Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ASKEB IV

DISTOSIA KELAINAN ALAT KANDUNGAN

VULVA, VAGINA, UTERUS/SERVIKS

OLEH : KELOMPOK 3 KELAS II B

DITA PRADIPTA ANGGRAINI

DOSEN PEMBIMBING : DESI ANDRIANI.S,SiT

PRODI D III KEBIDANAN

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TA 2013/2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada kita semua, sehingga dengan izin-Nya saya dapat menyelesaikan
pembuatan makalah askeb IV ini yang membahas tentang : distosia kelainan alat
kandungan vulva, vagina & uterus/serviks.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah askeb IV dalam
pelaksanaan proses belajar-mengajar di kampus.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Bukittinggi, 2 September 2014

Hormat saya

Dita Pradipta Anggraini

i
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ............................................................................................... i

Daftar Isi......................................................................................................... ii

BAB I : Pendahuluan ..................................................................................... 1

1.1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1


1.1.2 Tujuan..................................................................................... 1
1.1.2.1 Tujuan Umum ............................................................. 1
1.1.2.2 Tujuan Khusus ............................................................ 1

BAB II : Tinjauan Teoritis ............................................................................. 2

2.1 Pengertian .................................................................................... 2


2.2 Distosia kelainan vulva ................................................................ 2
2.3 Distosia kelainan vagina .............................................................. 12
2.4 Distosia kelainan uterus ............................................................... 14
2.5 Distosia kelainan serviks.............................................................. 19
BAB III : Penutup .......................................................................................... 20
4.1 Kesimpulan .................................................................................. 20
4.2 Kritik dan Saran ........................................................................... 20
Daftar Pustaka ................................................................................................ iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tahun 2007, angka pelahiran caesar sebanyak 31,8 % angka tertinggi yang
pernah dilaporkan untuk Amerika Serikat (Hamilton dkk, 2009). Berdasarkan American
College of Obstetricians and Gynecologists (2003), sekitar 60% pelahiran caesar primer
diakibatkan oleh diagnosis distosia. Roy (2003) menganggap bahwa frekuensi yang
tinggi ini sebagai akibat dari perubahan lingkungan yang berkembang jauh lebih cepat
daripada seleksi alam menurut Darwin. Manusia beradaptasi dengan buruk terhadap
banyaknya makanan modern, dan salah satu akibatnya adalah distosia.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memahami mengenai distosia kelainan alat kandungan pada vulva, vagina
dan uterus/serviks.
1.2.2 tujuan Khusus
1. Memahami pengertian distosia kelainan alat kandungan pada vulva, vagina
dan uterus/serviks.
2. Memahami macam-macam distosia kelainan alat kandungan pada vulva,
vagina dan uterus/serviks.
3. Memahami penatalaksanaan distosia kelainan alat kandungan pada vulva,
vagina dan uterus/serviks.

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian
Secara harfiah distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai dengan kemajuan
persalinan yang lambat. Keadaan ini diakibatkan empat abnormalitas berbeda, yang
dapat terjadi satu demi satu atau dalam kombinasi :
1. Abnormalitas kekuatan mendorong. Kontraksi uterus yang tidak cukup kuat
atau koordinasi yang tidak tepat untuk penipisan dan dilatasi serviks-
disfungsi uterus. Mungkin juga usaha otot volunter ibu yang tidak kuat
selama persalinan kala II.
2. Abnormalitas presentasi, posisi atau perkembangan janin.
3. Abnormalitas tulang panggul ibu yaitu kontraksi pelvis.
4. Abnormalitas jaringan lunak saluran reproduksi yang menjadi hambatan
untuk penurunan janin.

Yang lebih sederhana, abnormalitas ini dapat diringkas berdasarkan mekanismenya


menjadi tiga kategori yang meliputi abnormalitas dari : powers-kontraktilitas uterus dan
usaha mendorong ibu, passenger-janin dan passage-pelvis. (Cunningham : 484).

2.2 Distosia Kelainan Vulva


Kelainan yang bisa menyebabkan distosia ialah oedema vulva, kelainan bawaan,
varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata, fistula dan vulvitis diabetika.

