DEFINISI KEBAKARAN Kebakaran merupakan bencana yang paling sering dihadapi dan bias digolongkan sebagai bencana alam atau bencana yang disebabkan oleh manusia. Bahaya kebakaran dapat terjadi setiap saat, karena banyak peluang yang dapat memicut erjadinya kebakaran.Definisi umum kebakaran adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak dikehendaki, sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur penyebab kebakaran yaitu bahan padat, bahan cair, dan bahan gas. Definisi kebakaran menurut DEPNAKER yaitu suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan." definisi kebakaran menurut pengertian asuransi secara umum:"sesuatu yang benar-benar terbakar yang seharusnya tidak terbakar dan dibuktikandengan adanya nyala api secara nyata, terjadi secara tidak sengaja, tiba-tiba sertamenimbulkan kecelakaan atau kerugian. PENYEBAB KEBAKARAN Unsur penyebab kebakaran ada tiga, yaitu: 1 .Bahan padat, kayu, kain, kertas, plastik dan lain sebagainya dan jika terbakar umumnya akan meninggalkan abu / bara 2. Bahan cair, cat, alkohol dan berbagai jenis minyak. 3. .Bahan gas, propane, butane, lng dan lain sebagainya. Berbagai sebab kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai (1) kelalaian, (2) kurang pengetahuan, (3) peristiwa alam, (4) penyalaan sendiri, dan (5) kesengajaan. 1. Kelalaian Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa kebakaran. Contoh dari kelalaian ini misalnya: lupa mematikan kompor, merokok di tempat yang tidak semestinya, menempatkan bahan bakar tidak pada tempatnya, mengganti alat pengaman dengan spesifikasi yang tidak tepat dan lain sebagainya. 2. Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan tentang pencegahan kebakaran merupakan salah satu penyebab kebakaran yang tidak boleh diabaikan. Contoh dari kekurang pengetahuan ini misalnya tidak mengerti akan jenis bahan bakar yang mudah menyala, tidak mengerti tanda-tanda bahaya kebakaran, tidak mengerti proses terjadinya api dan lain sebagainya. 3. Peristriwa alam Peristiwa alam dapat menjadi penyebab kebakaran. Contoh: gunung meletus, gempa bumi, petir, panas matahari dan lain sebagainya. 4. Penyalaan sendiri. Api bisa terbentuk bila tiga unsur api yaitu bahan bakar, oksigen (biasanya dari udara) dan panas bertemu dan menyebabkan reaksi rantai pembakaran. Contoh: kebakaran di hutan yang disebabkan oleh panas matahari yang menimpa bahan bakar kering di hutan. 5. Kesengajaan 6. Kebakaran bisa juga disebabkan oleh kesengajaan misalnya karena unsur sabotase, penghilangan jejak, mengharap pengganti dari asuransi dan lain sebagainya Api atau kebakaran merupakan suatu peristiwa/reaksi kimia yang terjadi secaracepat / berantai antara bahan bakar dan zat asam (udara) dalam perbandingan yang tepatdan disertai adanya panas yang berasal dari berbagai bentuk energi yang dapat menjadisumber penyulutan dalam segitiga api. Berdasarkan definisi di atas jelas bahwa pada dasarnya kebakaran atau apisendiri terdiri dari 3 unsur dasar yang saling terikat satu dengan yang lain yang disebut sebagai segitiga api atau fire triangle, yaitu: Sumber Panas, 1. seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari,reaksi kimia dan perubahan kimia. 2. Oksigen 3. Benda mudah terbakar,seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan sebagainya. Proses pembakaran tidak mungkin terjadi tanpa salah satu dari unsur ini.Kedengarannya sangat sederhana, tetapi seringkali sangat sulit mengendalikan kebakaran jikasudah terjadi. Namun demikian hal ini penting sekali dipahami dalam rangka melakukan pencegahan atau penganggulangan kebakaran Kebakaran merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan, namun dapat terjadikarena ulah manusia. Penyebab terjadinya kebakaran antara lain peristiwa listrik, penyimpanan / penggunaan bahan-bahan, spontanious (bahan yang dapat terbakar sendiri), merokok tidak pada tempatnya, gesekan atau benturan, house keeping yangtidak baik. Nama : M.Yusup Kelas :XI IPS 2 SAAT BENCANA KEBAKARAN Hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi kebakaran, diantaranya: A. PEMADAMAN DARI DARAT 1. Pengerahan dan pelibatan berbagai pihak dalam kegiatan pemadaman kebakaran. Saat ini keterlibatan berbagai pihak dalam pemadaman kebakaran hutan dan lahan masih minim. Contohnya, saat pemadaman kebakaran di Kalimantan Tengah (Kalteng) pada tanggal 17 Agustus 2006, Tim WWF melihat tidak ada keterlibatan pihak lain, selain Manggala Agni dari BKSDA Kalteng, yang memadamkan kebakaran lahan gambut di pinggir kota Palangkaraya. Padahal, dalam organisasi Pusdalkarhutla terdapat unsur Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, TNI, Polri, dan unsur masyarakat. Keterlibatan masyarakat sangat penting, karena mereka yang langsung berada di lokasi kebakaran. 2. Instalasi dan Penempatan Peralatan Pemadam di Lokasi yang Rawan Kebakaran Saat ini, kebanyakan peralatan pemadam kebakaran dikonsentrasikan di kantor/posko yang berada di kota provinsi/kabupaten. Sehingga pada saat diperlukan untuk pemadaman, mobilisasi alat menjadi kendala. Selain itu, pada daerah-daerah yang diidentifikasikan rawan kebakaran, jarang terdapat sarana penampung air, semisal embung-embung air. Instalasi dan penempatan peralatan/sarana harus sudah dilakukan sebelum kebakaran. 3. Mencari subsitusi air untuk pemadaman kebakaran Air merupakan unsur yang terpenting dalam pemadaman kebakaran. Namun, tidak semua lokasi kebakaran terdapat sumber mata air, sehingga harus dicari pengganti air yang dapat digunakan untuk mematikan api. Materi yang dapat digunakan antara lain, tanah, pasir, dan batang pohon basah/segar yang ditumbangkan. Substitusi air hanya dapat dilakukan untuk kebakaran permukaan. Untuk kebakaran tanah gambut, mutlak diperlukan air. 4. Pemilihan Metode Pemadaman tepat. Terdapat beberapa metode pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Saat ini kebanyakan metode yang digunakan adalah pemadaman api/kebakaran secara langsung, padahal tidak semua jenis kebakaran dapat ditanggulangi dengan pemadaman langsung. Pemadaman langsung dapat dilakukan apabila kebakaran belum meluas dan jumlah regu pemadam memadai. Namun, apabila kebakaran sudah terjadi pada skala luas, pemadaman langsung tidak efektif, maka harus dicari metode lainnya. Metode yang efektif untuk kebakaran yang sudah meluas adalah melokalisir kebakaran. Konsepnya adalah mengorbankan areal yang sudah pasti terbakar dengan menyelematkan areal lainnya yang lebih luas. B. PEMADAMAN DARI UDARA 1. Hujan Buatan Hujan adalah cara terbaik dan paling efektif untuk memadamkan kebakaran. Sayangnya hujan secara alami terjadi pada musimnya. Kebakaran hutan dan lahan biasanya terjadi pada musim kemarau, sehingga sangat sulit mengharapkan bantuan hujan untuk pemadamanya. Cara yang bisa bisa ditempuh adalah mengadakan hujan buatan. Meski demikian, hujan buatan dapat diselenggarakan apabila kondisi awannya memungkinkan. Dari beberapa kejadian kebakaran, hujan buatan terbukti cukup signifikan mengurangi kebakaran dan dampaknya. 2. Pengeboman Air (Pemadaman Menggunakan Pesawat) Pemadaman kebakaran menggunakan pesawat dapat efektif kalau sumber air tersedia dan kapasitas angkut pesawat memadai. Dari beberapa upaya pengeboman air, seperti di Riau dan Kalimantan Tengah, efektifitasnya masih rendah, karena daya angkut air pesawat kecil (300-500 liter), sehingga pada tingkat kebakaran yang besar, tidak dapat dipadamkan secara signifikan. Nama : Muitara Mulkillah Kelas :XI IPS 2 DAMPAK KEBAKARAN 1. Dampak Terhadap Bidang Sosial, Budaya dan Ekonomi a. Hilangnya mata pencaharian masyarakat Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari daerah yang terbakar tidak mampu lagi melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan dari kebakaran mengganggu aktivitas mereka yang secara otomatis juga ikut mempengaruhi turunnya penghasilan. b. Terganggunya aktivitas sehari-hari Adanya asap kebakaran secara otomatis mengganggu aktivitas yang dilakukan manusia sehari- hari. Misalnya pada pagi hari sebagian orang tidak dapat melaksanakan aktivitasnya karena sulitnya sinar