Anda di halaman 1dari 3

Strategi Penghematan Pajak Melalui Pemilihan Bentuk Usaha

 Perseroan Terbatas

Adalah salah satu bentuk badan hukum entitas bisnis yang banyak digunakan di
Indonesia, yang didirikan dengan dasar hukum UU No. 40 tahun 2017 yang mengatur bahwa
perbedaan terbesar antara PT dengan badan hukum lainnya adalah, dalam PT tanggung jawab
perusahaan dibebankan kepada Direksi, bukan kepada Pemegang Saham. Hal ini berarti selama
pemegang saham tidak merangkap sebagai pengurus, maka pemegang saham tidak dapat
dimintai pertanggung jawaban terhadap tindakan operasional perusahaan oleh pihak manapun.

Dalam ketentuan perpajakan, sesuai dengan pasal 17 UU No. 7 tahun 1983 yang diubah
terakhir kali dengan UU No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan, pengenaan pajak PT
dikenakan pada level net income sebelum pembagian deviden perusahaan kepada pemegang
saham.

Ilustrasi perhitungan pajak perseroan(PT) dapat dilihat sebagai berikut:

Inccome tahun 2013 Rp 60.000.000.000


COGS Rp 58.800.000.000
Gross Income Rp 1.200.000.000
Operational Expenses Rp 500.000.000
Net Income before Tax Rp 700.000.000
Corporate Tax (PPh badan) 25% Rp 175.000.000
Net Income after Tax Rp 525.000.000
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai deviden maka atas
pembagian tersebut akan dikenakan pajak lagi sebesar 10% (PPh Final untuk WPOP), sebagai
berukut”

Net Income before Tax Rp 700.000.000


Corporate Tax (PPh badan) 25% Rp 175.000.000
Net Income after Tax Rp 525.000.000
Pajak atas Devidend 10%(PPh Final) Rp 52.500.000
Return yang diterima pemegang saham Rp 472.500.000
% Beban Pajak (total tax/net income) (Rp 175.000.000 + Rp 52.500.000) : Rp
700.000.000 x 100% = 32.5%
Dengan demikian, secara total investor WPOP akan terbebani pajak keuntngan yang
diperoleh dari badan usaha PT tersebut sebesar 32.5%
 Persekutuan (CV, Firma, Kongsi)

Persekutuan diataur dengan Wetboek Van Koophandel Voor Indonesia atau dikenal
dengan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD). Perbedaan Persekutuan dengan PT
adalah terletak pada tanggung jawab perseronya (Shareholder/pemegang saham. Pasal 18 dan 19
buku 1 KUHD mengatur tanggung jawab renteng pemulik/persero terhadap semua operasional
ataupun tuntutan dari pihak lain apabila terjadi suatu perkara.

Pengaturan pajak CV diatur dalam pasal 6 dan pasal 4 ayat 3 huruf I Undang-undang
PPh. Berbeda dengan PT, pengenaan pajak CV hanya dikenakan sekali pada level net income
perseroan. Ketika didistribusikan kepada pemegang saham tidak dikenakan pajak deviden lagi.
kita lihat ilustrasi berikut ini sesuai dengan data-data keuangan PT diatas.

Inccome tahun 2013 Rp 60.000.000.000


COGS Rp 58.800.000.000
Gross Income Rp 1.200.000.000
Operational Expenses Rp 500.000.000
Net Income before Tax Rp 700.000.000
Corporate Tax (PPh badan) 25% Rp 175.000.000
Net Income after Tax Rp 525.000.000
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai dividen, maka atas
pembagian tersebut tidak akan dikenai pajak lagi sebagai berikut:

Net Income before Tax Rp 700.000.000


Corporate Tax (PPh badan) 25% Rp 175.000.000
Net Income after Tax Rp 525.000.000
Pajak atas Devidend 0% Rp 0
Return yang diterima pemegang saham Rp 525.000.000
% Beban Pajak (total tax/net income) (Rp 175.000.000 + Rp 700.000.000) x
100% = 25%
Dengan demikian, secata total investor akan terbebani pajak keuntungan yang diperoleh
dari badan usahan Firma/CV tersebut sebesar 25%.

 Perseorangan

Mayoritas penduduk Indonesia menjalankan bisnisnya secara perseorangan, tidak mau


terikat pada badan usaha yang lebih formal, tanpa akte notaris yang bersifat fleksibel terhadap
kewajiban yang harus dipenuhi, namun tetap memiliki NPWP untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya
Dalam perpajakan, pengaturan perseorangan diberi banyak fasilitas, diantaranya adalah
taxable income bukan dihitung dari net income, tapi dikurangi dulu penghasilan tidak kena pajak
(PTKP), namun perlu diingat juga terdapat pembedaan tax rate dan lapisan penghasilan kena
pajak (taxable income bracket) antara PPh Perseorangan dengan Pajak Penghasilan Badan.

Lapisan Penghasilan PPh Pasal 21 Tarif pajak


Perseorangan (UU PPh No. 36 Tahun 2008
0 – Rp 50.000.000 5%
Diatas Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 15%
Diatas Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 25%
Diatas Rp 500.000.000 30%
Secara sederhana beban pajak yang harus ditanggung investor WPOP dengan
mengenakan pajak dengan tarif progresif seperti terlihat pada table di atas.

Income tahun 2011 Rp 60.000.000.000


COGS Rp 58.800.000.000
Gross Income Rp 1.200.000.000
Operating Expenses Rp 500.000.000
Net Income before tax Rp 700.000.000
PTKP (Kawin 3 anak atau K/3) *) Rp 30.400.000
Taxable Income Rp 667.600.000
Tax : PPh Pasal 21 Rp 145.280.000
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai dividen maka atas
pembagian tersebut tidak akan dikenakan pajak lagi sebagai berikut:

Net Income before Tax Rp 700.000.000


Tax PPh Pasal 21 Rp 145.280.000
Income after Tax Rp 554.720.000
Pajak atas Devidend 0% Rp 0
Return yang diterima pemegang saham Rp 554.720.000
% Beban Pajak (total tax/net income) (Rp 145.280.000 + Rp 700.000.000) x
100% = 20.75%
Secara Komperatif, beban pajak yang harus ditanggung investor dari ketiga entitas bisnis
tersebut adalah:

PT Persekutuan (Fa/CV) Perseorangan


Net Income Rp 700.000.000 Rp 700.000.000 Rp 700.000.000
Beban Pajak Rp 227.500.000 Rp 175.000.000 Rp 145.280.000
(Rp)
Beban Pajak 32.5% 25% 20.75%
(%)

Anda mungkin juga menyukai