1. Oedema Vulva.
 Pengertian
Edema (oedema) vulva adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan
abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar
dan rongga-rongga badan) pada vulva.

2
 Penyebab
Edema bisa timbul pada waktu kehamilan. Biasanya sebagai gejala pre eklamsi
akan tetapi dapat pula timbul karena sebab lain misalnya gangguan gizi atau
malnutrisi atau pada persalinan yang lama. Edema dapat juga terjadi pada
persalinan dengan dispoporsi sefalopelvik atau wanita mengejan terlampau
lama (terus menerus), sedangkan kepala belum cukup turun. Hal itu
mempersulit pemeriksaan dalam dan menghambat kemajuan persalinan yang
akhirnya dapat menimbulkan kerusakan luas pada jalan lahir.

 Diagnosa

Diagnosa Subjektif

Ibu mengatakan terjadi pembengkakan pada alat kelaminnya (vulva),sehingga


timbul ketidaknyamanan pada ibu,bengkak tidak hilang setelah beristirahat,
bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat,
pandangan mata kabur

Diagnosa Objectif
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menginspeksi adanya pembengkakan pada
daerah vulva

 Penatalaksanaan
a. Istirahat cukup
b. Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung
protein dan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat serta
lemak.
c. Kalau keadaan memburuk,kemungkinan dokter akan mempertimbangkan
untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan ibu dan bayi

3
2. Kelainan Bawaan (Stenosis Vulva)
 Pengertian
Stenosis vulva merupakan kelainan congenital pada vulva yang menutup sama
sekali, atau dapat pula terjadi hanya orifisium uretra eksternum saja yang
nampak/ penyempitan vulva/vagina atau akibat perlengketan dan parut karena
peradangan atau perlukaan pada persalinan yang lalu.
 Penyebab
Biasanya terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan
ulkus-ulkus yang sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulkan
kesulitan.
 Diagnosa
Diagnosa Subjectif
Nyeri pada daerah vulva
Diagnosa Objectif
Inspeksi : Adanya penutupan pada daerah vulva,ataupun hanya terlihat bagian
orifisium uretra eksternum saja
 Penatalaksanaan
Walaupun umumnya dapat diatasi dengan mengadakan episiotomi yang cukup
luas namun penanganan dengan sayatan median secukupnya untuk melahirkan
kepala juga dapat dilakukan.Dan biasa tindakan persalinan dengan operasi
merupakan pilihan utama.

4
3. Varises
 Pengertian
Pelebaran pembuluh darah vena yang terjadi pada vulva. Selain kelihatan kurang baik
pelebaran pembuluh darah ini dapat merupakan sumber perdarahan potensial pada
waktu hamil maupun persalinan. Kejadian varises ini makin meningkat pada
kehamilan makin tinggi dan segera akan menghilang atau berkurang setelah
persalinan.

 Penyebab
 Hal ini karena reaksi system vena pembuluh darah, seperti otot-otot di
tempat lain melemah akibat hormone estrogen. Penyebab utama varises
adalah lemah/rusaknya katup pembuluh vena. Pada pembuluh vena
terdapat katup – katup yang berfungsi untuk menahan agar darah tidak
turun/bergerak mundur. Dengan adanya katup pada pembuluh vena
menyebabkan darah akan terus mengalir ke arah jantung. Katup yang
rusak atau lemah akan membuat darah bergerak mundur yang
mengakibatkan darah berkumpul di dalam dan menyebabkan gumpalan
yang mengganggu aliran darah yang disebut sebagai varises.
 Karena factor heriditer

Bahaya dalam kehamilan dan persalinan adalah :


 Bila pecah akan terjadi perdarahan sedikit/banyak
 Bila pecah dapat pula terjadi emboli udara dan bisa berakibat fatal

 Diagnosa
Diagnosa Subjectif
Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina,
vulva dan terjadi wasir.
Diagnosa Objectif
Inspeksi : Pembuluh darah vena akan menonjol di permukaan kulit yang
berwarna ungu atau biru gelap biasa tampak seperti tali sepatu, Jika varises
sudah kronik maka akan tampak pembuluh darah vena yang menyerupai jaring
laba – laba (spider navy).