matahari menembus udara yang penuh dengan asap. c. Peningkatan jumlah Hama Sejumlah spesies dikatakan sebagai hama bila keberadaan dan aktivitasnya mengganggu proses produksi manusia. Kebakaran yang terjadi akan memaksa hewan- hewan yang ada di hutan keluar dari hutan dan mencari habitat baru seperti komunitas manusia dengan merusak proses produksi manusia yang dilaluinya. d. Terganggunya kesehatan Peningkatan jumlah asap secara signifikan menjadi penyebab utama munculnya penyakit ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan. Gejalanya ditandai dengan sesak di dada dan mata agak berair. e. Produktivitas menurun Munculnya asap juga menghalangi produktivitas manusia. Walaupun kita bisa keluar dengan menggunakan masker tetapi sinar matahari dipagi hari tidak mampu menembus ketebalan asap yang ada. Secara otomatis waktu kerja pun berkurang. 2. Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan a. Hilangnya sejumlah spesies Kebakaran bukan hanya meluluh lantakkan berjenis-jenis pohon namun juga menghancurkan berbagai jenis habitat satwa lainnya. Umumnya satwa yang ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan sulitnya jalan keluar karena api telah mengepung dari segala penjuru. b. Ancaman erosi Kebakaran yang terjadi di lereng- lereng pegunungan ataupun di dataran tinggi akan memusnahkan sejumlah tanaman yang juga berfungsi menahan laju tanah pada lapisan atas untuk tidak terjadi erosi. Pada saat hujan turun dan ketika run off terjadi, ketiadaan akar tanah akibat terbakar menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke bawah yang pada akhirnya potensial sekali menimbulkan bukan hanya erosi tetapi juga longsor. c. Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukan lahan Hutan sebelum terbakar secara otomatis memiliki banyak fungsi. Sebagai catchment area, penyaring karbondioksida maupun sebagai mata rantai dari suatu ekosistem yang lebih besar yang menjaga keseimbangan planet bumi. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi catchment area tersebut juga hilang. Dalam suatu ekosistem besar, panas matahari tidak dapat terserap dengan baik karena hilangnya fungsi serapan dari hutan yang telah terbakar tersebut. d. Penurunan kualitas air Kebakaran hutan memang tidak secara signifikan menyebabkan perubahan kualitas air. Kualitas air yang berubah ini lebih diakibatkan faktor erosi yang muncul di bagian hulu. Ketika air hujan tidak lagi memiliki penghalang dalam menahan lajunya maka ia akan membawa seluruh butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk kedalam sungai yang ada akibatnya sungai menjadi sedikit keruh. e. Terganggunya ekosistem terumbu karang Terganggunya ekosistem terumbu karang lebih disebabkan faktor asap. Tebalnya asap menyebabkan matahari sulit untuk menembus dalamnya lautan. Pada akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang dan beberapa spesies lainnya menjadi sedikit terhalang untuk melakukan fotosintesa. f. Menurunnya devisa Negara g. Turunnya produktivitas secara otomatis mempengaruhi perekonomian mikro yang pada akhirnya turut mempengaruhi pendapatan negara. h. Sedimentasi di aliran sungai Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai bersangkutan akibat erosis yang terus menerus. 3. Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sayangnya tidak mengenal batas administratif. Asap tersebut justru terbawa angin ke negara tetangga sehingga sebagian negara tetangga ikut menghirup asap yang ditimbulkan dari kebakaran di negara Indonesia. Akibatnya adalah hubungan antara negara menjadi terganggu dengan munculnya protes keras dari Malaysia dan Singapura kepada Indonesia agar kita bisa secepatnya melokalisir kebakaran hutan agar asap yang ditimbulkannya tidak semakin tebal. 