yang signifikan baik PMA
maupun PMDN. Pada tahun 2017 terjadi penurunan Investasi PMDN pada sektor
industri sebesar -7,11% bila dibandingkan dengan tahun 2016 atau sebesar
Rp. 99,18 triliun, turun bila dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar
Rp. 106,78 triliun. Investasi PMA juga mengalami penurunan sebesar -21,21% bila
dibandingkan dengan tahun 2016 atau sebesar USD 13,14 miliar, turun bila
dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebesar USD 16,68 miliar. Penurunan pada
PMDN dan PMA ini dapat mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia di masa yang
akan datang. Penurunan ini diperkirakan karena telah memasuki tahun politik.
Para investor akan menahan untuk melakukan investasi di Indonesia, selain itu
ada yang telah meminta izin untuk melakukan investasi namun tidak
merealisasikannya tahun ini. Para investor menunggu setelah pemilu dan pilkada.
Meski dampak dari investasi ini akan terasa secara bertahap pada perekonomian,
karena tergantung pada tahapan investasinya, kondisi Negara yang kondusif
perlu dijaga sehingga dapat menarik potensi investasi yang masih sangat besar
dan potensi penerimaan tenaga kerja khususnya sektor industri juga besar.
16 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017
Perkembangan investasi PMDN dan PMA secara lengkap berdasarkan 12 sektor
industri dapat dilihat pada tabel 2.6 dan tabel 2.7

Tabel 2.6

Investasi PMDN Tahun 2014 – 2017


(Rp miliar)
Perubaha
2014 2015 2016 2017 n Nilai
Investasi
No Sektor Sekunder
P I P I P I P I (%)

1 Industri Makanan 320 19.596,4 879 24.533,9 1.169 32.028,5 1.419 38.540,0 20,33

2 Industri Tekstil 72 1.451,5 185 2.724,5 284 3.209,8 333 7.863,2 144,97

Ind. Barang Dari


3 10 103,1 13 5,4 21 69,1 27 195,8 183,36
Kulit & Alas Kaki

4 Industri Kayu 21 585,1 70 1.185,3 116 3.151,0 203 1.569,1 -50,20


Ind. Kertas dan
5 57 4.093,7 127 6.529,5 185 5.257,9 248 9.022,9 71,61
Percetakan
Ind. Kimia dan
6 105 13.313,6 320 20.712,4 451 30.054 564 13.734,3 -54,30
Farmasi
Ind. Karet dan
7 132 2.117,5 284 3.695,9 422 3.576 505 4.823,4 34,85
Plastik
Ind. Mineral Non
8 57 11.923,1 181 20.501,7 217 15.404,6 255 7.641,2 -50,40
Logam
Ind. Logam, Mesin
9 123 5.292,6 326 7.938,4 483 11.568,5 642 13.809,4 19,37
& Elektronik
Ind. Instru.
10 Kedokteran, Presisi 1 - 4 - 7 5,0 8 0,20 -96,00
& Optik & Jam
Ind. Kendaraan
11 Bermotor & Alat 28 490,1 93 1.070,8 93 1.713,9 149 1.312,6 -23,41
Transportasi Lain
12 Industri Lainnya 16 68,1 43 147,4 93 744,2 160 675,6 -9,22
Jumlah 942 59.034,7 2.525 89.045,3 3.541 106.783,8 4.513 99.187,7 -7,11
Sumber: BPS diolah Kemenperin P: Jumlah Izin Usaha I: Investasi

Investasi PMDN Indonesia pada Tahun 2017 secara umum mengalami


penurunan dibeberapa sektor, beberapa diantaranya pada sektor industri
instrument kedokteran, presisi & optik & jam sebesar -96,00%; industri kimia dan
farmasi sebesar -54,30%; industri mineral non logam sebesar -50,40%; dan
industri kayu sebesar -50,20%.

Pelemahan investasi ini sedikit mempengaruhi kinerja industri pada tahun-


tahun mendatang namun investasi pada tahun sebelumnya yang belum
direalisasikan diharapkan dapat direalisasikan tahun ini sehingga industri dapat
mulai berproduksi lebih besar dan berkembang sejalan dengan perbaikan iklim
ekonomi. Dari jumlah izin usaha yang ada pada tahun 2017 sebanyak 4.513
Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 17
proyek lebih banyak dibandingkan dengan jumlah izin usaha pada tahun 2016
meskipun secara nilai lebih kecil.

Gambar 2.5

Peran Investasi PMDN Tiap Cabang Industri Terhadap Investasi PMDN


Sektor Industri Tahun 2013 - 2017

Sumber : BKPM, diolah Kemenperin

Bila dilihat lebih dalam lagi khususnya pada pola investasi industri dalam
negeri, maka dari Gambar 2.5 terlihat bahwa investasi paling besar dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir adalah pada industri makanan meskipun terjadi fluktuatif
pertumbuhan kontribusinya namun di tahun 2017 mampu lebih tinggi
dibandingkan tahun 2016. Disusul industri kimia dan farmasi, meskipun
mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Industri logam, mesin
dan elektronik yang mengalami pertumbuhan pada tahun 2017 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2016. Dominasi investasi pada 5 tahun ini harus dapat
dipertahankan dan juga harus mengembangkan investasi pada industri yang
belum berkembang. Sehingga dengan adanya paket-paket kebijakan yang telah
18 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017
dikeluarkan diharapkan akan makin mendorong peningkatan investasi pada
industri- industri tersebut.

Tabel 2.7

Investasi PMA Tahun 2014 – 2017


(USD Juta)
Perubaha
Sektor 2014 2015 2016 2017 n nilai
No investasi
Sekunder (%)
P I P I P I P I
Industri
1 640 3.139,6 1.306 1.521,2 1947 2115,0 1.649 1.970,3 -6,84
Makanan
2 Industri Tekstil 285 422,5 670 433,4 886 321,3 834 372,2 15,84
Ind. Barang Dari
3 102 210,7 243 161,6 279 144,4 300 368,9 155,47
Kulit & Alas Kaki
4 Industri Kayu 61 63,7 118 47,1 240 267,5 223 395,7 47,93
Ind. Kertas dan
5 87 706,5 210 706,9 274 2786,6 294 595,6 -78,63
Percetakan
Ind. Kimia dan
6 377 2.323,4 856 1.955,7 1096 2889,1 1.134 2.578,5 -10,75
Farmasi
Ind. Karet dan
7 255 543,9 567 694,5 710 737,3 733 633,1 -14,13
Plastik
Ind. Mineral Non
8 104 916,9 277 1.302,8 397 1076 341 671,7 -37,57
Logam
Ind. Logam,
9 Mesin & 690 2.471,9 1.781 3.092,5 2185 3897,1 2.017 3.781,6 -2,96
Elektronik
Ind. Instru.
Kedokteran,
10 11 7,2 13 6,9 22 8,8 35 5,3 -39,77
Presisi & Optik &
Jam
Ind. Kendaraan
Bermotor & Alat
11 295 2.061,3 758 1.757,3 928 2369,3 945 1.271,4 -46,34
Transportasi
Lain
12 Industri Lainnya 168 151,8 385 83,2 599 75,2 554 504,3 570,61
Jumlah 3.057 13.019,3 7.184 11.763,1 9563 16.687,6 9.059 13.148,6 -21,21

Sumber: BPS diolah Kemenperin P: Jumlah Izin Usaha I: Investasi

Hasil yang berbeda pada investasi PMA, secara umum mengalami


penurunan baik secara nilai maupun proyek, nilai investasi turun sebesar 21,21%
bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan jumlah izin usaha menjadi
9.059. Penurunan terjadi hampir pada semua sektor, beberapa sektor yang
mengalami pertumbuhan hanya industri barang dari kulit dan alas kaki sebesar
155,47%; industri kayu sebesar 47,93%; dan industri tekstil sebesar 15,84%.
Pelemahan investasi PMA ini bisa disebabkan karena beberapa hal, fenomena tren
pelemahan investasi dunia di beberapa negara, pelemahan harga komoditas

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 19


dunia, Lebih lanjut berdasarkan pada pola investasi industri selama lima tahun
terakhir akan terlihat pola pada gambar 2.6

Gambar 2.6

Peran Investasi PMA Tiap Cabang Industri Terhadap Investasi PMA Sektor
Industri Tahun 2013 - 2017