5
 Penatalaksanaan
 Kurangi konsumsi garam dan makan yang mengandung kolesterol
tinggi.
 Perbanyak konsumsi sayuran dan buah berserat tinggi dan makanan yang
dapat merangsang sirkulasi darah, seperti bawang merah, bawang putih,
bawang bombay, jahe dan cabai merah. Juga makanan yang kaya dengan
vitamin B kompleks, vit C, vit E, vit B6, magnesium, asam folat,
kalsium dan zinc seperti gandum dan kacang kedelai (susu kedelai).
 Perbanyak makanan dan minuman yang mengandung antioksidan tinggi
seperti sayur – sayuran hijau, buah apel, wortel dan jeruk. Dianjurkan
minum susu kedelai karena mengandung tinggi flavonoid yang
mengandung antioksidan, vitamin B kompleks, vit C, vit E, vit B6,
magnesium, asam folat, kalsium dan zinc yang sangat bermanfaat untuk
mencegah dan membantu pemulihan pembuluh darah vena.
 Jangan berdiri atau duduk terlalu lama. Jika pekerjaan anda dituntut
untuk berdiri lama maka usahakan tidak diam namun sekali – sekali anda
berjalan agar otot anda tidak statis (diam) dan sekali – kali anda duduk
istirahat.
 Pada saat tidur, tinggikan kaki anda, lebih tinggi dari posisi pinggul atau
jantung anda. Posisi kaki yang lebih tinggi dari jantung akan
memudahkan aliran darah vena kembali ke jantung.
 Jangan memakai ikat pinggang terlampau kencang (ketat)
 Jalan-jalan dan senam hamil untuk memperlancar peredaran darah
 Dapat diberikan obat-obatan : Venosan,Glyvenol,Venoruton,dan
Varemoid.
 Dengan beberapa pertimbangan pada kasus dengan varises vulva
maupun vagina yang besar dapat dianjurkan persalinan dengan seksio
sesarea.
 Dan untuk wanita hamil dengan keluhan wasir untuk sementara dapat
diatasi dengan pengobatan sampai persalinan berlangsung.Setelah
persalinan berakhir,keluhan wasir berkurang sampai menghilang dan
tidak memerlukan tindakan lain.

6
4. Hematoma
 Pengertian
Pecahnya pembuluh darah vena yang menyebabkan perdarahan, yang dapat
terjadi saat kehamilan berlangsung atau yang lebih sering pada persalinan.
Hematoma vulva dan vagina dapat besar, disertai bekuan darah bahkan
perdarahan yang masih aktif.

 Penyebab
 Hematoma vulva disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang
mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama.
 Kumpulan darah diluar pembuluh darah terjadi karena dinding pembuluh
darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor
kedalam jaringan-jaringan dimana tidak pada tempatnya.
Pembuluh darah yang pecah menyebabkan hematoma dijaringan ikat
menjadi renggang, di sekitar vulva atau ligamentum latum.
 Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma(diluar persalinan)
misalnya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus kasar.

 Diagnosa
Diagnosa Subyektif
 Hematoma vulva mudah didiagnosis dengan adanya rasa nyeri perineum
yang hebat dan tumbuh infeksi yang menyeluruh dengan ukuran yang
bervariasi
 Adanya keputihan yang berlangsung lama dan perdarahan uterus yang
tidak teratur atau berlebihan yang disebabkan oleh jaringan yang melapisi
gumpalan hematoma dapat menghilang karena mengalami nekrosis akibat
penekanan,sehingga terjadi perdarahan yang banyak.

Diagnosa Obyektif
Inspeksi : pada kehamilan uterus akan teraba lebih besar
Palpasi : pada kehamilan uterus lebih lunak daripada keadaan
normalnya

7
 Penatalaksaan
 Hematoma yang besar harus dilakukan eksisi untuk mengeluarkan bekuan
darah dan mengikat pembuluh darah yang pecah
 Bila hematoma kecil resorbsi sendiri,
 Hematoma yang terjadi pada pertolongan persalinan saat ini sudah jarang
terjadi apalagi kehamilan grandemultipara sangat kurang.Bidan yang
dalam pertolongan persalinan menghadapi hematoma sebaiknya
mengirimkan penderita ke tempat yang dapat memberikan pertolongan
yang adekuat.

5. Peradangan
 Pengertian
Peradangan pada vulva biasa disebut dengan vulvitis

 Penyebab
 Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina
 Dapat terjadi akibat infeksi spesifik, seperti sifilis, gonorea, trikomoniasis.
 Dapat terjadi akibat infeksi non spesifik seperti : eksema, pruritus vulvae,
skabie, pedikulus pubis, bartholinitis.

 Diagnosa
Diagnosa subjectif
 Mengeluh adanya keputihan (four albus)
 Demam
 Pada sifilis stadium II di jumpai kondiloma lata
Diagnosa Objectif
Inpeksi : adanya keputihan dan infeksi pada vulva

 Penatalaksanaan
 Pada kehamilan, peradangan tersebut harus diobati. Obat yang diberikan
harus dipikirkan apakah mempunyai efek buruk terhadap anak terutama
dalam proses pertumbuhan organogenensis.

8
 Dalam pertolongan persalinan menghadapi peradangan sebaiknya
mengirimkan penderita ke tempat yang dapat memberikan pertolongan
yang adekuat.

6. Kondiloma Akuminata
 Pengertian
Merupakan pertumbuhan pada kulit selaput lendir yang menyerupai jengger
ayam jago. Berlainan dengan kondiloma latum: permukaan kasar papiler,
tonjolan lebih tinggi, warnaya lebih gelap. Kondiloma akuminata berbentuk
seperti kembang kumis atau cauliflower dengan ditengahnya jaringan ikat
dan ditutup terutama bagian atas oleh epitel dengan hyperkeratosis. Penyakit
terdapat dalam bentuk kecil dan besar, sendirian atau dalam suatu kelompok.
Lokasinya ialah pada berbagai bagian vulva, pada perineum, pada daerah
perianal, pada vagina dan serviks uteri. Dalam hal-hal yang terakhir ini
terdapat leukorea.

 Penyebab
Kondiloma Akuminata disebabkan oleh suatu jenis virus yang banyak
persamaanya dengan penyebab veruka vulgaris. Adanya leukorea oleh sebab
lain mempermudah tumbuhnya virus dan kondiloma akuminata. Kelainan ini
juga lebih sering ditemukan pada kehamilan karena lebih banyak
vaskularisasi dan cairan pada jaringan.

9
 Diagnosa
Diagnosa Subjectif
Mengeluh mengalami keputihan
Diagnose Objectif
Umumnya diagnosis Kondiloma Akuminata tidak sukar dibuat dan dapat
dibedakan dari kondilomata lata, satu manifestasi dari sifilis.

 Penatalaksanaan
 Kondiloma Akuminata yang kecil dapat disembuhkan dengan larutan 10%
podofili dalam gliseril atau dalam alcohol. Pada waktu pengobatan daerah
sekitarnya harus dilindungi dengan vaselin, dan setelah beberapa jam
tempat pengobatan harus dicuci dengan air dan sabun.
 Pada Kondiloma Akuminata yang luas, terapinya terdiri atas pengangkatan
dengan pembedahan atau kauterisasi. Untuk mencegah timbulnya residif,
harus diusahakan kebersihan pada tempat bekas Kondiloma Akuminata, dan
leukoria harus diobati. Sebaiknya diobati sebelum bersalin, banyak penulis
menganjurkan insisi dengan elektrocavter atau dengan tingtura podofilin.

7. Fistula
 Pengertian
Kejadian fistula ini sudah jarang dijumpai karena persalinan kasep yang makin
jarang terjadi. Fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal biasanya terjadi
pada waktu bersalin baik sebagai tindakan operatif maupun akibat nekrosis
tekanan.

10
 Penyebab
Akibat tekanan langsung jaringan lunak antara kepala janin yang telah berada
di dasar panggul dengan jalan lahir tulang. Tekanan lama antara kepala dan
tulang panggul, menyebabkan gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian
jaringan local dalam 5-10 hari lepas dan terjadi lubang. Akibatnya terjadi
inkotenensia alvi. Oleh karena itu, setelah melakukan pertolongan persalinan
kasep perlu dilakukan eksplorasi untuk mencari kemungkinan robekan jalan
lahir yang dapat menjadi fistula.

 Penatalaksaan
 Fistula kecil yang tidak disertai infeksi dapat sembuh dengan sendirinya.
Fistula yang sudah tertutup merupakan kontra indikasi per vaginam.
 Untuk menghindari terjadinya fistula postpartum,selalu di pasang daure
kateter sehingga vaskularisasi jaringan yang tertekan membaik dan
terhindar dari nekrosis dan fistula.
 Operasi rekonstruksi fistula sulit dan keberhasilannya belum memuaskan.
 Untuk mengurangi kejadian fistula maka persalinan harus telah dirujuk
pada saat mencapai garis waspada,sehinggan dapat dilakukan tindakan
tepat dan cepat untuk dapat menurunkan morbilitas dan mortalitas.

11
2.3 Distosia Kelainan Vagina
Kelainan yang dapat menyebabkan distosia adalah :
1. Kelainan Vagina (Aplasia vagina)
 Pengertian
Pada aplasia vagina, diintroitus vagina terdapat cekungan yang agak dangkal
atau yang agak dalam.

 Penyebab
Kelainan congenital, atau pertumbuhan atau pembentukan organ janin yang
tidak sempurna di dalam kandungan pada masa kehamilan

 Penatalaksanaan
Terapi terdiri atas pembuatan vagina baru, beberapa metode sudah
dikembangkan untuk keperluan itu, operasi ini sebaiknya pada saat wanita
bersangkutan akan menikah. Dengan demikian vagina dapat digunakan dan
dapat dicegah bahwa vagina buatan dapat menyempit.

2. Stenosis Vagina Kongenital


 Pengertian
Jarang terdapat , lebih sering ditemukan septum vagina yang memisahkan
vagina secara lengkap atau tidak lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri.
Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina
yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya janin.
Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada
persalinan dan harus dipotong dahulu.

12
 Penyebab
Stenosis dapat terjadi karena parut-parut akibat perlukaan dan radang. Pada
stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan dan merupakan halangan
untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan seksio ceaserea.

3. Tumor Vagina
Dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janin per vaginam, adanya tumor
vagina bisa pula menyebabkan persalinan per vaginam dianggap mengandung
terlampau banyak resiko. Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu
dipertimbangkan apakah persalinan dapat berlangsung secara per vaginam atau
diselesaikan dengan seksio sesar.

13
4. Kista Vagina
 Penyebab
Kista vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateral
dalam vagina bagian proximal, ditengah, distal di bawah orifisium urethra
eksterna. Bisa berukuran kecil dan besar sehingga bukan saja mengganggu
pertumbuhan namun dapat pula menyukarkan persalinan.

 Penatalaksanaan
 Kehamilan muda : diekstirpasi setelah kehamilan 3-4 bulan
 Dalam persalinan : jika kecil maka tidak menghalangi turunnya
kepala, tidak mengganggu persalinan. Bila besar dan menghalangi
turunnya kepala untuk mengecilkannya dilakukan aspirasi cairan tumor.

2.4 Distosia Kelainan Uterus


1. Retroflexio Uteri
 Pengertian
Adalah uterus hamil yang semakin lama semakin besar terkurung dalam
rongga panggul, tidak dapat keluar memasuki rongga perut. Kehamilan pada
retrofleksi uteri tidak banyak dijumpai karena kemampuan mobilisasi uterus
selama hamil dan melepaskan diri dari ruangan pelvis minor. Jarang sekali
kehamilan pada uterus dalam retroflexio mencapai umur cukup

 Penyebab
Terkurung uterus,mungkin uterus retrofleksi,tertahan karena adanya
perlekatan-perlekatan atau oleh sebab lain yang tidak diketahui (fiksata).
Terdapat kemungkinan dari nasib kehamilannya :
a. Koreksi spontan : dimana pada kehamilan 3 bulan korpus dan fundus
naik masuk kedalam rongga perut.
b. Abortus : hasil konsepsi terhenti berkembang dan keluar, karena
sirkulasi terganggu.
c. Koreksi tidak sempurna : dimana bagian yang melekat tetap tertinggal
sedangkan bagian uterus yang hamil naik masuk ke dalam rongga perut

14
disebut retrofleksia uteri gravidi partialis. Nasib kehamilan selanjutnya
bisa abortus, partus prematurus, terjadi kesalahan letak dan bersalin biasa.

 Diagnosa
Diagnosa Subjectif
Adanya gangguan miksi, defekasi rasa sakit dan penuh di dalam rongga
panggul. Keluhan muncul pada UK di atas 16 minggu,dimana uterus mengisi
rongga panggul.

 Penatalaksanaan
 Salah satu penanganan yang masih dianjurkan adalah melakukan tidur
dengan kedudukan dada-kaki beberapa waktu dengan harapan agar
retrofleksi uteri gravidi dapat lepas dari ruangan pelvis minor. Disamping
itu dapat pula dilepaskan dengan kedudukan tidur dada-kaki dan
mendorong uterus gravidus keluar dari ruangan pelvis minor.
 Bila tidak terjadi perlekatan dapat dilakukan :
a. Reposisi digital jika perlu dalam narkosa
b. Koreksi dengan posisi genu-pektoral selama 3 x 15 perhari atau
langsung dikoreksi melalui vagina dengan 2 jari mendorong korpus
uteri kearah atas keluar rongga panggul
c. Posisi trendelenberg dan istirahat
d. Reposisi operatif.

15
2. Prolapsus Uteri
 Pengertian
Prolapsus uteri atau turunnya uterus dapat dibagi menjadi 3 tingkat :
a. Tingkat I : Uterus turun dengan serviks uteri sampai introitus
vagina
b. Tingkat II : Sebagian uterus keluar dari vagina
c. Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina dengan inversion
vaginae.
Biasanya prolapsus uteri yang inkomplit berkurang karena setelah bulan ke IV
uterus naik dan keluar dari rongga panggul kecil. Tetapi ada kalanya portio ini
menjadi oedemateus. Kadang-kadang disertai pula dengan sistokel dan
rektokel.

 Penyebab
 Terjadi karena kelemahan ligament endopelvik terutama ligamentum
tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiopoli
disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokele. Pada keadaan
ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang
kerenggangannya
 Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.
 Persalinan lama dan sulit:
a. Meneran sebelum pembukaan lengkap
b. Laserasi dinding vagina bawah pada kala 2
c. Penatalaksaan pengeluaran plasenta
d. Reparasi otot-otot dasar panggul yang tidak baik
 Pada menopause
Karena hormon estrogen telah berkurang sehingga otot dasar panggul
menjadi melemah.

 Diagnosa
Diagnosa Subjektif
 Pasien biasanya merasa adanya suatu benda yang mengganjal atau
menonjol di genetalia eksterna

16
 Rasa sakit dipanggul dan pinggang(backache).Biasanya jika penderita
berbaring keluhan menjadi berkurang.
 Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a. Kencing sering dan sedikit-sedikit ,mula-mula pada siang hari
kemudian bila lebih berat pada malam hari.
b. Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan
sepenuhnya.
c. Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing ketika
batuk,mengejan.
 Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:
a. Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga rektokel
b. Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel dari
vagina
 Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut :
a. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu
berjalan dan bekerja.Gesekan porsio uteri oleh celana
menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada porsio uteri.
b. Leukhorea karean kongesti pembuluh darah didaerah serviks dan
karena infeksi serta luka pada porsio uteri.
 Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan
rasa penuh di vagina.

Diagnosa Objectif
 Penderita dalam posisi jongkok disuruh mengejan dan ditentukan
dengan pemeriksaan dengan jari.Apakah porsio uteri pada posisi
normal tau porsio sampai introitus vagina atau apakah serviks uteri
sudah keluar dari vagina.Selanjutnya penderita diminta berbaring
dengan posisi litotomi ditentukan pula panjangnya servik uteri.Servik
uteri yang lebih panjang dari biasa dinamakan elongasio kolli.
 Pada sistokel dijumpai didinding vagina depan benjolan kistik lembek
dan tidak nyeri tekan.Benjolan ini bertambah besar jika penderita
mengejan.Jika dimasukkan kedalam kandung kencing kateter

17
logam,kateter itu diarahkan kedalam sistokel dapat diraba kateter
tersebut dekat sekali pada dinding vagina.
 Menegakkan diagnose rektokel mudah yaitu menonjolnya rectum
kelumen vagina sepertiga bagian bawah.Penonjolan ini berbentuk
lonjong,memanjang dari proksimal ke distal ,kistik dan tidak
nyeri.Untuk memastikan diagnosis jari dimasukkan kedalam rectum
dan selanjutnya dapat diraba dinding rektokel yang menonjol ke
lumen vagina.

