2.1 Pengertian
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam
pertama. Diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut morbiditas puerperalis.
Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi
nifas jika tidak diketemukan sebab-sebab ekstragenital.
2.2 Etiologi
2.4 Patofisiologis
Infeksi nifas setelah pervaginam terutama mengenai tempat implantasi plasenta dan
desidua serta miometrium didekatnya. Pada sebagian kasus, duh yang keluar berbau,
banyak, berdarah dan kadang-kadang berbusa. Pada kasus lain duh hanya sedikit.
Involusi uterus dapat terhambat. Potongan mikroskopis munghkin memperlihatkan
lapisan bahan nkrotik di superficial yang mengandung bakteri dan sebukan leukosit
padat.
Sewaktu persalinan, bakteri yang mengkoloni servik dan vagina memperoleh akses
ke cairan amnion, dan post partum bakteri-bakteri ini akan menginvasi jaringan
mati di tempat histerektomi. Kemudian terjadi seluletis para metrium dengan
infeksi jaringan ikat fibroareolar retroperitonium panggul. Hal ini dapat disbabkan
oleh penyebaran limfogen ogranisme dari tempat laserasi servik atau insisi/ laserasi
uterus yang terinfeksi. Proses biasanya terbatas jaringan para vagina dan jarang
meluas kedalam panggul
Perjalanan penyakit
Apabila timbul demam post partum kita harus mencurigai kemungkinan infeksi
uterus. Demnam mungkin setara dengan luas infeksi, dan apabila terbatas di
endometrium (desidua) dan miometrium superficial, kasus biasanya ringan dan
demamnya minimal. Biasanya suhu lebih dari 38 sampai 39 0C. demam dapat
disertai menggigil dan mengisyaratkan adanya bakterimia, yang terbukti yang
terjadi pada 10-20 % wanita dengan infeksi panggul setelah seksio sesaria. Denyut
nadi biasanya mengikuti kurva sushu.
Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-kadang
perih saat kencing.
Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar
38 derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka yang terinfeksi,
tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik
sampai 39-40 derajat selsius, kadang-kadang disertai menggigil.
Endometritis :
Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan
suhu.
Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
Septikemia :
Piemia :
Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan
suhu agak meningkat.
Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah
kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai
menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.
Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.
Peritonitis :
Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit
muka dingin; terdapat fasies hippocratica.
Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis
umum.
Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan
umum tidak baik.
Bisa terdapat pembentukan abses.
Selulitis pelvik :
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri
atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya
selulitis pelvika.
Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah
uterus.
Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang
mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
2.6 Prognosis
Prognosis baik bila diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya,
septikemia merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi, diikuti
peritonitis umum dan piemia.
2.7 Diagnosis
Jika fasilitas ada, lakukan pembiakan getah vagina sebelah atas dan pada infeksi
yang berat diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini untuk mengetahui
etiologi infeksi dan menentukan pengobatan antibiotik yang paling tepat.
2.9 Penatalakasanaan
1. a. Pencegahan
Masa Persalinan
– Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
– Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci
hama.
– Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus
segera diganti dengan transfusi darah.
– Masa Nifas
– Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-
alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus
steril.
Masa Kehamilan:
Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada
kehamilan tua sebaiknya dilarang.
Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga
persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma
sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dari
petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan
pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang tepat.
Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien
dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada
dalam masa nifas.
1. Penanganan umum
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa,
alamat.
2. Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.
3. Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita
penyakit yang sama.
4. Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi alat kelamin
5. Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan
seksual pada saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
6. Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang menggunakan
obat intravena; merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat stress yang tinggi.
7. Pemeriksaan fisik bagian luar,
Inspeksi :
• Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien
• Kulit dan area pubis, adakah lesi eritema, visura, lekoplakia, dan eksoria.
• Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pembengkakan ulkus,
keluaran, dan nodul.
Pemeriksaan bagian dalam,
Inspeksi :
• Serviks : ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran, dan warnanya
Palpasi :
• Raba dinding vagina : nyeri tekan dan nodula
• Serviks : posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas, dan nyeri tekan
• Uterus : ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitas.
• Ovarium : ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi, dan nyeri tekan.
B. Diagnosa keperawatan :
• Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi
• Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolisme
• Ansietas b.d perubahan status kesehatan
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1.Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses inflamasi Setelah dillukakan
tindakan selama 1x 24 jam di harapkan klien :
a.Nyeri berkurang Klien mengtakan :
• Menunjukkan ekspresi wajah rileks
• Meresa nyaman a. Kaji skala/intensitas nyeri
P: Provoking Incident
Q: Quality or Quantity of Pain
R : Region : radiation, relief
S : Severity (scale) of Pain
T : Time
b. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik
relaksasi.distraksi,relaksasi,kompres, Berikan instruksi bila perlu.
c. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
d. Pertahankan posisi semifowler sesuai indikasi a. Untuk mengetahui
tingkatan nyeri
b. relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut, yang
memperberat nyeri.
c. Metode IV sring digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek obat
d. Memudahkan drainase atau luka karena gravitasi dan membantu
meminimalkan nyeri karena gerakan
D. IMPLIMENTASI
no diagnosa impelimentasi evaluasi
1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses inflamasi
a. mengkaji skala/intensitas nyeri
P: Provoking Incident
Q: Quality or Quantity of Pain
R : Region : radiation, relief
S : Severity (scale) of Pain
T : Time
b.menganjurkan klien untuk menggunakan teknik
relaksasi.distraksi,relaksasi,kompres, Berikan instruksi bila perlu.
c. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
d. mempertahankan posisi semifowler sesuai indikasi S :
Klien Mengatakan Nyeri Berkurang
O:Klien Tampak Nyaman
A:intervensi di optimalakan
P:masalah teratasi
2 Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolisme
a. mengkaji TTV
Suhu,TD,RR.nadi
b. memantau suhu klien (derajat dan pola), perhatikan menggigil atau
diaphoresis
c. memantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi
d. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik (aspirin, asetaminofen) S:
klien mengatakan panasnya menurun
O: klien tampak rileks
A : masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
3 Ansietas b.d perubahan status kesehatan
a. mengevaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal, dan nonverbal klien.
Dorong ekspresi bebas akan emosi.
b. memberikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan S:
klien mengatakan tidak cemas
O: klien tamapk rileks
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
E. EVALUASI
no diagnosa Evaluasi
1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses inflamasi
S :Klien Mengatakan Nyeri Berkurang
O:Klien Tampak Nyaman
A:intervensi di optimalakan
P:masalah teratasi
2. Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolism
S:klien mengatakan panasnya menurun
O: klien tampak rileks
A : masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
3. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
S: klien mengatakan tidak cemas
O: klien tamapk rileks
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan