Anda di halaman 1dari 9

MINYAK KELAPA

A. Prospek Minyak Kelapa

Salah satu komponen sembilan bahan pokok adalah minyak kelapa.Karenanya olahan kelapa untuk minyak kelapa
mempunyai porsi yang paling besar, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Di Indonesia produk terbesar dari minyak kelapa dikonsumsi sebagai minyak goreng. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Taufik Kurahman, Marketing Analyst Asian and Pasific Coconut Community (APCC), bahwa dari 700
ribu-800 ribu ton produksi minyak kelapa Indonesia, sekitar 500 ribu-600 ribu ton dikonsumsi sebagai minyak goreng
(Trubus, juli 1992).

Di luar negeri, minyak kelapa Indonesia masih harus bersaing dengan berbagai jcnis minyak nabati, terutama minyak
sawit dan minyak kedelai. Meski harus bersaing ketat dengan minyak jenis lainnya, namun industri minyak kelapa
lebih baik kondisinya. Sebab minyak kelapa dapat dikonsumsi untuk makanan dan bahan baku industri.

Di Amerika, sekitar 60% minyak kelapa digunakan sebagai bahan baku industri, sedangkan negara -negara di Eropa
justru sebaliknya yaitu sekitar 60% digunakan untuk bahan makanan.

Persaingan minyak kelapa dengan minyak nabati lain bukan hanya pada pemanfaatannya, tetapi juga harganya.
Minyak nabati lain seperti minyak kedelai dan kelapa sawit mempunyai harga yang lebih murah. Namun dalam
beberapa hal minyak kelapa masih lebih unggul dalam persaingan tersebut, karena ada beberapa produk yang mau
tak mau harus menggunakan minyak kelapa untuk mempertahankan rasa.

. Saat ini ekspor minyak kelapa Indonesia cenderung meningkat, seperti yang tercantum pada Tabel 8.

TABEL S. EKSPOR MINYAK KELAPA DUNIA (MT)

Negara 1986 1987 1988 1989 1990

Neg.APCC 1.434.515 1.285.978 1.125.364 1.117.454 1.481.092


- Indonesia 5.511 118.420 206.647 191.566 194.010
- Filipina 1.217.894 1.031.213 792.880 763.489 1.134.540
- Srilanka 85.347 17.297 5,350 29.668 12.2 4
Neg. lain 188.793 195.631 214.099 200.037 185.7 5

Total 1.623.308 1.481.609 1.339.463 1.317.991 1.666.867

Sumber: APCC, 1991

Periingkatan ini menunjukkan bahwa prospek dari minyak kelapa cukup baik. Prospek ini juga ditandai dengan
adanya kebutuhan minyak kelapa negara konsumen yang cenderung meningkat, Ini terbukti dengan adanya irnpor
minyak kelapa dunia yang meningkat pada tahun 1990, setelah beberapa tahun sebelumnya merosot.

TABEL 9. IMPOR MINYAK KELAPA DUNIA (MT)

Tahun Negara Eropa Amerika Asia Total


Berat

1986 575.391 566.180 200.006 1.481.159


1987 557.242 565.806 159.642 1.433.903
1988 535.921 510.360 201.981 1.373.254
1989 474.595 444.048 164.477 1.249.505
1990 615.241 485.566 248.124 1.502.904

Sumber: APCC, 1991

Peningkatan permintaan juga disertai dengan naiknya harga minyak kelapa di asar dunia. Menurut Bisnis Indonesia 2
Juli 1991, harga minyak kelapa di pasar intemasional cenderung naik melebihi harga saingan terdekatnya minyak sawit.
Posisi harga minyak kelapa di atas harga minyak sawit (CPO) merupakan hal yang mengejutkan terutama sejak
pertengahan tahun lalu. Harga minyak kelapa bulan Januari dalam periode yang sama mencapai US $ 411, atau 20,9%
di atas harga mmrak kelapa. Tetapi beberapa bulan berikutnya harga minyak kelapa terus meningkat melampaui harga
minyak sawit. Pada bulan Desember 1991 harga minyak kelapa telah mencapai US $ 420 per ton, sedangkan harga minyak
sawit malah sebaliknya turun menjadi US $ 325 per ton. Kondisi seperti ini merupakan tantangan yang harus
dimanfaatkan oleh produsen kelapa di Indonesia untuk menembus pasar intemasional.

kelapasawit 19% kedelai 28%


kelapa 5%
biji bunga
Matahad kacang
14%
tanah 6%
bij! kaPas 6%
biji rape 130
lain-lain 9%

Produlksl berbagal minyalk nabati dunla tahun 1986-1990

B. Pengolahan Minyak Kelapa


Pengolahan minyak kelapa dapat dilakukan secara tradisional ataupun modem. Minyak hasil pembuatan secara
tradisional disebut minyak klentik.
Dalam pengolahan minyak kelapa dikenal 3 metode, yaitu metode basah (wetmethod, wetprocess), ekspresi
(tekanan, pres), dan ekstraksi minyak dengan solvent.