Sumber : BKPM, diolah Kemenperin


Pada gambar 2.5 dapat kita lihat industri yang memberikan kontribusi
cukup besar dalam investasi asing 5 tahun terakhir adalah adalah Industri Logam,
Mesin dan Elektronik; Industri Kimia dan Farmasi; dan Industri Kendaraan
Bermotor dan Alat Transportasi Lain, meskipun industri kendaraan bermotor dan
alat transportasi lainnya mengalami penurunan pada tahun 2017. Efek dari
investasi industri-industri akan berdampak baik di masa yang akan datang, hasil
dari investasi ini baru akan terasa sekitar 2-3 tahun lagi, seiring dengan mulai
dibangunnya pabrik untuk industri tersebut. Memang pola investasi industri ini
membutuhkan jarak antara masuknya investasi dengan dampaknya bagi

20 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017


perekonomian. Berbeda dengan investasi keuangan yang dapat kita ambil hasilnya
dalam jangka pendek.
Lebih lanjut industri-industri tersebut di tahun 2016 tersebar secara
merata dan tidak ada yang terlalu dominan. Meskipun terjadi tren penurunan
investasi asing dari tahun 2013 dan sempat meningkat di tahun 2016, pada tahun
2017 mengalami penurunan kembali investasi dan dari segi jumlah proyek
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 9.059 proyek. Diharapkan jumlah
tersebut mampu memacu roda ekonomi di dalam negeri.

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 21


BAB III
NEGARA TUJUAN EKSPOR DAN INVESTASI 2017
Neraca Perdagangan

2014 2015 2016 2017


-4,81 -0,92 2,26 2,87

EKSPOR (NILAI US$ MILIAR) IMPOR (NILAI US$ MILIAR)

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017


119,75 108,60 110,50 125,02 124,56 109,52 108,24 122,15
13,14% 12,85%

15,20 16,68 29,70 34,14

10,57 15,01 12,90 15,18

9,73 10,97 8,42 8,95


Sumber: BPS, diolah Kemenperin

2,13
2,05

5 Besar Negara yang 1,14


Berinvestasi Pada Sektor
0,97
Industri Di Indonesia 0,32
Tahun 2017 (US$ Miliar)

Sumber: BKPM, diolah Kemenperin


JEPANG SINGAPURA TIONGKOK KOREA SWISS
SELATAN

3 BESAR NILAI INVESTASI TAHUN


Industri Makanan 64,74 7,62%
328,72

Perkembangan 274,06
262,09 Industri Logam,
Mesin & Elektronik
64,10 1,11%
Investasi Sektor 232,19 245,49
Industri (Rp Triliun) Industri Kimia &
Farmasi
48,03 -29,86%

PMA Kurs: Rp 13.300


2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: BKPM, diolah Kemenperin
BAB III
NEGARA TUJUAN EKSPOR DAN INVESTASI 2017

3.1 Negara Tujuan Ekspor Industri


Kinerja ekspor industri pengolahan non migas sepanjang Januari-Desember
2017 lebih baik dibandingkan capaian Januari-Desember 2016. Nilai ekspor
industri pengolahan secara kumulatif hingga bulan Desember 2017 tercatat
sebesar US$ 125,02 miliar, naik sebesar 13,14% dibandingkan periode yang sama
tahun 2016.
Industri makanan memberikan nilai ekspor terbesar yaitu US$ 31,72 miliar
lalu diikuti oleh industri bahan kimia & barang dari bahan kimia sebesar US$ 12,64
miliar, industri logam dasar sebesar US$ 11,87 miliar dan industri karet, barang
dari karet dan plastik sebesar US$ 8,61 miliar dimana empat besar industri ini
memberikan kontribusi sebesar 51,86% dari total ekspor industri pada tahun
2017.
Negara tujuan ekspor terbesar pada tahun 2017 antara lain Amerika
Serikat yang memberikan nilai sebesar US$ 16,68 miliar, lalu Tiongkok sebesar
US$ 15,01 miliar, Jepang sebesar US$ 10,97 miilar, Singapura sebesar US$ 8,79
miliar, dan India sebesar US$ 8,35 miliar dimana lima besar negara tujuan ekspor
industri ini memberikan kontribusi sebesar 47,83% dari total ekspor industri pada
tahun 2017.
Tabel 3.1
5 Besar Negara Tujuan Ekspor (US$ miliar)
No Negara 2016 2017 %
1 Amerika Serikat 15,19 16,68 9,76
2 Tiongkok 10,57 15,01 41,98
3 Jepang 9,73 10,97 12,37
4 Singapura 9,02 8,79 -2,51
5 India 5,93 8,35 40,72
Sumber: Pusdatin diolah Kemenperin,2018.

