Lapmen Ikm
Lapmen Ikm
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan pada penulisan laporan manajemen ini, terkait pelayanan apotik
antara lain :
1. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kinerja apotik di wilayah
Puskesmas Talise.
2. Sebagai pemenuhan syarat dalam menyelesaikan kepaniteraan klinik
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.
1.3. Manfaat
Pada laporan manajemen ini, diharapkan nantinya dapat memberikan
manfaat berupa:
1. Dapat memberikan gambaran kinerja apotik yang berada di lingkungan
puskesmas Talise.
2. Meningkatkan minat dan kelimuan pembaca mengenai pelayanan
kefarmasian.
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
2.1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan Puskesmas
adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab
atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah
kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi
menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Puskesmas merupakan Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan mengacu pada kebijakan
pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan,
yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota.[1]
Kelurahan Talise
Kelurahan Tondo
Kelurahan Layana
No. K e l u r a h a n ( k m 2 ) R W R T
2 T o n d o 55,16 km2 1 5 3 8
3 L a y a n a I n d a h 15,00 km2 6 1 9
1. Keadaan Demografis
Sebagai unit terdepan dalam pelayanan kesehatan, Puskesmas
diharapkan mampu melakukan upaya-upaya tersebut diatas. Menurut
data di UPT Puskesmas Talise jumlah usia lanjut tahun 2016 adalah
sebagai berikut5:
Jumlah Penduduk
No Kelompok Umur
Laki-Laki Perempuan
1 45-49 Tahun 1.112 1.166
2 50-54 Tahun 883 876
3 55-59 Tahun 686 629
4 60-64 Tahun 411 390
5 >65 Tahun 511 521
Jumlah 3.603 3.582
2. Sosial Ekonomi
a. Kewilayahan
Wilayah kerja Puskesmas Talise mencakup 4 kelurahan
yang kesemuanya dapat dijangkau oleh petugas kesehatan dengan
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jarak yang
terjauh dari puskesmas sekitar 12 km.
b. Desa Tertinggal
Di wilayah Puskesmas Talise tidak terdapat desa tertinggal
akan tetapi ada 2 (dua) dusun yang masih masuk kategori dusun
sulit.
Adapun dusun yang tergolong dusun sulit di wilayah Puskesmas
Talise dapat dilihat pada tabel di bawah ini.5
2.2.Pelayanan Kefarmasian
Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusian Obat, pelayanan Obat atas Resep dokter, pelayanan
informasi Obat serta pengembangan Obat, bahan Obat dan Obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.[3]
PEMBAHASAN
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu
kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi/
kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen,
dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.[2]
Obat dan bahan habis pakai yang telah terdistribusi akan dilakukan
pencatatan oleh pihak gudang obat dan pihak apotik, kemudian akan
dilakukan serah terima. Semua obat yang masuk dan keluar dari apotik akan
dilakukan pencatatan dan pendataan kembali oleh pihak apotik.
Pelayanan obat-obatan dan bahan habis pakai yang telah tersedia pada
puskesmas, kemudian akan diatur pendistribusiannya pada setiap unit kerja di
puskesmas, yaitu kepada unit kerja UGD dalam hal ini obat-obatan gawat
darurat, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Posyandu, Posbindu dan unit kerja
lainnya. Semua obat yang didistibusikan tersebut memiliki pendataan
sebelumnya mengenai kebutuhannya, sehingga permintaan dari tiap unit
puskesmas juga disesuaikan dengan adanya permintaan sebelumnya.
Pelayanan lain yang dilakukan oleh apotik adalah pelayanan dalam hal
penyimpanan obat-obatan. Semua obat dan bahan habis pakai akan disimpan
dalam gudang farmasi puskesmas Talise dengan tempat yang memadai,
dalam hal ini ruangan yang bebas dari sinar matahari langsung, suhu yang
sejuk, dan disimpan dalam rak lemari. Penyimpanan tersebut dimaksudkan
agar obat-obatan tidak mudah rusak karena ketidak seimbangan lingkungan
sekitar penyimpanan. Standar penyimpanan telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dimana penyimpanan harus aman, terjamin dan baik
mutunya.
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari puskesmas
Talise, dapat ditarik kesimpulan, antara lain:
1. Pelayanan kefarmasian puskesmas Talise sudah berjalan cukup baik.
2. Sistem pelayanan satu pintu yang dianut oleh apotek membuat adanya
transparansi dan kemudahan dalam pengelolaan obat di puskesmas
Talise.
3. Obat-obatan di puskesmas Talise disusun secara alfabetis dan telah
menggunakan sistem FIFO & FEFO (First in First Out & First Expayer
Date First Out) dimana obat yang datang pertama kali akan keluar
pertama kali dan obat yang memiliki tanggal masa berlaku mendekati
habis akan keluar pertama kali dimana hal ini telah sesuai dengan
pedoman.
4. Tidak tersedianya beberapa obat sesuai permintaan puskesmas yang
didistribusikan oleh pihak gudang obat.
5. Belum maksimalnya sarana dan prasarana apotek di puskesmas Talise.
6. Belum maksimalnya pemanfaatan sumber daya manusia untuk beberapa
pelaksanaan kefarmasian klinik.
1.2 Saran
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari puskesmas Talise,
dapat diberikan saran, antara lain:
1. Sebaiknya regulasi pemanfaatan SDM terkhusus tenaga teknis
kefarmasian lebih dimaksimalkan sehingga proses penyelenggaraan
apotik dapat terlaksana dengan baik.
2. Mengupayakan perluasan ruang gudang obat sehingga penataan obat-
obatan lebih maksimal.
3. Memperbaiki tempat penyimpanan obat golongan narkotika dan
psikotropika agar sesuai dengan standar permenkes.
4. Mengupayakan pengadaan ruang konseling sehingga proses
penyelenggaraan kefarmasian klinik apotik dapat dilaksanakan dengan
baik.
5. Mengupayakan pengadaan ruang arsip, sehingga dokumen yang ada tidak
tergabung dengan rak penyimpanan obat.
6. Sebaiknya pihak apoteker selalu melihat daftar obat FORNAS yang
terbaru untuk mengetahui obat-obatan yang tersedia untuk fasilitas
kesehatan tingkat 1, sehingga kendala obat kosong dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun oleh :
Pembimbing :
dr. Indah P. Kiay Demak, M.Med, Ed
dr. Benny Siyulan, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS TALISE
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018