 Penatalaksaan
Indikasi melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa
factor seperti umur penderita,keinginannya untuk mendapatkan anak atau
untuk mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan.

3. Kelainan Bawaan Uterus


 Pengertian
Secara embriologis uterus, vagina, servik dibentuk dari kedua duktus muller
yang dalam pertumbuhan mudigah mengalami proses penyatuan.

 Penyebab
Kelainan bawaan dapat terjadi akibat gangguan dalam penyatuan, dalam
berkembangnya kedua saluran muller dan dalam kanalisasi. Uterus didelfis
atau uterus duplek terjadi apabila kedua saluran muller berkembang sendiri-
sendiri tanpa penyatuan sedikitpun sehingga terdapat 2 saluran telur, 2 serviks,
dan 2 vagina. Uterus subseptus terdiri atas 1 korpus uteri dengan septum yang
18
tidak lengkap, 1 serviks, 1 vagina, cavum uteri kanan dan kiri terpisah secara
tidak lengkap. Uterus arkuatus hanya mempunyai cekungan di fundus uteri.
Kelainan ini paling ringan dan sering dijumpai. Uterus birkornis unilateral.
Radi mentarius terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat handuk lain.
Uterus unikornis terdiri atas 1 uterus, 1 serviks yang berkembang dari satu
saluran kanan dan kiri. Kelainan ini dapat menyebabkan abortus, kehamilan
ektopik dan kelainan letak janin.

 Penatalaksanaan
Tindakan operatif.

2.5 Distosia Kelainan Serviks


Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan ialah
1. Distosia Servikalis
 Penyebab
Karena dysfunctional uterine action atau karena parut pada serviks uteri. Kala
I serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga
merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin.

 Diagnosis
Diagnosa Objectif
Dibuat dengan menemukan lubang kecil yakni ostium uteri eksternum
ditengah-tengah lapisan tipis atau disebut dengan konglutinasio orifisii
eksterni bila ujung dimasukkan ke orifisium,ini biasanya serviks yang kaku
pada primi tua sebagai akibat infeksi atau operasi.

 Penatalaksanaan
Merujuk untuk dilakukan tindakan operatif

19
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Secara harfiah distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai dengan kemajuan
persalinan yang lambat. Keadaan ini diakibatkan empat abnormalitas berbeda, yang
dapat terjadi satu demi satu atau dalam kombinasi :
1. Abnormalitas kekuatan mendorong. Kontraksi uterus yang tidak cukup kuat
atau koordinasi yang tidak tepat untuk penipisan dan dilatasi serviks-disfungsi
uterus. Mungkin juga usaha otot volunter ibu yang tidak kuat selama
persalinan kala II.
2. Abnormalitas presentasi, posisi atau perkembangan janin.
3. Abnormalitas tulang panggul ibu yaitu kontraksi pelvis.
4. Abnormalitas jaringan lunak saluran reproduksi yang menjadi hambatan untuk
penurunan janin.

1.2 Kritik & Saran

Saya sebagai penulis mengharapkan, semoga dengan makalah ini, pembaca lebih giat
dan mau berperan aktif dalam memperhatikan keadaan alat reproduksi, tidak
menganggap gangguan-gangguan atau keluhan yang ada sebagai hal sepele. Jika ibu,
keluarga ataupun siapapun yang mengetahui ada keabnormalan pada alat reproduksi
ibu hamil ataupun perempuan, maka secepatnya dibawa atau dirujuk ke petugas
kesehatan, yaitu bidan ataupun dokter.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obgyn Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981. Obsteri Patologi. Bandung
: Ellstar Offset

Cuningham, Leveno, dkk. 2013. Obstetri William Volume 1. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Diane M. Fraser, Margaret A. Cooper. 2011. Myles, Buku jar Bidan Edisi 14. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

iii

Anda mungkin juga menyukai