22 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017


Ekspor ke negara Amerika Serikat tahun 2017 meningkat sebesar 9,76%
dibandingkan tahun 2016, jenis industri yang dominan dan mengalami
peningkatan antara lain industri pakaian jadi pada tahun 2016 sebesar US$ 3,61
miliar meningkat sebesar 14,23% pada tahun 2017 menjadi US$ 4,13 miliar;
industri makanan pada tahun 2016 sebesar US$ 2,99 miliar meningkat sebesar
19,40% pada tahun 2017 menjadi US$ 3,58 miliar; dan industri karet, barang dari
karet dan plastik pada tahun 2016 sebesar US$ 1,73 miliar meningkat sebesar
12,33% pada tahun 2017 menjadi US$ 1,94 miliar.
Tabel 3.2
5 Besar Jenis Industri yang di Ekspor Ke Amerika Serikat (US$ miliar)
No Jenis Industri 2016 2017 %
1 Pakaian Jadi 3,61 4,13 14,23
2 Makanan 2,99 3,58 19,40
3 Karet, Barang dari Karet dan Plastik 1,73 1,94 12,33
4 Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 1,38 1,47 6,72
5 Komputer, Barang Elektronik dan Optik 1,18 1,08 -8,47
Sumber: Pusdatin diolah Kemenperin,2018.

Ekspor ke negara Tiongkok tahun 2017 meningkat sebesar 41,98% dibandingkan


tahun 2016, jenis industri yang dominan dan mengalami peningkatan antara lain
industri makanan pada tahun 2016 sebesar US$ 3,26 miliar meningkat sebesar
18,25% pada tahun 2017 menjadi US$ 3,86 miliar; industri logam dasar pada
tahun 2016 sebesar US$ 1,34 miliar meningkat sebesar 103,83% pada tahun 2017
menjadi US$ 2,72 miliar; dan industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia
pada tahun 2016 sebesar US$ 1,75 miliar meningkat sebesar 44,53% pada tahun
2017 menjadi US$ 2,53 miliar.
Tabel 3.3
5 Besar Jenis Industri yang di Ekspor Ke Tiongkok (US$ miliar)
No Jenis Industri 2016 2017 %
1 Makanan 3,26 3,86 18,25
2 Logam Dasar 1,34 2,72 103,83
3 Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 1,75 2,53 44,53
4 Kertas dan Barang dari Kertas 1,14 2,12 86,04
5 Karet, Barang dari Karet dan Plastik 0,48 0,86 77,04
Sumber: Pusdatin diolah Kemenperin,2018.

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 23


Ekspor ke negara Jepang tahun 2017 meningkat sebesar 12,73% dibandingkan
tahun 2016, jenis industri yang dominan dan mengalami peningkatan antara lain
industri logam dasar pada tahun 2016 sebesar US$ 1,53 miliar meningkat sebesar
23,47% pada tahun 2017 menjadi US$ 1,89 miliar; industri karet,barang dari karet
dan plastik pada tahun 2016 sebesar US$ 1,10 miliar meningkat sebesar 22,85%
pada tahun 2017 menjadi US$ 1,35 miliar; dan industri peralatan listrik pada
tahun 2016 sebesar US$ 0,91 miliar meningkat sebesar 19,06% pada tahun 2017
menjadi US$ 1,08 miliar.
Tabel 3.4
5 Besar Jenis Industri yang di Ekspor Ke Jepang (US$ miliar)
No Jenis Industri 2016 2017 %
1 Logam Dasar 1,53 1,89 23,47
2 Karet, Barang dari Karet dan Plastik 1,10 1,35 22,85
3 Peralatan Listrik 0,91 1,08 19,06
4 Makanan 0,87 0,99 13,38
5 Pakaian Jadi 0,68 0,80 18,14
Sumber: Pusdatin diolah Kemenperin,2018.

3.2 Negara dengan Nilai Investasi Asing Terbesar Sektor Industri


Kinerja investasi asing (PMA) industri pengolahan non migas sepanjang
Januari-Desember 2017 cenderung menurun dibandingkan capaian Januari-
Desember 2016. Nilai investasi asing industri pengolahan secara kumulatif hingga
bulan Desember 2017 tercatat sebesar US$ 13,14 miliar, turun sebesar 21,21%
dibandingkan periode yang sama tahun 2016.
Tabel 3.5

5 Negara Nilai Investasi Asing Terbesar Sektor Industri (US$ miliar)


No Negara 2016 2017 %
1 Jepang 2,80 2,10 -24,92
2 Singapura 3,84 1,84 -52,24
3 Tiongkok 0,86 1,13 32,62
4 Korea Selatan 0,52 0,96 85,92
5 Hongkong 0,66 0,32 -51,85

Sumber: Pusdatin diolah Kemenperin, 2018

Investasi negara Jepang pada tahun 2017 memberikan nilai sebesar


US$ 2,10 miliar, lalu Singapura sebesar US$ 1,84 miliar, Tiongkok sebesar

24 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017


US$ 1,13 miilar, Korea Selatan sebesar US$ 0,96 miliar, dan Hongkong sebesar
US$ 0,32 miliar, nilai investasi sektor industri ini tidak mencantumkan kbli 37 dan
38 pengolahan limbah dan sampah serta 58 penerbitan yang bukan sektor binaan
industri pengolahan non migas.

Tabel 3.6
5 Besar Jenis Investasi Industri Negara Jepang (US$ miliar)
No Jenis Industri 2016 2017 %
1 Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer 1,14 0,45 -60,32
2 Alat Angkut Lainnya 0,62 0,31 -49,85
3 Kertas dan Barang dari Kertas 0,01 0,29 1770,93
4 Logam dasar 0,21 0,26 25,23
5 Barang Galian Bukan Logam 0,12 0,21 76,72

Sumber: Pusdatin diolah Kemenperin, 2018

Investasi negara Jepang tahun 2017 menurun sebesar 24,92%


dibandingkan tahun 2016, jenis industri yang dominan dan mengalami
peningkatan/penurunan antara lain industri kendaraan bermotor, trailer dan semi
trailer pada tahun 2016 sebesar US$ 1,14 miliar menurun sebesar 60,32% pada
tahun 2017 menjadi US$ 0,45 miliar; industri alat angkut lainnya pada tahun 2016
sebesar US$ 0,62 miliar menurun sebesar 49,85% pada tahun 2017 menjadi
US$ 0,31 miliar; dan industri kertas dan barang dari kertas pada tahun 2016
sebesar US$ 0,01 miliar meningkat sebesar 1770,93% pada tahun 2017 menjadi
US$ 0,29 miliar.

Tabel 3.7

5 Besar Jenis Investasi Industri Negara Singapura (US$ miliar)


No Jenis Industri 2016 2017 %
1 Makanan 0,38 0,60 58,38
2 Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 0,34 0,45 30,78
3 Minuman 0,15 0,21 41,69
4 Kertas dan Barang dari Kertas 2,42 0,16 -93,54
5 Barang Galian Bukan Logam 0,11 0,12 13,00

Sumber: Pusdatin diolah Kemenperin, 2018

Investasi negara Singapura tahun 2017 menurun sebesar 52,24% dibandingkan


tahun 2016, jenis industri yang dominan dan mengalami peningkatan/penurunan

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 25


antara lain industri makanan pada tahun 2016 sebesar US$ 0,38 miliar meningkat
sebesar 58,38% pada tahun 2017 menjadi US$ 0,60 miliar; industri bahan kimia
dan barang dari bahan kimia pada tahun 2016 sebesar US$ 0,34 miliar meningkat
sebesar 30,78% pada tahun 2017 menjadi US$ 0,45 miliar; dan industri minuman
pada tahun 2016 sebesar US$ 0,15 miliar meningkat sebesar 41,69% pada tahun
2017 menjadi US$ 0,21 miliar.

