Anda di halaman 1dari 13

INFEKSI POST PARTUM

2.1 Pengertian

Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam
pertama. Diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari disebut morbiditas puerperalis.
Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi
nifas jika tidak diketemukan sebab-sebab ekstragenital.

2.2 Etiologi

Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat


persalinan adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin juga dari luar.
Biasanya lebih dari satu spesies. Kuman anaerob adalah kokus gram positif
(peptostreptokok, peptokok, bakteriodes dan clostridium). Kuman aerob adalah
berbagai macam gram positif dan E. coli. Mikoplasma dalam laporan terakhir
mungkin memegang peran penting sebagai etiologi infeksi nifas.

Penyebab Infeksi Nifas :

 Streptococcus haemolitikus aerobicus (penyebab infeksi yang berat).


 Staphylococcus aureus.
 Escherichia coli.
 Clotridium Welchii

2.3 Faktor predisposisi

Faktor predisposisi infeksi postpartum yaitu:

 Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti


perdarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi
 Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
 Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
 Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
 Anmia, higiene, kelelahan
 Proses persalinan bermasalah :

Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses


pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam
masa nifas.

Cara terjadinya infeksi

1. Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung tangan pada


pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau
alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.
2. Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-
pembantunya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas harus ditutup
dengan masker.
3. Infeksi rumah sakit (hospital infection)
4. Dalam rumah sakit banyak sekali kuman-kuman patogen berasal dari
penderita-penderita di seluruh rumah sakit. Kuman-kuman ini terbawa oleh
air, udara, alat-alat dan benda-benda rumah sakit yang sering dipakai para
penderita (handuk, kain-kain lainnya).
5. Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya, kecuali
bila ketuban sudah pecah.
6. Infeksi intrapartum, sering dijumpai pada kasus lama, partus terlantar,
ketuban pecah lama, terlalu sering periksa dalam. Gejalanya adalah demam,
dehidrasi, lekositosis, takikardi, denyut jantung janin naik, dan air ketuban
berbau serta berwarna keruh kehijauan.

2.4 Patofisiologis
Infeksi nifas setelah pervaginam terutama mengenai tempat implantasi plasenta dan
desidua serta miometrium didekatnya. Pada sebagian kasus, duh yang keluar berbau,
banyak, berdarah dan kadang-kadang berbusa. Pada kasus lain duh hanya sedikit.
Involusi uterus dapat terhambat. Potongan mikroskopis munghkin memperlihatkan
lapisan bahan nkrotik di superficial yang mengandung bakteri dan sebukan leukosit
padat.

Sewaktu persalinan, bakteri yang mengkoloni servik dan vagina memperoleh akses
ke cairan amnion, dan post partum bakteri-bakteri ini akan menginvasi jaringan
mati di tempat histerektomi. Kemudian terjadi seluletis para metrium dengan
infeksi jaringan ikat fibroareolar retroperitonium panggul. Hal ini dapat disbabkan
oleh penyebaran limfogen ogranisme dari tempat laserasi servik atau insisi/ laserasi
uterus yang terinfeksi. Proses biasanya terbatas jaringan para vagina dan jarang
meluas kedalam panggul

Perjalanan penyakit

Apabila timbul demam post partum kita harus mencurigai kemungkinan infeksi
uterus. Demnam mungkin setara dengan luas infeksi, dan apabila terbatas di
endometrium (desidua) dan miometrium superficial, kasus biasanya ringan dan
demamnya minimal. Biasanya suhu lebih dari 38 sampai 39 0C. demam dapat
disertai menggigil dan mengisyaratkan adanya bakterimia, yang terbukti yang
terjadi pada 10-20 % wanita dengan infeksi panggul setelah seksio sesaria. Denyut
nadi biasanya mengikuti kurva sushu.