4. Dampak terhadap Perhubungan dan Pariwisata Tebalnya asap juga mengganggu transportasi udara. Sering sekali terdengar sebuah pesawat tidak bisa turun di satu tempat karena tebalnya asap yang melingkungi tempat tersebut. Sudah tentu hal ini akan mengganggu bisnis pariwisata karena keengganan orang untuk berada di temapt yang dipenuh Nama : Kristinawati Kelas :XI IPS 2 SOLUSI BENCANA KEBAKARAN Berdasarkan akar permasalahan (penyebab tidak langsung) yang memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Kalsel maka dapat diusulkan solusinya sebagai berikut. a. kepastian tentang tata guna tanah yang tepat sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) yang disusun secara partisipatif sangat perlu untuk dilakukan. Konversi hutan alam menjadi bentuk tutupan lahan yang lain perlu dihindari. b. melaksanakan program pemberdayaan masyarakat lokal. Hal ini perlu dilakukan sehingga masyarakat lokal dapat berfungsi secara sosial, ekonomi dan politik. Hal ini memerlukan adanya: 1. akses dan produksi informasi tentang teknik, manajemen dan kelembagaan rencana pengendalian kebakaran hutan dan lahan bagi masyarakat local 2. pengakuan atas pengetahuan dan ketrampilan yang dihasilkan dan dikembangkan masyarakat local 3. koordinasi antar sektor pembangunan yang menyentuh masyarakat local 4. pelaksanaan dialog yang setara antar para pihak (aparat pemerintah, pihak swasta dan masyarakat lokal) 5. kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang kondusif 6. kesadaran para pihak yang berdialog untuk menggunakan kerangka pandang yang bebas prasangka 7. fleksibilitas dalam rencana pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang mencakup teknis pelaksanaan, penganggaran dan skala kegiatan, sehingga dapat mengakomodasi dan mendukung inovasi program yang mucul sebagai hasil dialog. 8. upaya pengendalian kebakaran di Kalsel akan lebih baik diarahkan untuk pencegahan daripada usaha pemadaman kebakaran. Lebih khusus lagi, usaha ini diarahkan untuk kegiatan pengelolaan bahan bakar. Pencegahan meliputi pekerjaan yang bertujuan agar api liar tidak terjadi. Pencegahan meliputi: pembuatan peraturan perundangan, penyuluhan dan pengurangan bahan bakar. Pengelolaan bahan bakar adalah kegiatan untuk memanipulasi bahan bakar yang terdiri atas 3 kegiatan, yakni: menghilangkan bahan bakar, mengurangi bahan bakar dan memotong atau meblokkir bahan bakar. 9. rencana pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota sampai pada unit pengelolaan lahan perlu segera dibuat dan dilaksanakan. Rencana pengendalian kebakaran hutan dan lahan merupakan rencana operasional yang berisikan tentang: 10. kebijakan dan tujuan pencegahan/pengendalian kebakaran hutan dan lahan 11. areal yang akan dilindungi yang menjelaskan tentang luas dan cakupan areal kerja, tipe-tipe penggunaan lahan pada areal kerja dan prioritas areal yang dilindungi apabila terjadi kebakaran. Hal ini penting dilakukan mengingat keterbatasan dana dan tenaga 12. tipe dan muatan bahan bakar. Informasi ini berguna untuk memprediksi tingkat bahaya kebakaran, intensitas api, kecepatan penjalaran api dan untuk menentukan jumlah personil serta peralatan pemadaman yang akan digunakan 13. organisasi dan personil regu pemadam yang menjelaskan tentang susunan organisasi, tanggungjawab, tugas serta prosedur kerja baik pada saat terjadi kebakaran maupun pada saat lain di luar musim kebakaran 14. rencana pencegahan yang berisi tentang perundangan yang berlaku, kampanye pencegahan, pemasangan papan-papan peringatan, penyuluhan dan penerangan 15. reduksi bahan bakar yang berisi metode pengurangan bahan bakar baik muatan maupun tinggi bahan bakar. Hal ini dilakukan agar bila terjadi kebakaran api tidak membesar dan dapat dikendalikan denga peralatan yang ada 16. sistem pengukuran tingkat bahaya kebakaran 17. rencana deteksi kebakaran yang berisi metode deteksi, sistem pelaporan, frekuensi deteksi, tata waktu dan sistem komunikasi 18. rencana pemadaman yang berisi taktik, teknik pemadaman, susunan personil, peralatan dan mobilisasi 19. sistem peringatan dan komunikasi 20. personil bantuan yang berisi tentang personil bantuan bila diperlukan seperti BPK, masyarakat lokal, LSM, volunterr 21. peralatan pemadaman yang berisi peralatan yang telah ada, pemeliharaan, operasional dan rencana pengadaan peralatan yang diperlukan 22. logistic 23. peta api 24. pelaporan. Untuk mengatasi ini semua perlu kiranya mengembangkan manajemen pengendalian kebakaran hutan. Menurut Stanely Vance, manajemen adalah proses pengembilan keputusan dan pengendalian terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. untuk mengatasi kebakaran hutan tersebut perlu dilakukan ialah: a. Perencanaan (Planning) Menentukan sasaran yang ingin dicapai dengan jelas dan strategis yang diperlukan dalam upaya mengatasi kebakaran hutan. Dalam upaya ini harus ada perencanaan strategik yang bersifat jangka panjang, bukan bersifat reaktif di mana ketika kebakaran hutan terjadi baru ada upaya pemanadaman. Harus ada peta atau base wilayah yang menjadi rawan kebakaran hutan. Sehingga dengan mudah melakukan pendeteksian dini terhadap kebakran hutan yang akan terjadi. Perencanaan ini juga bertujuan agar pelaksanaan dilapangan dapat berjalan dengan baik, sistematis dan tidak ada tumpang tindih tanggungjawab. b. Pengeorganisasian (Organizing) Keseluruhan proses pengelompokan instansi-instansi, tugas dan tanggungjawab sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam upaya pencagahan kebakaran hutan. Posisi masyarakat, LSM, perusahaan, pemerintah dan instansi lainnya harus perlu adanya koordinasi sehingga masing-masing dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik tanpa adanya saling lempar tanggungjawab. c. Penggerakan pengarahan (Actuating)\ Tindakan untuk menggerakkan semua komponen yang ada yang telah ditentukan fungsinya masing-masing untuk bekerja secara makasimal mencagah atau memadamkan kebakaran hutan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Merupakan penyatuan dari semua usaha dan penciptaan kerjasama dari pemerintah, LSM, perusahaan perkebunan, HTI, HPH dan instansi terkait, sehingga tujuan dapat dicapai dengan efesien dan efektif. d. Pengawasan (Controlling) Dilakukan untuk mengukur hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dan menghindari tindakan di luar prosedur yang telah ditentukan. Jika ada kekuarangan atau kesalahan di dalam upaya penanggunlanan kebakaran hutan maka dapat dilakukan perbaikan untuk mencapai hasil yang maksimal. Pengawasan yang ketat disemua tingkatan dan penerapan sanksi hukum yang tegas kepada semua komponen yang terbukti tidak mampu menjalankan tugas atau tanggungjawab dalam upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan. Nama : Kurnawan Rachman Kelas :XI IPS 2 C. MITIGASI BENCANA KEBAKARAN Mitigasi adalah salah satu hubungan positif antara dampak bencana-bencana dan pembangunan. Kebakaran adalah api yang tak terkendali. Mitigasi bencana kebakaran adalah salah satu upaya agar bahaya kebakaran tidak terjadi. Pengananan bahaya kebakaran adalah segala upaya pencegahan, peringatan dini, mitigasi, dan kesiapsiagaan ketika sebelum terjadi kebakaran, penanganan darurat melalui memadamkan api yang tak terkendali, pencarian, pertolongan, penyelamatan korban maupun harta benda dan pemberian bantuan pada saat terjadi kebakaran, serta pengungsian, pemulihan mental, rehabilitasi dan rekontruksi sarana/prasarana/fasilitas fisik sosial/umum ketika sesudah terjadi kebakaran. Penanganan pengungsi adalah upaya yang ditujukan kepada pengungsi akibat kebakaran yang meliputi langkah-langkah penyelamatan, evakuasi, perlindungan, pemberian bantuan darurat, pemulihan mental, rehabilitasi dan rekontruksi sarana atau prasarana atau fasilitas fisik sosial atau umum, pengembalian/pemulangan/pemindahan tempat kehidupan (Relokasi), serta Rekonsilidasi/Normalisasi sosial. Tanggap darurat adalah segala upaya yang dilaksanakan secara terencana, terkoordinasi, dan terpadu pada kondisi darurat dalam waktu relaltif singkat dengan tujuan untuk menolong dan menyelamatkan jiwa juga harta benda beserta lingkungannya sebagai akibat kebakaran. Rehabilitasi/Rekontruksi adalah segala upaya yang dilakukan agar kerusakan sarana/prasarana fasilitas fisik sosial/umum akibat kebakaran dapat berfungsi kembali.Pemulihan adalah segala upaya yang dilakukan agar trauma mental /psikis/pikiran manusia dan masyarakat akibat kebakaran dapat pulih kembali. Relokasi adalah suatu upaya untuk menempatkan/memukimkan kembali para pengungsi dari tempat penampungan sementara ke tempat asal atau tempat/lokasi baru. 1. Upaya Mitigasi Bencana Kebakaran Dalam menghadapi berbagai jenis bencana kebakaran yang terjadi, maka dilakukan upaya mitigasi dengan prinsip-prinsip bahwa : a. Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa berikutnya. b. Upaya mitigasi itu sangat kompleks, saling ketergantungan dan melibatkan banyak pihak. c. Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibandingkan upaya mitigasi pasif. d. Sumber daya terbatas, maka prioritas harus diberikan kepada kelompok rentan. e. Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi yang terus menerus untuk mengetahui perubahan situasi. 2. Sedangkan strategi bencana kebakaran dapat dilakukan antara lain dengan : a. Mengintegrasikan mitigasi bencana kebakaran dalam program pembangunan yang lebih besar. b. Pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat. c. Agar diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukan hasil yang segera tampak. d. Upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera setelah bencana kebakaran terjadi. e. Mitigasi dilakukan dengan cara meingkatkan kemampuan lokal dalam manajemen dan perencanaan. 3. Langkah-Langkah Mitigasi Bencana Kebakaran a. Pastikan agar semua pintu keluar bebas dari bahan-bahan mudah terbakar. b. Jangan biarkan sampah menumpuk. c. Gunakan wadah yang tepat untuk menyimpan atau menuangkan bahan cair mudah terbakar. d. Simpan cairan mudah terbakar ditempat aman dari sumber nyala api. e. Pastikan kabel dan peralatan listrik tidak rusak. f. Jangan memberi beban lebih pada sirkuit listrik. g. Jangan menempatkan alat pemadam telah terpakai pada tempatnya, segera kirim alat pemadam api tersebut untuk diisi ulang. h. Untuk mengatasi kebakaran, pasanglah cukup alat-alat pemadam api yang paling sesuai, pastikan alat pemadam ditempatkan secara tepat dan terpasang sesuai dengan Standar Australia 2444 atau berdasarkan peraturan tentang kebakaran dan bangunan setempat. Selain itu, dilakukan pemasangan hidran pada gedung-gedung bertingkat tinggi. i. Rawat dan periksa semua peralatan dan perlengkapan pemadam kebakaran, alat-alat pemadam kebakaran dan hose reels secara teratur berdasarkan Standar Australia 1851 atau peraturan tentang kebakaran dan peraturan bangunan setempat 4. Sedangkan utuk mitigasi bencana kebakaran hutan, langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu a. Peningkatan masyarakat peduli api. b. Peningkatan penegakan hukum, misalnya bagi para penebang hutan liar. c. Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan kebakaran secara dini. d. Pembuatan waduk di daerahnya untuk pemadaman api. e. Pembuatan skat bakar, terutama antara lahan, perkebunan, pertanian dengan hutan. f. Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran. g. Hindarkan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang luas. h. Melakukan pengawasan pembakaran lahan secara ketat. i. Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang heterogen j. Partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya. k. Pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa membakar (pembuatan kompos, briket arang dll). l. Kesatuan persepsi dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan. m. Penyediaan dana tanggap darurat untuk penanggulangan kebakaran lahan dan hutan. n. Pengelolaan bahan bakar secara intensif untuk menghindari kebakaran yang lebih luas. 5. Pengorganisasian Pengelolaan Bencana: a. Pembentukan kelompok-kelompok yang akan menjadi kelompok kerja pengelola bencana dengan tugas pokok adalah memberi peringatan dini bila terjadi bencana dan mengkoordinir warga dalam proses penyelamatan. b. Dilaksanakan pelatihan tanggap bencana untuk kelompok -kelompok yang telah terbentuk supaya memiliki kesiapsiagaan dalam penyelamatan saat terjadi bencana dan paska bencana.