Tabel 3.8

5 Besar Jenis Investasi Industri Negara Tiongkok (US$ miliar)


No Jenis Industri 2016 2017 %
1 Logam Dasar 0,63 0,89 42,43
2 Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak Bumi 0,005 0,07 1247,02
3 Peralatan Listrik 0,01 0,03 230,21
4 Barang Galian Bukan Logam 0,02 0,03 39,31
5 Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer 0,004 0,021 335,51

Sumber: Pusdatin diolah Kemenperin, 2018

Investasi negara Tiongkok tahun 2017 menurun sebesar 32,62% dibandingkan


tahun 2016, jenis industri yang dominan dan mengalami peningkatan/penurunan
antara lain industri logam dasar pada tahun 2016 sebesar US$ 0,63 miliar
meningkat sebesar 42,43% pada tahun 2017 menjadi US$ 0,89 miliar; industri
produk dari batu bara dan pengilangan minyak bumi pada tahun 2016 sebesar
US$ 0,005 miliar meningkat sebesar 1247,02% pada tahun 2017 menjadi
US$ 0,07 miliar; dan industri peralatan listrik pada tahun 2016 sebesar US$ 0,01
miliar meningkat sebesar 230,21% pada tahun 2017 menjadi US$ 0,03 miliar.

26 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017


BAB IV
REVOLUSI INDUSTRI 4.0

ERP

Industry 4.0
Industry 3.0 • Cyber Physical
Systems
Industry 2.0 • Automation • Internet of things
• Computers and
Industry 1.0 • Mass production electronics
• Networks

• Assembly line
• Mechanization
• Electrical energy
• Steam power
• Weaving loom

2,87

1784 1870 1969 Today

5 Keys Technologies of Industrial Revolution 4.0

Wearable Advanced 3D IoT AI


(AR/VR) Robotic Printing (Internet of Things) (Artificial Intelligence)

IOT
INTERNET OF THINGS
ai

Physical Connectivity Logical


Layer Layer Layer
BAB IV
REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Hingga saat ini dunia telah melalui tiga revolusi industri, dimana yang pertama
ditandai oleh penggunaan mesin uap untuk menggantikan tenaga manusia dan
hewan yang berlangsung selama kurang lebih 86 tahun; yang kedua melalui
penerapan konsep produksi massal dan mulai dimanfaatkannya tenaga listrik yang
berlangsung selama 99 tahun, dan yang ketiga ditandai dengan penggunaan
teknologi otomasi dalam kegiatan industri selama kurang lebih 42 tahun
belakangan ini (Gambar 1).

4.1 Industri 4.0

Dunia telah memasuki revolusi industri generasi keempat, tepatnya mulai


tahun 2011, yang secara luas dikenal dengan istilah Industri 4.0 atau 4IR
(Hackett, 1992). Secara global, 4IR ditandai dengan meningkatnya konektivitas,
interaksi dan semakin konvergensinya batas antara manusia, mesin, dan sumber
daya lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi. Revolusi tersebut
merupakan sebuah lompatan besar di sektor industri dimana teknologi informasi
dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya tidak hanya dalam proses produksi,
melainkan juga di seluruh value chain (rantai nilai) guna mencapai efisiensi yang
setinggi – tingginya sehingga melahirkan model bisnis yang baru dan berbasis
digital.

4IR pada hakikatnya adalah sebuah konsepsi yang berkembang dari


negara negara maju yang sebelumnya memiliki basis Revolusi Industri keempat
bermula dari negara-negara maju berbasis industri yang kehilangan daya saing,
terutama sebagai akibat dari isu seputar tenaga kerja, seperti kurangnya jumlah
angkatan kerja, tingginya biaya tenaga kerja, ataupun sulitnya memperoleh
tingkat produktivitas yang memadai.
Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 27
Di ranah global, Jerman dengan membawa tema Industri 4.0, tercatat
sebagai negara paling awal yang mengimplementasikan 4IR di sektor produksinya,
diikuti oleh Amerika Serikat yang mempopulerkan kebijakannya dengan istilah
Advanced Manufacturing Partnership (AMP)

2.0 dan Inggris dengan High Value Manufacturing Catapult (HVMC) nya
telah meluncurkan kebijakan terkait 4IR di negara masing-masing pada tahun
2011. Adapun negara-negara Asia yang telah maju disektor produksinya,
seperti RRC, Korea Selatan dan Jepang mulai meluncurkan kebijakan 4IR-nya
pada 2014. RRC mengusung tema Made In China 2025, Korea Selatan
mempopulerkannya dengan Manufacturing Innovation 3.0 dan Jepang
mengistilahkannya dengan Revitalization/Robotics Strategy.