Wanita yang bersangkutan biasanya mengeluh nyeri abdomen, dan pada


pemeriksaan abdomen dan bimanual di jumpai nyeri tekan tekan parametrium.
Karena nyeri insisi, nyeri tekan abdomen dan fundus uterus mungkin lebih
bermanfaat untuk memastikan diagnosis metrititis setelah perlahiran pervaginam
daripada seksio sesaria. Bahkan pada tahap awal sudah dapat timbuh duh berbau;
namun, pada banyak wanita dijumpai lokea berbau tidak enak tanpa tanda-tanda
infeksi yang lain. Sebagian infeksi dan terutama yang disebabkan oleh streptokokus
β hemolitikus grup A, sering disertai dengan lokea yang sedikit dan tidak berbau.
Lekositosis dapat berkisar dari 15000-30000 sel/μl. Rata-rata peningkatan hitung
leukosit post partum adalah 22 % (hartmann dkk.,2000). Dengan demikian, setelah
mengeksklusi kausa lain, demam merupakan criteria terpenting untuk diagnosis
metrititis post partum. Apabila proses terbatas diuterus, sushu dapat kembali ke
normal tanpa terapi antimikroba. Memang metritis local mungkin salah didiagnosis
sebagai infeksi saluran kemih, pemmbengkakan payudara, atau atelektaksisi paru.
Tanpa terapi, selulitis uterus dan panggul akan memburuk: namun, dengan terapi
antimikroba yang sesuai penyebuhan biasanya cepet terjadi.

2.5 Manifestasi klinis

Infeksi postpartum dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :

1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan


endometrium.

 Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-kadang
perih saat kencing.
 Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar
38 derajat selsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka yang terinfeksi,
tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik
sampai 39-40 derajat selsius, kadang-kadang disertai menggigil.

1. Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan


permukaan endometrium.

Endometritis :

 Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan
suhu.
 Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.

Septikemia :

 Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.


 Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat, biasanya
disertai menggigil.
 Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk, nadi
cepat (140-160 kali per menit atau lebih).
 Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.

Piemia :

 Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan
suhu agak meningkat.
 Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah
kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
 Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai
menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.
 Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.

Peritonitis :

 Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil,
perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
 Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit
muka dingin; terdapat fasies hippocratica.
 Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis
umum.
 Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan
umum tidak baik.
 Bisa terdapat pembentukan abses.

Selulitis pelvik :

 Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri
atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya
selulitis pelvika.
 Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
 Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah
uterus.
 Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang
mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
 Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.

2.6 Prognosis

Prognosis baik bila diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya,
septikemia merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi, diikuti
peritonitis umum dan piemia.

2.7 Diagnosis

Untuk penegakan diagnosa diperlukan pemeriksaan seksama. Perlu diketahui


apakah infeksi terbatas pada tempat masuknya kuman ke dalam badan atau
menjalar keluar ke tempat lain. Pasien dengan infeksi meluas tampak sakit, suhu
meningkat, kadang-kadang menggigil, nadi cepat dan keluhan lebih banyak.

Jika fasilitas ada, lakukan pembiakan getah vagina sebelah atas dan pada infeksi
yang berat diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini untuk mengetahui
etiologi infeksi dan menentukan pengobatan antibiotik yang paling tepat.

2.8 Diagnosis banding

 Radang saluran pernapasan (bronkitis, pneumonia, dan sebagainya)


 Pielonefritis
 Mastitis.

2.9 Penatalakasanaan

1. a. Pencegahan

 Masa Persalinan
– Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

– Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.

– Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci
hama.

– Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun


perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.

– Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan


penderita harus terjaga kesuci-hamaannya.

– Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus
segera diganti dengan transfusi darah.

– Masa Nifas

– Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-
alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus
steril.

– Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,


tidak bercampur dengan ibu sehat.

– Tamu yang berkunjung harus dibatasi.

 Masa Kehamilan:

Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi


dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan
dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus
pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena
dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk
dalam jalan lahir.
1. b. Pencegahan infeksi postpartum :

 Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada
kehamilan tua sebaiknya dilarang.
 Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga
persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma
sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dari
petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan
pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang tepat.
 Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien
dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada
dalam masa nifas.

1. Penanganan umum

 Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses


persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa
nifas.
 Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas.
 Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang
dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
 Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
 Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan
gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan
dengan segera.
 Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu
yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV
secukupnya.

1. d. Pengobatan secara umum


 Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka
operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang
tepat dalam pengobatan.,
 Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
 Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika
spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
 Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi
darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.

1. e. Penanganan infeksi postpartum :

 Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.


 Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila perlu,
Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
perineum.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa,
alamat.
2. Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.
3. Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita
penyakit yang sama.
4. Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi alat kelamin
5. Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan
seksual pada saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
6. Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang menggunakan
obat intravena; merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat stress yang tinggi.
7. Pemeriksaan fisik bagian luar,
Inspeksi :
• Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien
• Kulit dan area pubis, adakah lesi eritema, visura, lekoplakia, dan eksoria.
• Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pembengkakan ulkus,
keluaran, dan nodul.
Pemeriksaan bagian dalam,
Inspeksi :
• Serviks : ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran, dan warnanya
Palpasi :
• Raba dinding vagina : nyeri tekan dan nodula
• Serviks : posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas, dan nyeri tekan
• Uterus : ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitas.
• Ovarium : ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi, dan nyeri tekan.

