Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini, kebanyakan para pelajar beranggapan bahwa
matematika adalah ilmu yang memusingkan merumitkan, dan menyulitkan. khususnya
dengan matematika yang berhubungan dengan IPA. Sebagaimana kebanyakan para
pelajar mengartikan bahwa matematika adalah ilmu hitung menghitung yang hanya
berhubungan dengan angka, sementara IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan
lingkungan kehidupan sekitar dan mahluk hidup, yang kebanyakan dipenuhi dengan
rumus-rumus. Jadi, bagaimana bisa ada keterkaitan antara kedua ilmu tersebut.
Dari permasalahan itulah yang melatarbelakangi penulis menmbuat makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Hakikat Matematika?
2. Apa yang dimaksud dengan Hakikat IPA?
3. Jelaskan nilai-nilai IPA?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan Hakikat Matematika.
2. Menjelaskan Hakikat IPA.
3. Menjelaskan nilai-nilai IPA.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat mengetahui penjelasan tentang hakikat Matematika.
2. Dapat mengetahui penjelasan tentang hakikat IPA.
3. Dapat mengetahui tentang nilai-nilai IPA.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Matematika


2.2.1 Pengertian Matematika
· James dan James (1976)
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak.
· Kline (1973)
Mengatakan bahwa matematika itu bukan pengetahuan yang menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
· Johnson dan Rising (1972)
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik;
matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa
simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi; matematika adalah pengetahuan
struktur yang terorganisasikan, sifat-sifat atau teori-teori itu dianut secara deduktif
berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak, ilmu tentang pola,
keteraturan pola atau ide; dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat
pada keterurutan dan keharmonisannya.
· Reys dkk (1984)
Mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan
atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
· Andi Hakim Nasution (1980)
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, yaitu asal kata dari “mathein” atau
“manthenein” yang artinya “mempelajari”, namun diduga kata itu ada hubungannya
dengan bahasa Sansekerta, yaitu kata “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian”,
“pengetahuan” atau “intelegensi”
· Roy Hollands
Matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang
mempunyai banyak cabang.

2.2.2 Matematika adalah ilmu tentang struktur


Matematika merupakan ilmu terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena
matematika dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang
didefinisikan ke aksioma / postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep
amtematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistimatis mulai dari
konsep yang paling sederhana sampai pada konsepyang paling kompleks. Oleh karena
itu untuk mempelajari matematika, konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat, harus
benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik atau konsep selanjutnya.
Dalam pembelajaran matematika guru seharusnya menyiapkan kondisi siswanya
agar mampu menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana
sampai yang lebih kompleks.
Contoh seorang siswa yang akan mempelajari sebuah volume kerucut haruslah
mempelajari mulai dari lingkaran, luas lingkaran, bangun ruang dan akhirnya volume
kerucut. Untuk dapat mempelajari topik volume balok, maka siswa harus mempelajari
rusuk / garis, titik sudut, sudut, bidang datar persegi dan persegi panjang, luas persegi
dan persegi panjang, dan akhirnya volume balok.
Struktur matematika adalah sebagai berikut:
a. Unsur-unsur yang tidak didefinisikan
Misal : titik, garis, lengkungan, bidang, bilangan dll.
b. Unsur-unsur yang didefinisikan
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan maka terbentuk unsur-unsur yang
didefinisikan.
Misal : Sudut, Persegi panjang, segitiga, balok, lengkungan tertutup sederhana,
bilangan ganjil, pecahan decimal, FPB dan KPK dll.

2.2.3 Matematika adalah ilmu deduktif


Matematika disebut ilmu deduktif, karena baik materi maupun metoda pencarian
kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan umumnya. Metoda pencarian kebenaran yang dipakai dalam matematika
adalah metoda deduktif, sedangkan ilmu pengetahuan alam adalah induktif atau
eksperimen. Namun, dalam matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan
cara induktif, tetapi seterusnya digeneralisasi yang benar untuk semua keadaan harus
dibuktikan secara deduktif. Ini berarti bahwa matematika tidak menerima generalisasi
berdasarkan pengamatan (induktif) tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif.
Namun demikian untuk membantu pemikiran serta untuk mencari kebenaran bisa
dimulai dengan cara induktif dan selanjutnya generalisasi yang benar harus bisa
dibuktikan secara deduktif.
Sebagai contoh suatu generalisasi atau dalil yang berbunyi “jumlah dua bilangan
ganjil adalah bilangan genap”. Misalkan kita ambil beberapa buah bilangan ganjil 1, 3, 5,
dan 7, kemudian dijumlahkan. Akan terlihat jelas bahwa setiap dua bilangan ganjil jika
dijumlahkan hasilnya selalu genap. Dalam matematika tidak dibenarkan membuat
generalisasi atau membuktikan dalil dengan cara demikian. Walaupun kita telah
menunjukan sifat itu dengan mengambil beberapa contoh yang lebih banyak lagi, tetap
kita tidak dibenarkan menyimpulkan demikian. Pembuktian deduktif mengenai hal ini
dapat ditunjukan sebagai berikut. Misalkan m dan n adalah dua buah sebarang bilangan
bulat positif, maka 2m + 1 dan 2n + 1 tentunya merupakan dua buah bilangan ganjil. Jika
dijumlahkan maka diperoleh bentuk 2(m + n + 1). Karena m dan n bilangan bulat positif
maka (m + n + 1) bilangan bulat positif juga, sehingga 2(m + n + 1) adalah bilangan
genap. Jadi terbukti bahwa jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap.
Lebih lanjut menurut Herman Hudoyo (1990 : 4) secara singkat dapat dikatakan
bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang tersusun
secara hierarkis dan penalarannya deduktif. Johnson dan Rising (1972) menyatakan
bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang
logis, matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan
dengan cermat, jelas dan akurat, direpresentasikan dengan symbol yang padat dan
memiliki arti. Matematika dalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat
atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak
didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan pernyataan para ahli di atas dapat dikatakan bahwa matematika
merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan struktur-struktur yang
abstrak dan hubungan diantara hal-hal itu. Untuk dapat memahami struktur serta
hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat
dalam matematika. Dalam hal ini dapat dikatakan matematika sebagai ilmu
terstruktur. Konsep matematika tersusun secara herarkis, logis, dan sistematis mulai
dari konsep yang sederhana. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat
sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Hal ini berarti belajar
matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang
sedang dipelajari, serta mencari hubungan di antara konsep dan struktur tersebut.

2.2.4 Peranan Matematika terhadap Ilmu Pengetahuan Alam


Menurut dugaan sejarah, kemampuan manusia untuk mulai dapat menulis sama
tuanya dengan kemampuan manusia untuk dapat berhitung, yaitu kurang lebih 10.000
tahun sebelum masehi. Tulisan itu pada hakikatnya simbol dari apa yang ia tulis.
Berhitung, pada awal mulanya berbentuk korespondensi persatuan dari onyek
yang dihitung. Misalnya sesorang ingin menghitung berapa jumlah ternaknya, maka
ternak itu dimasukkan ke dalam kandang satu persatu. Tiap ekor diwakili oleh satu batu
kecil, maka jumlah ternaknya adalah jumlah batu kecil itu. Dengan sekantung batu-batu
itu ia dapat mengontrol apakah ada ternak yang belum kembali atau hilang atau malah
bertambah karena beranak.
Jadi, setiap awal kehidupan manusia matematika itu merupakan alat bantu untuk
mengatasi setiap permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Sumbangan
matematika terhadap perkembangan IPA sudah jelas bahkan boleh dikatakan bahwa
tanpa matematika IPA tidak akan berkembang. Hal ini disebabkan oleh karena IPA
menggantungkan diri dari metode induksi. Dengan metoda induksi semata tak mungkin
orang mengetahui jarak antara bumi dan bulan atau bumi dnegan matahari, bahkan
untuk menyatakan keliling bumi saja hampir tidak mungkin. Berkat bantuan
matematikalah maka Erathotenes (240 SM) pada zaman Yunani dapat menghitung
besarnya bumi dnegan metode gabungan antara induksi dan deduksi matematika
Adapaun ahli-ahli matematika yang banyak sumbangannya dalam Ilmu
Pengetahuan Alam, antara lain:
1. Pythagoras mengadakan perhitungan terhadap benda-benda berbentuk segi banyak.
2. Apollonius mengadakan perhitungan pada benda-benda yang bergaris lengkung.
Kepler (1609) berjasa dalam perhitungan jarak predaran yang berbentuk elips dari
planet-planet.
3. Galileo (1642) berjasa dalam menetapkan hokum lintasan peluru , gerak dan
percepatan.
4. Huygnes (1695) dapat memecahkan teka-teki adanya Cincin Saturnus, perhitungan
tentang kecepatan cahaya, yaitu 600.000 kali kecepatan suara (pada masa itu orang
beranggapan bahwa cahaya tak membutuhkan waktu untuk memancar).
Ini semua adalah sekedar gambaran yang menunjukkan bahwa perkembangan
Ilmu Pengetahuan Alam selalu ditunjang atau secara mutlak membutuhkan tunjangan
matematika.

2.2 Hakikat IPA


2.2.1 Pengertian IPA
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso
(1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan
dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur,
sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”
Menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan”.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil
pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan
bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian
bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan
dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang
bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data
terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga
cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana
pengembangan sikap ilmiah.
Hakikat IPA sebagai produk meliputi konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-
hukum, dan teori-teori di dalam IPA yang merupakan hasil rekaan manusia dalam
rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena yang
terjadi di dalamnya. Produk IPA (konsep, prinsip, hukum dan teori) tidak diperoleh
berdasarkan fakta semata, melainkan berdasar-kan data yang telah teruji melalui
serangkaian eksperimen dan penyelidikan.
Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran
yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. yaitu
dengan melakukan observasi, mengukur, memprediksi,
mengklasifikasi,membandingkan, menyimpulkan, merumuskan hipotesis, melakukan
eksperimen, menganalisis data, dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Dalam
pengajaran IPA, aspek proses ini muncul dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Ada
tidaknya aspek proses ini sangat bergantung pada guru.
hakikat sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus
dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan
pengetahuan baru. Sikap dapat diklasifikasi ke dalam dua kelompok besar. Pertama,
seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah; dan
kedua, seperangkat sikap tertentu yang meru-pakan cara memandang dunia serta
berguna bagi pengembangan karir di masayang akan datang (T. Sarkim, 1998:134)

2.2.2 Bagian Hakikat IPA


Didalam pembagian hakikat IPA dibagi menjadi tiga, diantaranya :
1. IPA Sebagai Produk
IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan dari para ahli saintis sejak berabad-
abad, yang menghasilkan berupa fakta, data, konsep, prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil
yang berupa fakta yaitu dari kegiatan empiric (berdasarkan fakta), sedangkan data,
konsep, prinsip dan teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik.

Dalam hakikat IPA dikenal dengan istilah :


• Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-
benar ada, atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara
objektif atau bisa disebut sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya. Misal : Air
membeku dalam suhu 0⁰C.
Iskandar (1997: 3) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan tentang
benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi
dan sudah dikonfirmasi secara objektif.
Susanto (1991: 3) mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda,
tempat, atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian.
• Konsep IPA adalah merupakan penggabungan ide antara fakta-fakta yang ada
hubungannya satu dengan yang lainnya. Misal : Makhluk hidup dipengaruhi oleh
lingkungannya.
• Prinsip IPA adalah generalisasi ( kesimpulan ) tentang hubungan diantara konsep-
konsep IPA. Prinsip bersifat analitik dan dapat berubah bila observasi baru dilakukan,
sebab prinsip bersifat tentative ( belum pasti ). Misal : udara yang dipanaskan memuai,
adalah prinsip menghubungkan konsep udara, panas, pemuaian. Artinya udara akan
memuai jika udara tersebut dipanaskan.
• Hukum alam adalah prinsip – prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat
tentative, tetapi karena mengalami pengujian – pengujian yang lebih keras daripada
prinsip, maka hukum alam bersifat lebih kekal. Misal : Hukum kekekalan energi.
• Teori ilmiah adalah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, data-data,
konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori ini dapat berubah
jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Misal : teori
meteorologi membantu para ilmuan untuk memahami mengapa dan bagaimana kabut
dan awan terbentuk.

2. IPA Sebagai Proses


IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis
dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan
tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Jadi dalam prosesnya kita bisa
berfikir dalam memecahkan suatu masalah yang ada di lingkungan.
Melalui proses ini kita bisa mendapatkan temuan-temua ilmiah, dan perwujudannya
berupa kegiatan ilmiah yang disebut penyelidikan ilmiah.
Iskandar (1997:5) mengartikan keterampilan proses IPA adalah keterampilan
yang dilakukan oleh para ilmuwan.
(Moejiono dan Dimyati, 1992:16) Ditinjau dari tingkat kerumitan dalam
penggunaannya, keterampilan proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
keterampilan: Proses Dasar (Basic Skills), dan Keterampilan Proses Terintegrasi
(Integrated Skills).
Didalam penyelidikan suatu ilmiah terbagi menjadi tujuh tahapan, diantaranya :
1) Observasi/ pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan panca
indra.
2) prediksi yaitu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau
pola hubungan yang terdapat pada data yang telah diperoleh.
3) Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang telah diperoleh dari hasil
pengamatan.
4) Merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperiman. Tahap- tahap penelitian:
• Menetapkan masalah penelitian.
• Menetapkan hipotesis penelitian.
• Menetapkan alat dan bahan yang digunakan.
• Menetapkan langkah- langkah percobaan serta waktu yang dibutuhkan.
5) Mengendalikan variabel yaitu mengukur variabel sehingga ada perbedaan pada akhir
eksperimen karena pengaruh variabel yang diteliti. Variabel terdiri atas tiga yaitu:
• Varibel bebas/ peubah yaitu faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan.
• Variabel terikat yaitu faktor yang dipengaruhi.
• Variabel kontrol yaitu variabel yang dibuat tetap.
6) Hipotesis yaitu suatu pernyataan berupa dugaan sementara tentang kenyataan-
kenyataan yang ada di alam melalui perkiraan.
7) Kesimpulan yaitu hasil akhir dari proses pengamatan.

3. IPA Sebagai Sikap Ilmiah


Maksudnya adalah dalam proses IPA mengandung cara kerja, sikap, dan cara
berfikir. Dan dalam memecahkan masalah atau persoalan, seorang ilmuan berusaha
mengambil sikap tertentu yang memungkin usaha mencapai hasil yang diharapkan.
Sikap ini dinamakan sikap ilmiah.

2.3 Nilai-Nilai IPA


2.3.1 Nilai-Nilai Sosial dari IPA
1. Nilai etik dan estetika dari IPA
Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi.
Nilai-nilai itu terutama terletak pada sistem yang menetapkan ‘kebenaran yang objektif’
pada tempat yang paling utama. Adapun proses IPA itu sendiri dapat dianggap sebagai
suatu latihan mencari, meresapkan, dan menghayati nilai-nilai luhur.

2. Nilai moral atau humaniora dari IPA


Nilai-nilai moral atau humaniora dari IPA nampaknya mempunyai dua muka yang
berlawanan arah. Muka yang menuju kepada cita-cita kemanusiaan yang luhur sedang
muka yang lain menuju kepada tindak immoral yang tidak saja dapat melenyapkan
nilai-nilai luhur namun dapat melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.
IPA dan teknologi sekedar alat yang sangat tergantung dari manusianya yang
berada di belakang alat itu, untuk apa itu akan digunakan. Dengan kata lain, IPA itu
sendiri adalah ‘suci’, yang tidak suci itu ialah manusianya.

3. Nilai Ekonomi dari IPA


Seorang ahli IPA, mungkin ia telah bertahun-tahun melakukan suatu penelitian.
Katakanlah ia menemukan suatu kaidah dari suatu fenomena tertentu. Apakah
temuannya itu mempunyai niali ekonomi? Memang tidak dapat dikatakan dengan tegas
karena nilai ekonominya tidak langsung. Ini baru menjadi kenyataan bila temuan itu
dapat digunakan untuk memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. lain
daripada itu, bagi sang penemu, keberhasilannya itu dapat meningkatkan harga diri
atau kepercayaan masyarakat terhadap dirinya. Ini berarti temuannya itu dapat
memberi ‘nilai tambah’ bagi dirinya.

2.3.2 Nilai-Nilai Psikologis/Paedagogis IPA


1. Sikap mencintai kebenaran
2. Sikap tidak purbasangka
3. Sadar bahwa kebenaran ilmu yang diciptakan manusia itu tidak pernah mutlak
4. Yakin akan adanya tatanan alami yang teratur dalam alam semesta ini
5. Bersikap toleran atau dapat menghargai pendapat orang lain
6. Bersikap tidak putus asa
7. Sikap teliti dan hati-hati
8. Sikap ‘curious’ atau ‘ingin tahu’
9. Sikap optimis

2.3.3 Nilai-Nilai Guna


Sekalipun IPA menjangkau nilai-nilai moral atau etika dan membahan nilai-nilai
keindahan atau estetika, tetapi IPA mengandung juga nilai-nilai tertentu yang berguna
bagi masyarakat. Yang dimaksud dengan disini ialah sesuatu yang dianggap berharga
yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Adapun nilai-nilai IPA
tersebut adalah :
1. Nilai Praktis
Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang
secara langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebaliknya teknologi telah
membantu mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung
juga bermanfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu, IPA telah membuka jalan ke arah
penemuan-penemuan yang secara langsung dan tidak langsung dapat bermanfaat.
Dengan demikian IPA mempunyai nilai praktis yaitu sesuatu yang bermanfaat dan
berharga dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh :
Penemuan listrik oleh faraday telah diterapkan dalam teknologi hingga melahirkan
berbagai alat listrik yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.

2. Nilai Intelektual
Metode ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk
memecahkan masalah. Tidak saja masalah-masalah alamiah tetapi juga masalah-
masalah sosial, ekonomi, dan lain-lain.
Metode ilmiah ini telah melatih keterampilan dan ketekunan, serta melatih
pengambilan keputusan-keputusan dengan pertimbangan yang rasional bagi
penggunaannya. Kecuali itu agar pemecahan masalah berhasil dengan baik, maka
metode ilmiah menuntut sifat ilmiah bagi penggunanya. Keberhasilan memecahkan
masalah masalah ini akan memberikan kepuasan intelektual. Dengan demikian yang
dimaksud dengan nilai intelektual adalah sesuatu yang memberikan kepuasan
seseorang karena dia telah mampu menyelesaikan atau memecahkan masalah.
Bedakanlah kepuasan intelektual ini dengan kepuasan seseorang pedagang yang
memperoleh untung besar atau bandingkanlah dengan seorang politikus yang bangga
karena mengalahkan lawan politiknya.

3. Nilai-nilai Sosial-Ekonomi-Politik
IPA mempunyai nilai-nilai sosial-ekonomi-politik berarti, kemajuan IPA dan
teknologi suatu negara, menyebabkan negara tersebut memporoleh kedudukan yang
kuat dalam percaturan sosial-ekonomi-politik internasional.
Prestasi-prestasi tinggi yang dapat dicapai oleh suatu negara dalam bidang IPA
dan teknologi memberikan rasa bangga akan bangsanya, rasa bangga akan kemampuan
atau potensi nasional dan rasa bangga terhadap bangsanya adalah nilai-nilai sosial-
ekonomi-politik.
Contoh :
Negara-negara yang telah maju, misalnya Amerika, mereka sadar dan bangga
terhadap kemampuan atau potensi bangsanya dalam bidang politik.
Produk IPA dan teknologi dapat membuka jalan ke arah industrialisasi dan
mekanisasi pertanian yang dapat meningkatkan ekonomi dan neraca perdagangan
suatu negara. Sekalipun memiliki kemampuan IPA dan teknologi tinggi, tidak dapat
menggali sumber daya alam negaranya kepada bangsa lain yang hanya memikirkan
keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan alamnya. Dalam hal ini maka
IPA dan teknologi memiliki nilai sosial ekonomi.
Kemajuan IPA dan teknologi suatu negara dapat menempatkan negara itu dalam
kedudukan politik internasional yang menentukan.
Contoh :
ketika Amerika berhasil mendaratkan manusia di bulan dengan Apolo 11,
martabat Amerika dalam percaturan politik melonjak tinggi.
ketika Rusia mampu meluncurkan satelit buatannya yang pertama, yaitu Sputnik
I, martabat Rusia dimata meningkat.
Jepang dan RRC karena kemampuan IPA dan teknologi tinggi, hingga banyak
hasil industrinya merebut pasar dunia, maka kedudukannya di dunia internasional
makin kuat.

4. Nilai Keagamaan dari IPA


Banyak orang berprasangka, dengan mempelajari IPA dan teknologi secara
mendalam akan mengurangi kepercayaan manusia kepada tuhan. Prasangka tersebut
didasarkan pada alasan bahwa IPA hanya mempelajari benda dan gejala-gejala
kebendaan. Prasangka ini tidak benar makin mendalam akan orang mempelajari IPA,
makin sadarlah orang itu akan adanya kebenaran hukum-hukum alam, sadar akan
adanya suatu ketertiban di dalam alam raya ini dengan Maha Pengaturnya. Walau
bagaimanapun manusia telah berusaha untuk membaca mempelajari dan
menterjemahkan alam, manusia makin sadar akan keterbatasannya ilmunya. Karena
dengan keterbatasan ilmunya manusia belum dan tidak akan pernah mengetahui asal
mula dan akhir dari alam raya dengan pasti.
`
Contoh :
a) Anda mengetahui, berapa banyak biaya dan tenaga ahli yang dikerahkan untuk
persiapan pendaratan dibulan. Manusia tidak akan mampu membuat atau menciptakan
bulan. Oleh karena itu, makin sadarlah akan kebesaran Maha Penciptanya.
b) dengan susah payah dan waktu yang lama manusia dapat mempelajari hukum
gravitasi itu sendiri. Dengan penemuan-penemuannya, manusia makin sadarlah akan
kebesaran Tuhan.
c) dengan mempergunakan mikroskop, manusia mampu mempelajari kehidupan
mikroorganisme, keindahan dengan protoplasma, serta kerumitan dan teteraturan
reaksi-reaksi di dalamnya, semua pengamatan ini akan mempertebal kesadaran kita
tentang kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Dari uraian-uraian ini jelaslah bahwa IPA mempunyai nilai-nilai keagamaan yang
sejalan dengan pandangan agama. Tentang hubungan nilai-nilai IPA dan agama ini,
ilmuwan terkenal Albert Einstein menggambarkan dalam ungkapan sebagai berikut
“ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta dan agama tanpa ilmu pengetahuan adalah
lumpuh”.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari Pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika dan IPA
memiliki hubungan yang erat. Tanpa Matematika IPA tidak akan berkembang,
begitupun sebaliknya, tanpa IPA Matematika tidak dapat dikembangkan, karena IPA
merupakan salah satu perkembangan dari Ilmu Matematika.

3.2 Saran
Dalam Penulisan makalah ini, penulis mengakui masih banyak kekurangan-
kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
kebaikan bagi penulisan makalah ini kedepannya.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini berguna bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Karso, dkk. 1993. Dasar-Dasar Pendidikan MIPA. Jakarta: Depdikbud.


https://id-id.facebook.com/notes/humas-unisba/peran-matematika-sebagai-ilmu-
deduktif-pada-perkembangan-iptek/10150528991775895
http://sainsmatika.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://utakatikituk.blogspot.com/2013/03/hakikat-ipa-a_17.html
http://rian-priyadi.blogspot.com/2013/10/nilai-nilai-ipa.html

Anda mungkin juga menyukai