Di ASEAN, Singapura dan Thailand adalah pionir yang telah


mengimplementasikan kebijakan ini pada 2015 dan 2016. Sementara negara-
negara lain seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Filipina masih berada pada
tahap perencanaan. Dalam hal ini, ASEAN secara regional cukup tertinggal
dibanding negara-negara lain seperti Jerman, Amerika Serikat dan Inggris yang
telah mengimplementasikan kebijakan 4IR mereka sejak 2011 dan mulai melihat
hasilnya.

Saat ini, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Rencana Induk


Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015 – 2035 yang merupakan payung
besar atas strategi dan inisiatif untuk berbagai sektor industri yang dituangkan
dalam bentuk peta jalan / roadmap industri Indonesia, lengkap dengan target-
target strategis dan sektor prioritasnya. Sementara, karena urgensi dan
keniscayaan bahwa 4IR akan datang, Indonesia memerlukan strategi untuk
memastikan manfaat dan mengatasi dampak potensial yang mungkin timbul dari
4IR. Untuk itu, RIPIN perlu diperkuat karena masih bersifat umum dan belum
secara mendalam membahas mengenai 4IR dan dampaknya serta bagaimana cara

28 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017


mengatasinya. Strategi 4IR ini semakin penting untuk dibuat mengingat Indonesia
merupakan salah satu dari negara-negara berbasis industri yang keunggulan
kompetitifnya berupa tenaga kerja, dimana dipastikan akan terkena dampak dari
4IR ini.

Salah satu yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi dampak tersebut
adalah melalui kebijakan publik. Indonesia sendiri memiliki modal dasar yang
cukup, didukung dengan berbagai indikator positif bagi dunia perindustrian yang
telah diakui oleh berbagai institusi global, seperti naiknya peringkat Indonesia
dalam Global Competitiveness Ranking.

4.2 Sektor Prioritas Implementasi 4IR

Berdasarkan pengamatan dan benchmarking yang A.T Kearney lakukan ke lebih


dari 15 negara, diperoleh setidaknya lima hal mendasar yang menjadi kunci yang
senantiasa muncul dalam suatu kebijakan Industri 4.0 di negara negara tersebut.
Kelima hal tersebut adalah:

1. Adanya tujuan yang jelas – dimana hal ini kemudian lazim disebut sebagai
aspirasi. Aspirasi ini sangat penting untuk mendorong hasil dari implementasi
Industri 4.0. Tujuan dan aspirasi haruslah jelas, berorientasi aksi, memiliki
target yang terukur, dan memberikan efek ungkit yang besar untuk
mengimplementasikan Industri 4.0 di suatu negara.

2. Sektor prioritas ataupun prioritas teknologi – suatu kebijakan publik yang baik
terkait Industri 4.0 senantiasa menjelaskan prioritas implementasinya, baik
dalam tataran sektor maupun dalam tataran teknologi. Hal ini menjadi sangat
perlu, mengingat kemampuan dan sumber daya suatu negara, terutama
pemerintahnya sangat terbatas, sehingga harus memfokuskan kepada
prioritas sektor atau teknologi yang memiliki daya ungkit terbesar untuk
pencapaian aspirasinya.

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 29


3. Keterlibatan pemerintah dan publik, terutama dalam tahapan inisiasi
implementasi Industri 4.0 – sebagai suatu konsep yang baru, Industri 4.0
seringkali memerlukan campur tangan pemerintah, public dan pelaku usaha
untuk mempercepat adopsinya.

4. Agenda nasional – Karena sifatnya yang begitu luas dan sangat strategis,
hampir seluruh implementasi Industri 4.0 merupakan agenda nasional, dan
tidak merupakan agenda salah satu kementerian atau kelembagaan tertentu.
Agenda nasional memungkinkan untuk koordinasi lintas sectoral yang lebih
baik, dukungan pemangku kepentingan yang lebih luas, dan menandakan
besarnya komitmen dan pengaruh Industri 4.0 terhadap keberlangsungan
ekonomi dan penguasaan teknologi suatu negara di kemudian hari.