B. Diagnosa keperawatan :
• Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi
• Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolisme
• Ansietas b.d perubahan status kesehatan

C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1.Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses inflamasi Setelah dillukakan
tindakan selama 1x 24 jam di harapkan klien :
a.Nyeri berkurang Klien mengtakan :
• Menunjukkan ekspresi wajah rileks
• Meresa nyaman a. Kaji skala/intensitas nyeri
P: Provoking Incident
Q: Quality or Quantity of Pain
R : Region : radiation, relief
S : Severity (scale) of Pain
T : Time
b. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik
relaksasi.distraksi,relaksasi,kompres, Berikan instruksi bila perlu.
c. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
d. Pertahankan posisi semifowler sesuai indikasi a. Untuk mengetahui
tingkatan nyeri
b. relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut, yang
memperberat nyeri.
c. Metode IV sring digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek obat
d. Memudahkan drainase atau luka karena gravitasi dan membantu
meminimalkan nyeri karena gerakan

2.Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolisme


a.Setelah dilakukan tindakan selama 1x 24 jam diharapakaSuhu tubuh klien
dalam batas normal Klien tamapak :
• Tidak mengalami komplikasi
• Suhu tubuh normal 36-37o c a. Kaji TTV
Suhu,TD,RR.nadi
b. Pantau suhu klien (derajat dan pola), perhatikan menggigil atau diaphoresis
c. Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi
d. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik (aspirin, asetaminofen) a. untuk
mengtahui keadaan umum klien
e. Suhu 38,90- 41, 10C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola
demam dapat membentu dalam diagnosis, misalnya kurva demam lanjut
berakhir lebih dari 24jam menunjukkan pneumonia pneumokokal.
f. Suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal
g. Untuk mempermudah dalam pembirian tindakan

3 Ansietas b.d perubahan status kesehatan


a.setelah dilkukan tindakan selama 1x 24 jam klien tampkan rileks Klien
tampak:
• Kesadaran terhadap perasaan, dam cara yang sehat untuk menghadapi
masalah
• Kecamasan klin berkurang
• Klien tidak tampak sedih
• Klien tampak rileks a. Evaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal, dan
nonverbal klien. Dorong ekspresi bebas akan emosi.
b. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan a.
Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat, meningkatkan perasaan sakit,
penting pada prosedur diagnostic dan kemungkinan pembedahan
c. Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas.

D. IMPLIMENTASI
no diagnosa impelimentasi evaluasi
1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses inflamasi
a. mengkaji skala/intensitas nyeri
P: Provoking Incident
Q: Quality or Quantity of Pain
R : Region : radiation, relief
S : Severity (scale) of Pain
T : Time
b.menganjurkan klien untuk menggunakan teknik
relaksasi.distraksi,relaksasi,kompres, Berikan instruksi bila perlu.
c. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
d. mempertahankan posisi semifowler sesuai indikasi S :
Klien Mengatakan Nyeri Berkurang
O:Klien Tampak Nyaman
A:intervensi di optimalakan
P:masalah teratasi
2 Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolisme
a. mengkaji TTV
Suhu,TD,RR.nadi
b. memantau suhu klien (derajat dan pola), perhatikan menggigil atau
diaphoresis
c. memantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi
d. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik (aspirin, asetaminofen) S:
klien mengatakan panasnya menurun
O: klien tampak rileks
A : masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
3 Ansietas b.d perubahan status kesehatan
a. mengevaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal, dan nonverbal klien.
Dorong ekspresi bebas akan emosi.
b. memberikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan S:
klien mengatakan tidak cemas
O: klien tamapk rileks
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan

E. EVALUASI
no diagnosa Evaluasi
1 Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses inflamasi
S :Klien Mengatakan Nyeri Berkurang
O:Klien Tampak Nyaman
A:intervensi di optimalakan
P:masalah teratasi
2. Hipertermi b.d peningkatan tingkat metabolism
S:klien mengatakan panasnya menurun
O: klien tampak rileks
A : masalah teratasi
P: intervensi di hentikan
3. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
S: klien mengatakan tidak cemas
O: klien tamapk rileks
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan

Anda mungkin juga menyukai