1. Proses basah (wetprocess)

Sebelum ditemukan cara pembuatan kopra, orang membuat minyak kelapa langsung menggunakan daging buah
kelapa segar. Cara ini sekarang tergolong tradisional dan hanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan atau industri
rumah tangga.

Cara tradisional ini selain peralatannya sederhana, juga hemat biaya dan tidak menuntut keahlian tertentu. Tahapan
pembuatan minyak dengan proses basah adalah sebagai berikut.

a. Pemisahan daging buah dan kulit buah


Buah kelapa yang digunakan harus cukup tua dan dikupas sabutnya dengan alat seperti linggis. Sedang daging buah
diperoleh dengan membelah buah menjadi 2 bagian, atau dengan mengupas tempurungnya, sehingga air kelapa
masih dapat ditampung dan digunakan untuk keperluan lain.

b. Pemarutan
Kelapa yang telah dibelah atau dipisahkan dari tempurungnya diparut. Pemarutan berfungsi untuk memperkecil
ukuran dan merusak sel-sel daging buah kelapa agar minyaknya mudah dikeluarkan.

c. Pemerasan
Daging buah kelapa parutan diperas untuk mendapatkan santannya. Pemerasan dapat dilakukan sampai beberapa
kali sampai kandungan santannya habis dan setiap kali akan mulai memeras parutan ditambahi air secukupnya.

d. Pemanasan
Santan hasil perasan ditampung dalam wajan untuk dipanaskan. Pemanasan bertujuan untuk menguapkan
kandungan air.

e. Minyak
Setelah kandungan air menguap, maka akan tersisa minyak dan endapan yang dinamakan blondho. Minyak
ditampung dalam wadah, sedang blondho dipres sampai habis minyaknya. Endapan blondho yang telah dipres
disebut kethak. Kemudian minyak didinginkan dan dapat dikemas dalam botol atau kaleng.

Cara pengolahan minyak dengan proses basah ini dapat menghasilkan 60-70% minyak yang terkandung dalam
daging buah kelapa.

Pemetikan, pemisahan sabut,


dan pernbelahan buah kelapa
pemarutan

penambahan air

F-Pemanasan

blondho
minyak kelapa
Proses basah (wet process)

Cara pengolahan dengan proses basah sebenarnya telah dikembangkan secara modern oleh beberapa ahli. Seorang
peneliti bernama Alexander pada tahun 1921 mengembangkan pembuatan minyak kelapa dengan cara memekatkan
santan dalam alat sentrifugal. Dengan alat ini, air yang di dalam santan dapat dikurangi, sehingga santan menjadi pekat.
Selanjutnya santan pekat tersebut dipanaskan dalam autoclave agar emulsi minyak dalam santan pecah. Kemudian
digunakan lagi alat sentrifugal untuk memisahkan minyak dengan bagian-bagian lain.

Ada lagi seorang profesor kimia dari Los Banos (Filipina) yang memperoleh hak paten dari Amerika Serikat untuk
penemuannya dalam hal pembuatan minyak kelapa (1949). Dari penemuannya yang disebut lava process ini, santan
diperoleh melalui alat press roller. Press roller permukaannya kasar, sehingga santan yang diperoleh cukup banyak.
Selanjutnya santan disentrifugasi untuk menghasilkan krem. Krem diasamkan pada pH 4 agar pecah dan mengalami
proses dekomposisi yang menghasilkan minyak. Tahap-tahap pembuatannya sebagai berikut.

Butiran kelapa

Pencungkilan daging bu;i~]

Daging bua~-]

Rollerpress

Santan
Sentrifugal
Lanitan keku tan r~eQdah
protein Krim
pH 4
sentrifugal
kekuatan tinggi
Proses lava

Salah satu penemuan proses pembuatan minyak juga diperkenalkan oleh perusahaan Krauss-Maffei AG, Jerman
yang disebut the krauss-maffei process. Tahapan pengolahannya adalah sebagai berikut:
- Sabut kelapa dikupas, lalu dibelah dan dimasukkan ke dalam autoklaf yang panas.
- Kulit buah dikupas, kemudian daging buah dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam alat penggiling (roll
mill).
- Daging buah yang telah hancur tadi diperas dengan alat pres hidrolik, untuk mendapatkan santan dan residu.
- Santan dipisah dengan alat sentrifugal menjadi krem dan skim santan, sedangkan residu dikeringkan menjadi
ampas.
- Krem dipanaskan untuk memecah emulsi minyak dengan air, lalu disentrifugal untuk memisahkan minyaknya.
Minyak ini masih kasar (crude oil) dan tercampur dengan protein yang terkoagulasi serta kotoran.
- Proses sentrifugal ini juga menghasilkan endapan dan dapat dicampur dengan daging buah kelapa yang telah
digiling dan diperas dalam pres hidrolik.
- Minyak yang masih kasar selanjutnya disaring hingga menghasilkan minyak kelapa.
- Skim santan diproses lagi untuk menghasilkan tepung kelapa dan madu kelapa.

Untuk lebih jelasnya tahap-tahap pembuatan minyak oleh perusahaan Krauss-Maffei AG Jerman dapat dilihat pada
bagan berikut:
Buah ke.lapa

Autoclave7

Santan Dikeringkan
Sentrifugal Skim santan
Sentrifugal

Pernanasan Evaporator
Sentrffugal Pengering Madu kelapa
T
Minyak kasar ITepung
(crude oil)
FMinyak kelapa

Proses; the krauss-maffel process

Proses pembuatan minyak lainnya adalah proses yang ditemukan dari hasil kerja sama pernerintah Filipina dengan
USAID, yaitu lembaga lembaga penelitian di Universitas San Carlos di Cebu. Kerja sama ini disebut Coconut Foods Pilot
Plant Process yang bertujuan mengolah kelapa segar menjadi minyak kelapa dan memanfaatkan hasil sampingannya
untuk bahan makanan. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut.
- Buah kelapa dipisahkan dari sabut dan tempurungnya. Kulit daging buah dikupas. Kupasannya dikumpulkan dan
dikeringkan lalu dipres untuk menghasilkan minyak (paring oil) dan ampas (paring meal).
- Daging buah yang telah dikupas digiling dua kali. Penggilingan yang pertama menggunakan Wedge and die mill,
sedang penggilingan kedua menggunakan disc attrition yang menghasilkan potongan yang lebih halus dari
penggilingan pertama.- Hasil gilingan dimasukkan ke dalam tangki pengaduk dan diaduk secara bertahap. Tahap
pertama masukkan 60 kg daging buah yang telah hancur dan air panas sebanyak 25 kg dan diaduk selama 5 menit.
Tahap berikutnya masukkan daging buah dan santan hasil pengepresan dengan perbandingan 10 bagian daging buah
dengan 6 bagian santan.
- Dari proses ini diperoleh santan yang berkadar air 66%, lemak 28%, padatan bukan lemak 6%, dan residu.
- Pengepresan pertama menghasilkan residu dengan kadar air 58-63% yang disebut residu I. Kemudian residu I
dimasukkan ke dalarn tangki pengaduk dan tambahkan air panas dengan perbandingan 10 kg residu dengan air
panas 11,5 kg. Setelah diaduk, campuran tadi dipres dengan suhu tinggi dan hasilnya disebut residu Il.
- Residu II dikeringkan dan dipres lagi dengan expeller, sehingga menghasilkan minyak expeller (expeller oil)
dengan kadar air 0, 15-0,19%. Ampas hasil pengepresan disebut presscake.
- Santan hasil pengepresan kemudian dimasukkan dalam centrifuge, sehingga terpisah menjadi 3 bagian, yaitu
krem, fase larutan, dan fase endapan.
- Krem dicampur dengan minyak panas dengan suhu 90o C lalu dimasukkan ke dalam tangki pengaduk. Dalam
proses ini, protein dalam minyak akan mengalami koagulasi.
- Campuran tadi dipisahkan dengan alat centrifuge, sehingga menghasilkan minyak yang masih mengandung air
dan lase larutan yang mengandung minyak.
- Kemudian air yang di dalarn minyak diuapkan dengan pernanasan agar diperoleh minyak bersih yang disebut
natural oil.

Penemuan-penemuan cara pembuatan minyak secara proses basah yang modern terus berlangsung seiring dengan
berkembangnya teknologi. Para penemunya antara lain Gonzaga dan Andaya (1948), Robledano (1952), Rajasekharan
(1964), Sison dkk (1968), Salon dkk (1969), Castellanos dan Astrias, Cancel (1971), Dendy dan Timmins (1973), serta
Hagenmeier (1977). Penemuan-penemuan mereka memperoleh hak paten dengan nama antara lain the azeotropic ex-
traction process, the chayen process, the robledano luzurlarge process, the ICAITI process, the surgaman process, the
hiller process, the integrated coconutprocess, the krauss-maffei process, TPI process, dan coconut foods pilot plant
process.

2. Pembuatan minyak secara ekspresi (tekanan,pres)

Proses pembuatan minyak kelapa di dunia mulai berkembang sejak ditemukannya alat hidrolik pres oleh Joseph
Bramah pada tahun 1795. Alat ini dipergunakan untuk mengepres daging buah kelapa yang telah dikeringkan untuk
diperoleh minyak kelapa. Pembuatan minyak kelapa secara ekspresi dibagi dalam 6 tahap, yaitu perlakuan awal,
pemecahan jaringan, pemanasan (pemasakan), pengepresan, penyaringan (filtrasi), dan pemurnian (refining).

a. Perlakuan awal

Perlakuan awal meliputi pengolahan daging kelapa menjadi kopra dan pcmbersihan kopra. Kopra sebaiknya cukup
kering dan mengandung kadar air 5-7%. Kopra yang tidak terlalu kering sulit terpecah jaringannya. Selain itu, keadaan ini
juga dapat mengakibatkan terjadinya proses hidrolisa yang memudahkan timbulnya asam lemak bebas. Asam lemak
bebas akan menyebabkan kualitas minyak jelek.

b. Pemecahan jaringan

Daging buah kelapa yang sudah menjadi kopra dan telah bersih dari kotoran, dipotong kecil-kecil dengan alat
pemecah jaringan atau disintegrator. Pemecahan jaringan dilakukan dalam beberapa tahap. Setiap tahap menggunakan
alat yang berbeda dengan hasil potongan yang makin halus. Alat yang digunakan adalah pemecah kopra (coprasnijder),
disintegrator, dan roller.

Kopra di dalam mesin pemecah kopra (copra- snijder) dipecahkan olch pisau yang; terdapat di dalam alat.
Pisau-pisau berputar dalam satu sumbu pada suatu penutup dengan perantaraan ban berjalan yang dihubungkan pada
sumber pemutar. Kopra yang masuk akan terpotong menjadi hancuran yang kecil-kecil.
7:
4

3
2
Q 2 CD

1. kopra 3. pisau-pisau Sumber:


2. hancuran kopra 4. penutup Makfoold, 1992

Alat pemecah kopra (copra-snilder). Sebelah kiri pemecah kopra dengan satu
p1sau, dan kanan pemecah dengan dua p1sau

Selanjutnya kopra yang telah hancur dimasukkan lagi dalam alat integrator tipe pemukul. Di dalam alat ini terdapat
alat berupa pemukul yang berputar pada suatu sumbu. Dengan putaran yang at hancuran kopra yang dimasukkan dalam
mesin ini akan hancur menjadi bagian yang mirip serbuk.
Serbuk dipanaskan dan dipres. Dari pengepresan ini tidak sernua dapat keluar, oleh karena itu dimasukkan lagi ke
dalam alat ecah. Pernecahan lanjutan ini menggunakan alat pernecah jaringan yang mempunyai roller (roller- mill).

3
0

5
0
0 0

0
0 0 0 Sumber: Makfbeld, 1992

0 0
I . corong masuk
0 2. corong keluar
denganlubang
lubang di bagian
bawah
0 3. pernukul
4. sumbu/piringan
pernukul
4 2 5. penutup

Disintegrator (hammer-milo

Sumber: Makfoeld, 1992


6
4
5
c C/ 2 1

4
1. bahan yang masuk, 4. penyapu
belum tergiling 5. bahan sebuk keluar
2. rol pertarna6. penampung bermagnit,
3. rol penggiling sebagai sortasi

Roller-mN

v im A= me-me-c-A svvhuk kv-hp% ymg telith menggumpal kembah menjadi serbuk. Kemudian dilakukan
pemanasan dan pengepresan kembali.

c. Pemanasan
Pemanasan bertujuan agar minyak mudah keluar dari sel dan Tematikan enzim serta mikroorganisme tertentu.
Pernanasan merupakan sterilisasi pendahuluan dan untuk menguapkan air serta menaikkan keenceran minyak (fluidity).
Selain itu, pemanasan juga mengakibatkan penggumpalan beberapa protein, sehingga memudahkan pemisahan lebih
lanjut dan dapat mengendapkan beberapa fosfatida yang tidak dikehendaki.

Pemanasan dilakukan dengan menggunakan ketel atau tangki pemanas yang diletakkan di atas alat pengepres. Di
dalam tangki pemanas terdapat sekat yang membagi tangki menjadi dua atau lebih ruang pemanas. Bagian luar dinding
diselubungi pipa yang diairi uap air yang akan memanasi bahan yang ada di dalamnya. masing-masing niapg pemanas
yang dipisahkan oleh sekat yang dilengkapi penyapu (sweeper) berupa plat yang berputar pada sumbu vertikal. Pada
setiap ruang pemanas terdapat lubang yang dapat mengalirkan bahan dari ruang atas ke ruang bawah. Selama
pemanasan sweeper terus berputar agar panas yang diterima bahan yang di dalamnya merata.

Proses pemanasan menggunakan suhu 70-800 C selama 15-30 menit dengan uap air. Proses pemanasan ini sangat
menentukan kualitas minyak sehingga harus hati-hati. Pemanasan yang terlalu tinggi akan menyebabkan serbuk menjadi
hangus dan minyak yang diperoleh sedikit, berwama, dan berbau hangus. Sebaliknya jika kurang panas minyak akan
banyak tertinggal di bungkil, sehingga minyak yang diperoleh sedikit.

d. Pengepresan
Pengepresan menggunakan alat seperti expeller, roller pengepresan, dan pres hidrolik. Expeller digunakan sebagai
pengepresan pendahuluan, karena pada proses ini tidak semua mendapat dikeluarkan dari bahan. Expeller berbentuk
silinder dr dalamnya terdapat ruang pres. Di dalam ruang pres terdapat sumbu yang berbentuk kones yang dapat
berputar seperti lingkaran sekrup. Adanya tekanan di antara, sekrup-sekrup mengakibatkan tekanan yang makin ke
belakang semakin kuat. Pada lubang masuk terdapat sekrup pembawa bahan dan sekrup pembawa diatur lebih cepat
dari putaran sumbu expeller. Expeler yang berbentuk kones terclapat pada ujung sumbu dan tekanannya dapat diatur
sesuai kebutuhan.

Ketika dipres bahan akan mengeluarkan minyak yang keluar melalui ruang-ruang kempa di antara sumbu utama.
Selanjutnya minyak jatuh pada tempat penampungan yang dibuat miring agar minyak mudah mengalir. Sedangkan
ampasnya akan keluar dengan adanya tekanan. Minyak hasil pengepresan expeller ini selanjutnya dimasukkan ke tempat
penyaringan bersama-sama dengan minyak hasil pengepres n sistem hidrolik.

Pres hidrolik digunakan untuk pengepresan lanjutan dari ampas yang masih mengandung minyak. Alat ini terdiri dari
dua bagian, yaitu bagian pompa hidrolik dan ruang pres. Pada bagian pompa hidrolik terdapat suatu silinder yang terletak
pada bagian bawah. Silinder memiliki alat-alat yang berfungsi sebagai penekan dan dinamakan plunger dan headplunger.
Ruang pres terletak di atas pompa hidrolik dan terdapat suatu dinding yang mempunyai celah memanjang sebagai
saluran minyak.

e. Penyaringan
Dari alat pres, selanjutnya minyak disaring untuk menghilangkan kotoran atau bahan padatan yang terikut. Alat
penyaring ini umumnya berupa filter press. Namun, bila minyak yang dihasilkan cukup kotor, maka minyak diendapkan
dahulu sebelum disaring.

Alat ini terdiri dari plat-plat berbentuk segi empat yang di antaranya plat-plat ini dihimpitkan, lubang-lubang tadi akan
membentuk saluran minyak dan pencuci (air panas). Di antara plat tersebut diletakkan kain penyaring yang terbuat dari
kain katun. Minyak akan mengalir melalui kain penyaring dengan mengendapkan kotoran-kotoran. Minyak terus keluar
melalui keran di ujung saluran clan ditampung di bak penampungan untuk proses selanjutnya.

asu

6
9~ 7
94 93

63 0 34 5 1 corong
ke luar
g2 gr gI

Keterangan:
I . sumbu utama gr,1,2,3 = roda gigi
2. kamar kempa = roda gila
gh
3. sekrup pernbawa g4 = roda payung
4. voor-eind
5. potongan-potongan sekrup
6. kones
7. ring Sumber: Makfoold, 1992

Expeller

ee Sumber: Makfoold, 1992


b

a
b

Keterangan:
d a. ruang kempa
d b. sekat-sekat kempa
c. sekat pernbalik
d. celah-celah
dd e. spie

Ruang kempa

filter cloth press-plate

8
7
10

2
-9

5 -4 i 8
A + 5w B
t-7
Ma
6

Keterangan:
1. silinder hidrolik
2. plunger 2
3. press-fluld
4. manchet
5. penahan
6. saluran melingkar 3
7. plunger head
B. dinding seicher
10. Stempel
11. blok Sumber: Makfoeld, 1992
pres h1drolik

f. Pemurnian

Proses pemurnian dilakukan karena minyak yang keluar dari hasil pengepresan masih berupa minyak kasar.
Meskipun minyak ini tampak jernih, tetapi masih mengandung zat-zat yang terlarut dalam minyak dan tidak tersaring oleh
filter. Pemurnian bertujuan menghilangkan asam-asam bebas dan lendir, sehingga minyak lebih jernih dan enak. Selain
itu, pemurnian juga dapat menghilangkan zat-zat warna yang terlarut dan menghilangkan bau yang tidak dikehendaki.
Pemurnian dilakukan dalam 3 tahap, yaitu netralisasi, bleaching, dan deodorisasi.

Netralisasi
Proses ini dilakukan dalam tangki silinder yang terbuka dan berbentuk kerucut bawahnya. Tangki dilengkapi dengan
alat pengaduk yang di sekelflingnya terdapat pipa-pipa pemanas uap air. Untuk menetralkan digunakan zat penetral
alkali, seperti kaustik soda, NaOH, atau KOH.

Ada dua cara menetralisasi, yaitu cara kering dan cara basah. Cara kering dilakukan dengan menggunakan alkali
kuat dengan suhu relatif rendah dan pengadukan cepat. Netralisasi dilakukan pada suhu 30 o C, selama 10-30 menit,
kemudian pengadukan diperlambat dan suhu dinaikkan hingga mencapai 60 o C, sehingga terbentuk campuran sebagai
emulsi minyak dan alkalinya. Selanjutnya pengadukan dihentikan dan minyak didiamkan selama beberapa jam. Saat
minyak didiamkan, akan terbentuk suatu masa kental yang disebut soap-stock.

Cara basah dilakukan dengan menggunakan alkali encer dan pada suhu yang agak tinggi 60-650 C bahkan bisa
mencapai 980 C. Setelah dilakukan pencampuran, agar soap-stok terbentuk, dilakukan pencucian dengan air hangat dan
pengendapan. Pencucian dilakukan berulang-ulang. Alkali diberikan dengan konsentrasi 20-22oBe pada suhu 60oC dan
diaduk selama 10 menit. Selanjutnya suhu dinaikkan hingga 70o C lalu pengadukan dihentikan dan campuran dibiarkan
mengendap. Selama pengendapan suhu 70o C tetap dipertahankan, kcmudian segera dilakukan pencucian. Tetapi
kadang-kadang tidak pcrlu pencucian jika akan dilakukan bleaching.

Bleaching
Bleaching berfungsi untuk menghilangkan zat warna dalam Minyak dengan adsorben (zat pengadsorbsi), seperti
karbon aktif. Proses ini dilakukan dalam tangki vakum yang bentuknya mirip tangki netralisasi dan dilengkapi dengan
alat penyaring.

Alat penyaring berfungsi untuk memisahkan zat pengardsorbsi dengan minyak. Minyak yang akan dimasukkan ke
dalam tangki bleaching hanis dipanaskan terlebih dahulu selama. 30-60 menit hingga mencapai sekitar 100o C.
Selanjutnya dilakukan pengadukan agar bahan dan adsorben bercampur dengan baik. Penyaringan menggunakan filter
press yang bertekanan 3-3,50 kg/cml.

Deodorisasi
Deodorisasi berfungsi untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan. Prosesnya dilakukan dalam tangki silinder
vertikal yang tertutup. Pada bagian bawah tangki terdapat pipa-pipa pemanas, dan di atasnya terdapat pipa uap yang
dilengkapi klep-klep yang dihubungkan dengan kondensor. Bagian dalam tangki terdapat alat yang berfungsi sebagai
penahan agar minyak tidak ikut menguap ketika dipanaskan, bentuknya seperti payung.

Pemanasan minyak dilakukan pada suhu 150-250o C, lalu dimasukkan uap air ke dalamnya dengan tekanan 2-4
kg/cm2 pada suhu 200-310o C dengan cara, penyemprotan selama 4-7 jam. Minyak yang keluar dari tangki dan setelah
mengalami proses deodorisasi selanjutnya disaring dengan suhu sekitar 50o C. Dalarn proses ini sebaiknya tidak ada
kontak langsung dengan udara luar sebab dapat menyebabkan oksidasi udara dan minyak menjadi bau. Setelah
disaring minyak dapat dimasukkan ke dalam kemasan botol atau kaleng.

TABEL 10. KANDUNGAN ASAM LEMAK PADA MINYAK KELAPA

Nama Jumlah Titik CairJumlah dalam


Atom C VC) Minyak
Asam kaproat 6 -3,4 0,&-0,8
Asam kaprilat 8 16,7 4,1-4,8
Asam koprat 10 31,6 4,5-9,7
Asam faurat 12 44,2 44,1-51,3
Asam miristat 14 54,4 13,1-18,5
Asam palmitat 16 62,9 7,5-10,5

Lanjutan Tabel 10.


Nama Jumlah Titik CairJumlah dalam
Atom C (OC) Minyak (%)
Asam stearat 18 69,6 1,0- 3,2
Asam oleat 18 16,3 5,0- ~,2
Asam lineloat 18 .5,0 1,0- 2,6

Sumber: Theme, JG., 1%8

C. Ekstraksi Minyak dengan Zat Pelarut (Solvent)


Selain dengan proses basah dan proses kering, minyak juga. dapat, diperoleh melalui cara ekstraksi dengan zat
pelarut. Kopra digiling sampai menjadi tepung, ketnudian dicampur dengan zat pelarut. Zat pelarut yang akan
dipergunakan harus mernenuhi kriteria berikut.
- Daya larutnya tinggi. Tidak meninggalkan residu beracun.
- Tidak berinteraksi secara kirnia yang dapat menghasilkan senyawa beracun, baik dengan minyak kelapa maupun
kemasannya.
- Titik didihnya rendah, panas yang spesifik, panas laten, dan spesifik gravity.
- Tidak mudah terbakar.

Zat pelarut yang dapat digunakan adalah hidrokarbon, aseton, diethyl ether, karbon disuffida, dan karbon
tetrakhlorida.
Tepung kopra yang sudah dicarnpur dengan larutan solvent didiamkan selama 40 menit lalu dialirkan ke dalam labu.
Dari labu selanjutnya zat pelarut (solvent) diuapkan dan dikondensasi, kemudian kondensat dikembalikan ke dalarn
ruangan yang berisi tepung kopra. Proses ini diulang sebanyak 15-16 kali. Terakhir solventnya diuapkan untuk
memperoleh minyak kelapa.

D. Standar Mutu
Standar mutu minyak kelapa mentah ditetapkan berdasarkan Standar Industri Indonesia dengan syarat-syarat
sebagai berikut:

kadar air maksimum 0,5%,


kotoran maksimum 0,5%,
angka jod (mg jod/g contoh) 8-10,0,
angka penyabunan 255-265,
angka peroxida (mg oksigen/g contoh) maksimum 5,0,
asam lemak bebas (asam laurat) maksimum 5%,
warna, bau normal, dan
logam berbahaya dan arsen 0

Sedangkan untuk minyak mentah yang telah mengalami pemurnian, standar mutu yang ditetapkan dalam Standar
Industri Indonesia adalah sebagai berikut :
kadar air maksimum 0,3%,
angkaperoksida (mg oksigen/g contoh) maksimum 1%,
Asam lemak bebas (asam laurat) maksimum 0,3,
Logam berbahaya (Pb, Cu, Hg, dan arsen) 0,
bau, warna, dan rasa normal, dan
minyak pelikan 0.

Anda mungkin juga menyukai