5. Pengelolaan dampak – dalam hampir seluruh kebijakan terkait Industri 4.0 di


dunia, semakin hari semakin nampak penting dan disadari bagi pembuat
kebijakan untuk memberikan perhatian lebih kepada pengelolaan dampak
negatif yang mungkin timbul dari implementasi Industri 4.0 ini, terutama
sekali jika kita amati di negara negara berkembang dan negara negara
ASEAN, dimana terdapat kekhawatiran yang besar sekaligus harapan bahwa
pembuat kebijakan dapat mengelola dampak negatif dari implementasi
Industri 4.0 ini terhadap angkatan kerja, terutama yang sifatnya rendah skill,
serta inklusi (keikutsertaan) usaha kecil dan menengah di negara tersebut
untuk turut mengakses Industri 4.0 demi peningkatan produktivitasnya.

Setelah dilakukan asesmen terhadap dampak potensial dan kelayakan, A.T


Kearney menyimpulkan bahwa kelima sektor berikut perlu dipertimbangkan
sebagai sektor prioritas dalam upaya penerapan dan implementasi 4IR:
1) Makanan dan minuman, 2) Kimia, 3) Tekstil dan apparel, 4) Elektronik dan
5) Automotif, dimana kelima sektor ini diprediksi pada 2030 akan berkontribusi

30 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017


terhadap sekitar ~70% dari total PDB manufaktur, 60% ekspor manufaktur dan
65+% jumlah tenaga kerja di sektor manufaktur.

- Sektor Industri Makanan dan Minuman

Sektor ini berkontribusi terhadap PDB Manufaktur sebesar 29%,


penyumbang 24% ekspor netto untuk sektor manufaktur dan penyerap
33% tenaga kerja di bidang manufaktur

- Sektor Industri Tekstil dan Apparel

Sektor ini berkontribusi terhadap PDB Manufaktur sebesar 7%,


penyumbang 15% ekspor netto untuk sektor manufaktur dan penyerap
20% tenaga kerja di bidang manufaktur

- Sektor Industri Otomotif

Sektor ini berkontribusi terhadap PDB Manufaktur sebesar 9%, penyumbang


7% ekspor netto untuk sektor manufaktur dan penyerap 2% tenaga kerja di
bidang manufaktur

- Sektor Industri Elektronik

Sektor ini berkontribusi terhadap PDB Manufaktur sebesar 6%, penyumbang


9% ekspor netto untuk sektor manufaktur dan penyerap 2% tenaga kerja di
bidang manufaktur

- Sektor Industri Kimia


Sektor ini berkontribusi terhadap PDB Manufaktur sebesar 6%, penyumbang
9% ekspor netto untuk sektor manufaktur dan penyerap 2% tenaga kerja di
bidang manufaktur

Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017 31


BAB V
PENUTUP
BAB V
PENUTUP
Secara ringkas kinerja ekonomi dan industri pada tahun 2017 adalah sebagai
berikut :

1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 sebesar 5,07% lebih tinggi


bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan dapat disebabkan karena harga komoditas di pasar global
mulai meningkat, beberapa mitra dagang Indonesia pada umumnya
membaik, dan konsumsi rumah tangga yang membaik.

2. Pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun 2017 sebesar 4,84%


lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan
positif terjadi pada semua sektor, kecuali sektor industri batubara dan
pengilangan migas.

3. Neraca ekspor-impor hasil industri pengolahan non migas tahun 2017


mengalami surplus sebesar USD 2,87 miliar.

4. Kinerja investasi mengalami penurunan baik PMA sebesar 21,21% maupun


PMDN sebesar 7,11% pada Tahun 2017.

5. Perkembangan 12 besar ekspor industri pengolahan non migas tahun 2017


sebagian besar mengalami peningkatan diantaranya industri makanan;
bahan kimia dan barang dari bahan kimia; dan logam dasar.

6. Negara tujuan ekspor terbesar antara lain Amerika Serikat, Tiongkok, dan
Jepang. Sedangkan investasi asing terbesar antara lain Jepang, Singapura,
dan Tiongkok.

7. Kementerian Perindustrian saat ini sedang merencanakan pengembangan


industri 4.0 dengan sektor utama antara lain industri makanan dan
minuman; tekstil dan apparel; otomotif; elektronik, dan kimia.

32 Laporan Kinerja Ekonomi dan Sektor Industri Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai